Anda di halaman 1dari 4

UJIAN AKHIR SEMESTER

NAMA : MOCHAMAD FARIS ACQUARRI

NPM : 201000191

KELAS : F

MATA KULIAH : HUKUM TATA NEGARA

DOSEN : Hj.NIA KANIA WINAYATI,Dra,S.H,M.H

1). Hukum Tata Negara

pengertian : suatu bangunan Hukum yang bersumber pada akal pikiran manusia (Unsur idiil)
sifatnya tetap asas – asas hokum : suatu bangunan hokum yang bersumber pada perasaan manusia

sifatnya : sering berubah – ubah karena pandangan hidup masyarakat yang berbeda

b) Asas hukum adalah aturan dasar dan prinsip-prinsip hukum yang abstrak dan pada
umumnya melatarbelakangi peraturan konkret dan pelaksanaan hukum.

HUKUM adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh
penguasa atau pemerintah.

Contoh asas hokum : apabila seseorang melakukan kesalahan yang merugikan orang lain, harus
mengganti kerugian tersebut, norma hukumnya berbunyi : “tiap perbuatan melanggar hukum yang
membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan
kerugian tersebut, mengganti kerugian tersebut (Pasal 1365 KUH Perdata).

Contoh hokum : Penandatanganan perjanjian perdagangan bebas antara kedua Negara

2). A.Dalam sistem pemerintahan yang bercorak parlementer kepala Negara bisa dipegang oleh
Raja, Ratu, Presiden. Sedangkan jabatan kepala pemerintahan dipegang oleh perdana menteri.
Sehingga dalam praktiknya jika yang menjadi kepala pemerintahan adalah raja, maka sistem
pemerintahan yang dianut adalah sistem pemerintahan parlementer yang bercorak kerajaan atau
kerajaan parlementer (lazim juga disebut sistem kabinet) seperti yang berlaku pada Negara Inggris,
Belanda, Malaysia, dan Thailand.

Ada juga yang berbentuk republik parlementer, jika yang menjadi kepala Negara adalah Presiden
sedangkan yang menjadi kepala pemerintahan dipegang oleh perdana menteri seperti Jerman, India,
Pakistan, Singapura. Pada republik parlementer yang demikian, Presiden terkesan hanya sebagai
simbol belaka, yang hanya bekerja menurut jadwal waktu tertentu dan setelahnya akan diganti
melalui prosedur pemilihan atau pengangkatan sebagai proses politik yang dinamis.

Dalam Sistem pemerintahan Presidensial merupakan system pemerintahan di mana kepala


pemerintahan dipegang oleh presiden dan pemerintah tidak bertanggung jawab kepada parlemen
(legislatif). Kedudukan Presiden dalam sistem pemeritahan Presidensial berdasarkan UUD NRI Tahun
1945 tidak dipisahkan sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan, dalam artian
kedudukan sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan melekat di satu tangan seorang
Presiden. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 4 ayat (1) yang berisi “Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar”. Maksud dari kekuasaan
pemerintahan menurut ketentuan tersebut adalah kekuasaan eksekutif. Dengan demikian, Presiden
memegang dua kekuasaan sekaligus yaitu kekuasaan kepala negara sekaligus kekuasaan kepala
pemerintahan.

B.Pada sistem parlementer, menteri adalah pengemban misi partai atau dapat pula dikatakan
sebagai representasi partai-partai dalam kabinet koalisi di lembaga eksekutif. Maka dalam kabinet
koalisi, program kerja kabinet adalah produk kompromi antara kepentingan partai anggota dengan
partai pemenang.

Secara konseptual, menteri dalam sistem presidensial adalah sepenuhnya pembantu presiden,
artinya menteri dalam kabinet merupakan perpanjangan tangan presiden yang melaksanakan
sepenuhnya kebijakan yang telah digariskan oleh presiden. Tidak boleh ada campur tangan partai
dalam penentuan garis-garis kebijakan dari presiden kepada menterinya

C. Setelah terjadi amandemen, sistem pemerintahan Indonesia mengalami perubahan pokok-pokok


kunci pemerintahan, yaitu :

Bentuk Negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas.Wilayah Negara terbagi menjadi
beberapa provinsi. Bentuk pemerintahan adalah Republik.

Sistem pemerintahan adalah presidensial. Presiden adalah kepala Negara sekaligus kepala
pemerintahan.

Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.

Parlemen terdiri atas dua (bikameral), yaitu DPR dan DPD.

Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh mahkamah agung dan badan peradilan di bawahnya.

3).a) .Struktur ketatanegaraan sebelum amandemen belum ada lembaga KY dan ada lembaga
DPA.Tetapi,setelah amandemen di bentuk lembaga KY dan dihapusnya lembaga DPA.Serta,sebelum
amandemen,MPR menduduki lembaga tertinggi.Tapi,setelah amandemen,semua lembaga
kedudukan tertinggi di pegang oleh presiden

b). Kunci utama dalam hubungan legislatif-eksekutif secara umum terdiri dari tiga tipe hubungan
yaitu : pertama, lembaga menjadi pembuat kebijakan; kedua, lembaga mempengaruhi kebijakan
dengan cara lembaga reaktif terhadap inisiatif pemerintah; dan ketiga, lembaga didominasi oleh
eksekutif atau hanya sebagai stempel bagi pemerintah.

4).A. Sistem pluralitas/mayoritas (distrik)

Dalam sistem ini wilayah negara dibagi ke dalam beberapa distrik pemilihan yang biasanya berdasar
atas jumlah penduduk. Setiap distrik diwakili oleh satu orang wakil. Nantinya, kandidat yang memiliki
suara terbanyak akan mengambil seluruh suara yang diperolehnya.

- Dalam satu daerah pemilihan atau dapil (provinsi atau gabungan kabupaten atau kota)
hanya terdapat satu kursi lembaga perwakilan yang diperebutkan.

- Wakil rakyat yang meraih suara terbanyak merupakan pemenang dan meraih satu kursi
lembaga perwakilan (the winner takes all).

Sistem proporsional Dalam sistem ini proporsi kursi yang dimenangkan oleh Partai Politik dalam
sebuah daerah pemilihan berbanding seimbang dengan proporsi suara yang diperoleh partai
tersebut.

- Terdapat lebih dari satu kursi yang diperebutkan dalam satu daerah pemilihan (Dapil).
- Jumlah kursi yang diperebutkan dalam satu dapil dihitung secara berimbang sesuai dengan
jumlah penduduk dalam satu dapil.

- Jumlah kursi yang diperoleh partai politik berbanding lurus dengan jumlah perolehan suara
yang didapatkan

Sistem campuran

Merupakan perpaduan penetapan antara sistem proporsional, pluralitas/mayoritas.

- Memadukan ciri-ciri positif sistem distrik dan proporsional

- Terdapat dua sistem pemilu yang berjalan beriringan

- Suara diberikan oleh pemilih yang sama dan dikontribusikan pada pemilihan wakil rakyat
dibawah kedua sistem tersebut.

- Mengkonversi suara menjadi kursi dengan hasil yang berada diantara proporsionalitas
dengan mayoritarian

C.Selama ini sistem distrik dianggap menguntungkan dalam hal penyederhanaan jumlah partai
politik karena suara-suara partai kecil sulit untuk memenangkan pemilihan (prinsip the winner takes
all tersebut), sehingga pemerintahan dan sistem politik relatif lebih stabil. Selain itu partai politik
yang akan berkompetisi akan semakin selektif dalam menentukan kandidatnya di distrik mana
mereka akan mengikuti pemilihan, sehingga hal ini juga bagus untuk menekan oligarki politik di
tingkatan partai politik sebab hanya calon yang kompeten dan populis yang memiliki potensi besar
memenangkan suara di distrik tersebut. Namun sistem distrik juga dianggap memiliki kelemahan
terutama dalam hal sistem ini dianggap kurang representatif atau mewakili suara dari kelompok-
kelompok minoritas karena tidak memiliki wakil yang diakibatkan berlakunya prinsip the winner
takes all tersebut. Kandidat terpilih juga dikhawatirkan hanya mementingkan kepentingan rakyat di
distriknya untuk mengamankan dalam mendulang suara dalam pemilihan berikutnya, sehingga
harapan agar wakil rakyat dapat mementingkan kepentingan rakyat di distrik lain semakin kecil.

Berbeda dengan sistem distrik, sistem pemilihan dengan sistem proporsional mempertimbangkan
proporsi jumlah kursi dengan jumlah penduduk/pemilih di sebuah daerah pemilihan. Dalam sistem
ini, daerah pemilihan yang memiliki jumlah penduduk yang besar akan mendapatkan jumlah kursi
yang lebih besar pula dalam sebuah lembaga perwakilan. Selain itu, dipertimbangkan juga proporsi
perolehan suara partai politik untuk dikonversi menjadi kursi yang diperoleh oleh partai politik.
Dengan demikian, partai politik dapat mencalonkan lebih dari satu kandidat dalam daerah
pemilihan, juga terbuka peluang bagi partai-partai kecil untuk mendulang kursi dalam daerah
pemilihan tersebut.

