Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keadaan remaja pada zaman sekarang berbeda dengan remaja pada zaman

dahulu. Rata-rata jawaban itulah yang dilontarkan oleh para golongan tua ketika penulis

menyatakan kepada mereka mengenai keadaan kaum ramaja pada zaman ini.

Remaja pada zaman dahulu rupanya senang berkumpul bersama dan

mengadakan kegiatan-kegiatan dengan warga masyarakat lingkungannya, seperti kerja

bakti, ronda malam, dan lain-lain. Namun, apabila kita melihat keadaan remaja-remaja

pada zaman sebelumnya. Remaja-remaja saat ini cenderung tidak peduli dengan

lingkungan masyarakat. Mereka bertindak dengan nafsu dan emosi. Apalagi semakin

marak tindakan-tindakan remaja yang banyak meresahkan masyarakat, seperti tawuran,

penggunaan NARKOBA, minum-minuman keras, dan lain-lain.

Jika kita berbicara mengenai remaja, mereka merupakan bagian penting dari kaum

muuda yang sedang dirundung berbagai masalah, seperti yang disebutkan di atas.

Dengan melihat keadaan seperti itu, banyak kalangan masyarakat merasa pesimis dan

takut terhadap masa depan para pelajar sekaligus remaja Indonesia.

Anggapan mengenai remaja dan permasalahannya seperti inilah yang akhirnya

menyebabkan munculnya paradigma masyarakat yang mengungkapkan bahwa tugas

pelajar yang baik adalah belajar dengan tekun. Namun, hal itu tidak dapat menjadi tolak

ukur kepedulian pelajar terhadap dirinya, orang lain, dan lingkunganya.

1
2

Penulis yang juga sebagai pelajar tidak setuju jika banyak remaja terjerumus

kedalam pergaulan yang tidak di inginkan. Oleh karena itu, untuk membuktikannya

penulis akan menyelidiki dan memaparkannya dalam karya tulis ini.

B. PERUMUSAN MASALAH

Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan maka beberapa masalah

yang dapat penulis rumuskan dan akan di bahas dalam karya tulis ilmiah ini adalah:

1. Apa yang menyebabkan remaja terjerumus kedalam pergaulan bebas?

2. Bentuk remaja dan permasalahannya seperti apa saja yang dilakukan oleh remaja?

3. Bagaimana peranan pemerintah terhadap remaja dan permasalahannya?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penulisan karya ilmiah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan- tujuan yang

diharapkan dapat bermanfaat bagi pembangunan masyarakat.

Secara terperinci, tujuan dari penelitian dan penulisan dari karya ilmiah ini :

1. Mengetahui sejauh mana kepekaan dan pandangan remaja terhadap bentuk

remaja dan permasalahannya.

2. Mengetahui dampak yang disebabkan oleh remaja dan permasalahannya tersebut.

3. Mengetahui sejauh mana peranan pemerintah terhadap remaja dan

permasalahannya.
3

D. METODE PENELITIAN

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis menggunakan

metode observasi. Adapun teknik- teknik yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Teknik pengamatan langsung

Pada teknik ini, penulis terjun langsung dalam pergaulan kalangan remaja

dilingkungannya, khususnya pelajar SMA guna mengetahui sampai sejauh mana

kepekaan dan perhatian sebagai seorang pelajar.

2. Internet

Pada metode ini, penulis mengambil informasi melalui media internet yang

berhubungan dengan penulisan karya ilmiah ini.

E. HIPOTESIS

Penelitian ini dilakukan berangkat dari keyakinan penulis setelah cukup

melakukan pengenalan masalah. Adapun keyakinan ataupun hipotesis tersebut adalah

“Kenakalan yang banyak dilakukan oleh kalangan remaja sangat berpengaruh bagi masa

depan “

F. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN

Jangka waktu penelitian adalah satu bulan, tepatnya selesai pada April 2009.

penelitian ini dimulai dari perumusan masalah, pengumpulan data, pengolahan data,
4

kegiatan lapangan, pengamatan hingga penulisan hasil penelitian. Lokasi dalam

melakukan penelitian ini di lingkungan kalangan remaja.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Pada karya ilmiah ini, penulis akan menjelasakan hasil penelitian di lapangan

dimulai dengan bab pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, hipotesis, waktu dan lokasi penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab berikutnya, penulis akan menggambarkan mengenai konsep remaja dan

permasalahannya dan keberfungsian social. Pada bab 3, penulis akan memaparkan data

yang diperoleh dan membahasnya satu per satu berkaitan dengan faktor, hubungan

kehidupan sehari-hari terhadap remaja dan permasalahannya.


