A. PENDAHULUAN
dimana lembaga tersebut dibuat oleh negara, dari negara, dan untuk negara dimana
bertujuan untuk membangun negara itu sendiri. Adapun artinya adalah lembaga yang
anggotanya terdiri dari beberapa negara dan mempunyai fungsi menjaga kestabilan
anggota-anggotanya dan menciptakan suatu kerja sama regional antar negara anggota
baik bilateral dan multiteral sehingga tercipta hubungan simbiosis mutualisme antar
negara anggota. Adapun juga Pengertian dan Jenis-jenis Lembaga Negara, misalkan
Negara Indonesia, Negara Indonesia adalah negara hukum (rechstaat) dengan sistem
bawah satu tangan seorang penguasa. Karena itudalam sistem pemerintahan, segala
Kekuasaan negara juga dijalankan oleh lembaga-lembaga dengan tata aturan tertentu
Mengenai kata perwakilan disini dapat bermakna pada perseorangan maupun suatu
kelompok yang memiliki kemampuan dan kewajiban untuk berbicara, membuat tindakan,
pendapat Alfredde Grazia (1994), yaitu hubungan antara dua orang, wakil dengan pihak
beberapa aksiyang mendapat persetujuan dari pihak yang ia wakili. Kemudian menurut
Hanna Penichel Pitkin(1957), perwakilan ialah proses mewakili, dimana wakil bertindak
sedemikian rupa sehingga antara wakil danpihak yang diwakili tidak terjadi konflik dan
jika benar terjadi, maka harus mampu diredakan dengan penjelasan. Kemudian
atau suatu kelompok memiliki kemampuan atau kewajiban untuk berbicara dan bertindak
atas nama suatu kelompok yang lebih besar. Oleh karena itu, system perwakilan pada
hematnya, ialah sistem yang dijalankan untuk mewakili seluruh rakyat Indonesia oleh
anggaran, perwakilan, kontrol, dan fungsi legilasilah yang paling penting. Berpacu
kepada amandemen UUD 1945, Indonesia menganut sistem perwakilan bikameral, yaitu
DPR dan DPD. Namun menurut Deputi Bidang Persidangan dan Kerjasama antar
Parlemen DPR RI, Achmad Juned, Indonesia menganut sistem perwakilan unicameral
walaupun Indonesia terlihat menganut bikameral dengan adanya DPR dan DPD. Namun
sangat disayangkan disini fungsi DPD terbilang minim dengan hanya diikut sertakan
dalam perumusan kebijakan dan hanya memberi pertimbangan atas penetapan tersebut,
dimana hal ini sangat mencerminkan ketidakseimbangan antara DPR dan DPD.
Namun terdapat pendapat lain juga yang menyatakan bahwa Indonesia menganutsistem
perwakilan trikameral, yaitu dengan adanya MPR, DPR, dan DPD. Sebelum amandemen
UUD 1945, sistem perwakilan Indonesia menganut bikameral, yaitu MPR dan DPR.
Namun setelah amandemen UUD 1945, bertambah dengan DPD.Pendapat lain juga
soft bicameral , dimana kamar pertama dalam hal ini DPR, lebih kuat dari pada
kamarkedua, yaitu DPD. Sedangkan sebenarnya dalam sistem perwakilan bikameral ini
seharusnya terdapat checks and balances antara keduanya untuk saling mengawasi dan
jika kita melihatpada fakta hukumnya bahwa kesenjangan wewenang DPR yang lebih
dalam kehidupan sehari-hari memang sudah umum terjadi, bahkan dalam hal sentral
B. PEMBAHASAN
Umumnya perwakilannya adalah orang populer karena reputasi politiknya, tetapi belum
sudah memilih melalui perwakilan politik, apalagi dengan sistem pemilihan distrik.
