Anda di halaman 1dari 13

SIFAT PERWAKILAN DALAM NEGARA

Nama Mahasiswa: ANDIKA WIRA WIJAQSANA


Email: andikawirawijaqsana@gmail.com
No BP: 2010003600104
Universitas Ekasakti

A. PENDAHULUAN

Lembaga Negara adalah lembaga pemerintahan atau "Civilizated Organization"

dimana lembaga tersebut dibuat oleh negara, dari negara, dan untuk negara dimana

bertujuan untuk membangun negara itu sendiri. Adapun artinya adalah lembaga yang

anggotanya terdiri dari beberapa negara dan mempunyai fungsi menjaga kestabilan

anggota-anggotanya dan menciptakan suatu kerja sama regional antar negara anggota

baik bilateral dan multiteral sehingga tercipta hubungan simbiosis mutualisme antar

negara anggota. Adapun juga Pengertian dan Jenis-jenis Lembaga Negara, misalkan

Negara Indonesia, Negara Indonesia adalah negara hukum (rechstaat) dengan sistem

pemerintahan demokrasi. Negara Indonesia bukan negara kekuasaan (machstaat) di

bawah satu tangan seorang penguasa. Karena itudalam sistem pemerintahan, segala

macam kekuasaan negara diatur dalam ketentuan-ketentuan hukum (undang-undang).

Kekuasaan negara juga dijalankan oleh lembaga-lembaga dengan tata aturan tertentu

Mengenai kata perwakilan disini dapat bermakna pada perseorangan maupun suatu

kelompok yang memiliki kemampuan dan kewajiban untuk berbicara, membuat tindakan,

dsb.Pengertian perwakilan pun sangat banyak macamnya. Salah satunya menurut

pendapat Alfredde Grazia (1994), yaitu hubungan antara dua orang, wakil dengan pihak

yang mewakilinya/konstituen, dimana wakil memegang otoritas untuk melaksanakan

beberapa aksiyang mendapat persetujuan dari pihak yang ia wakili. Kemudian menurut
Hanna Penichel Pitkin(1957), perwakilan ialah proses mewakili, dimana wakil bertindak

dalam rangka bereaksi kepadakepentingan pihak yang diwakili. Wakil bertindak

sedemikian rupa sehingga antara wakil danpihak yang diwakili tidak terjadi konflik dan

jika benar terjadi, maka harus mampu diredakan dengan penjelasan. Kemudian

berdasarkan pendapat Budiarjo (1991), perwakilan merupakan konsep bahwa seorang

atau suatu kelompok memiliki kemampuan atau kewajiban untuk berbicara dan bertindak

atas nama suatu kelompok yang lebih besar. Oleh karena itu, system perwakilan pada

hematnya, ialah sistem yang dijalankan untuk mewakili seluruh rakyat Indonesia oleh

lembaga-lembaga tertentu yang diatur oleh undang-undang.Terdapat tiga sistem lembaga

perwakilan yang dikenal umum, yaitu unikameral,bikameral, dan trikameral. Keefektifan

sistem lembaga perwakilan ini ditentukan oleh keseimbangan kewenangan masing-

masing kamar dalam menjalankan berbagai fungsinya,seperti rekrutmen politik,

anggaran, perwakilan, kontrol, dan fungsi legilasilah yang paling penting. Berpacu

kepada amandemen UUD 1945, Indonesia menganut sistem perwakilan bikameral, yaitu

DPR dan DPD. Namun menurut Deputi Bidang Persidangan dan Kerjasama antar

Parlemen DPR RI, Achmad Juned, Indonesia menganut sistem perwakilan unicameral

walaupun Indonesia terlihat menganut bikameral dengan adanya DPR dan DPD. Namun

sangat disayangkan disini fungsi DPD terbilang minim dengan hanya diikut sertakan

dalam perumusan kebijakan dan hanya memberi pertimbangan atas penetapan tersebut,

dimana hal ini sangat mencerminkan ketidakseimbangan antara DPR dan DPD.

