Anda di halaman 1dari 11

Nama Kelompok :

 Adellia Miranda (2018610014)


 Ahmad Naufal Fahrezi (2018610016)
 M. Alief Akhbar P.A.G (2018610038)
 Miftahul Jannah (2018610047)
Mata Kuliah : Perbandinan Pemerintahan
Dosen Pengampu : M. Qur’anul Kariem

AMERIKA SERIKAT

 Sistem Pemerintahan Amerika Serikat


Amerika Serikat terbentuk pada tahun 1787 dan terdiri dari 50 negara bagian.Amerika
Serikat adalah sebuah negara federal maka sistem pemerintahan daerahnya adalah berbentuk
negara-negara bagian yang terpisah sama sekali dengan negara induknya (pemerintah federal)
kecuali dalam hal keamanan bersama.bahkan negara-negara bagian mempunyai undang-undang
sendiri. Sebuah negara Republik Federal atau Negara Bagian yang menganut sistem
pemerintahan Presidensiil dimana Presiden berperan sebagai badan esksekutif dan Konggres
berperan sebagai badan legislatif.
Dalam sistem pemerintahan Amerika Serikat atau negara bagian yang melaksanakan
pemisahan kekuasaan dengan tegas antara eksekutif, legislative, dan yudikatif. Pemisahaan ini
terdiri dari pemisahan bagian pelaksana maupun fungsi serta kekuasaan dari badan-badan
tersebut yang membatasai satu sama lain dengan menggunakan asas checks and balances yang
berarti saling mengawasi untuk menjaga keseimbangan). Sedangkan keadilan ditegakkan melalui
Badan Yudikatif atau Mahkamah Agung (Supreme Court) yang bebas dari pengaruh badan
Legislatif dan Eksekutif serta menjamin hak-hak kebebasan dan kemerdekaan individu serta
menjamin tegaknya hukum (rule of law). Semua negara bagian harus bercorak republik dan tidak
boleh bertentangan dengan konstitusi.
Pemerintahan Amerika Serikat sudah melakukan pemilihan Presiden 4 tahun sekali
dengan menggunakan sistem electoral college. Dimana presiden dan wakil presiden dipilih
dalam satu paket, seperti yang terjadi di Indonesia. Pemerintah Amerika Serikat bertugas untuk
melayani rakyat karena pemerintah memperoleh kekuasaan dari rakyat. Sistem pemerintahan
Amerika Serikat didasarkan atas Konstitusi 1787, yang telah mengalami beberapa kali
amandemen. Amerika dengan tradisi demokrasinya seringkali dianggap sebagai benteng
demokrasi dan kebebasan.

