Anda di halaman 1dari 35

BUKU PSIKOLOGI PENDIDIKAN

KARAKTERISTIK SISWA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Chitra Charisma Islami, M.Pd.

Disusun oleh :
1. Ilya Adit Triana 222223088

PJKR 2C

PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN, DAN REKREASI (PJKR)


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH KUNINGAN
TAHUN 2023 M/1444 H
A. Pengertian Karakteristik Siswa

Karakteristik berasal dari kata karakter yaitu sifat-sifat kejiwaan, ahlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain, tabiat, watak, berubah menjadi
karakteristik. Sedangkan menurut kamusBahasa Indonesia bahwa karakteristik adalah
mempunyai sifat khassesuai dengan perwatakan tertentu. Karakteristik siswa merupakan
mencerminkan pola kelakuan dankemampuan hasil dari pembawaan dan lingkungan sosial
sehinggamenentukan pola dari kegiatan aktivitas. Beberapa pendapat tentang arti
karakteristik, yakni:

a) Menurut Tadkiroatun Musfiroh, karakter mengacu kepadaserangkaian sikap


(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills).

b) Menurut Hamzah. B. Uno : Karakteristik siswa adalah aspek-aspekatau kualitas


perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar
kemampuan berfikir, dan kemampuanawal yang dimiliki.

c) Ron Kurtus : Berpendapat bahwa karakter adalah satu set tingkahlaku atau perilaku
(behavior) dari seseorang sehingga dari perilakunya tersebut, orang akan
mengenalnya “ia seperti apa”. Menurutnya, karakter akan menentukan kemampuan
seseoranguntuk mencapai cita-citanya dengan efektif, kemampuan untukberlaku
jujur dan berterus terang kepada orang lain sertakemampuan untuk taat terhadap
tata tertib dan aturan yang ada.

d) Carl R. Rogers : Memberikan rumusan yang lebih ekplisif tentangpenguasan guru


terhadap karakteristik peserta didik.

e) Surya : Berpendapat bahwa setiap belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan
yang spesifik, karena karakteristik perilaku belajar sebagai prinsip-prinsip belajar.

f) Menurut Sudirman Karakteristik siswa adalah keseluruhan polakelakuan dan


kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan
sosialnya sehingga menentukan polaaktivitas dalam meraih cita-citanya.

g) Bruno : Karakteristik merupakan kecenderungan yang relatif untukbereaksi dengan


cara baik atau buruk terhadap orang tertentu.

h) Reber : Menyatakan bahwa karakteristik adalah kemampuanmelakukan pola-pola


tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapihsecara mulus dan sesuai keadaan
untuk mencapai hasil.
B. Ragam Karakteristik Peserta Didik

Pemahaman karakteristik peserta didik sangat menentukan hasil belajar yang akan
dicapai, aktivitas yang perlu dilakukan, dan assesmen yang tepat bagi peserta didik. Atas
dasar ini sebenarnya karakteristik peserta didik harus menjadi perhatian dan pijakan pendidik
dalam melakukan seluruh aktivitas pembelajaran. Karakteristik peserta didik meliputi: etnik,
kultural, status sosial, minat, perkembangan kognitif, kemampuan awal, gaya belajar,
motivasi, perkembangan emosi, perkembangan sosial, perkembangan moral dan spiritual, dan
perkembangan motoric. Agar Anda memperoleh gambaran yang jelas tentang ragam
karakteristik peserta didik tersebut, maka ikuti paparan berikut:

a. Etnik

Negara Indonesia merupakan negara yang luas wilayahnya dan kaya akan etniknya.
Namun berkat perkembangan alat transpotasi yang semakin modern, maka seolah tidak ada
batas antar daerah/suku dan juga tidak ada kesulitan menuju daerah lain untuk bersekolah,
sehingga dalam sekolah dan kelas tertentu terdapat multi etnik/suku bangsa, seperti dalam
satu kelas kadang terdiri dari peserta didik etnik Jawa, Sunda, Madura, Minang, dan Bali,
maupun etnik lainnya. Implikasi dari etnik ini, pendidik dalam melakukan proses
pembelajaran perlu memperhatikan jenis etnik apa saja yang terdapat dalam kelasnya.

Data tentang keberagaman etnis di kelasnya menjadi informasi yang sangat berharga
bagi pendidik dalam menyelenggarakan proses pembelajaran. Seorang pendidik yang
menghadapi peserta didik hanya satu etnik di kelasnya, tentunya tidak sesulit yang multi
etnik. Contoh Pak Ardi seorang pendidik di kelas 6 Sekolah Dasar yang peserta didiknya
terdiri dari etnik Jawa semua atau Sunda semua, tentunya tidak sesulit ketika menghadapi
peserta didik dalam satu kelas yang multi etnik. Jika Pak Ardi melakukan proses
pembelajaran dengan peserta didik yang multi etnik maka dalam melakukan interaksi dengan
peserta didik di kelas tersebut perlu menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh semua
peserta didiknya. Kemudian ketika memberikan contoh-contoh untuk memperjelas tema yang
sedang dibahasnya juga contoh yang dapat dimengerti dan dipahami oleh semuanya.

b. Kultural

Meskipun kita telah memiliki jargon Sumpah Pemuda yang mengakui bertumpah darah
yang satu tanah air Indonesia, berbangsa yang satu bangsa Indonesia dan menjunjung bahasa
persatuan bahasa Indonesia. Namun peserta didik kita sebagai anggota suatu masyarakat
memiliki budaya tertentu dan sudah barang tentu menjadi pendukung budaya tersebut.
Budaya yang ada di masyarakat kita sangatlah beragam, seperti kesenian, kepercayaan,
norma, kebiasaan, dan adat istiadat. Peserta didik yang kita hadapi mungkin berasal dari
berbagai daerah yang tentunya memiliki budaya yang berbeda-beda sehingga kelas yang kita
hadapi kelas yang multikultural. Implikasi dari aspek kultural dalam proses pembelajaran ini
pendidik dapat menerapkan pendidikan multikultural.

Pendidikan multikultural menurut Choirul (2016: 187) memiliki ciri-ciri:

1) Tujuannya membentuk “manusia budaya” dan menciptakan manusia berbudaya


(berperadaban).

2). Materinya mangajarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa, dan nilai-
nilai kelompok etnis (kultural).

3) metodenya demokratis, yang menghargai aspek-aspek perbedaan dan keberagaman


budaya bangsa dan kelompok etnis (multikulturalisme).

4). Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik yang
meliputi aspek persepsi, apresiasi, dan tindakan terhadap budaya lainnya.

