Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“KONFLIK SOSIAL DI SEKOLAH”

PUTRI AGINA
B 301 20 083
Kelas A

PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang Masalah


Siswa sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau
menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian mereka
selalu melakukan interaksi sosial. Untuk mencapai kematangan tersebut, siswa memerlukan
bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya
dan lingkungan sosialnya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya.
Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan siswa tidak selalu
berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan
itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan
nilai-nilai yang dianut.
Perkembangan siswa tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun
sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam
lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat. Apabila
perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka akan
melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku siswa, seperti terjadinya stagnasi
(kemandegan) perkembangan, masalah-masalah pribadi, sosial atau penyimpangan perilaku
Siswa pada masa kini dalam hubunga sosialnya lebih cenderung suka membuat
sebuah “geng” dan masih suka mencari sosok yang diidolakan, bahkan ada yang lebih
membahayakan lagi yakni ikut terlibat dalam tawuran. Terkait dengan masalah hubungan
sosial yang dihadapi siswa diperlukan satu pendidikan, yang mana pendidikan trsebut
diharapkan dapat mengatasi suatu permasalahan social tersebut.

2.      Rumusan Masalah


a.       Pengertian dan tujuan pendidikan
b.      Pengertian dan factor-faktor penyebab konflik di sekolah?
c.       Macam-macam Konflik dan penyelesaiannya?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian dan Tujuan Pendidikan


1.      Pengertian Pendidikan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidika adalah proses mengubah
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan penelitian. Dari pengertian diatas terlihat bahwa melalui
pendidikan, orang mengalami perubahan  sikap dan tata laku, orang berproses menjadi
dewasa, menjadi matang dalam sikap dan tata laku. Proses pendewsaan ini dilakukan melalui
upaya pengajaran dan pelatihan. Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut juga dipahami
bahwa pendidikan merupakan proses, cara dan perbuatan mendidik.
Dalam UU. SISDIKNAS No. 20 thn 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.

2.      Tujuan Pendidikan
Tujuan Pendidikan akan menentukan kearah mana anak didik akan dibawa. Disamping
itu pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu
kehidupan dan martabat manusia. Tujuan pendidikan dapat dilihat dari dua sudut pandang
yaitu menurut islam dan tujuan pendidikan secara umum
Tujuan pendidikan islam adalah mendekatkan diri kita kepada Allah dan pendidikan
islam lebih mengutamakan akhlak. Secara lebih luas pendidikan islam bertujuan untuk :
Pembinaan Akhlak, Penguasaan Ilmu, Keterampilan bekerja dalam masyarakat,
Mengembangkan akal dan Akhlak, Pengajaran Kebudayaan, Pembentukan kepribadian,
Menghambakan diri kepada Allah, Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat
Sedangkan tujuan umum pendidikan Menurut kohnstamm dan gunning adalah untuk
membentuk insan kamil atau manusia sempurna. Sedangkan menurut kihajar dwantara,
tujuan akhir pendidikan ialah agar anak sebagai manusia (individu) dan sebagai anggota
masyarakat (manusia sosial) , dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi –
tingginya.
Menurut UU No2 Tahun 1985 Tujuan Pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman dan dan bertagwa
kepada tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
kerampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan berbangsa.

B.     Pengertian dan faktor-faktor penyebab konflik di sekolah


1.      Pengertian Konflik Sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berinteraksi dengan sesamanya. Dalam berin-
teraksi, setidaknya diwarnai dua hal, yaitu konflik dan kerjasama. Secara umum konflik
sering diartikan sebagai perselisihan, dan pertentangan (Kamus besar Bahasa Indonesia
(2002). Dalam arti yang lain konflik biasanya diberi pengertian sebagai satu bentuk
perbedaan atau pertentangan ide, pendapat, faham dan kepentingan di antara dua pihak atau
lebih. Pertentangan ini bisa berbentuk pertentangan fisik dan non-fisik, yang pada umumnya
berkembang dari pertentangan non-fisik menjadi benturan fisik, yang bisa berkadar tinggi
dalam bentuk kekerasan (violent), bisa juga berkadar rendah yang tidak menggunakan
kekerasan (non-violent).
Secara sosiologis, konflik  diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain
dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Sebagai contoh Tawuran antar
pelajar. Kejadian ini termasuk dalam kategori konflik. Konflik juga dimaknai sebagai suatu
proses yang mulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara
negatif, atau akan segera mempengaruhi secara negatif, sesuatu yang diperhatikan oleh pihak
pertama. Suatu ketidak sesuaian belum bisa dikatakan sebagai suatu konflik dimana salah
satu pihak tidak memahami adanya ketidak sesuaian tersebut (Robbins, 1996). Semua
masyarakat pasti pernah mengalami suatu konflik antar anggotanya atau dengan kelompok
masyarakat lainnya Konflik sapat terjadi karena adanya perbedaan pendapat antara
masyarakat.