Namun terdapat pendapat lain juga yang menyatakan bahwa Indonesia menganutsistem

perwakilan trikameral, yaitu dengan adanya MPR, DPR, dan DPD. Sebelum amandemen

UUD 1945, sistem perwakilan Indonesia menganut bikameral, yaitu MPR dan DPR.
Namun setelah amandemen UUD 1945, bertambah dengan DPD.Pendapat lain juga

mengatakan bahwa Indonesia menganut sistem perwakilan bikamerallemah/

soft bicameral , dimana kamar pertama dalam hal ini DPR, lebih kuat dari pada

kamarkedua, yaitu DPD. Sedangkan sebenarnya dalam sistem perwakilan bikameral ini

seharusnya terdapat checks and balances antara keduanya untuk saling mengawasi dan

jika kita melihatpada fakta hukumnya bahwa kesenjangan wewenang DPR yang lebih

berkuasa daripada DPD.Ketidakseimbangan antara ide/teori dengan praktek yang terjadi

dalam kehidupan sehari-hari memang sudah umum terjadi, bahkan dalam hal sentral

hukum seperti ini

B. PEMBAHASAN

A. Sifat Lembaga Perwakilan di Indonesia


Apabila seseorang duduk dalam Lembaga Perwakilan melalui pemilihan umum maka

sifat perwakilannya disebut perwakilan politik (political representation). Apa pun

fungsinya dalam masyarakat, kalau yang bersangkutan akhirnya menjadi anggota

Lembaga Perwakilan melalui pemilihan umum tetap disebut perwakilan politik.

Umumnya perwakilannya adalah orang populer karena reputasi politiknya, tetapi belum

tentu menguasai bidang-bidang teknis pemerintahan, perekonomian. Sedang para ahli

sudah memilih melalui perwakilan politik, apalagi dengan sistem pemilihan distrik.

Di Negara-negara maju, pemilihan umum tetap merupakan cara yang terbaik untuk

menyusun keanggotaan Parlemen dan membentuk pemerintah. Lain halnya pada

beberapa negara sedang berkembang, menganggap bahwa perlu mengangkat orang-orang

tertentu dalam Lembaga Perwakilan di samping melalui pemilihan umum.


Pengangkatan orang-orang tersebut di Lembaga. Perwakilan biasanya didasarkan

pada fungsi/jabatan atau keahlian orang tersebut dalam masyarakat dan perwakilannya

disebut perwakilan fungsional (functional or occupational representation). Walaupun

seseorang anggota Partai Politik, misalnya dari Partai A, tetapi dia seorang ahli atau

tokoh fungsional, misalnya buruh, kalau ia duduk dalam Lembaga Perwakilan

berdasarkan pengangkatan di tetap disebut golongan fungsional. Tidak termasuk dalam

kategori ini suatu Parlemen dari suatu negara yang terbentuk berdasarkan seluruh

pengangkatan karena hasil dari suatu perebutan kekuasaan atau penguasa yang lama

membubarkan Parlemen hasil Pemilu dan membentuk Parlemen baru menurut

penunjukannya. Sering para ahli menyebutkan kadar demokrasi yang dianut oleh suatu

negara banyak ditentukan oleh pembentukan Parlemennya, apakah melalui pemilihan

umum atau pengangkatan atau gabungan pemilihan atau pengangkatan. Makin dominan

perwakilan hasil pemilu makin tinggi demokrasinya dan sebaliknya makin dominan

pengangkatan makin rendah kadar demokrasi yang dianut oleh negara tersebut. Akan

tetapi, seperti diuraikan dalam bab demokrasi, susah mencari dan menilai demokrasi yang

sama di dua Negara di dunia.

Perkembangan Badan Legislatif yang pernah ada dan berlaku di Indonesia; Volksraad

berlaku 1918-1942; Komite Nasional Indonesia berlaku: 1945-1949, DPR dan Senat

Republik Indonesia Serikat berlaku 19491950; DPR Sementara berlaku: 1950-1956; DPR

hasil pemilihan umum 1955 berlaku 1956-1959, DPR peralihan berlaku 1959-1960; DPR

Gotong-Royong Demokrasi Terpimpin berlaku 1960-1966; DPR Gotong-Royong

Demokrasi Pancasila berlaku 1966-1971 dan DPR (hasil pemilu 1971).