Atas dasar definisi dan ciri-ciri pendidikan multikultural tersebut di atas, maka pendidik
dalam melakukan proses pembelajaran harus mampu mensikapi keberagaman budaya yang
ada di sekolahnya/kelasnya. Misalnya Pak Irwan seorang pendidik disalah satu SMA ketika
menjelaskan materi pelajaran dan dalam memberikan contoh-contoh perlu
mempertimbangkan keberagaman budaya tersebut, sehingga apa yang disampaikan dapat
diterima oleh semua peserta didik, atau tidak hanya berlaku untuk budaya tertentu saja.

c. Status Sosial

Manusia diciptakan Tuhan dengan diberi rizki seperti berupa pekerjaan, kesehatan,
kekayaan, kedudukan, dan penghasilan yang berbeda- beda. Kondisi seperti ini juga melatar
belakangi peserta didik yang ada pada suatu kelas atau sekolah kita. Peserta didik pada suatu
kelas biasanya berasal dari status sosialekonomi yang berbeda-beda

. Dilihat dari latar belakang pekerjaan orang tua, di kelas kita terdapat peserta didik
yang orang tuanya wira usahawan, pegawai negeri, pedagang, petani, dan juga mungkin
menjadi buruh. Dilihat dari sisi jabatan orang tua, ada peserta didik yang orang tuanya
menjadi pejabat seperti presiden, menteri, gubernur, bupati, camat, kepala desa, kepala kantor
atau kepala perusahaan, dan Ketua RT. Disamping itu ada peserta didik yang berasal dari
keluarga ekonomi mampu, ada yang berasal dari keluarga yang cukup mampu, dan ada juga
peserta didik yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Peserta didik dengan bervariasi
status ekonomi dan sosialnya menyatu untuk saling berinteraksi dan saling melakukan proses
pembelajaran.

Perbedaan ini hendaknya tidak menjadi penghambat dalam melakukan proses


pembelajaran. Namun tidak dapat dipungkiri kadang dijumpai status sosial ekonomi ini
menjadi penghambat peserta didik dalam belajar secara kelompok. Implikasi dengan adanya
variasi status-sosial ekonomi ini pendidik dituntut untuk mampu bertindak adil dan tidak
diskriminatif. Contohnya dalam proses pembelajaran pendidik jangan sampai membeda-
bedakan atau diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada peserta didiknya, dan juga
dalam memberikan tugas-tugas yang sekiranya mampu diselesaikan oleh semua peserta didik
dengan latar belakang ekonomi sosial yang sangat beragam.

d. Minat

Minat dapat diartikan suatu rasa lebih suka, rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas. Hurlock (1990: 114) menyatakan bahwa minat merupakan suatu sumber motivasi
yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan yang dipilihnya. Apabila seseorang
melihat sesuatu yang memberikan manfaat, maka dirinya akan memperoleh kepuasan dan
akan berminat pada hal tersebut. Lebih lanjut Sardiman, (2011: 76) menjelaskan bahwa minat
sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara
situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.

Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya
sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingan orang tersebut. Atas
dasar hal tersebut sebenarnya minat seseorang khususnya minat belajar peserta didik
memegang peran yang sangat penting. Sehingga perlu untuk terus ditumbuh kembangkan
sesuai dengan minat yang dimiliki seorang peserta didik. Namun sebagaimana kita ketahui
bahwa minat belajar peserta didik tidaklah sama, ada peserta didik yang memiliki minat
belajarnya tinggi, ada yang sedang, dan bahkan rendah. Untuk mengetahui apakah peserta
didik memiliki minat belajar yang tinggi atau tidak sebenarnya dapat dilihat dari indikator
minat itu sendiri.

Indikator minat meliputi: perasaan senang, ketertarikan peserta didik, perhatian dalam
belajar, keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, manfaat dan fungsi mata pelajaran.
Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas maka akan diuraikan dalam paparan berikut.
Perasaan senang, seseorang peserta didik yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap
mata pelajaran tertentu akan memperlihatkan tindakan yang bersemangat terhadap hal
tersebut. Contohnya, peserta didik yang gemar dengan mata pelajaran Matematika, maka
peserta didik tersebut akan merasa bersemangat dan terus mempelajari ilmu yang berkaiatan
dengan Matematika, tanpa ada perasaan terpaksa dalam belajar. Ketertarikan peserta didik,
ini berkaitan dengan daya gerak yang mendorong peserta didik untuk cenderung merasa
tertarik pada orang, benda, kegiatan, dapat berupa pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan
itu sendiri, Perhatian dalam belajar, perhatian atau konsentrasi dapat diartikan terpusatnya
mental seseorang terhadap suatu objek.

Peserta didik yang memiliki minat terhadap objek tertentu, maka peserta didik tersebut
dengan sendirinya peserta didik tersebut memperhatikan objek tersebut. Contohnya peserta
didik yang memiliki minat pada seni musik maka peserta didik tersebut akan memperhatikan
ketika terdengar bunyi musik, bahkan gemar mendatangi konser-konser music. Peserta didik
merasa lebih mudah dan bersemangat dalam belajar jika diiringi dengan alunan music.

Keterlibatan belajar, keterlibatan atau partisipasi peserta didik dalam belajar sangat
penting, karena apabila peserta didik terlibat aktif dalam belajar maka hasilnya tentu akan
baik. Ketelibatan belajar akan muncul manakala tertarik pada objek yang dipelajari yang
kemudian merasa senang dan tertarik untuk melakukan kegiatan dari objek tersebut. Manfaat
dan fungsi mata pelajaran, jika manfaat dari apa yang dipelajari oleh peserta didik dapat
diketahui dan dipahami secara jelas, maka akan menumbuhkan motivasi peserta didik.
Manfaat dari mata pelajaran tertentu sebenarnya tidak hanya untuk sekarang tapi bisa manfaat
untuk masa mendatang, atau manfaat bukan hanya saat di sekolah tetapi bisa manfaat ketika
sudah bekerja atau dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, minat belajar merupakan faktor penting dalam proses
pembelajaran, dan perlu untuk selalu ditingkatkan. Implikasinya dalam proses pembelajaran
terutama menghadapi tantangan abad 21, pendidik dapat menerapkan berbagai model
pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), menantang dan inovatif,
menyampaikan tujuan/manfaat mempelajari suatu tema/mata pelajaran, serta menggunakan
beragam media pembelajaran.

Contoh aplikasi dalam pembelajaran, Pak Ardi seorang pendidik dari salah satu
sekolah A, hari itu sudah disepakti membahas tema H, Pada saat melakukan proses
pembelajaran, diawal pembelajaran terlebih dahulu mengemukakan tema yang akan
dipelajarinya, menyampaikan tujuan pembelajaran yang diharapkan dimiliki, dan manfaat
yang peserta didik peroleh setelah mempelajari tema H. Kemudian untuk melihat kemampuan
awal peserta didiknya dilakukan pre tes/tes awal terlebih dahulu. Setelah tahap-tahap tersebut
dilakukan kemudian Pak Ardi melakukan tahap inti yaitu membahas tema H melalui media
permainan ular tangga yang menjadi kesukaannya peserta didik tentang materi H yang telah
disiapkan (Belajar melalui media permainan Ular Tangga). Suasana kelas tampak antusias,
aktif, dan menyenangkan. Setelah materi dipahami dan waktunya cukup maka Pak Ardi
mengakhiri pelajaran dengan kegiatan penutup.