Masalah sosial adalah suatu ketidak sesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau
masyarakat, yang membahayakan kelompok sosial atau menghambat terpenuhinya
keinginan-keinginan pokok anggota kelompok sosial tersebut sehingga terjadi ketidak
seimbangan sosial.
Jenis-jenis masalah sosial remaja, sebagai berikut :
1.      Siswa tidak toleran dan bersikap superior.
2.      Kaku dalam bergaul.
3.      Kurangnya perhatian orang tua.
4.      Perasaan yang tidak jelas terhadap dirinya atau orang lain.
5.      Kurang dapat mengendalikan diri dari rasa marah dan sikap permusuhannya.

Akibat dari ketidak mampuan penyesuaian diri siswa dengan lingkungan kelompok
sosialnya dilihat sebagai berikut: Tidak bertanggung jawab, tampak dalam perilaku
mengabaikan pelajaran, misalnya, untuk bersenang-senang dan mendapatkan dukungan
sosial.
1.            Sikap yang sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri.
2.            Perasaan tidak aman, yang menyebabkan siswa patuh mengikuti standar-standar kelompok.
3.            Perasaan menyerah.
4.            Terlalu banyak berkhayal untuk mengimbangi ketidak puasan yang diperoleh dari kehidupan
sehari-hari.
5.            Mundur ketingkat perilaku yang sebelumnya agar supaya disenangi dan diperhatikan.

Akibat yang akan di hadapi siswa karena ketidak mampuannya dalam penyesuaian diri
dengan lingkungan sosialnya tidak hanya mengabaikan pelajarannya tapi mungkin siswa bisa
melupakan tugas-tugas perkembangan yang harus dicapainya seperti mencapai kematangan
dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mencapai kematangan
pertumbuhan jasmaniah yang sehat, mengembangkan penguasan ilmu, teknologi dan seni
sesuai dengan program kurikulum dan persiapan karir atau melanjutkan pendidikan tinggi,
serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas dan mencapai kematangan dalam
pilihan karir.

2.      Faktor-faktor Penyebab Konflik


Soejono Soekanto mengemukakan 4 faktor penyebab terjadinya konflik yaitu :
perbedaan antarindividu, perbedaan kebudayaan , perbedaan kepentingan dan perubahan
sosial.
 Perbedaan antar individu
Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, atau ide yang berkaitan
dengan harga diri, kebanggan, dan identitas seseorang.
Sebagai contoh terdapat siswa yang ingin suasana belajar tenang tetapi siswa yang
lain ingin belajar sambil bernyanyi, karena menurut siswa tersebut belajar sambil
bernyanyi itu sangat mundukung. Kemudian timbul amarah dalam siswa yang lain.
Sehingga terjadi konflik.

 Perbedaan Kebudayaan
Kepribadian seseorang dibentuk oleh keluarga dan masyarakat . tidak semua
masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma yang sama. Apa yang dianggap baik oleh
satu masyarakat belum tentu baik oleh masyarakat lainnya.
Interaksi sosial antarindividu atau kelompok dengan pola kebudayaan yang
berlawanan dapat menimbulkan rasa amarah dan benci sehingga berakibat konflik.
 Perbedaan Kepentingan
Setiap kelompok maupun individu memiliki kepentingan yang berbeda pula.
Perbedaan kepentingan itu dapat menimbulkan konflik diantara mereka.
 Perubahan Sosiaal
Perubahan yang terlalu cepat yang terjadi pada suatu masyarakat dapat mengganggu
keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku, akibatnya konflik dapat terjadi
karena adanya ketidaksesuaian antara harapan individu dengan masyarakat. Sebagai
contoh kaum muda ingin merombak pola perilaku tradisi masyarakatnya, sedangkan
kaum tua ingin mempertahankan tradisi dari nenek moyangnya. Maka akan timbulah
konflik diantara mereka.