5

BAB II
KONSEP REMAJA DAN PERMASALAHANNYA DAN
KEBERFUNGSIAN SOSIAL

1. Konsep Remaja dan permasalahannya

Pada dasarnya remaja dan permasalahannya menunjuk pada suatu bentuk

perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam

masyarakatnya. Kartini Kartono (1988 : 93) mengatakan remaja yang nakal itu disebut

pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh

pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh

masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan”. Dalam Bakolak inpres no: 6

/ 1977 buku pedoman 8, dikatakan bahwa remaja dan permasalahannya adalah kelainan

tingkah laku / tindakan remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama

serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat.

Singgih D. Gumarso (1988 : 19), mengatakan dari segi hukum remaja dan

permasalahannya digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-

norma hukum yaitu : (1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar

dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran

hukum ; (2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai

dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar

hukum bila dilakukan orang dewasa. Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985)

membagi remaja dan permasalahannya kedalam tiga tingkatan ; (1) kenakalan biasa,

seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit
5
6

(2) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil

tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin (3) kenakalan khusus seperti

penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll. Kategori di

atas yang dijadikan ukuran remaja dan permasalahannya dalam penelitian.

2. Keberfungsian sosial

  Istilah keberfungsian sosial mengacu pada cara-cara yang dipakai oleh individu

akan kolektivitas seperti keluarga dalam bertingkah laku agar dapat melaksanakan tugas-

tugas kehidupannya serta dapat memenuhi kebutuhannya. Juga dapat diartikan sebagai

kegiatan-kegiatan yang dianggap penting dan pokok bagi penampilan beberapa peranan

sosial tertentu yang harus dilaksanakan oleh setiap individu sebagai konsekuensi dari

keanggotaannya dalam masyarakat. Penampilan dianggap efektif diantarannya jika suatu

keluarga mampu melaksanakan tugas-tugasnya, menurut (Achlis, 1992) keberfungsian

sosial adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas dan peranannya selama

berinteraksi dalam situasi social tertentu berupa adanya rintangan dan hambatan dalam

mewujudkan nilai dirinnya mencapai kebutuhan hidupnya.

Keberfungsian sosial kelurga mengandung pengertian pertukaran dan

kesinambungan, serta adaptasi resprokal antara keluarga dengan anggotannya, dengan

lingkungannya, dan dengan tetangganya dll. Kemampuan berfungsi social secara positif

dan adaptif bagi sebuah keluarga salah satunnya jika berhasil dalam melaksanakan

tugas-tugas kehidupan, peranan dan fungsinya terutama dalam sosialisasi terhadap

anggota keluarganya.
7

BAB III
FAKTOR DAN HUBUNGAN KEHIDUPAN
SEHARI-HARI

A.  Bentuk Kenakalan Yang Dilakukan Remaja

  Berdasarkan data di lapangan dapat disajikan hasil penelitian tentang remaja

dan permasalahannya sebagai salah satu perilaku menyimpang hubungannya dengan

keberfungsian sosial keluarga di Pondok Pinang pinggiran kota metropolitan Jakarta.

Adapun ukuran yang digunakan untuk mengetahui kenakalan seperti yang disebutkan

dalam kerangka konsep yaitu (1) kenakalan biasa (2) Kenakalan yang menjurus pada

pelanggaran dan kejahatan dan (3) Kenakalan Khusus. Remaja dalam penelitian ini

berjumlah 30 remaja, dengan jenis kelamin laki-laki 27 remaja, dan perempuan 3

remaja. Mereka berumur antara 13 tahun-21 tahun. Terbanyak mereka yang berumur

antara 18 tahun-21 tahun.