Banyak manfaat yang akan diperoleh oleh guru maupun pesertadidik, jika mereka
saling mengenal karakteristik masing-masing. Bagi peserta didik, mereka akan mendapat
pelayanan prima, perlakuan yangadil, tidak ada diskriminasi, merasakan bimbingan yang
maksimal danmenyelesaikan masalah anak didik dengan memperhatikan karakternya. Bagi
guru, manfaat mengenal dan memahami karakter peserta didikadalah :

1) Guru akan dapat memetakan kondisi peserta didik sesuai dengankarakternya


masing-masing.

2) Guru dapat memberikan pelayanan prima dan memberi tugassesuai dengan


kebutuhan dan kesanggupan peserta didiknya.

3) Guru dapat mengembangkan potensi yang dimiliki mereka berupaminat, bakat dan
kegemarannya dan berusaha menekan potensi 8 negatif yang mungkin muncul dari
karakter anak didik yang tidakbaik yang dimilikinya.

C. Gaya Belajar Peserta Didik


Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda
tingkatannya. Ada yang cepat, sedang, dan ada pula yang sangat lambat. Oleh karena itu,
mereka seringkali harus menempuh cara yang berbeda untuk dapat memahami sebuah
informasi atau pelajaran yang sama. Gaya belajar merupakan cara belajar yang khas bagi
siswa. Apapun cara yang dipilih, perbedaan gaya belajar itu menunjukkan cara tercepat dan
terbaik bagi setiap individu untuk bisa menyerap sebuah informasi dari luar dirinya. Jika kita
bisa memahami bagaimana perbedaan gaya belajar setiap orang itu, mungkin akan lebih
mudah bagi kita jika suatu saat, misalnya, kita harus memandu seseorang untuk mendapatkan
gaya belajar yang tepat dan memberikan hasil yang maksimal bagi dirinya.
Para peneliti menemukan adanya berbagai gaya belajar pada siswa yang dapat
digolongkan menurut kategori-kategori tertentu. Mereka berkesimpulan, bahwa :
1. Setiap peserta didik belajar menurut caranya sendiri yang kita sebut gaya belajar. Juga
pendidik mempunyai gaya mengajar masing-masing.
2. Kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu.
3. Kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar mempertinggi efektivitas belajar.
4. Informasi tentang adanya gaya belajar yang berbeda-beda mempunyai pengaruh atas
kurikulum, administrasi, dan proses mengajarbelajar. Masalah ini sangat kompleks, sulit,
memakan banyak waktu, biaya yang tidak sedikit, membuat frustrasi.
Gaya belajar bukan hanya berupa aspek ketika menghadapi informasi, melihat,
mendengar, menulis dan berkata tetapi juga aspek pemrosesan informasi sekunsial, analitik,
global atau otak kiri-otak kanan, aspek lain adalah ketika merespon sesuatu atas lingkungan
belajar (diserap secara abstrak dan konkret) .
Dari pengertian-pengertian di atas, tertulis bahwa gaya belajar adalah cara yang
cenderung dipilih siswa untuk menanggapi dan menggunakan perangsang-perangsang dalam
menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi pada proses belajar.
Berdasarkan preferensi sensori atau kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap,
mengelola dan menyampaikan informasi, maka individu gaya belajar dapat dibagi dalam 3
(tiga) kategori. Kategori ketiga tersebut adalah gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik
yang ditandai dengan ciri-ciri perilaku tertentu. Pengkategorian ini tidak berarti bahwa
individu hanya yang memiliki salah satu karakteristik gaya belajar tertentu sehingga tidak
memiliki karakteristik gaya belajar yang lain.
Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa individu memiliki salah satu
karakteristik yang paling menonjol sehingga jika ia mendapatkan rangsangan yang sesuai
dalam belajar maka akan memudahkannya untuk menyerap pelajaran. Dengan kata lain jika
individu menemukan metode belajar yang sesuai dengan karakteristik gaya belajar dirinya
maka akan cepat ia menjadi "pintar" sehingga kursuskursus atau pun les prifat secara intensif
mungkin tidak diperlukan lagi.
Menurut sebuah penelitian ekstensif, khususnya di Amerika Serikat, yang dilakukan
oleh Profesor Ken dan Rita Dunn dari Universitas St. John, di Jamaica, New York, dan para
pakar Pemrograman Neuro-Linguistik seperti, Richard Bandler, John Grinder, dan Michael
Grinder, telah mengidentifikasi tiga gaya belajar dan komunikasi yang berbeda:
1. Visual. Belajar melalui melihat sesuatu. Kita suka melihat gambar atau diagram. Kita
suka pertunjukkan, peragaan atau saksikan video.
2. Auditori. Belajar melalui mendengar sesuatu. Kita suka mendengarkan kaset audio,
ceramah-kuliah, diskusi, debat dan instruksi (perintah) verbal.
3. Kinestetik. Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. Kita suka
”menangani”, bergerak, menyentuh, dan merasakan/mengalami sendiri .
Untuk itu beberapa hal yang perlu kita pahami :