C.    Macam-macam Konflik dan penyelesaiannya


1.      Macam-Macam Konflik
Terdapat berbagai bentuk konflik, berikut ini adalah macam-macam konflik yang dapat
terjadi. Menurut Lewis A. Coser konflik dibedakan menjadi 2 yaitu :
o   Konflik realistis berasal dari kekecewaan individu atau kelompok terhadap sistem atau
tuntutan yang terdapat dalam hubungan sosial.
o   Konflik nonrealistis adalah konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan persaingan yang
antagonis(berlawanan), melainkan dari kebutuhan pihak-pihak tertentu untuk meredakan
ketegangan.
Berdasarkan kedua bentuk konflik diatas Lewis A. Coser membedakannya lagi kedalam
dua bentuk konflik berbeda, yaitu :
o   Konflik In-group adalah konflik yang terjadi dalam kelompok itu sendiri
o   Konflik Out-Group adlah konflik yang terjadi antara suatu kelompok dengan kelompok lain.
Menurut Soerjono Soekanto konflik dibedakan menjadi 5 bentuk, yaitu :
Konflik atau pertentangan pribadi, Konflik atau pertentangan rasial, Konflik atau
pertentangan antar kelas-kelas sosial,  Konflik atau pertentangan politik, dan Konflik atau
pertentangan yang bersifat internasional.

2.      Upaya penyelesaian konflik di sekolah


Konflik tidak akan terjadi apabila masyarakat dapat dikendalikan dengan baik, sehingga
kerugian akibat dari konflik dapat ditekan sedemikian rupa. Ada tiga macam bentuk
pengendalian konflik sosial, yaitu:

a.)    Konsoliasi.
Merupakan bentuk pengendalian konflik sosial yang utama. Pengendalian ini terwujud
melalui lembaga tertentu yang memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan
keputusan. Pada umumnya, bentuk konsiliasi terjadi pada masyarakat politik. Lembaga
parlementer yang di dalamnya terdapat berbagai kelompok kepentingan akan menimbulkan
pertentangan-pertentangan. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, biasanya lembaga ini
melakukan pertemuan untuk jalan damai. Untuk dapat berfungi dengan baik dalam
melakukan konsiliasi, maka ada empat hal yang harus dipenuhi yaitu:

 Lembaga tersebut merupakan lembaga yang bersifat otonom.


 Kebudayaan lembaga tersebut harus bersifat monopolitis.
 Peran lembaga tersebut harus mengikat kepentingan semua kelompok.
 Peran lembaga tersebut harus bersifat demokratis.

b.)    Mediasi
Merupakan pengendalian konflik yang dilakukan dengan cara membuat konsensus di
antara dua pihak yang bertikai untuk mencari pihak ketiga yang berkedudukan netral sebagai
mediator dalam penyelesaian konflik. Pengendalian ini sangat berjalan efektif dan mampu
menjadi pengendalian konflik yang selalu digunakan oleh masyarakat.

c.)    Arbitasi
Merupakan pengendalian konflik yang dilakukan dengan cara kedua belah pihak yang
bertentangan bersepakat untuk menerima atau terpaksa hadirnya pihak ketiga yang
memberikan keputusan untuk menyelesaikan konflik. Ketiga jenis pengendalian konflik ini
memiliki daya kemampuan untuk mengurangi atau menghindari kemungkinan terjadinya
ledakan sosial dalam masyarakat.