 Bentuk Negara
Kedaulatan di negara Federasi/Serikat berasal dari negara bagian. Di mana sebagian
kedaulatan tersebut diserahkan kepada negara federal. Sehingga pada hakikatnya kedaulatan
berada pada negara bagian. Adapun ciri-ciri negara serikat adalah sebagai berikut.
 Mempunyai lebih dari satu kepala negara
 Memiliki lebih dari satu konstitusi
 Memiliki lebih dari satu kabinet
 Memiliki lebih dari satu lembaga perwakilan.
Dan negara Amerikat Serikat sendiri adalah salah satu dari pemilik Negara
Federasi/serikat selain India dan Jerman. Negara ini juga memiliki pembagian wilayah
sebanyak, 50 Negara bagian dengan pusatnya Washington D.C yang berbentuk republik dan
sebuah distrik federal. Amerika Serikat diapit oleh Samudra Pasifik dan Atlantik di sebelah
barat dan timur, berbatasan dengan Kanada di sebelah utara, dan Meksiko di sebelah selatan.
Dua negara bagian lainnya, yaitu Alaska dan Hawaii, terletak terpisah dari dataran utama
Amerika Serikat. Negara bagian Alaska terletak di sebelah ujung barat laut Amerika Utara,
berbatasan dengan Kanada di sebelah timur dan Rusia di sebelah barat, yang dipisahkan oleh
Selat Bering. Sedangkan negara bagian Hawaii adalah sebuah kepulauan yang berlokasi di
Samudra Pasifik. Amerika Serikat juga memiliki beberapa teritori di Pasifik dan Karibia.
Dalam teori pemerintahan, secara garis besar dikenal ada dua model formasi negara,
yaitu model negara federal dan model negara kesatuan. Secara etimologis, kata “federal” berasal
dari bahasa Latin feodus, artinya liga. Liga negara-negara kota yang otonom pada zaman Yunani
Kuno dapat dipandang sebagai negara federal yang mula-mula. Bentuk model pemerintahan
federal berasal dari pengalaman konstitusional Amerika Serikat. Dapat dikatakan bahwa
pemerintahan federal merupakan salah satu sumbangan sejarah ketatanegaraan Amerika Serikat
terhadap dunia modern.
Model negara federal berangkat dari satu asumsi dasar bahwa negara federal dibentuk
oleh sejumlah negara atau wilayah yang independen, yang sejak awal memiliki kedaulatan atau
semacam kedaulatan pada dirinya masing-masing negara atau wilayah-wilayah itu kemudian
bersepakat membentuk sebuah federal. Negara dan wilayah pendiri federal itu kemudian berganti
status menjadi negara bagian atau wilayah administrasi dengan nama tertentu dalam lingkungan
federal.
Pemerintah federal mempunyai kekuasaan dalam hal-hal kedudukan negara sebagai
subyek hukum internasional, misalnya kedudukan kewarganegaraan, naturalisasi, imigrasi,
emigrasi, transmigrasi, hubungan dan pertukaran perwakilan dengan negara lain, keselamatan
negara (pertanahan nasional), konstitusi dan organisasi pemerintahan federal, azas pokok hukum
serta organisasi peradilan sepanjang yang dipandang perlu diatur oleh pemerintah federal,
keuangan negara, bea-bea, pajak-pajak, hak-hak monopoli, pos dan telekomunikasi, statistik,
industri, perdagangan, penelitian ilmu pengetahuan dan teknologi, dan lain-lain yang dapat
disepakati bersama. Enumerasi kekuasaan ini tiap negara federasi tidak sama. Masing-masing
negara dapat merumuskan sendiri-sendiri, tidak ada pedoman yang standar. Sebagai contoh, di
Amerika Serikat, enumerasi kekuasaan itu diatur pada Pasal 1 seksi 8 pada konstitusi. Dalam
merumuskan enumerasi ini, telah menimbulkan perdebatan seru antara kelompok enumerators
dan reservers. Sebagaian menghendaki agar pemerintah federal diberi kekuasaan yang luas agar
menjadi kuat sebagai sebuah negara federasi, dan dapat efektif menjalankan tugas-tugas
kenegaraan secara penuh guna mempertahankan hakikat negara persatuan (federasi). Di sisi lain
terdapat pendapat yang menginginkan agar sebanyak-banyaknya kekuasaan tetap dimiliki oleh
pemerintah negara-negara bagian, sebab kalau pemberian kekuasaan terlalu banyak kepada
pemerintah pusat, maka akan mengurangi hak-hak asasi negara- negara bagian yang akan sangat
merugikan kepentingan negara-negara bagian.
Berdasarkan sifat hubungan antara pemerintah negara federal dengan negara bagian,
maka negara federal dapat dibedakan menjadi dua jenis : negara serikat dan perserikatan negara.
Untuk melihat apakah negara federal itu negara serikat atau perserikatan negara-negara,
dipakailah dasar kriteria ada pada siapa kedaulatan itu. Jika kedaulatan ada pada negara federal
atau pemerintah gabungannya, negara federal disebut negara serikat. Sedangkan jika kedaulatan
masih tetap ada pada negara-negara bagian, negara federal itu disebut perserikatan negara.
Beberapa segi positif dari konsep negara federal antara lain.
1. Federalisasi merupakan strategi yang paling tepat untuk membuka kekuasaan yang
pada masa lalu amat tertutup. Masyarakat pada umumnya mendambakan
keterbukaan. Banyak mekanisme dan lembaga demokrasi yang dikembangkan
dalam rangka membuka kekuasaan itu, contohnya adalah perwakilan politik.
2. Federalisme dipandang sebagai usaha menyeimbangkan kekuatan budaya daerah,
Suku, atau etnis yang ada dalam suatu negara. Didalam sistem federal, ada unsur-
unsur yang dapat membantu menghindari kecendrungan kearah intensifikasi
ketimpangan ekonomi dan konflik-konflik politik dan budaya yang menyertai.