Bahwa seluruh remaja pernah melakukan kenakalan, terutama pada tingkat

kenakalan biasa seperti berbohong, pergi ke luar rumah tanpa pamit pada orang tuanya,

keluyuran, berkelahi dengan teman, membuang sampah sembarangan dan jenis

kenakalan biasa lainnya. Pada tingkat kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan

kejahatan seperti mengendarai kendaraan tanpa SIM, kebut-kebutan, mencuri,minum-

minuman keras, juga cukup banyak dilakukan oleh remaja. Bahkan pada kenakalan

khususpun banyak dilakukan oleh remaja seperti hubungan seks di luar nikah,

menyalahgunakan narkotika, kasus pembunuhan, pemerkosaan, serta menggugurkan

1
8

kandungan walaupun kecil persentasenya. Terdapat cukup banyak dari mereka

yangkumpul kebo. Keadaan yang demikian cukup memprihatinkan. Kalau hal ini tidak

segera ditanggulangi akan membahayakan baik bagi pelaku, keluarga, maupun

masyarakat. Karena dapat menimbulkan masalah sosial di kemudian hari yang semakin

kompleks.

B. Hubungan Antara Variabel Independen dan Dependen

a. Hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kenakalan

Salah satu hubungan variabel yang disajikan disini adalah hubungan antara jenis

kelamin dengan tingkat kenakalan. Hal ini untuk mengetahui apakah anak laki-laki

lebih nakal dari anak perempuan atau probalitasnya sama. Berdasarkan tabel

hubungan diperoleh data sebagai berikut; Anak laki-laki yang melakukan kenakalan

biasa 3 remaja (10%), kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan 2

remaja, dan kenakalan khusus 22 remaja (73,3%). Sedangkan anak perempuan yang

melakukan kenakalan biasa 2 remaja (2,7%) dan kenakalan khusus 1 remaja (3,3%).

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar yang melakukan kenakalan

khusus adalah anak laki-laki (73,3%), namun terdapat juga anak perempuannya.

Kalau dibandingkan diantara 27 remaja anak laki-laki 22 remaja (81,5%) diantaranya

melakukan kenakalan khusus, sedangkan dari 3 remaja perempuan 1 remaja (33,3%)

yang melakukan kenakalan khusus, berarti probababilitas anak laki-laki lebih besar

kecenderungannya untuk melakukan kenakalan khusus. Demikian juga yang

melakukan kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan, anak


9

perempuan tidak ada yang melakukannya. Dengan demikian maka anak laki-laki

kecenderungannya akan melakukan kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan

kejahatan lebih dibandingkan dengan anak perempuan. 

b. Hubungan antara pekerjaan remaja dengan tingkat kenakalan yang dilakukan

Berdasarkan data yang ada, pekerjaan remaja adalah sebagai pelajar dan tidak

bekerja (menganggur) masing-masing 13 remaja (43,3%), sebagai buruh dan

berdagang masing-masing 2 remaja (6,7%). Dari tabel korelasi persebaran datanya

sebagai berikut; Pelajar yang melakukan kenakalan biasa 5 remaja (16,7%),

kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan 2 remaja (6,7%), dan

kenakalan khusus 6 remaja (20%) . Sedangkan mereka yang tidak bekerja

(menganggur) semuanya 13 remaja melakukan kenakalan khusus, juga mereka yang

bekerja sebagai pedagang dan buruh semuanya melakukan kenakalan khusus. Dari

data tersebut dapat disimpulkan bahwa kecenderungan untuk melakukan kenakalan

khusus ataupun jenis kenakalan lainnya adalah mereka yang tidak sibuk, atau banyak

waktu luang yang tidak dimanfaatkan untuk kegiatan positif.