Pengertian Karakteristik
Peserta Didik
Menurut bahasa, karakter
adalah tabiat atau kebiasaan.
Sedangkan menurut
ahli psikologi, karakter
adalah sebuah sistem
keyakinan dan kebiasaan
yang
mengarahkan tindakan
seorang individu. Karena itu,
jika pengetahuan
mengenai karakter seseorang
itu dapat diketahui, maka
dapat diketahui pula
bagaimana individu tersebut
akan bersikap untuk kondisi-
kondisi tertentu.
Menurut Piuas Partanto,
Dahlan (1994) Karakteristik
berasal dari kata
karakter dengan arti
tabiat/watak, pembawaan atau
kebiasaan yang dimiliki oleh
individu yang relatif tetap.
Menurut Moh. Uzer Usman
(1989) Karakteristik adalah
mengacu kepada
karakter dan gaya hidup
seseorang serta nilai-nilai
yang berkembang secara
teratur sehingga tingkah laku
menjadi lebih konsisten dan
mudah di perhatikan.
Menurut Daryanto &
Rachmawati (2015)
Karakteristik merupakan
suatu
gaya hidup seseorang maupun
nilai yang berkembang secara
teratur setiap hari
yang mengacu kepada tingkah
laku yang mengarah pada
kepribadian yang lebih
konsisten dan mudah
dipahami. Dimana
karakteristik dapat diartikan
sebagai
ciri yang lebih ditonjolkan
dalam berbagai aspek tingkah
laku.
Menurut Sudirman (1990)
Karakteristik siswa adalah
keseluruhan pola
kelakuan dan kemampuan
yang ada pada siswa sebagai
hasil dari pembawaan
dari lingkungan sosialnya
sehingga menentukan pola
aktivitas dalam meraih
cita-citanya.
Menurut Hamzah. B. Uno
(2007) Karakteristik siswa
adalah aspek-aspek
atau kualitas perseorangan
siswa yang terdiri dari minat,
sikap, motivasi belajar,
gaya belajar kemampuan
berfikir, dan kemampuan awal
yang dimiliki.
Siswa atau anak didik adalah
setiap orang yang menerima
pengaruh dari
seseorang atau sekelompok
orang yang menjalankan
pendidikan. Anak didik
adalah unsur penting dalam
kegiatan interaksi edukatif
karena sebagai pokok
persoalan dalam semua
aktifitas pembelajaran (Saiful
Bahri Djamarah, 2000)
Masing-masing peserta didik
atau siswa sebagai individu
dan subjek belajar
memiliki karakteristik atau
ciri-ciri sendiri. Kondisi atau
keadaan yang terdapat
pada masing-masing siswa
dapat mempengaruhi
bagaimana proses belajar
siswa tersebut. Dengan
kondisi peserta yang
mendukung maka
pembelajaran
tentu dapat dilakukan dengan
lebih baik, sebaliknya pula
dengan karakteristik
yang lemah maka dapat
menjadi hambatan dalam
proses belajar mengajar.
Maka dari itu guru harus
mampu memahami setiap
karakteristik siswa agar guru
mampu menguasai keadaan
kelas dan menyesuaikan
model dan media
pembelajaran yang akan
diterapkan.
Pengertian Karakteristik
Peserta Didik
Menurut bahasa, karakter
adalah tabiat atau kebiasaan.
Sedangkan menurut
ahli psikologi, karakter
adalah sebuah sistem
keyakinan dan kebiasaan
yang
mengarahkan tindakan
seorang individu. Karena itu,
jika pengetahuan
mengenai karakter seseorang
itu dapat diketahui, maka
dapat diketahui pula
bagaimana individu tersebut
akan bersikap untuk kondisi-
kondisi tertentu.
Menurut Piuas Partanto,
Dahlan (1994) Karakteristik
berasal dari kata
karakter dengan arti
tabiat/watak, pembawaan atau
kebiasaan yang dimiliki oleh
individu yang relatif tetap.
Menurut Moh. Uzer Usman
(1989) Karakteristik adalah
mengacu kepada
karakter dan gaya hidup
seseorang serta nilai-nilai
yang berkembang secara
teratur sehingga tingkah laku
menjadi lebih konsisten dan
mudah di perhatikan.
Menurut Daryanto &
Rachmawati (2015)
Karakteristik merupakan
suatu
gaya hidup seseorang maupun
nilai yang berkembang secara
teratur setiap hari
yang mengacu kepada tingkah
laku yang mengarah pada
kepribadian yang lebih
konsisten dan mudah
dipahami. Dimana
karakteristik dapat diartikan
sebagai
ciri yang lebih ditonjolkan
dalam berbagai aspek tingkah
laku.
Menurut Sudirman (1990)
Karakteristik siswa adalah
keseluruhan pola
kelakuan dan kemampuan
yang ada pada siswa sebagai
hasil dari pembawaan
dari lingkungan sosialnya
sehingga menentukan pola
aktivitas dalam meraih
cita-citanya.
Menurut Hamzah. B. Uno
(2007) Karakteristik siswa
adalah aspek-aspek
atau kualitas perseorangan
siswa yang terdiri dari minat,
sikap, motivasi belajar,
gaya belajar kemampuan
berfikir, dan kemampuan awal
yang dimiliki.
Siswa atau anak didik adalah
setiap orang yang menerima
pengaruh dari
seseorang atau sekelompok
orang yang menjalankan
pendidikan. Anak didik
adalah unsur penting dalam
kegiatan interaksi edukatif
karena sebagai pokok
persoalan dalam semua
aktifitas pembelajaran (Saiful
Bahri Djamarah, 2000)
Masing-masing peserta didik
atau siswa sebagai individu
dan subjek belajar
memiliki karakteristik atau
ciri-ciri sendiri. Kondisi atau
keadaan yang terdapat
pada masing-masing siswa
dapat mempengaruhi
bagaimana proses belajar
siswa tersebut. Dengan
kondisi peserta yang
mendukung maka
pembelajaran
tentu dapat dilakukan dengan
lebih baik, sebaliknya pula
dengan karakteristik
yang lemah maka dapat
menjadi hambatan dalam
proses belajar mengajar.
Maka dari itu guru harus
mampu memahami setiap
karakteristik siswa agar guru
mampu menguasai keadaan
kelas dan menyesuaikan
model dan media
pembelajaran yang akan
diterapkan.
1. Individu Sebagai Peserta Didik
Individu berasal dari kata indivera yang berarti satu kesatuan organisme yang tidak
dapat dipisahkan. Individu merupakan kata benda dari individual yang berarti orang atau
perseorangan (Echols,1975: 519). Setiap individu pasti mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan,karena itu merupakan sifat kodrat manusia yang perlu diperhatikan. Perbedaan
makna dari pertumbuhan dan perkembangan adalah istilah pertumbuhan digunakan untuk
menyatakan perubahan kuantitatif mengenai aspek fisik atau biologis, sedangkan istilah
perkembangandigunakan untuk perubahan kualitatif mengenai aspek psikis atau rohani.
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, manusia memiliki berbagai kebutuhan
yang dapat dibedakan menjadi kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Selain itu seiring
usianya bertambah,kebutuhan individupun akan juga bertambah.
2. Karakteristik Individu Sebagai Peserta Didik
Individu memiliki sifat bawaan(heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari
pengaruh lingkungan sekitar.Menurut ahli psikologi, kepribadian dibentuk oleh perpaduan
faktor pembawaan dan lingkungan. Karakteristik yang bersifat biologis cenderung lebih
bersifat tetap,sedangkan karakteristik yang berkaitan dengan faktor psikologis lebih mudah
berubah karena dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan.
a. Pengertian dan Karakteristik Kehidupan Pribadi
- Pengertian: Kehidupan individu yang utuh, lengkap, dan memiliki cirri khusus/unik.
Kehidupan pribadi seseorang menyangkut berbagai aspek,antara lain:
- aspek emosional
- aspek sosial psikologis
- aspek sosial budaya
- kemampuan intelektual terpadu secara integratif terhadap faktor lingkungan.
Karakteristik kehidupan pribadi bersifat khusus,dengan kata laintidak dapat