 Bentuk Pemerintahan
Konsep demokrasi bukanlah hal yang baru. Bisa dikatakan bahwa konsep ini telah
menjadi konsumsi publik sehari-hari layaknya kebutuhan primer. Demokrasi menjadi kata kunci
untuk sebuah pranata dan peradaban social yang mapan.Demokrasi berarti mapan. Tidak
demokrasi artinya tidak mapan.Sebuah analogi sederhana yang memiliki spectrum luas.Bahkan
dewasa ini penerimaan demokrasi secara luas sebagai landasan legitimasi bagi tatanan politik
merupakan fenomena zaman modern di seluruh dunia.
Hingga akhir abad kedelapan belas sebagian besar sistem politik utama tidak
berdasarkan prinsi-prinsip demokrasi. Hak para raja merupakan isu yang ramai diperdebatkan
dalam kancah politik Eropa sepanjang zaman modern awal dan zaman pencerahan. Amerika
Serikat menjadi contoh bentuk pemerintahan dengan menggunakan demokrasi ini.
Munculnya Amerika Serikat (AS) sebagai adidaya tunggal pascaperang dingin
berkorelasi terhadap perkembangan demokrasi di dunia. Hal ini dimungkinkan karena selama
perang dingin, AS telah tampil sebagai negara champion of democracy dan the guardian of
democracy, menjadi negara yang senantiasa mensponsori penyebarluasan demokrasi di berbagai
belahan bumi. Usainya perang dingin yang ditandai dengan tumbuhnya komunisme yang
menjadi momentum bagi AS untuk lebih meningkatkan peranannya dalam menyebarluaskan
nilai-nilai demokrasi (Huntington, 1995 : 130).
Keberpihakan AS pada demokrasi tidak dapat dilepaskan dari munculnya keyakinan
yang besar dalam diri bangsa AS bahwa demokrasi merupakan prinsip dasar pembangunan
watak bangsa (Cipto, 2003 :6). Demokrasi telah menjadi American Ethos dan menjadi nilai-nilai
pengatur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang senantiasa ada dalam kehidupan
masyarakat AS selama ratusan tahun. Demokrasi telah menjadi tradisi yang kokoh sejak
diproklamasikannya Deklarasi Kemerdekaan AS 4 Juli 1776. Dalam bahasa Thomas Jefferson,
demokrasi telah terefleksi dalam life, freedom, and pursuit of happiness sebagai nilai-nilai yang
senantiasa mengilhami para imigran yang datang ke AS (Jatmika, 2000 :9). Demokrasi menjadi
tumpuan dalam mengangkat keagungan manusia yang hadir atas peran setiap individu dalam
pembentukan nilai-nilai yang mengatur kehidupan masyarakat.
Praktek demokrasi yang telah lama mengakar di tengah masyarakat AS tersebut, telah
dijelaskan oleh de Tocqueville dalam bukunya Democracy in America yang terbit tahun 1835.
Dijelaskan bahwa tidak hanya dalam sistem kenegaraan dan pemerintahan saja terdapat praktek
demokrasi, namun telah mengkristal dala filosofi bangsa, agama, pluralism cultural, sampai pada
kehidupan keluarga sebagai unit terkecil kehidupan kelompok (de Tocqueville, 1961 : 2). Disini
demokrasi mendapatkan ruang dan gerak yang sangat luas. Walau demikian, perkembangan
kehidupan demokrasi di AS tidak selamanya menunjukkan grafik yang terus stabil, tetapi juga