Cara Menyelesaikan Konflik (Akomodasai)


a.   majority rule : keputusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak dalam voting. Contoh :
Ketika para siswa hendak mengadakan widyawisata, terjadilah perbedaan dalam menentukan
objek. Untuk mencapai kata mufakat diadakan voting.
b.   conciliation (konsiliasi) : mempertemukan pihak-pihak yang bertikai untuk membuat
kesepakatan bersama.
c.   stalemate : berhenti pada titik tertentu karena kekuatan seimbang.
d.   elimination : pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
e.   integration : mempertimbangkan kembali pendapat-pendapat sampai diperoleh suatu
keputusan yang memaksa semua pihak.
f.   arbitrasi : mengundang pihak ketiga yang memberikan keputusan. Keputusan mengikat pihak
yang konflik. Contoh : Mahkamah Konstitusi (MK) mengambil keputusan tentang sah atau
tidaknya suatu pasal dalam undang-undang yang menjadi sengketa di antara lembaga-
lembaga negara.
g.   mediasi : mengundang pihak ketiga untuk memberikan nasihat.
h.   kompromi : mengurangi tuntutan.
i.    toleransi : menghargai perbedaan.
j.    koersi : paksaan.

3.   Dampak Sebuah Konflik


Dampak sebuah konflik memiliki 2 sisi yang berbeda yaitu dilihat dari segi positif dan
dari segi negatif.
Segi positif dari konflik adalah sebagai berikut:
 Konflik dapat memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau masih belum
tuntas di telaah.
 Konflik memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma, nila-nilai, serta
hubungan-hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan dengan kebutuhan individu
atau kelompok.
 Konflik meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang sedang mengalami
konflik dengan kelompok lain.
 Konflik merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan antarindividu dan kelompok.
 Konflik dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan
norma baru.
 Konflik dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-
kekuatan yang ada di dalam masyarakat.
 Konflik memunculkan sebuah kompromi baru apabila pihak yang berkonflik berada
dalam kekuatan yang seimbang.

Segi negatif dari konflik :


·         Keretakan hubungan antarindividu dan persatuan kelompok.
·         Kerusakan harta benda dan hilangnya nyawa manusia.
·         Berubahnya kepribadian para individu.
·         Munculnya dominasi kelompok pemenang atas kelompok yang kalah.

Permasalahan dalam dunia pendidikan


1.      Kekerasan
Kekerasan dalam institusi pendidikan dapat terjadi ketika komunitas pendidikan di
dalam sekolah dalam hubungan sosialnya tidak selamanya berjalan mulus karena setiap
individu memiliki kecenderungan kepribadian masing-masing, memiliki latar belakang
budaya, agama, masing-masing dan tidak selalu interaksi yang dilakukan menyenangkan.
Kekerasan atau intimidasi sudah sering menjadi kasus dalam suatu sekolah.
Intimidasi  tersebut tidak hanya dilakukan oleh siswa namun juga melibatkan warga sekolah
yang lain. Seperti:
 intimidasi siswa kepada siswa lain,
 intimidasi guru kepada siswa, sesama guru dan orang tua,
 intimidasi karyawan pada guru dan siswa,
 intimidasi kepala sekolah pada guru, karyawan, siswa, dan orag tua,
Serta intimidasi orang tua pada guru, karyawan sekolah, kepala sekolah dan anak-anak
mereka. Kekerasan dalam sekolah sudah terjadi semenjak siswa tersebut masuk dalam
sekolah. Biasanya terjadi pada saat MOS( masa orientasi siswa). Dalam MOS tersebut
banyak senior yang mengintimidasi siswa baru dan kebanyakan dengan tindakan kekerasan
sehingga bnayak menimbulkan korban karena tidak hanya menyakiti fisik saja namun juga
mentalnya, bahkan pada beberapa sekolah hingga terdapat siswa yang meninggal dunia.
Solusi dari tindak kekerasan tersebut adalah dengan membangun lembaga swadaya
pendidikan bagi siswa yang tetangkap karena perilaku kekerasan. Dalam lembaga tersebut
menekankan pada latihan fisik dengna pendekatan klasikal. Atau dengan metode ceramah
tentang perilaku yang baik.