C. Hubungan Antara Remaja dan permasalahannya Dengan Keberfungsian

Sosial Keluarga

Dalam kerangka konsep telah diuraikan tentang keberfungsian sosial keluarga,

diantaranya adalah kemampuan berfungsi sosial secara positif dan adaptif bagi

keluarga yaitu jika berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan, peranan, dan

fungsinya serta mampu memenuhi kebutuhannya.


10

1.   Hubungan antara pekerjaan orang tuanya dengan tingkat kenakalan

Untuk mengetahui apakah kenakalan juga ada hubungannya dengan pekerjaan

orangtuanya, artinya tingkat pemenuhan kebutuhan hidup. Karena pekerjaan

orangtua dapat dijadikan ukuran kemampuan ekonomi, guna memenuhi kebutuhan

keluarganya. Hal ini perlu diketahui karena dalam keberfungsian sosial, salah

satunya adalah mampu memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan data yang ada

mereka yang pekerjaan oangtuanya sebagai pegawai negeri 5 remaja (16,7%),

berdagang 4 remaja (13,3%), buruh 5 remaja (16,6%), tukang kayu 2 remaja (6,7%),

montir/sopir 6 remaja (20%), wiraswasta 5 remaja (16,6%), dan pensiunan 1 remaja

(3,3%).

Dari tabel korelasi diketahui bahwa kecenderungan anak pegawai negeri walaupun

melakukan kenakalan, namun pada tingkat kenakalan biasa. Lain halnya bagi

mereka yang orang tuanya mempunyai pekerjaan dagang, buruh, montir/sopir, dan

wiraswasta yang kecendrungannya melakukan kenakalan khusus. Hal ini berarti

pekerjaan orang tua berhubungan dengan tingkat kenakalan yang dilakukan oleh

anak-anaknya. Keadan yang demikian karena mungkin bagi pegawai negeri lebih

memperhatikan anaknya untuk mencapai masa depan yang lebih baik, ataupun

kedisiplinan yang diterapkan serta nilai-nilai yang disosisalisasikan lebih efektif.

Sedang bagi mereka yang bukan pegawai negeri hanya sibuk mencari nafkah untuk

memenuhi kebutuhan keluarganya, sehingga kurang ada perhatian pada sosialisasai

penanaman nilai dan norma-norma sosial kepada anak-anaknya. Akibat dari semua
11

itu maka anak-anaknya lebih tersosisalisasi oleh kelompoknya yang kurang

mengarahkan pada kehidupan yang normative.

2.   Hubungan antara keutuhan keluarga dengan tingkat kenakalan

Secara teoritis keutuhan keluarga dapat berpengaruh terhadap remaja dan

permasalahannya. Artinya banyak terdapat anak-anak remaja yang nakal datang dari

keluarga yang tidak utuh, baik dilihat dari struktur keluarga maupun dalam

interaksinya di keluarga

3.    Hubungan antara kehidupan beragama keluarganya dengan tingkat kenakalan

Kehidupan beragama kelurga juga dijadikan salah satu ukuran untuk melihat

keberfungsian sosial keluarga. Sebab dalam konsep keberfungsian juga dilihat dari

segi rokhani. Sebab keluarga yang menjalankan kewajiban agama secara baik,

berarti mereka akan menanamkan nilai-nilai dan norma yang baik. Artinya secara

teoritis bagi keluarga yang menjalankan kewajiban agamanya secara baik, maka

anak-anaknyapun akan melakukan hal-hal yang baik sesuai dengan norma agama.

Berdasarkan data yang ada mereka yang keluarganya taat beragama 6 remaja (20%),

kurang taat beragama 15 remaja (50%), dan tidak taat beragama 9 remaja (30%).

Dari tabel korelasi diketahui 70% dari remaja yang keluarganya kurang dan tidak

taat beragama melakukan kenakalan khusus.