Real Parliamentary Control dapat dilakukan melalui 3 cara: Control of Executive,

Control of Expendditure, dan Control of Taxation by Parliament. Selain itu DPR dalam

susunan dan kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah dart UU No. 2/1985 yang telah disempurnakan dalam UU No. 4/1999 pada Pasal

33 ayat (3) DPR untuk melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana yang dimaksud

ayat (2), DPR mempunyai hak:meminta keterangan kepada Presiden,

Selanjutnya Lembaga Perwakilan lebih lanjut diatur dalam UUD 1945 diatur dalam

pasal-pasal tersendiri, namun fungsi, peran, dan kedudukan DPR melalui UUD 1945

telah dilakukan beberapa perubahan dan penyempurnaan meliputi empat tahap

(amandemen). Secara umum perubahan dan penyempurnaan tersebut lebih

mengedepankan peranan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat.

Dalam pemahaman demokrasi ada yang dilaksanakan secara langsung (direct

democracy) dan ada juga demokrasi tidak langsung (indirect democracy). Namun dengan 

melihat pertumbuhan masyarakat dengan segala perkembangannya serta pemerintahan

dalam suatu wilyah tidak lagi seperti polis-polis di jaman Yunani kuno, tapi sudah

berkembang menjadi negara yang luas berbentuk kesatuan ataupun federal yang terdiri

dari negara bagian-bagian. Bahkan pada jaman pasca kolonial ini banyak negara-negara

bekas jajahan yang merdeka membentuk negara bangsa (nation state). Maka kecuali

Swiss yang menerapkan direct democracy, keinginan untuk menerapkan demokrasi

secara langsung sepertinya akan sulit diterapkan bahkan dapat dikatakan mustahil.

Sedangkan yang dimaksud dengan indirect democracy adalah suatu demokrasi di mana

kedaulatan rakyat itu tidak dilaksanakan oleh rakyat secara langsung melainkan melalui

lembaga-lembaga perwakilan rakyat. Dengan demikian indirect democracy adalah


demokrasi dengan sistem perwakilan, artinya rakyat memilih seseorang yang dipercaya

untuk mewakili.Sehubungan   dengan   dianutnya   demokrasi   tidak   langsung  

sebagimana dikemukakan di atas, kita mengenal dua macam sistem lembaga perwakilan

yaitu :

1. Sistem dua kamar (bicameral system)

2. Sistem satu kamar (one bicameral system)

1.         Sistem Bikameral


Sistem ini pada umumnya dianut dan dilaksanakan di dalam negara-negara yang

berbentuk federal atau pemerintahanya berbentuk kerajaan antara lain Inggris, Belanda,

Kekaisaran Jepang dan Amerika Serikat. Namun di samping dianut di dalam negara-

negara yang berbentuk kerajaan dan federal, bukan berarti negar-negara yang berbentuk

kesatuan tidak menganut Sistem ini. Republik Perancis, dalam Pasal 24 Kontstitusinya

menentukan, bahwa parlemennya terdiri dari Nasional Assembly dan Senate. Apabila

Nasional Assembly anggota-anggotany dipilih oleh rakyat Prancis di dalam pemilihan

umum secara langsung, sesuai dengan jumlah penduduk dan warga negaranya, maka

anggota-anggo Senate dipilih secara tidak langsung oleh kesatuan-kesatuan yang

dinamakan Comunals dan Depertments. Dalam UUD 1945 setelah perubahan berhasil

merumuskan keberadaan perwakilan di Indonesia menjadi dua kamar. Pasal 2 ayat (1)

menyebutkan "Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas Dewan Perwakilan Rakyat

dan Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih

lanjut oleh Undang-Undang \ Dengan adanya lembaga perwakilan yang terdiri dari DPR

dan DPD maka untuk pertama kalinya di introdusir sistem bikameral dalam Sistem

perwakilan politik di Indonesia.


Namun demikian terhadap dua kamar di MPR sekarang ini masih terdapat perbedaan

penafsiran. Adapun keberadaan dua lembaga DPR dan DPD itu merupakan konsep

bikameral yang sesungguhnya diperlukan telaah lebih lanjut Beberapa kalangan

berpendapat Sistem bikameral yang kita anut adalah Sistem bikameral lunak (soft

bicameral), sistem bikameral terbatas, week bicameral, dan sebaginya.

