Mata Kuliah
Kajian Evaluasi Kurikulum
Program Pascasarjana Teknologi Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Oleh :
A. Isi
a. Masyarakat dan Modal Kepribadian
Banyak ilmuwan yang menceritakan banyak modal kepribadian tidak
memastikan bahwa masyarakat tersebut pasti sama. Dalam sebuah studi tentang
kepribadian modal pada masyarakat Amerika Serika, Margaret Mead seorang
antropolog mengatakan bahwa masyarakat disana sebagian berpikiran bahwa siapa
saja bias menjadi Presiden karena mereka mempunyai gagasan yang kuat tentang
kesempatan yang sama. Pada implikasinya, mereka yang tidak menjadi Presiden
justru telah melalaikan “tanggung jawab moral mereka untuk berhasil” kemudia
mereka mulai menyalahkan kemiskinan, takdir, dan pemerintah untuk kegagalan yang
mereka alami. Kemudian kembali menyalahkan diri sendiri yang tidak bisa
memanfaatkan kesempatan tersebut.
Sedangkan bagi bangsa Eropa, mereka lebih mengarah kepada meneruskan
tradisi keluarga mereka. Berbeda dengan masyarakat Amerika, ia akan memberi
kesempatan kepada anak untuk meninggalkan rumah untuk kehidupan yang lebih
baik. Kita tidak bia membandingkan anak dengan orang lain apalagi dengan system di
Amerika dengan kurikulum yang tradisional.
Sebuah penilaian kebutuhan siswa dilihat dengan pendekatan pelajar dan juga
kebutuhan tenaga professional seperti yang menunjang pembelajaran, guru, orangtua,
dan masyarakat. Tujuannya adalah untuk memperjelas tujuan sekolah dengan
penilaian supaya menuju kearah yang lebih baik.
Dengan hal tersebut sekolah harus mendukung adanya diferensiasi ras, etnis,
dan agama maupun siswa penyandang disabilitas sehinngga tidak menimbulkan
diskriminasi sehingga siswa menekankan kepekaan dan tidak mengorbankan
kebenaran. Sekolah juga harus mengajarkan keterampilan, seperti yang ditekankan
oleh John Goodlad, bahwa di seluruh kurikulum dalam berbagai tingkatan kelas,
siswa diharapkan dapat menghafal informasi, menjawab pertanyaan, dan lulus
menggunakan pilihan ganda yang dilihat benar salahnya dalam tes.
Bagi Maxine Greene dan Van Cleve Morris memandang bahwa moralitas
dalam pendidik di luar proses kognitif, hamper mirip dengan proses social-psikologis
seperti kepribadian, perasaan, dan keterbukaan terhadap orang lain. Pada konsep
seseorang itu bebas, sesungguhnya kebebasan adalah pada dasarnya merupakan
masalah batin yang melibatkan tanggung jawab dan pilihan seseorang untuk
melibatkan moral penilaian dan kaitannya tandar social dan keyakinannya menjaga
kepercayaan orang lain.
d. Moral Pengajaran
1). Harry Broudy berkata bahwa ada pendekatan yang luas untuk kurikulum yaitu
tentang mengatur kurikulum sekolah menengah ke dalam lima masalah sosial dan
moral.
4). Ted Sizer telah menyelenggarakan kurikulum sekolah menengah menjadi empat
bidang yang luas, termasuk "Sejarah dan Filsafat" dan "Sastra dan Seni.”