4.   Hubungan antara sikap orang tua dalam pendidikan anaknya dengan tingkat

kenakalan

Salah satu sebab kenakalan yang disebutkan pada kerangka konsep di atas adalah

sikap orang tua dalam mendidik anaknya. Mereka yang orang tuanya otoriter
12

sebanyak 5 remaja (16,6%), overprotection 3 remaja (10%), kurang memperhatikan

12 remaja (40%), dan tidak memperhatikan sama sekali 10 remaja (33,4%). Dari

tabel korelasi diperoleh data seluruh remaja yang orang tuanya tidak memperhatikan

sama sekali melakukan kenakalan khusus dan yang kurang memperhatikan 11 dari

12 remaja melakukan kenakalan khusus. Dari kenyataan tersebut ternyata peranan

keluarga dalam pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan anak.

5.   Hubungan antara interaksi keluarga dengan lingkungannya dengan tingkat kenakalan

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, oleh karena itu mau tidak mau

harus berhubungan dengan lengkungan sosialnya. Adapun yang diharapkan dari

hubungan tersebut adalah serasi, karena keserasian akan menciptakan kenyamanan

dan ketenteraman. Apabila hal itu dapat diciptakan, hal itu meruapakan proses

sosialisasi yang baik bagi anak-anaknya. Mereka yang berhubungan serasi dengan

lingkungan sosialnya berjumlah 8 remaja (26,6%), kurang serasi 12 remaja (40%),

dan tidak serasi 10 remaja (33,4%). Dari data yang ada terlihat bagi keluarga yang

kurang dan tidak serasi hubungannya dengan tetangga atau lingkungan sosialnya

mempunyai kecenderungan anaknya melakukan kenakalan pada tingkat yang lebih

berat yaitu kenakalan khusus. Keadaan tersebut dapat dilihat dari 23 remaja yang

melakukan kenakalan khusus 19 remaja dari dari keluarga yang interaksinya

dengan tetangga kurang atau tidak serasi.

6. Pernah tidaknya remaja ditahan dan dihukum hubungannya dengan keutuhan struktur

dan interaksi keluarga, serta ketaatan keluarga dalam menjalankan kewajiban

beragama
13

Data tentang remaja yang pernah ditahan berjumlah 15 remaja, dari jumlah tersebut

3 remaja (20%) karena kasus perkelaian, masing-masing 1 remaja (6,7%) karena

kasus penegeroyokan dan pembunuhan, 5 remaja (33,3%) karena kasus obat

terlarang (narkotika) dan 8 remaja (53,3%) karena kasus pencurian.

Sedangkan remaja yang pernah dihukum penjara berjumlah 10 remaja dengan

rincian 7 remaja karena kasus pencurian, masing-masing 1 remaja karena ksus

pengeroyokan, pembunuhan, dan narkotika. Adapun lamanya mereka dihukum

antara 1 bulan-3 tahun, dengan rincian sebagai berikut 4 remaja (40%) dihukum

penjara selama 1 bulan, 3 remaja (30%) dihukum 3 bulan, masing-masing 1 remaja

(10%) dihukum 7 bulan, 2 tahun, dan 3 tahun . Dari remaja yang pernah ditahan dan

di hukum semuanya dari keluarga yang struktur keluarganya utuh, tetapi

interaksinya kurang dan tidak serasi. Hal ini menunjukkan bahwa masalah interaksi

dalam keluarga merupakan sebab utama seorang remaja sampai ditahan dan

dihukum penjara. Sedangkan dari sudut ketaatan dalam menjalankan kewajiban

agam bagi keluarganya masih terdapat 1 remaja yang pernah ditahan dan dihukum

karena kasus pencurian. Artinya bahwa ketaatan beragama dari keluarganya belum

menjamin anaknya bebas dari kenakalan dan ditahan serta dihukum.

D. Analisis Hubungan Antara Keberfungsian Sosial Keluarga dengan Remaja

dan permasalahannya

Setelah dianalisis secara bivariat antara beberapa variabel, maka untuk

melengkapinya dianalisis secara statistik dengan rumus product moment guna


14

melihat keeratan hubungan tersebut. Berdasarkan tabel distribusi koefisiensi korelasi

product moment diperoleh data sebagai berikut; nilai x = 510 y = 322 x2 = 9.010

y2 = 3.752 xy = 5.283 hasil perhitungan yang diperoleh = - 0,6022. Sedang nilai

r yang diperoleh dalam tabel dengan taraf significansi 5%, dengan sampel 30 adalah

0,361 Berdasarkan data tersebut karena nilai r yang diperoleh dari hasil penelitian

jauh dari batas significansi nilai r yang diperolehnya berarti ada hubungan negative

antara keberfungsian keluarga dengan remaja dan permasalahannya yang dilakukan.