disamakan dengan individu-individu lainnya. Seseorang individu juga memerlukan sebuah
pengakuan dari pihak lain tentang harga dirinya.Ia mempunyai harga diri dan berkeinginan
untuk selalu mempertahankan harga diri tersebut.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pribadi
Perkembangan pribadi yang menyangkut aspek psikologis dapat ditunjukkan oleh sikap
dan perilakunya.Menurut ahli psikologi perkembangan kehidupan pribadi manusia
dipengaruhi oleh faktor keturunan (pembawaan) dan faktor lingkungan (pengalaman). Aliran
Nativisme menyatakan perkembanagn pribadi telah ditentukan sejak lahir,sedangkan aliran
Empirisme menyatakan perkembangan pribadi dibentuk oleh lingkungan hidupnya. Aliran
yang menyatakan bahwa kedua faktor itu secara terpadu memberikan pengaruh tarhadap
kehidupan seseorang adalah aliran konvergensi.
c. Perbedaan Individu dalam Perkembangan Pribadi
Perkembangan pribadi setiap individu berbeda-beda sesuai dengan pembawaan dan
lingkungan tempat mereka hidup dan dibesarkan. Oleh karena itu, kepribadian setiap individu
akanberbeda-beda sesuai denga sifat badan dankondisi lingkungan hidupnya.
d. Pengaruh Perkembangan Kehidupan Pribadi terhadap Tingkah Laku
Kepribadian atau tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh proses perkembangan
kehidupan sebelumnya dan dalam perjalanannya berinteraksi dengan lingkungannya serta
kejadian-kejadian saat sekarang.
Kehidupan pribadi yang mantap akan membentuk perilaku yang mantap pula,sehingga
mampu memecahkan berbagai permasalahan hidupnya.
e. Upaya Pengembangan Kehidupan Pribadi
Upaya pengembangan kehidupan pribadi dapat dilakukan sbb.:
- Membiasakan hidup sehat,teratur,serta efisien waktu, mengenal dan memahami nilai-
nilai dan norma sosial yang berlaku secara baik dan benar.
- Mengerjakan tugas dan pekerjaan sehari-hari secara mandiri dan penuh tanggung
jawab.
- Sering bersosialisasi dengan masyarakat.
- Melatih cara merespon berbagai masalah dengan baik.
- Menghindari sikap dan tindakan yang bersifat lari dari masalah.
- Disiplin, patuh, dan tanggung jawab terhadap aturan hidup keluarga.
- Melaksanakan peran sesuai status dan tanggung jawab dalam kehidupan keluarga.
- Berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meningkatakan penguasaan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki,baik
melalui pendidikan yang formal maupun tidak.
Selain itu perlu diciptakan suasana yang kondusif dan keteladanan dari pihak yang
memiliki otoritas, serta mengefektifkan perkembangan sosial.
D. Cara Memahami Karakter Anak Didik
Guru merupakan pemegang peran yang amat sentral dalamproses pendidikan. Upaya
meningkatkan profesionalisme para pendidikadalah suatu keniscayaan. Guru harus
mendapatkan program-programpelatihan secara tersistem agar tetap memiliki
profesionalisme yangtinggi dan siap melakukan adopsi inovasi. Guru juga harusmendapatkan
penghargaan dan kesejahteraan yang layak ataspengabdian dan jasanya, sehingga setiap
inovasi dan pembaruandalam bidang pendidikan dapat diterima dan dijalaninya dengan baik.
Untuk mengenal dan memahami peserta didik, guru hendaknyadibekali dengan Ilmu
Psikologi Pendidikan, Ilmu Psikologi belajar danIlmu Psikologi Perkembangan serta ilmu
kesulitas anak dalambelajar. Ilmu tersebut terdapat konsep-konsep dasar tentang
perkembangankejiwaan peserta didik yang sangat membantu guru dalam mendampingi
mereka. Disiplin ilmu ini sudah mulai dilupakan ataukurang diperhatikan guru sehingga
kesulitan demi kesulitan dialami guruketika berhadapan dengan peserta didik. Banyak
masalah yangdihadapai peserta didik yang tidak terlalu berat tetapi karena kurangtepatnya
pendekatan dan terapi yang digunakan guru dalammenyelesaikan masalah itu. Hal ini tidak
menghasilkan penyelesaian 10 secara tuntas dan masalah itu tetap menyelimuti peserta didik
yangmemberatkan langkahnya dalam meraih cita-cita.
Dalam menjalankan tugas, seorang guru dapat berperansebagai Psikolog, yang dapat
mendidik dan membimbing pesertadidiknya dengan benar, memotivasi dan memberi sugesti
yang tepat, serta memberikan solusi yang tuntas dalam menyelesaikan masalahanak didik
dengan memperhatikan karakter dan kejiwaan pesertadidiknya, guru berperan sebagai Tut
Wuri Handayani yang memberikanarahan bagi anak didiknya dan mendorong mereka untuk
lebih maju kedepan. Guru juga hendaknya mampu berperan sebagai seorang dokter yang
memberikan terapi dan obat pada pasiennya sesuai dengandiagnosanya. Salah diagnosa maka
salah juga terapi dan obat yangdiberikan sehingga penyakitnya bukannya sembuh tetapi
sebaliknyasemakin parah. Demikian pula dengan anak didik.
Beberapa karakteristik anak didik yang perlu dipahami olehpendidik terutama dalam
rangka melaksanakan praktek pendidikan, karakteristik tersebut antara lain:
1. Anak didik adalah subjek
Maksudnya yaitu pribadi yang memiliki pribadi sendiri ataukonsep diri sendiri. Mereka
memiliki kebebasan dalammewujudkandirinya sendiri untuk mencapai
kedewasaaannya. Jadi, tidak dibenarkanjika anak didik sebagai “objek”, maksudnya
sebagai sasaran yang dapat diperlakukan dan dibentuk dengan semena-mena oleh
pendidiknya.
2. Anak didik adalah makhluk yang sedang berkembang
Anak didik adalah makhluk yang sedang berkembang. Setiapanak didik memiliki
perkembangan yang berbeda-beda, dalamsetiapproses perkembangan tersebut terdapat
tahapan-tahapannya. Olehkarena itu setiap anak didik yang berada dalam tahap
perkembangantertentu menuntut perlakuan tertentu pula dari orang dewasaterhadapnya.
3. Anak didik hidup dalam dunia sendiri
Setiap anak didik hidup dalam kehidupannya sesuai tahapperkembangannya, jenis
kelaminnya, dan lain-lain. Anak didik harus 11 diperlakukan sesuai dengan
keanakannya atau sesuai dengan dunianya. Sebagai contoh adalah kehidupan anak SD
berbeda dengan anak, SMPatau SMA. Oleh karena itu perlakuan pendidik terhadap
anak SD, SMPdan SMA berbeda, sesuai dengan kebutuhan dan masanya.
4. Anak didik hidup dalam lingkungan tertentu
Anak didik adalah subjek yang berasal dari keluarga dengan latar belakang lingkungan
alam dan sosial budaya tertentu.oleh karena itu, anak didik akan memiliki karakteristik
tertentu yang berbeda – bedasebagai akibat pengaruh lingkungan dimana ia dibesarkan
atau dididik. Dalam praktek pendidikan, pendidik perlu memeperhatikan
danmemperlakukan anak didik dalam konteks lingkungan dan sosial budayanya.
5. Anak didik memiliki ketergantungan kepada orang dewasa
Setiap anak memiliki kekurangan dan kelebihan tertentu.dalamperjalanan hidupnya,
anak masih memerlukan perlindungan, anakmasih perlu belajar berbagai pengetahuan,
perlu latihan danketerampilan, anak belum tahu mana yang benar dan salah, yang
baikdan tidak baik, serta bagaimana mengantisipasi kebutuhan dimasadepannya.
Dibalik kebebasannya untuk mewujudkan dirinya sendiri dalam rangka mencapai
kedewasaan, anak masih memerlukan bantuanorang dewasa.
6. Anak didik memiliki potensi dan dinamika
