B. Landasan Teori
Landasan Teori yang melatarbelakangi adanya Badan Legislatif (parlemen) ini adalah yang
dikemukakan oleh :
1. Rousseau, tentang Volonte Generale atau General Will yang menyatakan bahwa
"rakyatlah yang berdaulat, rakyat yang berdaulat ini mempunyai suatu kemauan".
2. Miriam Budiarjo, Dewan Perwakilan Rakyat dianggap merumuskan kemauan rakyat atau
kemauan umum ini dengan jalan mengikat seluruh masyarakat. Undang-undang yang
dibuatnya mencerminkan kebijaksana an-kebijaksanaan itu. Dapat dikatakan bahwa
merupakan badan yang membuat keputusan yang menyangkut kepentingan umum.
C. Sejarah Legislatif
Pada awalnya Badan legislatif hanya sekelompok orang yang diberi tugas oleh raja untuk
mengumpulkan dana bagi membiayai kegiatan pemerintahan serta peperangan. Akan tetapi
lambat laun dalam setiap penyerahan dana (semacam peng pajak) disertai tuntutan agar pihak
raja menyerahkan pula beberapa hak privilege sebagai imbalan. Dengan demikian secara
berangsur-angsur sekelompok orang tersebut berubah namanya menjadi badan legislatif
(Parlemen) yang bertindak sebagai badan yang membatasi kekuasaan raja yang absolute.
Dalam perkembangannya badan legislatif ini dilakukan pemilihan melalui mekanisme
pemilihan umum sehingga dapat diterima keberadaannya secara sah menyeluruh di seluruh
dunia sebagai badan yang mewakili rakyat dan memiliki wewenang untuk menentukan
kebijaksanaan umum dalam membuat undang undang. Contoh, Badan Legislatif yang tertua
di dunia adalah DPR (Parlemen) Inggris. Dengan berkembangnya gagasan bahwa kedaulatan
adalah di tangan rakyat, maka dewan perwakilan rakyat menjadi badan yang berhak menye
lenggarakan kedaulatan itu dengan jalan menentukan kebijaksanaan umum dan
menuangkannya dalam undang-undang. Sehingga badan eksekutif hanya merupakan
penyelenggara dari kebijaksanaan umum itu.
D. Susunan Keanggotaan Badan Legislatif
Susunan keanggotaan Badan Legislatif pada dasarnya menurut Miriam Budiarjo, adalah
beraneka ragam yaitu ada yang jumlahnya mencapai 1300 anggota ceperti DPR Uni Soviet
(kini: Rusia), DPR Indonesia berjumlah 560 orang dan ada yang kecil seperti DPR Pakistan,
yaitu sebanyak 150 anggota:
Sistem penentuan anggota DPR beraneka ragam sifatnya, yaitu:
1. Turun temurun (sebagian Majelis Tinggi Inggris)
2. Ditunjuk (Senat Kanada)
3. Dipilih, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Menurut penentuan atau pemilihan di atas, berlaku pada pemerintahan sosialis kerajaan,
sedangkan dalam negara modern pada umumnya anggota badan legislatif dipilih dalam
pemilihan umum dan berdasarkan sistem kepartaian. perwakilan semacam ini bersifat politik.
Akan tetapi sistem ini tidak menutup kemungkinan beberapa orang anggota dipilih tanpa
ikatan pada sesuatu partai, tetapi sebagai orang independent". Contoh, pada pemilihan umum
di Indonesia pada tahun 1955.
E. Konsep Perwakilan
Konsep Perwakilan (representation) adalah konsep yang memberikan nangan atau
kemampuan kepada seseorang atau suatu kelompok untuk ra dan bertindak atas nama suatu
kelompok yang lebih besar. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada umumnya mewakili
atau melalui partai politik. Hal ini dinamakan perwakilan yang bersifat politik (political
representation).
Kehadiran konsep ini dipelopori oleh negara-negara demokrasi yang menganut ideogi politik
liberal yang memiliki asumsi bahwa yang paling mengetahui Mengenai keadaan rakyat
adalah rakyat itu sendiri sehingga aspirasi kehendak rakyat harus diwakili oleh rakyat.
Asumsi ini mendorong lahirnya konsep perwakilan dalam kehidupan rakyat suatu Negara
yang perwujudannya dilakukann melalui partai politik dalam pemilihan umum. Namun
demikian sistem perwakilan ini secara umum dapat dibagi 2 (dua) yaitu:
1. Sistem perwakilan langsung, yaitu sistem pengangkatan wakil rakyat secara langsung
melalui pemilu oleh rakyat tanpa perantara DPR/MPR. Contoh, Pemilihan anggota DPR
dan DPD Indonesia tahun 2004.
2. Sistem Perwakilan tidak langsung, yaitu sistem pemilihan wakil rakyat yang memberikan
kepercayaan kepada partai politik untuk menentukan calon legistlatif yang akan
meewakili rakyat dan juga mengangkat anggota anggota DPR/MPR melalui
pengangkatan dari unsurunsur atau golongan oleh pemerintah. Contoh, anggota
DPR/MPR Indonesia pada zaman Orde Baru.
F. Sistem Satu Majelis dan System Dua Majelis (Bi-Kameralisme Dan Uni-
Kameralisme)
Menurut Miriam Budiarjo, bahwa ada negara dimana badan legislatif terbagi menjadi dua
majelis (bi-kameralisme), sedangkan di beberapa negara lain hanya terdiri dari satu majelis
(unikameralisme). Boleh dikatakan bahwa semua negarara Federal memakai sistem dua
majelis oleh karena satu di antaranya mewakili kepentingan negara bagian khususnya (India,
Amerika garikat, Uni Soviet, Republik Indonesia Serikat).
Negara kesatuan yang memakai sistem dua majelis biasanya terdorong oleh pertimbangan
bahwa satu majelis dapat mengimbangi dan membatasi ke kuasaan dari majelis lain. Majelis
tambahan biasanya disusun sedemikian rupa sehingga wewenangnya kurang daripada badan
yang mewakili rakyat. Badan yang mewakili rakyat umumnya disebut Majelis Rendah
(Lower House) sedangkan majelis lainnya disebut Majelis Tinggi (Up. per House atau Senat)
Majelis Tinggi (Upper House atau Senat atau Dewan Perwakilan Daerah)
Adalah majelis yang mewakili daerah atau propinsi atau Negara bagian yang jumlahnya
ditentukan oleh undang-undang. Di Indonesia Majelis Tinggi (DPD) ini dipilih langsung oleh
rakyat yang mewakili daerah di mana setiap daerah ditetapkan sebanyak 4 orang dengan
fungsi untuk menyampaikan aspirasi daerah yang antara lain adalah hal-hal yang berkaitan
dengan Otonomi Daerah, Pemekaran Daerah, Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
Adapun keanggotaan Majelis Tinggi secara umum, dapat ditentukan sebagai berikut:
a. Turun Temurun (Inggris)
b. Ditunjuk (Inggris, Kanada).
c. Dipilih (India, Amerika Serikat, Uni Soviet, Filipina dan Indonesia)
Majelis Tinggi Inggris (House of Lords) merupakan satu-satunya majelis di mana sebagian
anggotanya berkedudukan turun temurun. Disamping itu ada anggota yang pada waktu
tertentu ditunjuk berdasarkan jasanya kepada masyarakat dalam dimana keanggotaan tidak
turun- temurun. Begitu pula di Kanada, penunjuk kan anggota Senat sering berdasarkan
jasanya terhadap masyarakat atau kepada partai yang sedang berkuasa.