Menurut Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar yang juga anggota PAH I

Badan Pekerja (BP) MPR Theo L Sambuaga, sistem MPR yang dianut adalah sistem

bikameral yang lunak (soft bicameral). Lebih lanjut dikatakan sistem perwakilan yang

selama ini dinilai agak sentralislistis supaya lebih demokratis dan desentralisasi, maka

diperlukan ada perwakilan dua kamar tetapi lunak. Dalam sistem ini fungsi legislasi dan

pengawasan DPD tidak sama dengan DPR. DPD tidak membentuk Undang-Undang

karna kekuasaan membentuk Undang-Undang ada pada DPR. Kemudian ada sistem

checks and balances, dan lewat DPD, daerah punya kontnbusi dalam perumusan

kebijakan nasional. Sedangkan menurut Dahlan Thaib, sistem bikameral yang digariskan

dalam UUD 1945 setelah perubahan masih bukan bikameralisme murni yang menjamin

adanya keseimbangan atau checks and balances antara dua kamar di parlemen yakni DPR

dan DPD. Wewenang DPD lebih lemah dibandingkan dengan wewenang DPR. DPD

hanya memiliki hak legislasi dan pembahasan dalam hal-hal yang berkaitan dengan

otonomi daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya serta

yang berkaitan dengan perimbangan antara pusat dan daerah (Pasal 22D ayat 1 dan 2).

Maka untuk mempertahankan akutabilitas horizontal dan menjamin keterwakilan suatu

daerah, maka seharusnya DPD diberi kewenangan yang sejajar dengan DPR, sehingga

wakil daerah pun dapat memberikan suaranya mengenai persoalan-persoalan nasional.


2.         Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

Terlepas dari perdebatan diatas keberadaan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan suatu

kenyataan dan telah memberikan warna baru bagi Sistem perwakilan kita dengan segala

wewenang dan tugasnya yang terbatas.Pengaturan tentang Dewan Perwakilan Daerah sendiri

diatur dalam UUD 1945 dan perubahannya yaitu pada Pasal 22C dan 22D. Dikatakan pada Pasal

22C ayat (1) DPD dipilih dari tiap provinsi melalui pemilihan umum. Pasal 22C ayat (2) jumlah

arggota DPD dari setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh anggota DPD tidak lebih

dari sepertiga jumlah DPR. Kemudian menurut 22C ayat (3) DPD dalam bersidang sedikitnya

sekali dalam setahun. Dalam ayat (4) pasal yang sama susunan dan kedudukan DPD diatur oleh

Undang-Undang.Selanjutnya sesuai Pasal 22D ayat (1), DPD juga berwenang mengajukan

rancangan Undang-Undang (RUU) kepada DPR yang terbatas pada hal-hal yang berkaitan

dengan otonomi daerah, hubungan pusat daerah, pembentukan dan pemekarai serta

penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta

yang berkaitan dengan perimbangan keuangan Pusat dan Daerah. Pada Pasal 22D ayat (2) DPD

juga ikut membahas RUU yang terkait hal-hal diatas, serta DPD juga memberikan pertimbangan

kepada DPR atas RUU Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan RUU yang berkaitan

dengan pajak, pendidikan, dan agama. Pasal 22D ayat (3) mengatur DPD dapat melakukan

pengawasan atas Pelaksanaan berbagai undang-undang yang telah disebutkan diatas, dan

menyampaikan hasil pengawasannya kepada DPR sebagi bahan pertimbangan untuk ditindak

lanjuti. Kemudian yang Pasal 22D ayat (4) menjelaskan bahwa angota DPD dapat diberhentikan

dari jabatannya, yang syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang.
Dengan keberadaan DPD sebagi wakil politik daerah sedangkan DPR mewakili kepentingan

politik nasional maka Sistem lembaga pervvakilan kita kira-kira mirip dengan sistem bikameral

di Amerika Serikat (AS). Parlemen AS adalah kongres yang terdiri atas Senat yang dipilih di

setiap negara bagian dan House of Representatives dipilih melalui populasi penduduk negara

Amerika Serikat. Adapun keberadan DPD sebagi lembaga perwakilan daerah, berfungsi untuk

menyalurkan kepentingan-kepentingan daerah, ikut mengawasi, membahas serta memberikan

masukan-masukan kepada DPR terhadap produk undang-undang yang mempunyai implikasi

terhadap Pembangunan yang ada di daerah.