Bantuan orang dewasa berupa pendidikan agar anak didikmenjadi dewasa akan
mungkin dicapai oleh anak didik. Hal ini disebabkan anak didik memiliki potensi untuk
menjadi manusia dewasadan memiliki dinamika, yaitu aktif sedang berkembang
danmengembangkan diri, serta aktif dalam menghadapi lingkungannyadalam upaya
mencapai kedewasaan.
Demikian juga guru harus mampu dalam menyelesaikan masalahanak, mengetahui akar
masalah sehingga dapat menentukan terapi dansolusi yang tepat dalam menyelesaikan
masalah tersebut. Disamping ituguru juga dapat berperan sebagai seorang ulama yang dapat
membimbing dan menuntun batin atau kejiwaan peserta didik, 12 memberikan pencerahan
yang menyejukkan dan menyelesaikanmasalahnya dengan pendekatan agama yang hasilnya
akan lebih baik.
Mengenal dan mememahami peserta didik dapat dilakukandengan cara memperhatikan
dan menganalisa tutur kata (cara bicara), sikap dan prilaku atau perbuatan anak didik, karena
dari tiga apek di atas setiap orang (anak didik ) mengekspresikan apa yang ada dalamdirinya
(karakter atau jiwa ). Untuk itu seorang guru harus secaraseksama dalam berkomunikasi dan
berinteraksi dengan peserta didikdalam setiap aktivitas pendidikan. Ada beberapa contoh
karakteristik peserta didik diantaranya:
1. Senang bermain
2. Selalu ingin tahu
3. Mudah Terpengaruh
4. Suka Meniru
5. Manja
6. Berani
7. Kreatif
8. Keras Kepala
9. Suka berkhayal
10.Emosi
11.Senang dipuji
12.Ingin bebas
13.Suka Mengganggu
14.Mendambakan kasih sayang dan rasa aman
15.Selalu ingin mencoba
16.Ingin diperhatikan
17.Punya sipat polos
18.Suka menentang
19.Egois
Dalam rangka memahami karakteristik anak didik seorang guruhendaknya memahami
terlebih dahulu pemahaman tentang dirinyasendiri (Self Understanding), dan juga
pemahaman tentang orang lain(Under Standing the Other). Tanpa pemahaman yang meluas
danmendalam tentang diri sendiri dan orang lain maka guru tidak akan 13 memahami
karakteristik peserta didik, jadi harus dilakukannyapenguasaan secara menyeluruh.
Berdasarkan beberapa karakteristik peserta didik tersebut, tugaspendidik adalah
memberikan berbagai jenis bantuan secara positif agar anak mampu mewujudkan diri sebagai
manusia dewasa.
Beberapa cara guru dalam memahami karakteristik anak didiksesuai dengan tingkat
pendidikannya yaitu :
(A) Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar (SD)
Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah dasar adalah6 tahun dan selesai pada
usia 12 tahun. Kalau mengacu padapembagian tahapan perkembangan anak, berarti anak usia
sekolahberada dalam dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanaktengah (6-9 tahun)
dan masa kanak-kanak akhir (10-12 tahun). Anak-anak usia sekolah ini memiliki karakteristik
yang berbedadengan anak-anak yang usianya lebih muda. Ia senang bermain, senang
bergerak, senang bekerja dalam kelompok dan senangmerasakan atau melakukan sesuatu
secara langsung. Oleh sebab itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang
mengandungunsur permainan, mengusahakan siswa berpindah atau bergerak, bekerja atau
belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatanuntuk terlibat langsung dalam
pembelajaran.
Menurut pendapat Darmodjo anak usia sekolah dasar adalahanak yang sedang
mengalami perrtumbuhan baik pertumbuhanintelektual, emosional maupun pertumbuhan
badaniyah, di manakecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut
tidaksama, sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketigaaspek tersebut.
Ini suatu faktor yang menimbulkan adanya perbedaanindividual pada anak-anak sekolah
dasar walaupun mereka dalamusiayang sama.
Siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional kongkrit, pada tahap ini anak
mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya
anak mampu berfikir logis, 14 tetapi masih terbatas pada objek-objek kongkrit, dan mampu
melakukankonservasi.
Karakteristik pertama anak SD adalah senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru
SD untuk melaksanakan kegiatanpendidikan yang bermuatan permainan lebih – lebih untuk
kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang model pembelajaran yangmemungkinkan
adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknyamengembangkan model pengajaran
yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara
matapelajaran serius seperti IPA, bahasa inggris, Matematika, denganpelajaran yang
mengandung unsur permainan seperti pendidikan olahraga dan kesehatan , atau Seni Budaya
dan Keterampilan (SBK), seni tari dan lainnya.
Karakteristik yang kedua adalah senang melakukan aktifitas yangpenuh dengan
gerakan, orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan
tenang paling lama sekitar 30menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk
duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.
Karakteristik yang ketiga dari anak usia SD adalah anak senangbersosialisasi dengan
temannya sehingga mereka senang bekerjadalam kelompok. Dari pergaulanya dengan
kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti:
belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada
diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan
orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa
guruharus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untukbekerja atau
belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dandemokrasi.
Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harusmerancang model pembelajaran
yang memungkinkan anak untukbekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta
siswa untuk 15 membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untukmempelajari atau
menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.
Anak usia SD ditandai oleh tiga dorongan ke luar yang besar yaitu (1)kepercayaan
anak untuk keluar rumah dan masuk dalamkelompok sebaya (2)kepercayaan anak memasuki
dunia permainan dankegiatan yang memperlukan keterampilan fisik, dan (3)
kepercayaanmental untuk memasuki dunia konsep, logika, dan logika dan simbolisdan
komunikasi orang dewasa.
Pendapat Thornburg anak sekolah dasar merupakan individuyang sedang berkembang,
barang kali tidak perlu lagi diragukankeberaniannya. Setiap anak sekolah dasar sedang berada
dalamperubahan fisik maupun mental mengarah yang lebih baik. Tingkah lakumereka dalam
menghadapi lingkungan sosial maupun non sosial meningkat. Anak kelas empat, memilki
kemampuan tenggang rasa dankerja sama yang lebih tinggi, bahkan ada di antara mereka
yangmenampakan tingkah laku mendekati tingkah laku anak remaja permulaan.
Menurut Piaget ada lima faktor yang menunjang perkembanganintelektual yaitu :
transmisi sosial (social transmission), dan proseskeseimbangan (equilibriun) atau proses
pengaturan sendiri (selfregulation ) kedewasaan (maturation), pengalaman fisik (physical
experience), penyalaman logika matematika (logical mathematical experience). Erikson