2.      Putus Sekolah
Putus sekolah merupakan predikat bagi peserta didik yang tidak mampu menamatkan
pendidikannya pada jenjang tertentu sehingga tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang
berikutnya.
Beberapa faktor yang melatar belakangi seorang anak putus sekolah yaitu:
a.   Ekonomi, biasanya seorang anak dari keluarga yang kurang mampu menjadi putus sekolah
krena ketidakmampuan orang tua dalam membiayai pendidikan anaknya sehingga mereka
terpaksa harus putus sekolah.
b.   Konflik, seorang siswa mungkin meresa tidak nyaman dengan teman sebayanya atau
seniornya karena suatu konflik di sekolah tersebut, misalnya mereka mempunyai musuh atau
melakukan perbuatan yang melanggar aturan disekolah.
c.   Tindakan kriminal, misalnya seorang siswa yang berurusan dengan pihak yang berwajib
karena melakukan tindakan kriminal sehingga berdampak pada pendidikannya sehingga
siswa tersebut putus sekolah atau bahkan dikeluarkan dari sekolah.
d.   Akses yang sulit, biasanya hal ini terjadi peada daerah terpencil dimana seorang siswa harus
menempuh jarak yang jauh dan medan yang sulit untuk mencapai sekolahnya sehingga
banyak diantra mereka yang memilih untuk tidak bersekolah lagi.
e.   Bencana Alam, faktor alam juga mempengruhi seorang anak putus sekolah. Misalnya terjasi
gempa bumi, banjir, gunung meletus, tsunami yang dapat menghancurkan sekolah mereka
sehingga mereka mennjadi putus sekolah.

Solusi dari kasus ini adalah dengan


a.   Langkah preventiv, yaitu dengan membekali peserta didik dengan keterampilan-keterampilan
yang praktis dan bermanfaatsejak dini.
b.   Langkah pembinaan, yaitu dengan membekali peserta didik dengan pengetahuan-
pengetahuan perkembangan zaman melalui lembaga sosial.
c.   Langkah tindak lanjut, yaitu dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada mereka
untuk lebih maju dan berkehidupan yang lebih baik dalam masyarakat.

3.      Kenakalan Remaja
Menurut Prof. Dr. Fuad Hasan bahwa kenakalan remaja yaitu perbuatan anti sosial yang
dilakukan oleh anak atau remaja yang apabila dilakukan oleh orang dewasa maka dinamakan
tindak kejahatan.
Beberapa contoh kenakalan remaja:
a.   Ngebut, yaitu mengendarai kendaraan bermotor dengan melampaui batas maksimal sehingga
mengganggu dan membahayakan pengendara yang lain.
b.   Peredaran pornografi dikalangan pelajar
c.   Anak yang suka merusak barang orang lain
d.   Membentuk geng dengan norma yang menyeramkan
e.   Berpakaian dengan mode yang tidak selaras dengna lingkungan serta tidak enak dipandang

Beberapa penyebab kenakalan remaja :


a.   Lingkungan keluarga yang tidak harmonis, sehingga seorang anak kurang perhatian dan kasih
sayang dan menyalurkan kekecewaan tersebut dengan mencari kegiatan yang negatif diluar
keluarganya
b.   Situasi, keadaan rumah tangga, sekolah dan lingkungan yang menjemuhkan dan
membosankan yang seharusnya menyengakan.
c.   Lingkungan masyarakat yang kurang menentu bagi prospek kehidupan mendatang. Seperti
lingkungan korupsi, manipulasi.
Kebijakan yang digunakan untuk mengatasi kenakalan remaja tersebut adalah dengan:
a.   Menciptakan suasana keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang sejak dini.
b.  Disekolah, hendaknya kultur atau budaya, kritis, akademis, serta kreatif dibina dengan
maksimal agar terbentuk kestabilan emosi sehingga tidak mudah mengguncang dan
menimbulkan akses-akses yang mengarah pada perbuatan yang berbahaya serta bersifat
kenakalan.
c.   Lingkungan, sebaiknya semua lapisan masyarakat serta tokoh-tokoh masyarakat seperti
pemuka agama, pemerintah daerah, penguasa setempat, penegak hukum, tenaga medis,
pendidik, psikiater, organisasi sosial.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah ini dapat kami simpulkan bahwa konflik tidak bisa dihapus maupun
dihindari. Yang bisa kita lakukan hanya mengendalikan konflik. Hasil dari sebuah konflik,
yaitu sebagai berikut : meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang
mengalami konflik dengan kelompok lain, keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai,
perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci dan lain-lain
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Referensi

http://konflik-sosial-di-sekolah.blogspot.com/2015/10/makalah-konflik-sosial-di-
sekolah.html

Anda mungkin juga menyukai