mengalami pasang surut, hambatan, dan dianggap tidak taat asas dalam melaksanakan
demokrasi.Dipertahankannya sistem perbudakan yang berlangsung lama dan baru dihapuskan
tahun 1865. Adanya Civil Rights Movement pada tahun 1960-an yang menggambarkan
perjuangan hak-hak orang-orang kulit hitam AS, pengakuan hak pilih wanita baru di tahun 1920,
dan baru disahkannya undang-undang untuk melindungi hak-hak warga negara minoritas di
tahun 1954, serta kurang diberikannya persamaan hak dan keadilan kepada penduduk asli AS
(yang dikenal sebagai bangsa Indian), menunjukkan berfluktuasinya perkembangan demokrasi di
AS (Bradley dan Lubis, 1991 : XVII).
Terlepas dari semua cacat sejarah tersebut, dewasa ini AS dapat dianggap sebagai
negara dengan kualitas demokrasi terbesar di dunia. Hal tersebut kemudian menjadi salah satu
faktor yang membuat kuatnya posisi demokrasi sebagai isu penting dalam politik luar negeri AS
saat ini, disamping faktor-faktor lain seperti dinamika kesejarahan dalam mempraktekkan nilai-
nilai demokrasi selama ratusan tahun dan kemunculannya sebagai kekuatan unilateral
pascaperang dingin.
Hanya saja ukuran demokrasi yang dijadikan indikator oleh AS terhadap satu negara
dengan negara lainnya dapat berbeda. Kadangkala terjadi pembiasan karena unsur kepentingan
nasional kerap kali lebih mengemuka dibandingkan mengutamakan mendeteksi
pelanggaranpelanggaran terhadap nilai-nilai demokrasi yang terjadi. Hal ini terjadi pada proses
yang diambil AS dalam aksi politik luar negerinya. Bisa demokratis dan juga bisa tidak
demokratis.Kasus invasi AS ke Irak April 2003 yang lalu menjadi contoh kongkrit. Alasan invasi
AS tersebut karena Irak di bawah pemerintahan Saddam Hussein menjadi negara yang tidak
demokratis dengan tingkat pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang tinggi, represif,
mendukung terorisme internasional, dan mengembangkan persenjataan pemusnah massal.
Melalui laporannya yang diberi judul A Decade of Deception and Defiance, Presiden George W.
Bush mengungkapkan bahwa :
“For more than a decade, Saddam Hussein has deceived and defide the will and
resolution of the United Nations Security Council by among other things : continuing to
seek develop biochemical, biological and nuclear weapons, and prohibited long-range
missiles; brutalizing the Iraqi people, including commiting gross human tights
violations and crimes against humanity; supporting international terrorism; refusing to
release or account for prisoners of war and other missing individuals from the Gulf War
era; refusing to return stolen Kuwaity properti; and working to circumvent the UN’s
economic sanction” (www.whitehouse.gov, 2002).
Pernyataan tersebut di atas menjadi alasan yang kuat bagi pemerintah AS untuk
menginvasi Irak dan mengabaikan tentangan-tentangan yang muncul dari dalam negeri AS
sendiri maupun dari masyarakat internasional yang menginginkan proses damai dan demokratis
dalam menyelesaikan kasus Irak.