Sebagai seorang Guru, melibatkan ide dan literasi adalah hal yang baik untuk
dilakukan, namun tidak baik apabila menekankan kata-kata yang tertulis. Jika kita
mengandalkan literature yang baik, kita bisa kehilangan lebih dari setengah semua
siswa. Yanag dimaksudkan adalah bagi siswa yang kurang beruntung,
ketidakmampuan belajar, kurangnya berbicara menggunakan bahasa inggris. Jika hal
itu terjadi, secara tidak sengaja sekolah menerapkan kesenjangan antara pemikir
konkret dan abstrak dengan melacak siswa karena begitu banyak siswa yang tidak
dapat membaca dan memahami sebuah karya sastra yang baik.
e. Moral Karakter
Karakter moral sulit diajarkan karena menyangkut sikap dan perilaku yang
hasil dari tahap pertumbuhan, kualitas khas kepribadian, dan pengalaman. Ini
melibatkan filosofi yang koheren. Karakter moral berarti menerima kelemahan
mereka; melihat yang terbaik pada orang dan membangun kekuatan mereka; bertindak
secara sopan terhadap teman sekelas, keluarga; dan bertindak sebagai individu yang
bertanggung jawab. Mungkin ujian sebenarnya dari karakter moral adalah untuk
mengatasi krisis atau kemunduran, untuk menghadapi kesulitan, dan bersedia
mengambil risiko (misalnya, kemungkinan kehilangan pekerjaan) karena keyakinan
kita. Keberanian, keyakinan, dan kasih sayang adalah bahan karakter.
Mereka berharap guru akan berhenti “menggertak”, yaitu, memberikan
pekerjaan rumah, ujian, atau praktik evaluasi lainnya. Mereka berharap sekolah akan
mengurangi praktik "penyortiran" dengan cara yang terkadang sesuai dengan
pengelompokan sosial (kelas atau kasta). Pemimpin sekolah dan guru harus
mengadopsi karakter moral sebagai masalah prioritas atau kebijakan. Dibutuhkannya
dukungan dari kepemimpinan kepala sekolah, serta komunitas sekolah, untuk
menerapkan program budidaya karakter moral, sebuah program di mana siswa
diajarkan tanggung jawab untuk tindakan mereka dan itu bernilai sebagai kejujuran,
menghormati, toleransi, kasih sayang, dan keadilan. Kemudian, Amy Gutman
mengatakan bahwa masalah moral tidak pantas di sekolah umum karena latar
belakang siswa yang beragam dan multikultural.
f. Prinsip untuk meningkatkan sekolah
PENUTUUP
A. Kesimpulan
Ilmu sosial yang dibangun dan diterapkan oleh masyarakat sedari dini membuat siswa
berupaya mengikuti standar pemikiran masyarakat. Dalam penerapannya disekolah, ilmu
social sangat berguna untuk pembuatan kurikukulum. Karena dalam menentukan arah tujuan
sekolah, kita bisa memperhatikan kepribadian, moral, serta tanggung jawab siswa yang bisa
dilihat dengan penerapan mereka dalam bersosialisasi di lingkungannya. Siswa mempunyai
modal kepribadian yang ditanam oleh keluarganya untuk bisa berkembang dengan mengikuti
kurikulum yang dibuat dari sekolah.
Lalu semua masyarakat dituntut untuk melakukan semua fase perkembangan hidup
yang sama agar dapat mencapai tujuan tersebut. Bagi Havighrust dengan adanya tahapan
tersebut dikhususkan untuk remaja dapat mencapai pemikiran yang lebih luas dan
mendapatkan solusi dengan model komprehensif. Dengan begitu dapat memudahkan untuk
mengembangkan pendekatan kebutuhan siswa terhadap kurikulum dan pembelajaran. Semua
model pembelajaran sudah mempertimbangkan seluruh siswa, tidak hanya pencapaian
kognitif, namun yang bisa diambil adalah pencapaian kategori, konsep dan kesiapan,
kepribadian, dan keadaan sosial masing-masing anak.
Sebuah penilaian kebutuhan siswa dilihat dengan pendekatan pelajar dan juga
kebutuhan tenaga professional seperti yang menunjang pembelajaran, guru, orangtua, dan
masyarakat. Tujuannya adalah untuk memperjelas tujuan sekolah dengan penilaian supaya
menuju kearah yang lebih baik.
Daftar Pustaka
Syatriadin. (2017). Landasan Sosiologis Dalam Pendidikan. Jurnal Ilmu Sosial Dan
Pendidikan , 101 - 107.