Artinya semakin tinggi tingkat berfungsi sosial keluarga, akan semakin rendah

tingkat remaja dan permasalahannyanya, demikian sebaliknya semakin rendah

keberfungsian sosial keluarga maka akan semakin tinggi tingkat remaja dan

permasalahannyanya.

Dari uraian di atas bisa dilihat bahwa secara jenis kelamin terlihat remja pria

lebih cenderung melakukan kenakalan pada tinglat khusus, walaupun demilikan juga

remaja perempuan yang melakukan kenakalan khusus. Dari sudut pekerjaan atau

kegiatan sehari-hari remaja ternyata yang menganggur mempunyai kecenderungan

tinggi melakukan kenakalan khusus demikian juga mereka yang berdagang dan

menjadi buruh juga tinggi kecenderungannya untuk melakukan kenakalan khusus.

Pemenuhan kebutuhan keluarga juga berpengaruh pada tingkat remaja dan

permasalahannyanya, artinya bagi keluarga yang tiap hari hanya berpikir untuk

memenuhi kebutuhan keluarganya seperti yang orang tuanya bekerja sebagai buruh,

tukang, supir dan sejenisnya ternyata anaknya kebanyakan melakukan kenakalan

khusus. Demilian juga bagi keluarga yang interaksi sosialnya kurang dan tidak serasi
15

anak-anaknya melakukan kenakalan khusus. Kehidupan beragama keluarga juga

berpengaruh kepada tingkat remaja dan permasalahannyanya, artinya dari keluarga

yang taat menjalankan agama anak-anaknya hanya melakukan kenakalan biasa,

tetapi bagi keluarga yang kurang dan tidak taat menjalankan ibadahnya anak-anak

mereka pada umumnya melakukan kenakalan khusus.Hal lain yang dapat dilihat

bahwa sikap orang orang tua dalam sosialisasi terhadap anaknya juga sangat

berpengaruh terhadap tingkat kenakalan yang dilakukan, dari data yang diperoleh

bagi keluarga yang kurang dan masa bodoh dalam pendidikan (baca sosialisasi)

terhadap anaknya maka umumnya anak mereka melakukan kenakalan khusus. Dan

akhirnya keserasian hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya juga

berpengaruh pada kenakalan anak-anak mereka. Mereka yang hubungan sosialnya

dengan lingkungan serasi anak-anaknya walaupun melakukan kenakalan tetapi pada

tingkat kenakalan biasa, tetapi mereka yang kurang dan tidak serasi hubungan

sosialnya dengan lingkungan anak-anaknya melakukan kenakalan khusus.

Faktor Remaja dan permasalahannya

Berdasarkan perkembangan zaman saat ini adapun yang menjadi faktor-faktor

penyebab remaja dan permasalahannya saat ini adalah:

1. Faktor intern: adalah faktor yang datangnya dari dalam tubuh remaja sendiri. Faktor

intern ini jika mendapatkan contoh-contoh yang kurang mendidik dari tayangan

televisi akan menimbulkan niat remaja untuk meniru adegan-adegan yang

disaksikan pada isi program televisi tersebut. Khususnya menyangkut masalah

pergaulan remaja di zaman sekarang yang makin berani mengedepankan nilai-nilai


16

budaya luar yang tidak sesuai dengan adat budaya bangsa. Akhirnya keinginan

meniru tersebut dilakukan hanya sekedar rasa iseng untuk mencari sensasi dalam

lingkungan pergaulan dimana mereka bergaul tanpa batas dan norma agar

dipandang oleh teman-temannya dan masyarakat sebagai remaja yang gaul dan

tidak ketinggalan zaman. Timbulnya minat atau kesenangan remaja yang memang

gemar menonton acara televisi tersebut dikarenakan kondisi remaja yang masih

dalam tahap pubertas. Sehingga rasa ingin tahu untuk mencontoh berbagai tayangan

tersebutyang dinilai kurang memberikan nilai moral bagi perkembangan remaja

membuat mereka tertarik. Dan keinginan untuk mencari sensasipun timbul dengan

meniru tayangan-tayangan tesebut, akibat dari kurangnya pengontrolan diri yang

dikarenakan emosi jiwa remaja yang masih labil.