 Dinamika Pemerintahan Amerika Serikat


Donald Trump merupakan salah satu presiden AS yang penuh kontroversi,sejak
mengumumkan dirinya untuk mencalonkan diri sebagai kandidat presiden sampai dengan
terpilihnya ia sebagai presiden Amerika Serikat mengalahkan Hillary Clinton dengan margin
electoral collages yang cukup signifikan. Trump sendiri menarik perhatian dunia dengan
proposal kebijakanya yang sarat dengan kebencian dan rasisme mulai dari melarang umat
muslim masuk ke AS sampai dengan membangun tembok perbatasan dengan Meksiko.
Tambah Merebaknya islamophobia di AS dengan kebijakan yang trump yang tidak
memperbolehkan negara-negara muslim untuk datang ke negaranya, dengan adanya kebijakan
kontroversial yang dibuat oleh Trump tersebut membuat kaum muslim sebagai minoritas di
negara tersebut seakan di kucilkan dan dapat membuat hubungan diplomatik antara negara
Amerika Serikat dengan negara muslim lainnya terancam renggang dan tidak harmonis lagi.
Mengenai pembuatan tembok perbatasan dengan meksiko dengan dalih bahwa Amerika
Sendiri merugi karena adanya imigrasi illegal yang masuk ke negaranya dan meng-klaim adanya
kenaikan pengungsi di suaka perbatasan. Hal tersebut. Trump bersikeras dalam pembangunan
tembok ini,walaupun pada survei yang dibuat oleh Pew Research Center pada bulan januari 2019
menunjukkan mayoritas orang marika 58% secara substansial menentang perluasan konstruksi
pembatas tersebut sementara 40% mendukungnya. Hal itu disebabkan tidak ada yang benar-
benar tahu berapa biayanya dan jumlah penangkapan di perbatasan selatan yang sedang dibuat
tembok tersebut menurun dari waktu kewaktu.
Bahkan setelah pengumuman hasil pemilu di Negara Paman Sam tersebut
berlalu,banyak massa demonstran yang menolak kepemimpinan Trump. Bahkan telah memasuki
hari keempat setelah pengumuman hasil pemilu kian membesar. Para demonstran memenuhi
jalan-jalan besar sepanjang hari di New York, Los Angles, dan Chicago. Menurut para
demonstran seperti yang dikutip dalam Reuters mengungkapkan bahwa ”mereka takut karena
memilih orang yang sangat rasis,pelecehan perempuan dan tidak kompeten. Dan sudah sampai
pada tingkat yang membangkitkan rasa benci di masyarakat” hal itu sebabkan pernyataan-
pernyataan dari Donald Trump yang dianggap rasis dan tidak memikirkan kaum minoritas di
negara Amerika Serikat.
Buntut panjang dari berbagai masalah di Amerika sendiri ialah pemakzulan Presiden
Donald Trump oleh dewan perwakilan rakyat AS (house of representative) melalui sdiang
paripurna pada tanggal 18 Desember 2019. Alasan adanya pemakzulan tersebut ialah Trump di
tuduh menyalahgunakan kekuasaan dan menghalangi penyelidikan kongres,penyalahgunaan ini
terkait dengan permintaan Trump terhadap pemerintahan Ukrania untuk menyelidiki calon
pesaingnya Joe Biden dalam pilpres AS tahun 2020. Padahal Komisi Yudisial AS mengundang
Trump dan kuasa hukumnya untuk menghadiri sidang untuk mempersilahkan tim Presiden untuk
membeberkan bukti dan mempertanyakan proses persidangan,namun udangan tersebut justru di
tolak. Hasil dari persidangan yang dipimpin oleh Nancy Pelosi dari hasil Reuters bahwa 230
orang setuju dengan pemakzulan dan 197 tidak setuju dengan pasal penyalahgunaan kekuasaan.
Sampai kejadian di Capitol Hill,Washington dimana ketua DPR AS Nancy Pelosi
merobek naskah pidato kenegaraan presiden Donald Trump menurut pernyataan ketua DPR AS
yang dikutip dalam laman Tribun,“Manifesto melenceng dari lembar demi lembar seharusnya
direspons aksi nyata dari mereka yang ingin mendapat kebenaran dan presiden” hubungan antara
ketua House Of Representatif dan Presiden Amerika Serikat sendiri memburuk sejak Pelosi
mengumumkan pamkzulan Trump dalam sidang DPR AS yang di gelar pada 18 Desember 2019.
Setelah diadakannya kongres dengan senat AS yang notaben dikuasai partai Republik,Presiden
Donald Trump dinyatakan bebas dari semua dakwaan dalam persidangan pemakzulannya.
Amerika Serikat kembali berkonflik dengan negara Iran,setelah meluncurkan serangan
roket yang menewaskan komandan pasukan Quds yaitu Qassem Soleimani,Soleimani telah
diangap sebagai tokoh militer terkuat Iran dan berada di posisi kedua dalam alur kekuasaan di
Iran. Disebutkan dalam media sulsel bahwa penyataan pentagon terkait upaya serangan atas
Soleimani sebagai “upaya pertahanan” Amerika untuk melindungi para diplomatnya.
Sebagai Negara Adidaya Amerika Serikat membawa pengaruh bagi dunia ketika
membuat suatu kebijakan,apalagi yang berhubungan dengan hubungan internasional bersama
negara-negara lainnya. Banyaknya permasalahan yang di hadapi pemerintah Amerika Serikat
baik dari Internal maupun Eksternal merupakan suatu tantangan terbesar bagi negara tersebut,dan
sudah sepatutnya permasalahan tersebut dihadapi dengan bijak dan penuh perhitungan sehingga
tidak mengganggu keamanan dan perdamaian dunia.

