PUTRI AGINA
B 301 20 083
Kelas A
2. Tujuan Pendidikan
Tujuan Pendidikan akan menentukan kearah mana anak didik akan dibawa. Disamping
itu pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu
kehidupan dan martabat manusia. Tujuan pendidikan dapat dilihat dari dua sudut pandang
yaitu menurut islam dan tujuan pendidikan secara umum
Tujuan pendidikan islam adalah mendekatkan diri kita kepada Allah dan pendidikan
islam lebih mengutamakan akhlak. Secara lebih luas pendidikan islam bertujuan untuk :
Pembinaan Akhlak, Penguasaan Ilmu, Keterampilan bekerja dalam masyarakat,
Mengembangkan akal dan Akhlak, Pengajaran Kebudayaan, Pembentukan kepribadian,
Menghambakan diri kepada Allah, Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat
Sedangkan tujuan umum pendidikan Menurut kohnstamm dan gunning adalah untuk
membentuk insan kamil atau manusia sempurna. Sedangkan menurut kihajar dwantara,
tujuan akhir pendidikan ialah agar anak sebagai manusia (individu) dan sebagai anggota
masyarakat (manusia sosial) , dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi –
tingginya.
Menurut UU No2 Tahun 1985 Tujuan Pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman dan dan bertagwa
kepada tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
kerampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan berbangsa.
Masalah sosial adalah suatu ketidak sesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau
masyarakat, yang membahayakan kelompok sosial atau menghambat terpenuhinya
keinginan-keinginan pokok anggota kelompok sosial tersebut sehingga terjadi ketidak
seimbangan sosial.
Jenis-jenis masalah sosial remaja, sebagai berikut :
1. Siswa tidak toleran dan bersikap superior.
2. Kaku dalam bergaul.
3. Kurangnya perhatian orang tua.
4. Perasaan yang tidak jelas terhadap dirinya atau orang lain.
5. Kurang dapat mengendalikan diri dari rasa marah dan sikap permusuhannya.
Akibat dari ketidak mampuan penyesuaian diri siswa dengan lingkungan kelompok
sosialnya dilihat sebagai berikut: Tidak bertanggung jawab, tampak dalam perilaku
mengabaikan pelajaran, misalnya, untuk bersenang-senang dan mendapatkan dukungan
sosial.
1. Sikap yang sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri.
2. Perasaan tidak aman, yang menyebabkan siswa patuh mengikuti standar-standar kelompok.
3. Perasaan menyerah.
4. Terlalu banyak berkhayal untuk mengimbangi ketidak puasan yang diperoleh dari kehidupan
sehari-hari.
5. Mundur ketingkat perilaku yang sebelumnya agar supaya disenangi dan diperhatikan.
Akibat yang akan di hadapi siswa karena ketidak mampuannya dalam penyesuaian diri
dengan lingkungan sosialnya tidak hanya mengabaikan pelajarannya tapi mungkin siswa bisa
melupakan tugas-tugas perkembangan yang harus dicapainya seperti mencapai kematangan
dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mencapai kematangan
pertumbuhan jasmaniah yang sehat, mengembangkan penguasan ilmu, teknologi dan seni
sesuai dengan program kurikulum dan persiapan karir atau melanjutkan pendidikan tinggi,
serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas dan mencapai kematangan dalam
pilihan karir.
Perbedaan Kebudayaan
Kepribadian seseorang dibentuk oleh keluarga dan masyarakat . tidak semua
masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma yang sama. Apa yang dianggap baik oleh
satu masyarakat belum tentu baik oleh masyarakat lainnya.
Interaksi sosial antarindividu atau kelompok dengan pola kebudayaan yang
berlawanan dapat menimbulkan rasa amarah dan benci sehingga berakibat konflik.
Perbedaan Kepentingan
Setiap kelompok maupun individu memiliki kepentingan yang berbeda pula.
Perbedaan kepentingan itu dapat menimbulkan konflik diantara mereka.
Perubahan Sosiaal
Perubahan yang terlalu cepat yang terjadi pada suatu masyarakat dapat mengganggu
keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku, akibatnya konflik dapat terjadi
karena adanya ketidaksesuaian antara harapan individu dengan masyarakat. Sebagai
contoh kaum muda ingin merombak pola perilaku tradisi masyarakatnya, sedangkan
kaum tua ingin mempertahankan tradisi dari nenek moyangnya. Maka akan timbulah
konflik diantara mereka.
a.) Konsoliasi.