mengatakan bahwa anak usia sekolah dasar tertarik terhadap pencapaian hasil belajar.
Menurut Havighurst, tugas perkembangan anak usia sekolahdasar meliputi:
1) Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalampermainandan aktivitas fisik.
2) Membina hidup sehat
3) Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok
4) Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin
5) Belajar membaca, menulis dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam
masyarakat
6) Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif
7) Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai
8) Mencapai kemandirian pribadi
Dalam upaya mencapai setiap tugas perkembangan tersebut, guru dituntut untuk
memberikan bantuan berupa:
a) Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman yang
konkret atau langsung dalam membangun konsep
b) Melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan nilainilai sehingga siswa
mampu menentukan pilihan yang stabil danmenjadi pegangan bagi dirinya.
c) Menciptakan lingkungan teman sebaya yang mengajarkan keterampilan fisik
d) Melaksanakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
belajar bergaul dan bekerja dengan teman sebaya, sehingga kepribadian sosialnya
berkembang/
Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perludiketahui para guru,
agar lebih mengetahui keadaan peserta didikkhususnya ditingkat Sekolah Dasar. Sebagai
guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaansiswanya, maka
sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Adapun
karakeristik peserta didik dibahassebagai berikut:
1. Perkembangan intelektual dan emosi
Istilah intelek berasal dari perkataan itelect (bahasa inggris) yangberarti :
a) Menurut pendapat CP. Chaplin, proses kognitif berfikir, dayamenghubungkan serta
kemampuan menilai dan mempertimbangkanKemampuan mental atau intelegensi.
b) Pada usia dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual atau
melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan
kognitif (seperti membaca, menulis, dan menghitung).
2. Perkembangan Bahasa
Menurut pendapat Tarigan, setiap anak sejak awal telahmenunjukkan kemampuan
berbahasa yang terus berkembang. Adaaspek linguistik dasar yang bersifat universal dalam
otak manusia yangmemungkinkan menguasai bahasa tertentu.
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalampengertian ini tercakup
semua cara berkomunikasi, dimana pikiran danperasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan,
lisan, isyarat, atau gerakdengan menggunakan kata-kata,kalimat, bunyi, lambang, gambar,
ataulukisan. Dengan bahasa semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam
sekitar, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama. Faktor penting yang
mempengaruhi perkembangan bahasa yaitu:
a) Proses jadi matang dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (organ-organ
suara/bicara sudah berfungsi) untukberkata-kata.
b) Proses belajar, yang berarti bahwa anak yang telah matang untukberbicara lalu
mempelajari bahasa orang lain dengan jalanmengimitasi atau meniru ucapan/kata-kata yang
didengarnya.
Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak Dengan dibekali
pelajaran bahasa di sekolah, diharapkan pesertadidik dapat menguasai dan
mempergunakannya sebagai alat untuk :
1. Berkomunikasi dengan orang lain.
2. Menyatakan isi hatinya.
3. Memahami keterampilan mengolah informasi yang diterimanya.
4. Berpikir (menyatakan gagasan atau pendapat).
5. Mengambangkan kepribadiannya seperti menyatakan sikap dankeyakinannya.
Oleh karena itu bahasa berkembang setahap demi setahapsesuai dengan pertumbuhan
organ pada anak dan kesediaan orang tuamembimbing anaknya. Bahasa telah berkembang
sejak anak berusia 4- 5 bulan. Orang tua yang bijak selalu membimbing anaknya untuk
belajar berbicara mulai dari yang sederhana sampai anak memiliki
keterampilanberkomunikasi dengan mempergunakan bahasa. Potensi anak untuk berbicara
didukung oleh beberapa hal. Yaitu:
1. kematangan alat berbicara,
2. kesiapan mental.
3. adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak.
4. kesempatan berlatih.
5. motivasi untuk belajar dan berlatih dan.
6. bimbingan dari orang tua.
e. PERBEDAAN INDIVIDU
Pembahasan tentang aspek-aspek perkembangan individu telah dikenali ada dua hal
yang menonjol, yaitu: (1) pada umumnya manusia mempunyai unsur kesamaan dalam pola
perkembangannya; dan (2) dalam pola yang bersifat umum itu, manusia cenderung berbeda
fisik dan nonfisik. Individu menunjukkan kedudukan orang perorang atau perseorangan. Sifat
individual adalah sifat yang berkaitan dengan orang perseorangan, berkaitan perbedaan
individual dengan perseorangan. Ciri atau karakteristik orang yang satu berbeda dengan
lainnya. Dengan kata lain, makna perbedaan individu menyangkut variasi yang terjadi baik
variasi aspek fisik maupun psikologis.
Perbedaan yang segera dikenali oleh guru terhadap siswanya adalah perbedaan fisiknya,
seperti warna kulit, tinggi badan, berat badan, bentuk muka, warna rambut, dan cara
berdandannya. Sedangkan perbedaan aspek psikologisnya adalah perilakunya, kerajinannya,
kepandaiannya, motivasinya, bakatnya, dan kegemarannya. Garry mengkategorikan
perbedaan individu, yaitu: (1) perbedaan fisik, meliputi usia, tinggi dan berat badan, jenis
kelamin, pedengaran, penglihatan, kemampuan bertindak; (2) perbedaan sosial, meliputi
sosial ekonomi, agama, hubungan keluarga, suku; (3) perbedaan kepribadian, meliputi watak,
motif, sikap, dan minat; (4) perbedaan kemampuan, meliputi inteligensi, bakat; dan (5)
perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah (Hartono, 1994). Setiap individu berbeda,
bidang perbedaan yang tampak dalam perilaku manusia baik di rumah maupun di sekolah
adalah:
1. Perbedaan Kognitif
Menurut Bloom, proses belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah, menghasilkan
tiga pembentukan kemampuan yang dikenal sebagai Taksonomi Bloom, yaitu kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik (Krathwohl dan Anderson, 2001). Kemampuan kognitif
merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Setiap individu memiliki persepsi tentang hasil pengamatan terhadap suatu objek. Berarti ia
menguasai sesuatu yang diketahui, artinya dalam dirinya terbentuk suatu persepsi dan
pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik untuk mejadi miliknya. Setiap saat bila
diperlukan, pengetahuan yang dimilikinya dapat direproduksi.
Banyak atau sedikit, tepat atau kurang tepat pengetahuan itu dapat dimiliki dan dapat
diproduksi kembali merupakan tingkat kemampuan kognitif seseorang. Kemampuan kognitif
menggambarkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi setiap orang. Pada dasarnya
kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Sebagaimana diketahui bahwa hasil belajar
merupakan perpaduan antara pembawaan dan pengaruh lingkungan. Faktor dasar yang