2. Faktor ekstern: adalah faktor yang datangnya dari luar tubuh remaja. Faktor ini

dapat disebut sebagai faktor lingkungan yang memberikan contoh atau teladan

negatif serta didukung pula oleh lingkungan yang memberikan kesempatan. Hal ini

disebabkan karena pengaruh trend media televisi saat ini yang banyak menampilkan

edegan-adegan yang bersifat pornografi, kekerasan, hedonisme dan hal-hal yang

menyimpang dari nilai moral dan etika bangsa saat ini. sepertinya media televisi

telah memaksa remaja untuk larut dalam cerita-cerita yang mereka tampilkan

seolah-olah memang begitulah pergaulan remaja seharusnya saat ini. Yang telah

banyak teradopsi oleh nilai-nilai budaya luar yang kurang dapat mereka seleksi

mana yang layak dan yang tidak layak untuk ditiru.


17

3. Kurangnya perhatian dari orang tua dan lingkungan yang memang menyediakan

pergaulan buruk. Maka memberikan dampak buruk pula bagi remaja untuk mudah

larut dalam hal-hal negatif. Baik dari tayangan televisi maupun dari pergaulan

teman-temannya. Kurangnya perhatian orang tua banyak para remaja mencari

perhatian di dunia luar. Mereka cenderung melakukan atau mencari kesenangan di

lingkungan pergaulannya. Ikut-ikutan dan tak lagi dapat membedakan yang mana

baik dan buruk. Rasa takut hilang karena menganggap banyak temannya yang

melakukan hal keliru tersebut. Hingga akhirnya ketergantungan dan mereka terus

melakukannya berulang kali seperti halnya biasa dan membentuk sebuah budaya

yang tak bisa lepas dari hidup mereka. Seperti mengkonsumsi minuman keras,

narkoba dan kegiatan lain yang dinilai dapat memberikan kesenangan sesaat. Dan

dampak dari kegiatan tersebut akan menciptakan orang-orang yang hedonis.

Generasi muda adalah cerminan dari bangsa kita kedepan. Mari kita jaga generasi

muda saat ini.


18

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis di atas, ditemukan bahwa remaja yang memiliki

waktu luang banyak seperti mereka yang tidak bekerja atau menganggur dan masih

pelajar kemungkinannya lebih besar untuk melakukan kenakalan atau perilaku

menyimpang. Demikian juga dari keluarga yang tingkat keberfungsian sosialnya

rendah maka kemungkinan besar anaknya akan melakukan kenakalan pada tingkat

yang lebih berat.Sebaliknya bagi keluarga yang tingkat keberfungsian sosialnya

tinggi maka kemungkinan anak-anaknya melakukan kenakalan sangat kecil, apalagi

kenakalan khusus. Dari analisis statistik (kuantitatif) maupun kualitatif dapat ditarik

kesimpulan umum bahwa ada hubungan negatif antara keberfungsian sosial

keluarga dengan remaja dan permasalahannya, artinya bahwa semakin tinggi

keberfungsian social keluarga akan semakin rendah kenakalan yang dilakukan oleh

remaja. Sebaliknya semakin ketidak berfungsian sosial suatu keluarga maka semakin

tinggi tingkat remaja dan permasalahannyanya (perilaku menyimpang yang

dilakukanoleh remaja. Berdasarkan kenyataan di atas, maka untuk memperkecil

tingkat remaja dan permasalahannya ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu

meningkatkan keberfungsian sosial keluarga melalui program-program kesejahteraan

sosial yang berorientasi pada keluarga dan pembangunan social yang programnya

sangat berguna bagi pengembangan masyarakat secara keseluuruhan Di samping itu

18
19

untuk memperkecil perilaku menyimpang remaja dengan memberikan program-

program untuk mengisi waktu luang, dengan meningkatkan program di tiap karang

taruna. Program ini terutama diarahkan pada peningkatan sumber daya manusianya

yaitu program pelatihan yang mampu bersaing dalam pekerjaan yang sesuai dengan

kebutuhan.