C. PENUTUP

Lembaga Negara adalah lembaga pemerintahan atau "Civilizated Organization" dimana

lembaga tersebut dibuat oleh negara, dari negara, dan untuk negara dimana bertujuan untuk

membangun negara itu sendiri. Menurut Hanna Penichel Pitkin(1957), perwakilan ialah proses

mewakili, dimana wakil bertindak dalam rangka bereaksi kepadakepentingan pihak yang

diwakili. Wakil bertindak sedemikian rupa sehingga antara wakil dan pihak yang diwakili tidak

terjadi konflik dan jika benar terjadi, maka harus mampu diredakan dengan penjelasan

Apabila seseorang duduk dalam Lembaga Perwakilan melalui pemilihan umum maka sifat

perwakilannya disebut perwakilan politik (political representation). Apa pun fungsinya dalam

masyarakat, kalau yang bersangkutan akhirnya menjadi anggota Lembaga Perwakilan melalui

pemilihan umum tetap disebut perwakilan politik.

ada dua macam sistem lembaga perwakilan yaitu :

1. Sistem dua kamar (bicameral system)

2. Sistem satu kamar (one bicameral system)

Secara sederhana sifat perwakilan dalam Negara merupakan sebuah perwakilan yang harus

memiliki tanggung jawab serta memberikan kinerja yang baik kepada Negara, baik Negara itu

sendiri dan memberikan dampak posif bagi masyarakat berbangsa dan bernegara sebagai wakil

atau perwakilan dari Negara. Demikian pula dari pada sifat perwakilan dalam Negara

hendaknya memberikan kinerja kepada Negara dan berpolitik beragumen semaksimal

mungkin agar Negara dan bangsa lebih sejahtera, makmur dan hidup rukun sesama masyarakat

diseluruh indonsia. Dan masyarakat pun berharap Negara ini menjadi Negara yang lebih baik

lagi kedepanya.
DAFTAR PUSTAKA

Darmini Roza dan Laurensius Arliman S Peran Pemerintah Daerah Di Dalam Melindungi Hak
Anak Di Indonesia, Masalah-Masalah Hukum, Volume 47, Nomor 1, 2018.

Laurensius Arliman S, Komnas HAM dan Perlindungan Anak Pelaku Tindak Pidana,
Deepublish, Yogyakarta, 2015.

Laurensius Arliman S, Penguatan Perlindungan Anak Dari Tindakan Human Trafficking Di


Daerah Perbatasan Indonesia, Jurnal Selat, Volume 4, Nomor 1, 2016.

Laurensius Arliman S, Problematika Dan Solusi Pemenuhan Perlindungan Hak Anak Sebagai
Tersangka Tindak Pidana Di Satlantas Polresta Pariaman, Justicia Islamica, Volume 13,
Nomor 2, 2016.

Laurensius Arliman S, Pelaksanaan Perlindungan Anak Yang Tereksploitasi Secara Ekonomi


Oleh Pemerintah Kota Padang, Veritas et Justitia, Volume 2, Nomor 1, 2016.

Laurensius Arliman S, Kedudukan Ketetapan MPR Dalam Hierarki Peraturan Perundang-


Undangan Di Indonesia, Lex Jurnalica, Volume 13, Nomor 3, 2016.

Laurensius Arliman S, Komnas Perempuan Sebagai State Auxialiary Bodies Dalam Penegakan
Ham Perempuan Indonesia, Justicia Islamica, Volume 14, Nomor 2, 2017.

Laurensius Arliman S, Peranan Pers Untuk Mewujudkan Perlindungan Anak Berkelanjutan Di


Indonesia, Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai, Volume 2, Nomor 2, 2017.

Laurensius Arliman S, Mewujudkan Penegakan Hukum Yang Baik Untuk Mewujudkan


Indonesia Sebagai Negara Hukum, Jurnal Hukum Doctrinal, Volume 2, Nomor 2, 2017.

Laurensius Arliman S, Participation Non-Governmental Organization In Protecting Child


Rights In The Area Of Social Conflict, The 1st Ushuluddin and Islamic Thought
International Conference (Usicon), Volume 1, 2017.