berpengaruh menonjol pada kemampuan kognitif.
Proses pembelajaran adalah upaya menciptakan lingkungan yang bernilai positif, diatur,
dan direncanakan untuk mengembangkan faktor dasar yang telah dimiliki oleh anak. Tingkat
kemampuan kognitif tergambar pada hasil belajar yang diukur dengan tes hasil belajar. Tes
hasil belajar menghasilkan nilai kemampuan kognitif yang bervariasi. Hal ini
menggambarkan adanya perbedaan kemampuan kognitif setiap individu. Demikian
inteligensi sangat mempengaruhi kemampuan kognitif seseorang. Hasil-hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai kemampuan kognitif berkorelasi positif dengan tingkat kecerdasan
seseorang.
2. Perbedaan Kecakapan Bahasa
Bahasa adalah salah satu kemampuan individu yang penting sekali dalam
kehidupannya. Kemampuan berbahasa setiap individu berbeda. Kemampuan berbahasa
merupakan kemampuan individu untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan
kata dan kalimat yang bermakna, logis, dan sistematis. Kemampuan tersebuat sangat
dipengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor lingkungan, termasuk faktor fisik yakni organ
berbicara.
Guru-guru telah menyadari bahwa adanya perbedaan bagi siswanya dalam kemampuan
untuk menguasai dan memahami bahasa lisan dan tulis serta kemampuan mereka untuk
mengekspresikan diri secara tepat. Kelancaran atau sebaliknya hambatan berbahasa bagi anak
tergantung pada kondisi lingkungan keluarga dan pembiasaannya dalam berkomunikasi serta
lingkungan pada umumnya. Dengan kata lain, pengalaman dan kematangan anak sebelumnya
merupakan faktor pendorong perkembangan anak dalam berbagai kemampuan, termasuk
kemampuan berbahasa.
3. Perbedaan Kecakapan Motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan psikomotorik merupakan kemampuan untuk
melakukan koordinasi kerja syaraf motorik yang dilakukan oleh syaraf pusat (otak) untuk
melakukan kegiatan. Kegiatan itu terjadi karena kerja syaraf yang sistematis. Alat indera
menerima rangsangan, rangsangan tersebut diteruskan melalui syaraf sensoris ke syaraf pusat
(otak) untuk diolah, dan hasilnya dibawa oleh syaraf motorik untuk memberikan reaksi dalam
bentuk gerakan atau kegiatan. Ketepatan kerja jaringan syaraf akan menghasilkan suatu
bentuk kegiatan yang tepat, dalam arti kesesuaian antara rangsangan dan respons. Kerja ini
akan menggambarkan tingkat kecakapan motorik.
Syaraf pusat (otak) yang melaksanakan fungsi sentral dalam proses berpikir merupakan
faktor penting dalam koordinasi kecakapan motorik. Ketidaktepatan dalam pembentukan
persepsi dan penyampaian perintah, akan terjadi kekeliruan respons dan/atau kegiatan yang
kurang sesuai dengan tujuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa inteligensi merupakan
faktor dalam bentuk yang lebih tinggi dari keterampilan motorik. Secara umum koordinasi
motorik dan kecakapan untuk melakukan suatu kegiatan yang kompleks membutuhkan
keterampilan motorik yang lebih kompleks pula.
Bertambahnya umur seseorang mengindikasikan adanya kematangan. Hal ini akan
menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam banyak hal, seperti kekuatan untuk
mempertahankan perhatian, koordinasi otot, kecepatan berpenampilan, keajegan untuk
mengontrol, dan resisten terhadap kelelahan. Dengan kata lain makin bertambahnya umur
seseorang akan makin matang dan selanjutnya menunjukkan tingkat kecakapan motorik yang
makin tinggi. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik dipengaruhi oleh kematangan
fisik dan tingkat kemampuan berpikir. Karena kematangan fisik dan kemampuan berpikir tiap
individu berbeda akan membawa akibat terhadap kecakapan motorik masing-masing, pada
gilirannya kecakapan motorik tiap individu akan berbeda pula.
4. Perbedaan Latar Belakang
Perbedaan latar belakang dan pengalaman individu dapat memperlancar atau sebaliknya
menghambat prestasi belajar mereka, sebab perbedaan tersebut dapat mempengaruhi
kemauan dan situasi belajar. Latar belakang individu dibedakan menjadi dua yaitu faktor dari
dalam dan faktor di luar dirinya. Faktor dari dalam misalnya kecerdasan, kemauan, bakat,
minat, emosi, perhatian, kebiasaan bekerja sama, dan kesehatan yang mendukung atau
menghambat belajar. Adapun faktor dari luar diri individu antara lain pola sikap orang tua,
sosial ekonomi keluarga, tingkat kesukaran bahan ajar, metode pembelajaran, kurikulum, dan
situasi dan kondisi belajar.
5. Perbedaan Bakat
Bakat adalah kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir oleh individu. Kemampuan
tersebut akan berkembang dengan baik bila mendapat rangsangan atau kesempatan dan
fasilitas secara tepat. Sebaliknya bakat tidak dapat berkembang sama sekali, manakala
lingkungan tidak memberikan kesempatan untuk berkembang. Gayut dengan inilah makna
pendidikan menjadi penting keberadaanya. Belajar pada jenjang bawah - sekolah dasar / SD -
berkaitan dengan penguasaan alat-alat belajar dan pemenuhan tentang ajaran umum. Pada
tahun-tahun pertama, hal tersebut belum tentu membuat anak berbakat menjadi menonjol
dibandingkan pada tahun berikutnya. Pada jenjang sekolah menengah atas (SMA) dan
perguruan tinggi patut diduga program pembelajaran amat berarti untuk merangsang dan
memberi fasilitas bagi perkembangan bakat anak.
6. Perbedaan Kesiapan Belajar
Berdasarkan latar belakang lingkungan (sosioekonomi dan sosiokultural) yang
bervariasi akan mempengaruhi adanya variasi kesiapan belajar individu. Kesiapan belajar
individu bergantung pada sejumlah faktor seperti kematangan fisik, kematangan mental,
umur, kesehatan, dan pengalaman-pengalaman hasil persepsi dan perhatiannya terhadap
lingkungan.
KESIMPULAN
Karakteristik berasal dari kata karakter yaitu sifat-sifat kejiwaan, ahlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain, tabiat, watak, berubah menjadi
karakteristik. Sedangkan menurut kamusBahasa Indonesia bahwa karakteristik adalah
mempunyai sifat khassesuai dengan perwatakan tertentu. Peserta didik pada suatu kelas
biasanya berasal dari status sosialekonomi yang berbeda-beda. Dilihat dari latar belakang
pekerjaan orang tua, di kelas kita terdapat peserta didik yang orang tuanya wira
usahawan, pegawai negeri, pedagang, petani, dan juga mungkin menjadi buruh. Atas dasar
hal tersebut sebenarnya minat seseorang khususnya minat belajar peserta didik memegang
peran yang sangat penting. Sehingga perlu untuk terus ditumbuh kembangkan sesuai dengan
minat yang dimiliki seorang peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/36514578/
MAKALAH_KONSEP_DAN_KARAKTERISTIK_PERKEMBANGAN_PESERTA_DIDI
K
http://repository.radenintan.ac.id/
10379/1/1.%20BUKU_KARAKTERISTIK_Meriyati_Fix_Baru.pdf
https://cdn-gbelajar.simpkb.id/s3/p3k/Pedagogi/Modul%20Bahan%20Belajar%20-
%20Pedagogi%20-%202021%20-%20P2.pdf
https://fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/06/nur-hidayah-buku-Psikologi-Pendidikan-
cover.pdf

Anda mungkin juga menyukai