Di Negara-negara maju, pemilihan umum tetap merupakan cara yang terbaik untuk
pada fungsi/jabatan atau keahlian orang tersebut dalam masyarakat dan perwakilannya
seseorang anggota Partai Politik, misalnya dari Partai A, tetapi dia seorang ahli atau
kategori ini suatu Parlemen dari suatu negara yang terbentuk berdasarkan seluruh
pengangkatan karena hasil dari suatu perebutan kekuasaan atau penguasa yang lama
penunjukannya. Sering para ahli menyebutkan kadar demokrasi yang dianut oleh suatu
umum atau pengangkatan atau gabungan pemilihan atau pengangkatan. Makin dominan
perwakilan hasil pemilu makin tinggi demokrasinya dan sebaliknya makin dominan
pengangkatan makin rendah kadar demokrasi yang dianut oleh negara tersebut. Akan
tetapi, seperti diuraikan dalam bab demokrasi, susah mencari dan menilai demokrasi yang
Perkembangan Badan Legislatif yang pernah ada dan berlaku di Indonesia; Volksraad
berlaku 1918-1942; Komite Nasional Indonesia berlaku: 1945-1949, DPR dan Senat
Republik Indonesia Serikat berlaku 19491950; DPR Sementara berlaku: 1950-1956; DPR
hasil pemilihan umum 1955 berlaku 1956-1959, DPR peralihan berlaku 1959-1960; DPR
Control of Expendditure, dan Control of Taxation by Parliament. Selain itu DPR dalam
Daerah dart UU No. 2/1985 yang telah disempurnakan dalam UU No. 4/1999 pada Pasal
33 ayat (3) DPR untuk melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana yang dimaksud
Selanjutnya Lembaga Perwakilan lebih lanjut diatur dalam UUD 1945 diatur dalam
pasal-pasal tersendiri, namun fungsi, peran, dan kedudukan DPR melalui UUD 1945
democracy) dan ada juga demokrasi tidak langsung (indirect democracy). Namun dengan
dalam suatu wilyah tidak lagi seperti polis-polis di jaman Yunani kuno, tapi sudah
berkembang menjadi negara yang luas berbentuk kesatuan ataupun federal yang terdiri
dari negara bagian-bagian. Bahkan pada jaman pasca kolonial ini banyak negara-negara
bekas jajahan yang merdeka membentuk negara bangsa (nation state). Maka kecuali
secara langsung sepertinya akan sulit diterapkan bahkan dapat dikatakan mustahil.
Sedangkan yang dimaksud dengan indirect democracy adalah suatu demokrasi di mana
kedaulatan rakyat itu tidak dilaksanakan oleh rakyat secara langsung melainkan melalui
sebagimana dikemukakan di atas, kita mengenal dua macam sistem lembaga perwakilan
yaitu :
berbentuk federal atau pemerintahanya berbentuk kerajaan antara lain Inggris, Belanda,
Kekaisaran Jepang dan Amerika Serikat. Namun di samping dianut di dalam negara-
negara yang berbentuk kerajaan dan federal, bukan berarti negar-negara yang berbentuk
kesatuan tidak menganut Sistem ini. Republik Perancis, dalam Pasal 24 Kontstitusinya
menentukan, bahwa parlemennya terdiri dari Nasional Assembly dan Senate. Apabila
umum secara langsung, sesuai dengan jumlah penduduk dan warga negaranya, maka
dinamakan Comunals dan Depertments. Dalam UUD 1945 setelah perubahan berhasil
merumuskan keberadaan perwakilan di Indonesia menjadi dua kamar. Pasal 2 ayat (1)
dan Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih
lanjut oleh Undang-Undang \ Dengan adanya lembaga perwakilan yang terdiri dari DPR
dan DPD maka untuk pertama kalinya di introdusir sistem bikameral dalam Sistem
penafsiran. Adapun keberadaan dua lembaga DPR dan DPD itu merupakan konsep
berpendapat Sistem bikameral yang kita anut adalah Sistem bikameral lunak (soft
Menurut Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar yang juga anggota PAH I
Badan Pekerja (BP) MPR Theo L Sambuaga, sistem MPR yang dianut adalah sistem
bikameral yang lunak (soft bicameral). Lebih lanjut dikatakan sistem perwakilan yang
selama ini dinilai agak sentralislistis supaya lebih demokratis dan desentralisasi, maka
diperlukan ada perwakilan dua kamar tetapi lunak. Dalam sistem ini fungsi legislasi dan
pengawasan DPD tidak sama dengan DPR. DPD tidak membentuk Undang-Undang
karna kekuasaan membentuk Undang-Undang ada pada DPR. Kemudian ada sistem
checks and balances, dan lewat DPD, daerah punya kontnbusi dalam perumusan
dalam UUD 1945 setelah perubahan masih bukan bikameralisme murni yang menjamin
adanya keseimbangan atau checks and balances antara dua kamar di parlemen yakni DPR
dan DPD. Wewenang DPD lebih lemah dibandingkan dengan wewenang DPR. DPD
hanya memiliki hak legislasi dan pembahasan dalam hal-hal yang berkaitan dengan
otonomi daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya serta
yang berkaitan dengan perimbangan antara pusat dan daerah (Pasal 22D ayat 1 dan 2).