 Sistem Pemilu Dan Partai Politik


Pemilu di Amerika Serikat menerapkan sistem Electoral College, dimana rakyat tidak
memilih langsung kandidat-kandidat yang dicalonkan, melainkan melalui seorang delegasi.
Sistem ini sendiri telah diterapkan sejak pemilu pertama Amerika Serikat pada tahun 1788.
Dalam pelaksanaannya, pemilu di Amerika Serikat terdiri dari tiga tahap. Pertama yaitu tahap
pemilihan pendahuluan, dimana masyarakat melalui delegasi negara bagiannya memilih
kandidat-kandidat calon presiden yang akan berkontestasi dalam pemilu. Kedua adalah tahap
pemilihan umum, dimana pemilih sah akan memilih elector yang akan mendukung salah satu
calon presiden. Terakhir adalah tahap electoral college, dimana para elector menyampaikan hasil
pemilihan dari negara bagian mereka, yang dihitung oleh kongres Amerika Serikat pada awal
tahun, kemudian secara resmi mengumumkan dan melantik presiden untuk empat tahun
kedepannya. Pemilu ini sendiri hanya diikuti oleh dua partai politik, yaitu partai republik dan
partai demokrat. Kedua partai ini merupakan kendaraan politik utama dalam kontestasi pemilu di
Amerika Serikat. Maka dari itu, mayoritas pemilih dalam pemilu di Amerika Serikat cenderung
merupakan royalis partai.
Terlepas semua hal tersebut pemilu di Amerika Serikat memiliki permasalahannya
sendiri. Salah satu hal yang menjadi permasalahan utama adalah tingginya angka golput. Faktor
yang menjadi penyebab terjadinya hal ini adalah proses pemilu yang rumit, terutama dengan
adanya peraturan di setiap negara bagian dimana masyarakat perlu melakukan daftar ulang untuk
ikut memilih dalam setiap pemilu. Tidak diberlakukannya sistem registrasi otomastis,
dikarenakan tinggi mobilitas masyarakat yang berpindah dari negara bagian satu ke negara
bagian lainnya. Ditambah lagi dengan pelaksanaan pemilu yang dilakukan pada hari kerja bukan
pada hari libur, menyebabkan masyarakat malas untuk pergi ketempat pemilihan.
Pemerintah menyadari bahwa proses pemilu yang rumit memiliki kontribusi dalam
tingginya masyarakat yang di ikut serta dalam pemilu di Amerika Serikat. Oleh karena itu,
beberapa negara bagian menarapkan kebijakan-kebijakan untuk menurunkan angka golput
tersebut. Kebijakan tersebut antara lain, kebijakan pendaftaran pemilih pada hari pelaksanaan
pemilu, kemudahan pendaftaran pemilu bagi pemilih bermobilitas tinggi, dan melakukan
pemilihan sebelum pelaksanaan pemilu. Kebijakan-kebijakan ini terbukti efektif meningkatkan
angka partisipasi masyarakat AS dalam pemilu.
Berdasarkan uraian diatas, penulis melihat bahwa sistem pemilu di Amerika Serikat
memiliki proses yang panjang, rapi, terstrukur, serta lebih menunjukkan kedewasaan dalam
berpolitik masyarakatnya. Hal yang mendasari pendapat penulis tersebut adalah pertama pemilu
di Amerika Serikat terdiri dari tiga tahapan yaitu pemilu pendahuluan, pemilihan umum, serta
electoral college, yang mana penulis nilai lebih dapat menjamin hasil pemilu secara keseluruhan.
Kedua, masyarakat tidak langsung memilih calon Presiden dan Wakil Presiden yang dicalonkan,
namun mereka mewakilkannya melalui delegasi yang ada dinegara bagiannya. Melihat proses
yang cukup panjang, serta kedewasaan berpolitik masyarakatnya, penulis menilai bahwa pemilu
di Amerika Serikat akan menghasil pemimpin yang benar-benar sesuai dengan apa yang
diinginkan rakyat, terlepas dari permasalahan-permasalahan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Syafiie, Inu Kencana. 2013. Ilmu Pemerintahan. Bandung : Mandar Maju