Sistem proporsional menjawab kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam sistem distrik yaitu
dianggap lebih mewakili suara semua kelompok masyarakat karena suara kandidat yang kalah tetap
diperhitungkan, sehingga potensi suara hilang dapat diminimalisir dan partai-partai kecil tetap
dimungkinkan untuk memiliki wakil di lembaga perwakilan. Kelemahan dalam sistem ini adalah
dianggap membuka peluang bagi tumbuh kembangnya sistem multipartai yang berimbas pada
sulitnya untuk memunculkan stabilitas politik, juga dengan banyaknya kandidat yang maju dalam
pemilihan maka berpotensi mengurangi populisitas dan animo masyarakat untuk mengenal lebih
dekat kandidat-kandidat tersebut sehingga visi, misi, dan platform yang ditawarkan kurang mampu
dipahami oleh pemilih. Di sisi lain, kandidat lebih memiliki keterikatan dengan partai yang
mengusungnya alih-alih mencoba mendapatkan legitimasi politik dari rakyat.
Beberapa kelemahan yang dijumpai dalam sistem distrik dan proporsional memungkinkan beberapa
negara di dunia menganut sistem pemilihan campuran. Dalam sistem pemilihan ini, sebagian
anggota lembaga perwakilan dipilih melalui sistem distrik, sedangkan sebagian lainnya dipilih melalui
sistem pemilihan proporsional. Hal ini jamak dijumpai dalam sistem pemerintahan sebuah negara
yang lembaga legislasinya menganut bikameralisme. Sistem pemilihan campuran menggabungkan
antara keterwakilan dengan kondisi geografis dalam suatu negara, sehingga pemilihan tidak
menghilangkan suara minoritas juga memiliki mekanisme keterwakilan berdasarkan wilayah untuk
meningkatkan representasi kedaulatan

C. Di Indonesia telah berulang kali dilangsungkan Pemilu yang disebut sebagai pesta Demokrasi
Pancasila Rakyat Indonesia. Pemilu sebagai salah satu perwujudan pelaksanaan demokrasi pada
prinsipnya diselenggarakan sebagai sarana kedaulatan rakyat, sarana partisipasi masyarakat.
Terdapat dua sistem pelaksanaan pemilu di Indonesia yaitu sistem Distrik dimana Sistem ini
diselenggarakan berdasarkan lokasi daerah pemilihan, dalam arti tidak membedakan jumlah
penduduk, tetapi tempat yang sudah ditentukan. Dan yang kedua adalah Sistem Proporsional
dimana Sistem ini didasari jumlah penduduk yang akan menjadi peserta pemilih. Misalnya setiap
40.000 penduduk pemilih memperoleh satu wakil (suara berimbang), sedangkan yang dipilih adalah
kelompok orang yang diajukan kontestan pemilu yaitu partai politik.

5). 1.Sistem multipartai, muncul karena adanya keanekaragaman dalam komposisi masyarakat
negara tersebut, yaitu adanya keragaman ras, agama, suku bangsa, kebudayaan, ataupun ideologi
yang dianut dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Pola multipartai lebih mencerminkan
keanekaragaman budaya serta keanekaragaman politik. Negara-negara penganut sistem multipartai,
misalnya, Indonesia, Malaysia, Korea Selatan, Taiwan, Belanda, Perancis, Jepang, Thailand, dan
Swedia.

2.Sistem partai tunggal, artinya hanya ada satu-satunya partai dalam negara tersebut. Contoh
negara yang memberlakukan sistem ini adalah Pantai Gading, Guinea, Kuba, Korea Utara, Mali, dan
RRC.

3. Sistem dwipartai, artinya terdapat dua partai atau ada beberapa partai, tetapi dengan peranan
jaminan dari dua partai. Dalam sistem ini, partaipartai dengan jelas dibagi dalam partai yang
berkuasa (memenangkan pemilu) serta partai oposisi (kalah dalam pemilu). Contohnya, Amerika
Serikat dengan Partai Republik dan Partai Demokratnya.

b.Sistem kepartaian Indonesia menganut sistem multi partai. Aturan ini tersirat dalam pasal 6A(2)
UUD 1945 yang menyebutkan bahwa presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik.

Anda mungkin juga menyukai