daerah, maka seharusnya DPD diberi kewenangan yang sejajar dengan DPR, sehingga
Terlepas dari perdebatan diatas keberadaan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan suatu
kenyataan dan telah memberikan warna baru bagi Sistem perwakilan kita dengan segala
wewenang dan tugasnya yang terbatas.Pengaturan tentang Dewan Perwakilan Daerah sendiri
diatur dalam UUD 1945 dan perubahannya yaitu pada Pasal 22C dan 22D. Dikatakan pada Pasal
22C ayat (1) DPD dipilih dari tiap provinsi melalui pemilihan umum. Pasal 22C ayat (2) jumlah
arggota DPD dari setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh anggota DPD tidak lebih
dari sepertiga jumlah DPR. Kemudian menurut 22C ayat (3) DPD dalam bersidang sedikitnya
sekali dalam setahun. Dalam ayat (4) pasal yang sama susunan dan kedudukan DPD diatur oleh
Undang-Undang.Selanjutnya sesuai Pasal 22D ayat (1), DPD juga berwenang mengajukan
rancangan Undang-Undang (RUU) kepada DPR yang terbatas pada hal-hal yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat daerah, pembentukan dan pemekarai serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta
yang berkaitan dengan perimbangan keuangan Pusat dan Daerah. Pada Pasal 22D ayat (2) DPD
juga ikut membahas RUU yang terkait hal-hal diatas, serta DPD juga memberikan pertimbangan
kepada DPR atas RUU Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan RUU yang berkaitan
dengan pajak, pendidikan, dan agama. Pasal 22D ayat (3) mengatur DPD dapat melakukan
pengawasan atas Pelaksanaan berbagai undang-undang yang telah disebutkan diatas, dan
menyampaikan hasil pengawasannya kepada DPR sebagi bahan pertimbangan untuk ditindak
lanjuti. Kemudian yang Pasal 22D ayat (4) menjelaskan bahwa angota DPD dapat diberhentikan
dari jabatannya, yang syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang.