Laurensius Arliman S, Partisipasi Masyarakat Dalam Pembentukan PerundangUndangan


Untuk Mewujudkan Negara Kesejahteraan Indonesia, Jurnal Politik Pemerintahan
Dharma Praja, Volume 10, Nomor 1, 2017, https://doi.org/10.33701/jppdp.v10i1.379.

Laurensius Arliman S, Peran Komisi Perlindungan Anak Indonesia Untuk Mewujudkan


Perlindungan Anak, Jurnal Respublica Volume 17, Nomor 2, 2018.

Laurensius Arliman S, Menjerat Pelaku Penyuruh Pengrusakan Barang Milik Orang Lain
Dengan Mempertimbangkan Asas Fungsi Sosial, Jurnal Gagasan Hukum, Volume 1,
Nomor 1, 2019.
Laurensius Arliman S, Ilmu Perundang-Undangan Yang Baik Untuk Negara Indonesia,
Deepublish, Yogyakarta, 2019.

Laurensius Arliman S, Isdal Veri, Gustiwarni, Elfitrayenti, Ade Sakurawati, Yasri, Pengaruh
Karakteristik Individu, Perlindungan Hak Perempuan Terhadap Kualitas Pelayanan
Komnas Perempuan Dengan Kompetensi Sumber Daya Manusia Sebagai Variabel
Mediasi, Jurnal Menara Ekonomi: Penelitian dan Kajian Ilmiah Bidang Ekonomi,
Volume 6, Nomor 2, 2020.

Laurensius Arliman S, Pendidikan Kewarganegaraan, Deepublish, Yogyakarta, 2020.

Laurensius Arliman S, Makna Keuangan Negara Dalam Pasal Pasal 23 E Undang-Undang


Dasar 1945, Jurnal Lex Librum, Volume 6, Nomor 2 Juni 2020,
http://dx.doi.org/10.46839/lljih.v6i2.151.

Laurensius Arliman S, Kedudukan Lembaga Negara Independen Di Indonesia Untuk Mencapai


Tujuan Negara Hukum, Kertha Semaya Journal Ilmu Hukum, Volume 8, Nomor 7, 2020.

Laurensius Arliman S, Pelaksanaan Assesment Oleh Polres Kepulauan Mentawai Sebagai


Bentuk Pelaksanaan Rehabilitasi Bagi Pecandu Dan Korban Penyalahgunaan
Narkotika, Jurnal Muhakkamah, Volume 5, Nomor 1, 2020.

Laurensius Arliman S, Aswandi Aswandi, Firgi Nurdiansyah, Laxmy Defilah, Nova Sari
Yudistia, Ni Putu Eka, Viona Putri, Zakia Zakia, Ernita Arief, Prinsip, Mekanisme Dan
Bentuk Pelayanan Informasi Kepada Publik Oleh Direktorat Jenderal Pajak, Volume 17,
No Nomor, 2020.

Larensius Arliman S, Koordinasi PT. Pegadaian (Persero) Dengan Direktorat Reserse Narkoba
Polda Sumbar Dalam Penimbangan Barang Bukti Penyalahgunaan Narkotika, UIR Law
Review, Volume 4, Nomor 2, 2020, https://doi.org/10.25299/uirlrev.2020.vol4(1).3779.

Laurensius Arliman S, Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan Pada Revolusi 4.0,


Ensiklopedia Sosial Review, Volume 2, Nomor 3, 2020.

Muhammad Afif dan Laurensius Arliman S, Protection Of Children's Rights Of The Islamic And
Constitutional Law Perspective Of The Republic Of Indonesia, Proceeding: Internasional
Conference On Humanity, Law And Sharia (Ichlash), Volume 1, Nomor 2, 2020.

Otong Rosadi danLaurensius Arliman S, Urgensi Pengaturan Badan Pembinaan Idelogi


Pancasila Berdasarkan Undang-Undang Sebagai State Auxiliary Bodies yang Merawat
Pancasila dalam Perspektif Hak Asasi Manusia, Prosiding Konferensi Nasional Hak
Asasi Manusia, Kebudayaan dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Indonesia pada
Masa Pandemi Covid-19: Tantangan untuk Keilmuan Hukum dan Sosial Volume 1,
Universitas Pancasila, Jakarta, 2020.

Anda mungkin juga menyukai