Merupakan bentuk pengendalian konflik sosial yang utama. Pengendalian ini terwujud
melalui lembaga tertentu yang memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan
keputusan. Pada umumnya, bentuk konsiliasi terjadi pada masyarakat politik. Lembaga
parlementer yang di dalamnya terdapat berbagai kelompok kepentingan akan menimbulkan
pertentangan-pertentangan. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, biasanya lembaga ini
melakukan pertemuan untuk jalan damai. Untuk dapat berfungi dengan baik dalam
melakukan konsiliasi, maka ada empat hal yang harus dipenuhi yaitu:
b.) Mediasi
Merupakan pengendalian konflik yang dilakukan dengan cara membuat konsensus di
antara dua pihak yang bertikai untuk mencari pihak ketiga yang berkedudukan netral sebagai
mediator dalam penyelesaian konflik. Pengendalian ini sangat berjalan efektif dan mampu
menjadi pengendalian konflik yang selalu digunakan oleh masyarakat.
c.) Arbitasi
Merupakan pengendalian konflik yang dilakukan dengan cara kedua belah pihak yang
bertentangan bersepakat untuk menerima atau terpaksa hadirnya pihak ketiga yang
memberikan keputusan untuk menyelesaikan konflik. Ketiga jenis pengendalian konflik ini
memiliki daya kemampuan untuk mengurangi atau menghindari kemungkinan terjadinya
ledakan sosial dalam masyarakat.
2. Putus Sekolah
Putus sekolah merupakan predikat bagi peserta didik yang tidak mampu menamatkan
pendidikannya pada jenjang tertentu sehingga tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang
berikutnya.
Beberapa faktor yang melatar belakangi seorang anak putus sekolah yaitu:
a. Ekonomi, biasanya seorang anak dari keluarga yang kurang mampu menjadi putus sekolah
krena ketidakmampuan orang tua dalam membiayai pendidikan anaknya sehingga mereka
terpaksa harus putus sekolah.
b. Konflik, seorang siswa mungkin meresa tidak nyaman dengan teman sebayanya atau
seniornya karena suatu konflik di sekolah tersebut, misalnya mereka mempunyai musuh atau
melakukan perbuatan yang melanggar aturan disekolah.
c. Tindakan kriminal, misalnya seorang siswa yang berurusan dengan pihak yang berwajib
karena melakukan tindakan kriminal sehingga berdampak pada pendidikannya sehingga
siswa tersebut putus sekolah atau bahkan dikeluarkan dari sekolah.
d. Akses yang sulit, biasanya hal ini terjadi peada daerah terpencil dimana seorang siswa harus
menempuh jarak yang jauh dan medan yang sulit untuk mencapai sekolahnya sehingga
banyak diantra mereka yang memilih untuk tidak bersekolah lagi.
e. Bencana Alam, faktor alam juga mempengruhi seorang anak putus sekolah. Misalnya terjasi
gempa bumi, banjir, gunung meletus, tsunami yang dapat menghancurkan sekolah mereka
sehingga mereka mennjadi putus sekolah.
3. Kenakalan Remaja
Menurut Prof. Dr. Fuad Hasan bahwa kenakalan remaja yaitu perbuatan anti sosial yang
dilakukan oleh anak atau remaja yang apabila dilakukan oleh orang dewasa maka dinamakan
tindak kejahatan.
Beberapa contoh kenakalan remaja:
a. Ngebut, yaitu mengendarai kendaraan bermotor dengan melampaui batas maksimal sehingga
mengganggu dan membahayakan pengendara yang lain.
b. Peredaran pornografi dikalangan pelajar
c. Anak yang suka merusak barang orang lain
d. Membentuk geng dengan norma yang menyeramkan
e. Berpakaian dengan mode yang tidak selaras dengna lingkungan serta tidak enak dipandang
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah ini dapat kami simpulkan bahwa konflik tidak bisa dihapus maupun
dihindari. Yang bisa kita lakukan hanya mengendalikan konflik. Hasil dari sebuah konflik,
yaitu sebagai berikut : meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang
mengalami konflik dengan kelompok lain, keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai,
perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci dan lain-lain
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Referensi
http://konflik-sosial-di-sekolah.blogspot.com/2015/10/makalah-konflik-sosial-di-
sekolah.html