Dengan keberadaan DPD sebagi wakil politik daerah sedangkan DPR mewakili kepentingan
politik nasional maka Sistem lembaga pervvakilan kita kira-kira mirip dengan sistem bikameral
di Amerika Serikat (AS). Parlemen AS adalah kongres yang terdiri atas Senat yang dipilih di
setiap negara bagian dan House of Representatives dipilih melalui populasi penduduk negara
Amerika Serikat. Adapun keberadan DPD sebagi lembaga perwakilan daerah, berfungsi untuk
lembaga tersebut dibuat oleh negara, dari negara, dan untuk negara dimana bertujuan untuk
membangun negara itu sendiri. Menurut Hanna Penichel Pitkin(1957), perwakilan ialah proses
mewakili, dimana wakil bertindak dalam rangka bereaksi kepadakepentingan pihak yang
diwakili. Wakil bertindak sedemikian rupa sehingga antara wakil dan pihak yang diwakili tidak
terjadi konflik dan jika benar terjadi, maka harus mampu diredakan dengan penjelasan
Apabila seseorang duduk dalam Lembaga Perwakilan melalui pemilihan umum maka sifat
perwakilannya disebut perwakilan politik (political representation). Apa pun fungsinya dalam
masyarakat, kalau yang bersangkutan akhirnya menjadi anggota Lembaga Perwakilan melalui
Secara sederhana sifat perwakilan dalam Negara merupakan sebuah perwakilan yang harus
memiliki tanggung jawab serta memberikan kinerja yang baik kepada Negara, baik Negara itu
sendiri dan memberikan dampak posif bagi masyarakat berbangsa dan bernegara sebagai wakil
atau perwakilan dari Negara. Demikian pula dari pada sifat perwakilan dalam Negara
mungkin agar Negara dan bangsa lebih sejahtera, makmur dan hidup rukun sesama masyarakat
diseluruh indonsia. Dan masyarakat pun berharap Negara ini menjadi Negara yang lebih baik
lagi kedepanya.
DAFTAR PUSTAKA
Darmini Roza dan Laurensius Arliman S Peran Pemerintah Daerah Di Dalam Melindungi Hak
Anak Di Indonesia, Masalah-Masalah Hukum, Volume 47, Nomor 1, 2018.
Laurensius Arliman S, Komnas HAM dan Perlindungan Anak Pelaku Tindak Pidana,
Deepublish, Yogyakarta, 2015.
Laurensius Arliman S, Problematika Dan Solusi Pemenuhan Perlindungan Hak Anak Sebagai
Tersangka Tindak Pidana Di Satlantas Polresta Pariaman, Justicia Islamica, Volume 13,
Nomor 2, 2016.
Laurensius Arliman S, Komnas Perempuan Sebagai State Auxialiary Bodies Dalam Penegakan
Ham Perempuan Indonesia, Justicia Islamica, Volume 14, Nomor 2, 2017.
Laurensius Arliman S, Menjerat Pelaku Penyuruh Pengrusakan Barang Milik Orang Lain
Dengan Mempertimbangkan Asas Fungsi Sosial, Jurnal Gagasan Hukum, Volume 1,
Nomor 1, 2019.
Laurensius Arliman S, Ilmu Perundang-Undangan Yang Baik Untuk Negara Indonesia,
Deepublish, Yogyakarta, 2019.
Laurensius Arliman S, Isdal Veri, Gustiwarni, Elfitrayenti, Ade Sakurawati, Yasri, Pengaruh
Karakteristik Individu, Perlindungan Hak Perempuan Terhadap Kualitas Pelayanan
Komnas Perempuan Dengan Kompetensi Sumber Daya Manusia Sebagai Variabel
Mediasi, Jurnal Menara Ekonomi: Penelitian dan Kajian Ilmiah Bidang Ekonomi,
Volume 6, Nomor 2, 2020.
Laurensius Arliman S, Aswandi Aswandi, Firgi Nurdiansyah, Laxmy Defilah, Nova Sari
Yudistia, Ni Putu Eka, Viona Putri, Zakia Zakia, Ernita Arief, Prinsip, Mekanisme Dan
Bentuk Pelayanan Informasi Kepada Publik Oleh Direktorat Jenderal Pajak, Volume 17,
No Nomor, 2020.
Larensius Arliman S, Koordinasi PT. Pegadaian (Persero) Dengan Direktorat Reserse Narkoba
Polda Sumbar Dalam Penimbangan Barang Bukti Penyalahgunaan Narkotika, UIR Law
Review, Volume 4, Nomor 2, 2020, https://doi.org/10.25299/uirlrev.2020.vol4(1).3779.
Muhammad Afif dan Laurensius Arliman S, Protection Of Children's Rights Of The Islamic And
Constitutional Law Perspective Of The Republic Of Indonesia, Proceeding: Internasional
Conference On Humanity, Law And Sharia (Ichlash), Volume 1, Nomor 2, 2020.