H. Rozali Abdullah. 2000. Pelaksanaan Otonomi Luas dan Isu Federalisme Sebagai Suatu
Alternatif, Jakarta : Raja Gravindo Persada

Bagir, Manan. 1993. Perjalanan Historis Pasal 18 UUD 1945. Karawang : UNISKA

Sudjijono, Budi dan Doddy Rudianto. 2003. Manajemen Pemerintahan Federal, Perspektif
Indonesia Masa Depan. Jakarta : Citra Mandala Pratama

Huntington, P., Samuel. 1995. Gelombang Demokratisasi Ketiga. Jakarta : Graffiti

Cipto, Bambang. 2003. Politik dan Pemerintahan Amerika. Yogyakarta : Lingkaran

Jatmika, Sidik. 2000. AS Penghambat Demokrasi : Membongkar Politik Standar Ganda Amerika
Serikat. Yogyakarta : Bigraf Publishing

Bradley, William L., dan Mochtar Lubis. 1991. Dokumen-Dokumen Pilihan tentang Politik Luar
Negeri Amerika Serikat dan Asia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Polsby, Nelson W dkk. 2012. Presidential Election : Strategies and Structures of American
Politics. Maryland : Rowman & Littlefeld Publishers, Inc
Jurnal

Febrianti, Doris, dan M. Jerry Pratama. (2017). PERBANDINGAN SISTEM PEMILIHAN


UMUM PRESIDEN AMERIKA SERIKAT DENGAN INDONESIA. JURNAL
PEMERINTAHAN DAN POLITIK, 2(1)

Budiatri, Aisah Putri. (2013). PEMILU PRESIDEN AMERIKA SERIKAT. JURNAL


PENELITIAN POLITIK, 10(2)

Afif, Naufal Azmi, dan Arina Aulia Wafa. (2019). ANALISIS KEBIJAKAN GLOBAL WAR
ON TERROR (GWOT) DI ERA DONALD TRUMP. JURNAL HUBUNGAN
INTERNASIONAL.

Berita

Ini Penyebab Konflik Amerika-Iran,

Diakses:https://www.mediasulsel.com/ini-penyebab-konflik-amerika-iran, pada 10
April 2020

Fakta terkait Pemakzulan Donald Trump,

Diakses:https://www/.kompas.com/tren/read/2019/12/20/210500665/5-fakta-terkait-
pemakzulan-Donald-Trump, pada 10 April 2020

Gelombang Demonstrasi Anti Trump Masuki Hari Keempat,

Diakses:https://m.repbulika.co.id/berita/internasional/global/16/11/13/ogjztv301-
gelombang-demonstrasi-antitrump-masuki-hari-keempat, pada 10 April 2020

Anda mungkin juga menyukai