MATA KULIAH:
PENGANTAR PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU :
Bpk. APRILANUS TELAUMBANUA, S. Pd., M. Pd.
DIBUAT OLEH:
FIRDAYANTI ZALUKHU
NIM : 232109083
Setiap manusia bersifat unik dan berbeda setiap individu sehingga kecenderungan dan
berhatian terhadap sesuatu akan berbeda. Karena adanya individualitas itu, setiap orang
memiliki aspek kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat, dan daya tahan yang
berbeda (Tirtarahardja dan Sulo,2005:17). Aspek-aspek tersebut melekat kuat pada setiap
manusia dan sifatnya cenderung internal. Artinya, keterlibatan unsu-unsur luar dalam proses
pembentukannya menjadi elemen yang memperkuat aspek-aspek yang sebenarnya sudah ada.
Tinggi atau rendahnya atau kuatnya dan lemahnya aspek-aspek individualitas tersebut
berbeda pada setiap manusia. Aspek-aspek tersebut dapat menjadikan manusia itu unik atau
berbeda satu sama lain.
Pemahaman pendidik yang tepat terhadap karakteristik peserta didiknya secara individual
sangat diperlukan dalam proses pendidikan. Sebab setiap individu memiliki latar belakang
dan kebutuhan yang berbeda yang menuntut pelayanan pendidikan yang berbeda juga.
Suasana pendidikan yang kondusif yang menyenangkan, yang merangsang rasa ingin tahu
yang lebih kuat, memungkinkan peseerta didik merasa bergairah, memiliki percaya diri yang
positif, dan dapat mengembangkan kreativitasnya secara optimal. Oleh sebab itu, seorang
pendidik harus mampu menciptakan dan memelihara suasana tersebut dengan memilih dan
memvariasikan pendekatan pengajarannya sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Pelayanan pendidikan yang tepat tentu akan melahirkan individu-individu yang memiliki
kepribadian yang mantap.
2. Dimensi Kesosialan
Seseorang akan menemukan “akunya”, manakala berada di tengah aku yang lain. Artinya
manusia tidak akan mengenali dirinya dan dapat mewujudkan potensinya sebelum dia
berinteraksi dengan manusia yang lain. Manusia adalah makhluk sosial sekaligus adalah
makhluk individual.
Perwujudan manusia sebagai mahkluk sosial terutama tampak dalam kenyataan bahwa
tidak ada manusia yang mampu hidup sebagai manusia tanpa adanya bantuan dari orang lain.
Realita ini menunjukkan bahwa manusia hidup dalam suasana interdependensi, dalam
antarhubungan dan antar-aksi. Pada mulanya seorang manusia sangat bergantung pada
ibu/pengasuhnya, semakin lama ia akan memerlukan lingkungan sosial yang lebih luas untuk
mewujudkan aksistensi dirinya. Dalam kehidupan manusia selanjutnya, manusia berada dalam
satu kesatuan hidup, misalnya warga kampus, warga suatu kelompok kebudayaan dan lainnya.
3. Dimensi Kesusilaan
Dalam pergaulan sosial, manusia diikat oleh nilai-nilai tertentu yang menjadi
patokan/ukuran bahwa suatu perilaku dianggap baik/buruk. Istilah susila berasal dari dua kata,
yaitu su berarti baik dan sila berarti dasar. Jadi, kesusilaan merupakan ukuran baik dan buruk.
Peserta didik harus memiliki pengetahuan tentang nilai-nilai dalam kehidupan dan
menginternalisasikannya. Pendidik tertentu perlu memberikan contoh dan dengan kesabaran
mengarahkan perilaku peserta didiknya pada nilai-nilai yang dianut. Menanamkan kesadaran
bagi peserta didik terhadap kewjibannya sebagai anggota masyarakat disamping mengetahui
juga haknya secara individual.
4. Dimensi Keberagamaan
Manusia dalah mahkluk yang religious, yang mengakui bahwa ada suatu Dzat yang
menguasai alam semesta beserta isinya, yang dipuja, dan disembahnya yang disebut Ilahi,
yaitu Tuhan. Manusia pada dasarnya tunduk dan patuh kepada Tuhan, kepada ajaran-ajaran
yang disampaikan melalui kitab suci-Nya.
Manusia memerlukan agama untuk keselamatan hidupnya kini dan untuk masa yang akan
datang. Agama merupakan sandaran vertikal dalam kehidupan manusia. Agar manusia
menjadi mahkluk yang tunduk dan patuh kepada Tuhannya, maka perlu diberikan pendidikan
agama sejak dini. Pendidikan agama tidak hanya menjadi tanggung jawab guru agama, tetapi
merupakan tanggung jawab semua guru di sekolah dan tanggung jawab semua orang untuk
saling menasehati pada kebenaran terhadap semuanya.
Buku yang saya rangkum : Buku Pengantar Pendidikan Oleh Teguh Triwiyanto
Tugas Rutin ke-2
1. Berikut adalah beberapa komponen yang dapat menjadi bagian dari batasan pendidikan
yang komprehensif:
Dimensi Akademis:
2. Pendidikan formal, non-formal, dan informal merupakan komponen yang saling terkait
dan dapat dilihat sebagai bagian dari satu sistem pendidikan yang lebih luas. Meskipun
masing-masing memiliki karakteristik dan tujuan yang berbeda, integrasi mereka dapat
membentuk pendekatan pendidikan yang holistik. Berikut adalah penjelasan mengenai
bagaimana ketiga bentuk pendidikan ini dapat dilihat sebagai bagian dari sistem yang
utuh:
a. Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah sistem pendidikan yang terstruktur dan diatur oleh lembaga-
lembaga resmi, seperti sekolah dan perguruan tinggi. Proses pembelajaran dalam pendidikan
formal biasanya bersifat sistematis dan memiliki kurikulum yang ditetapkan.
b. Pendidikan Non-Formal
Pendidikan non-formal adalah bentuk pendidikan yang tidak terikat oleh lembaga-
lembaga formal. Ini dapat terjadi di luar sekolah dan memiliki tujuan khusus, seperti pelatihan
keterampilan atau pendidikan dewasa.
c. Pendidikan Informal:
Pendidikan informal terjadi secara alamiah dalam kehidupan sehari-hari, melalui interaksi
sosial, pengalaman langsung, dan observasi. Tidak ada kurikulum formal atau struktur yang
diatur.
3. Kemandirian dalam belajar tidak secara langsung mengurangi peran guru, tetapi dapat
mengubah dinamika hubungan antar guru dan siswa. Guru tetap memiliki peran penting
sebagai fasilitator, pembimbing, dan sumber inspirasi. Kemandirian belajar memberikan
siswa tanggung jawab yang lebih besar terhadap proses pembelajaran mereka sendiri,
sementara guru dapat membimbing, memberikan arahan, dan memberikan dukungan
sesuai kebutuhan. Dalam konteks ini, peran guru lebih mengarah pada membantu siswa
menjadi pembelajar yang mandiri.
Tugas Rutin ke-3