2. Saran

Berdasarkan faktor-faktor yang telah penulis dapatkan, saran penulis adalah

sebagai berikut:

1. Perhatian orang tua harus ditingkatkan.

2. Diperlukan kesadaran para remaja tersebut.

3. Melakukan kegiatan positif dikeseharian masing-masing.

4. Diberlakukannya berbagai peraturan agar remaja dapat enggan untuk

melakukan bentuk remaja dan permasalahannya.


20

DAFTAR PUSTAKA

Http//www.google.com// tentang remaja dan permasalahannya.

Http//www.wikipedia.com//

Surbakti, F.B., Kenalilah Anak Remaja Anda, Jakarta : Elex Media Komputindo.

Nilam M. 2009, Psikologi Populer Remaja, Jakarta : PT. Gramdedia.


21

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
kehendak-Nyalah karya ilmiah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk menambah wawasan terhadap karya
tilis ilmiah. Salah satu untuk menambah pengalaman dan kesadaran dalam meneliti dan
mengamati.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya pengalaman dan pengetahuan. Namun, berkat
bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya karya ilmiah ini dapat diselesaikan, walaupun
masih banyak kekuranganya. Karena itu, sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Kepala Sekolah SMA Swasta GBKP Kabanjahe
2. Ibu SA yang telah memberikan kepercayaan dan kesempatan untuk
mengerjakan karya tulis ilmiah ini. Juga tidak bosoan-bosannya memberiakan
kepercayaan dan bimbingan kepada penulis.
3. Ayah dan ibu tercinta yang banyak memberi dorongan dan bantuan, baik
secara moral maupun materi.
Penulis menyadari, sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya belum
seberapa dan masih perlu banyak belajar dalam penulisan karya ilmiah, bahwa karya
ilmiah ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar karya ilmiah ini menjadi lebih
baik dan berdaya guna dimasa yang akan datang.
Harapan penulis, mudah-mudahan karya ilmiah yang sederhana ini benar-benar
membuktikan kenakalan-remaja dan permasalahannya saat ini.

Kabanjahe, Mei 2019


PENULIS

i
22

DAFTAR ISI

HALAMAN
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Perumusan Masalah................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 2
D. Metode Penelitian..................................................................... 3
E. Hipotesis................................................................................... 3
F. Waktu dan Lokasi Penelitian.................................................... 3
G. Sistematika Penulisan............................................................... 4
BAB II KONSEP REMAJA DAN PERMASALAHANNYA DAN
KEBERFUNGSIAN SOSIAL ..................................................... 5
A. Konsep remaja dan permasalahannya....................................... 5
B. Keberfungsian sosial................................................................. 6
BAB III FAKTOR DAN HUBUNGAN SEHARI-HARI .......................... 7
A. Bentuk kenakalan yang dilakukan remaja............................... 7
B. Hubungan antara variabel independen dan dependen.............. 8
C. Hubungan antara remaja dan permasalahannya dengan keberfungsian
sosial keluarga........................................................................ 9
D. Analisis Hubungan antara Keberfungsian Sosial Keluarga
dengan Kenakalan Remaja ...................................................... 13
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 18
A. Kesimpulan.............................................................................. 18
B. Saran ...................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 20

ii
23

TUGAS KARYA ILMIAH

KENAKALAN REMAJA DAN FAKTOR-FAKTOR


PENYEBABNYA

Disusun Oleh :

WINDASTRINA BR GINTING
Kelas : XI MIPA-2

SMA SWASTA GBKP KABAN JAHE


TAHUN AJARAN 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai