ABSTRACT
This research is the application of remote sensing technology by the government in implementing
image interpretation in land use and spatial planning activities. This study aims to determine the
capability of images to show land use data and evaluate community land use adjustments.
Spatial planning is a spatial planning process system,
space utilization, and control space utilization. Spatial planning done to come up with a plan general
layout and detailed layout plans room. By region administration, spatial planning consists of spatial
planning of the national territory, arrangement provincial area space, spatial planning district/city
area. in the spatial planning that will be carried out, it will have an impact on defense in Indonesia,
the better the management of the spatial planning, the better the land management will be. so this
research aims to look at the implications of using remote sensing images in land and spatial activities.
Keywords: QRemote sensing imagery, land use, spatial planning
INTISARI
penelitian ini merupakan penerapan teknologi penginderaan jauh oleh pemerintah dalam
menerapkan interpretasi citra dalam kegiatan pertanahan dan tata ruang. penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kapabilitas citra untuk menunjukkan data tata guna lahan dan evaluasi
penyesuaian penggunaan lahan masyarakat.
Penataan ruang merupakan suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Perencanaan tata ruang dilakukan untuk
menghasilkan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Berdasarkan wilayah
administrasinya, penataan ruang terdiri atas penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang
wilayah provinsi, penataan ruang wilayah kabupaten/kota. dalam penetaan tata ruang yang akan
dilakukan akan berdampak pada pertahaan di Indonesia semakin baik penangan tata raung maka
semakin baik pula pengaturan pertanahaan. jadi peneltitian ini bertujuan untuk melihat implikasi
pemanfaatan citra penginderaan jauh dalam kegiatan pertanahan dan tata ruang.
Kata Kunci : Citra pengindraan jauh, pertanahan, tata ruang
A. Pendahuluan
Indonesia adalah satu-satunya negara dengan jumlah penduduk yang cukup
besar. Sesuai dengan statistik BPS tahun 2012, ada sekitar 237 juta orang yang
tinggal di Indonesia. Meningkatnya jumlah orang memiliki efek samping yang tidak
menguntungkan dari meningkatnya permintaan. Pemanfaatan lahan adalah
kegiatan manusia yang memanfaatkan kekayaan unsur sumber daya alam lahan
tertentu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk mencegah kerusakan dan
pencemaran lingkungan, usaha-usaha pengelolaan lahan harus dilakukan seiring
dengan meningkatnya kebutuhan manusia akan lahan.
Untuk mengelola dan merencanakan penggunaan lahan dalam suatu wilayah,
pemerintah menetapkan suatu acuan/rujukan teknis sehingga dalam pembangunan
wilayah dapat dikelola dan diarahkan sesuai kegunaan dan pemanfaatan lahannya.
Teknologi ini didasarkan pada proses pembelajaran tentang cara menggunakan
perangkat tertentu berdasarkan karakteristiknya atau karakteristik penggunanya.
Peraturan tentang pemanfaatan ruang kemudian dituangkan dalam bentuk peta,
yaitu Peta Rencana tata ruang Wilayah. Dengan adanya peta tersebut, pemerintah
dapat mengontrol, melindungi dan merencanakan pengelolaan dan penggunaan
lahan wilayah dengan baik.
Saat ini, tanah merupakan alam raya yang menempati posisi strategis dalam
proyek penelitian nasional. Untuk mencapai kesuksesan, rencana hampir
penyembelihan membutuhkan waktu. Dalam hal ini, upaya digunakan untuk
meningkatkan efektifitas penataan ruang guna meningkatkan pembangunan
lanjutan.
Istilah "tanah" mengacu pada statistik hari dalam seminggu yang dapat
diperdebatkan; Namun, istilah "tanah" mengacu pada persepsi seseorang terhadap
topik tersebut dalam konteks sistem politik untuk membandingkannya dengan tata
ruang yang telah ditemukan.
Hal ini merupakan salah satu bentuk arahan dan kebijakan umum pembangunan
di bidang pertanahan demi terwujudnya kondisi rakyat, sebagaimana ditetapkan
dalam Pasal 33 ayat (3) UUD Tahun 1945, Pasal 15 UU No. Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria, UU No.5 tahun 1960 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dan PP
No. 16 tahun yang lalu, Penatagunaan Tanah didirikan untuk memastikan
pertanahan dan sumber daya alam lainnya dikelola secara berkeadilan, transparan,
partisipatif, dan tabel akun, khususnya yang terkait dengan perencanaan tata ruang
agar dilanjutkan ke arah pemanfaatan.
Untuk mewujudkan pengelolaan tanah yang berkeadilan, transparan,
partisipatif, dan akuntabel tentunya dalam setiap kebijakan, program, dan
pemaparan kegiatan pembangunan yang terkait dengan bidang tanahan harus dapat
mengintemalisasikan jiwa dan semangat 4 (empat) prinsip pertanahan yakni,
kesejahteraan, keadilan, keberlanjutan, dan harmoni.
Untuk berkontribusi pada produksi barang-barang pertanian, mayoritas
penduduk perlu diinformasikan melalui prinsip-prinsip etika; prinsip keadilan agar
berkontribusi dalam menciptakan keadilan dalam menciptakan keadilan dalam
penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan tanah; Untuk memberikan kontribusi
dalam pembahasan sistem pertanian dan komponennya, prinsip harus diterapkan
pada agenda pertanahan nasional ke-11 (ketujuh), yang mencakup agenda ke-9
(semesteran), dan harus konsisten dengan semua peraturan perundang-undangan
pertanahan yang telah diterbitkan, antara lain Pasal 15 UU No. Lima tahun yang lalu,
tahun 1960, Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang diterbitkan dalam UU No.
26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan PP No. 16 tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah.
Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dari Undang-undang No. 26 Tahun
2007 seperti yang tertuang dalam pasal 3 yang bertujuan untuk mewujudkan ruang
wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berdasarkan
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional, maka perlu adanya kerj asama yang
baik antara pemerintah, masyarakat dan pihak terkait dalam melaksanakan selamat
tinggal ruang. Salah satu metode untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
menggunakan metode berikut, selain yang didasarkan pada usia 55 tahun:
Melakukan pengawasan berdasarkan kinerja pengaturan, pelatihan, dan
pelaksanaan penataan ruang diperlukan untuk mencapai tujuan ini.
Strategi evaluasi merupakan strategi yang paling penting dalam proses evaluasi
ruang. Evaluasi kegiatan tanah dilakukan dengan membandingkan dan
membandingkan kesesuaian antara tanah dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mendasarinya. Menurut Martha S. (tt, dalam Sarbini, 2008:5),
informasi spasial dan temporal yang diperoleh dari data jarak jauh dan sistem
informasi geografis digunakan untuk menghitung jumlah hari di alam, yaitu jumlah
hari di alam dalam hubungannya dengan penggunaan tanah. Pengumpulan data
dengan cara yang aman diperlukan untuk penyebaran informasi tanah, tetapi cara
ini dapat menghasilkan banyak wake-up call, biaya call, dan tenaga call. Proses ini
dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi j-auh, dan citra penginderaan jauh
yaitu perubahan penggunaan tanah kota multi-waktu dapat digunakan untuk
menghasilkan produk yang mudah dan cepat.
Pengawasan sebagaimana dimaksud terdiri atas tindakan pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan. Pemerintah dan Pemerintah Daerah Sesua1 bertanggung
jawab atas penyusunan kesepakatan tersebut. Melibatkan peran masyarakat
dan/atau pengaduan kepada Pemerintah dan pemerintah daerah dilakukan
pengawasan pemerintah dan pemerintah daerah dilakukan.
Penataan ruang merupakan suatu komposisi sistem perencanaan selamat
tinggal ruang, penggunaan ruang, dan pengendalian penggunaan ruang. Tujuan tata
ruang rencana adalah untuk memperkuat rencana ruang umum dan rinci. Selain tim
administrasi, ada tiga jenis tim: nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Tim dibagi
menjadi tiga kategori: nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.
Dalam Undang-Undang Nomor Perencanaan tata ruang wilayah kota harus
memuat rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luasnya
minimal sebesar 30% dari luas wilayah kota, yang terdiri dari 20 persen ruang
terbuka hijau hijau dan 10 persen ruang terbuka hijau Rencana penyiapan dan
gunakan ruang terbuka hijau selain dimuat dalam RTRW Kota, RDTR Kota, atau RTR
Kawasan Strategis Kota, juga dimuat dalam RTR Kawasan Perkotaan yang
merupakan rencana rinci selamat tinggal ruang wilayah Kabupaten.
Menurut Aronoff (1989), kehadiran penginderaan jauh sebagai teknologi
pembangkitan objek digunakan untuk menentukan kapasitas ruang terbuka hijau
berdasarkan keberadaan vegetasi dan ruang terbuka berdasarkan klasifikasi ruang
terbuka hijau. Namun demikian, keakurasian dari identifikasi citra penginderaan
jauh masih perlu diuji dengan kegiatan turun langsung ke lapangan. Ini
masalahnya. Prosedur data mining tersebut juga mengandalkan Sistem Informasi
Geografis. Sistem Informasi Geografi merupakan alat yang dapat digunakan untuk
mengolah dan menyajikan informasi penginderaan jauh agar selanjutnya bisa
dianalisis. Hasilnya, informasi yang optimal untuk perencanaan data dan
permanfaatan data akan dihasilkan dari integrasi data Penginderaan Jauh dan
Sistem Informasi Geografi.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk penelitian dengan
judul: IMPLIKASI PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DALAM KEGIATAN
PERTANAHAN DAN TATA RUANG
b. Penggunaan Lahan
Menurut Malingreau (2015), “campur tangan manusia baik secara permanen
atau periodik terhadap lahan dengan tujuan agar dapat memenuhi kebutuhan, baik
kebutuhan kebendaan, spiritual, dan gabungan keduanya” (Penggunaan Lahan)
merupakan tipe manusia baik campur tang Pengelolaan penggunaan undang-
undang yang baik dan sesuai dengan kaidah undang-undang yang berlaku
menjadikan penggunaan lahan yang ideal sehingga mampu memenuhi kebutuhan
sehari-hari manusia.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penggunaan Tanah,
ketentuan-ketentuan dalam penggunaan dan pemanfaatan lahan adalah sebagai
berikut:
1) Penggunaan dan pemanfaatan lahan di kawasan lindung atau kawasan
budidaya harus sesuai dengan fungsi kawasan dalam Rencana Tata
Ruang/Wilayah (RTRW).
2) Penggunaan dan pemanfaatan lahan di kawasan lindung tidak boleh
mengganggu fungsi alam, tidak mengubah bentang alam dan ekosistem alami.
3) Penggunaan lahan di kawasan budidaya tidak saling bertentangan, tidak saling
mengganggu dan memberikan peningkatan nilai tambah terhadap penggunaan
tanahnya.
4) Pemanfaatan lahan di kawasan budidaya tidak boleh ditelantarkan, harus
dipelihara dan dicegah kerusakannya.
d. Penginderaan Jauh
Menurut Lillesand dan Kiefer (1999) (Putra, 2009), Penginderaan proses
memperoleh informasi tentang suatu objek, seseorang, atau kelompok melibatkan
ilmu dan seni dalam proses menganalisis data yang diperoleh melalui perolehan alat
dengan terhadap objek, orang, atau kelompok yang sedang dipelajari. Penginderaan
jauh merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan informasi mengenai objek dan
lingkungannya dari jarak jauh tanpa sentuhan fisik. Data sumber daya alam dan
lingkungan merupakan tujuan akhir dari proses jauh. Menurut Lo (1995), teknik ini
memanfaatkan berbagai jenis citra yang dapat dianalisis dan diinterpretasikan untuk
menghasilkan data yang dapat digunakan dalam aplikasi di bidang pertanian,
arkeologi, dataran tinggi, geografi, geologi, perencanaan, dan bidang lainnya.
Penginderaan jauh terdiri dari dua proses yang berbeda: pengumpulan data dan
analisis data. Prosedur pengolahan data meliputi: a) sumber energi, b) perjalanan
energi melalui atmosfer, c) interaksi antara energi dengan kenampakan di muka
bumi, d) sensor wahana pesawat terbang dan/atau satelit, dan e) informasi hasil
pembentukan dalam bentuk piktoral dan/ atau bentuk numerik (Sulistyo, 2011).
Komposisi analisis informasi meliputi pengujian informasi dengan menggunakan alat
interpretasi dan alat observasi untuk menganalisis informasi piktoral dan komputer
untuk menganalisis informasi sensor numerik dengan dibantu oleh rujukan
informasi tentang sumber daya yang dipelajari.
B. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian kualitatif memiliki sifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis (Rifka Ayu Sitoresmi, 2021). Dalam hal ini proses dan data dianalisis dengan
menggunakan teori yang dikembangkan sebagai alat pemusatan data dalam
hubungannya dengan fakta di lapangan. Berbeda dengan jenis penelitian kuantitatif,
pada jenis penelitian ini, peneliti ikut serta dalam peristiwa atau kondisi yang diteliti.
Untuk itu, hasil dari penelitian kualitatif memerlukan analisis kedalaman dari
penjelajah. Penelitian kualitatif, di sisi lain, mengandalkan data unik dari
pengamatan dan bentuk gelombang. Adapun jenis penelitian kualitatif yang dipakai
adalah penelitian studi kasus. Studi ini mengkaji proses menganalisis suatu
fenomena atau kondisi tertentu yang telah terjadi dan dapat dijadikan sebagai titik
tolak untuk penelitian selanjutnya. Kesimpulan artikel ini juga dapat digunakan
untuk menganalisis dan menjelaskan hipotesis. Dalam metode penerapan kualitatif
peneliti berusaha mengkaji ulang informasi terkait berupa informasi sekunder dari
beberapa sumber literatur serta menganalisis lebih lanjut pengaruhnya. Sehingga
informasi yang didapat akan berupa analitis depskriptif.
b. Tipe Data
1) Data Primer
Informasi ini diperoleh secara langsung dari objek yang dijadikan penelitian. Jika
primer data digunakan, kemungkinan besar akan ditafsirkan dalam bentuk
tanggapan individu dan kelompok. Selain itu, Anda dapat melakukannya dengan
menggunakan kuesioner berbasis internet. Dalam penelitian ini adalah sumbernya
informasi pendahuluan yang diperoleh berasal dari pengumpulan langsung di
lapangan melalui expositions interpretasi citra foto dan citra Ikonos.
2) Data Sekunder
Informasi yang disajikan di sini hanya didukung sebagian oleh data objektif.
Informasi ini digunakan untuk mendukung informasi pendahuluan yang telah
diperoleh (Ismail Nurdin, dkk. 2019:134). Data dari penelitian ini dapat berasal dari
buku, literatur, literatur sekunder yang relevan, buku, dan literatur sekunder lain
yang relevan. Dengan menggunakan berbagai metode, baik komersial maupun
nonkomersial, data yang telah dikumpulkan oleh individu diperoleh oleh individu
tersebut. Dalam hal ini, data penjualan berasal dari perbandingan gambar masa lalu
dengan gambar masa kini.
Dapat dilihat dari gambar peta di atas, peta di atas merupakan gambaran tata
ruang dan pemukiman warga Surabaya yang merupakan kota di provinsi Jawa Timur
di Indonesia. Ini adalah kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Letak ada
di timur laut pulau Jawa, lebih jauh ke utara di Selat Madura, yang merupakan satu-
satunya pelabuhan kota yang bertahan di Asia Tenggara. Menurut Kementerian
Lingkungan Hidup (2002), Surabaya merupakan kota metropolitan sehingga menjadi
wilayah metropolitan terbesar di Indonesia saat itu.
Surabaya adalah kota terpadat keempat di Indonesia, setelah Jakarta, Medan,
dan Makassar, menurut APBN 2020. Kota ini sangatlah padat karena memiliki
populasi 2,87 juta dalam batas kota pada sensus 2020 dan 9,5 juta.
Menurut Siti Nurliana Has dan Sulistiawaty dalam jurnal “Pemanfaatan Citra
Penginderaan Jauh Untuk Mengenali Perubahan Penggunaan Lahan Pada Kawasan
Karst Maros edisi 2018”, “Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh Untuk Mengenali
Perubahan Penggunaan Lahan Pada Kawasan Karst Teknik yang paling umum
digunakan di pembangunan rumah adalah perolehan sebuah foto udara. Karena itu,
sulit untuk ditafsirkan. Menurut Wibowo (dkk) Jovi Gem, foto udara berisi informasi
yang relevan dengan berbagai bidang, termasuk penelitian geologi dan keruangan
(Jovi Permata Wibowo).2019). Menurut Surhayadi, pada tahun 1991 diadakan
lomba foto selama beberapa hari untuk menciptakan model daerah rumah mukim
yang berpotensi mempengaruhi kepadatan penduduk, kapasitas penduduk, dan
tren rumah mukim selama lima sampai sepuluh tahun ke depan.
Beberapa hasil penelitian juga menunjukkan metode penginderaan jauh dapat
digunakan untuk mengetahui pertanahan, tata ruang dan kepadatan rumah mukim
berdasarkan info parameternya. Menggunakan gambar atau citra Iconos sebagai
sumber data, atau keduanya. Dalam hal ini, penggunaan citra ikonos jelas
bertanggung jawab atas setiap resolusi terkait kejang yang mencapai tujuan. Selain
itu, Citra Ikonos adalah jenis sitron khusus yang memiliki resolusi spasial yang
terkenal karena kemampuannya menggambarkan secara visual gambar nyata yang
lebih unggul dari foto.
Citra Ikonos memiliki resolusi spasial 1 memiliki dengan saluran panjang
gelombang 0,45-0,90um (Pankromatik) dan 4 m pada panjang gelombang
multispektral. Selain itu citra ini dapat digunakan bersamaan dengan pankromatik
untuk mencapai warna asli (true color) dengan resolusi spasial 1 meter. Inilah
keterhubungan Ikonos dengan Kota Surabaya dan sekitarnya.
Interpretasi visual umumnya dilakukan dengan pengenalan objek sesuai
karakteristik spektral maupun spasial. Spektrum yang ada dicirikan oleh pancaran
lebar dari medan elektromagnetik spesifik objek di rona bengkok. Ciri-ciri berikut
dapat ditemukan pada ukuran, pola, tekstur, bentuk, bayangan, lokasi, dan asosiasi
serta objek yang ditemukan di museum.
Menurut artikel Muhammad Rizal Pahleviannur yang diterbitkan dalam jurnal
“Pemanfaatan Informasi Geospasial Melalui Interpretasi Citra Digital Penginderaan
Jauh untuk Monitoring Perubahan Penggunaan Lahan” pada tahun 2019,
interpretasi unsur-unsur citra berikut dapat digunakan untuk mencapai tujuan citra:
1. Istilah "rona" atau "dilakukan bersamaan dengan peringatan" mengacu pada
benda apa pun, termasuk citra. Peringatan masa kini dapat digunakan sebagai wujud
dengan memanfaatkan spektrum kecil yang berbeda secara signifikan dengan
spektrum tampak yang masih digunakan.
2. Ini adalah variabel kualitas yang dapat dikonfigurasi atau ditekuk agar sesuai
dengan objek tertentu.
3. Ukuran adalah bagian dari atribut objek. Ini dapat mencakup jarak, elevasi,
kesembronoan, serta volume atau isi ruang dalam database.
4. Tekstur merupakan stagnansi dari perubahan warna rona pada citra yang diamati
dapat juga dikatakan sebagai bentuk pengulangan warna rona terhadap bagian
objek yang ukurannya sangat kecil sehingga sulit untuk dibedakan satu persatu.
5. Pola adalah hubungan yang membentuk susunan spasial/pola ruangan pada
objek yang diamati.
6. Bayangan merupakan salah satu contoh aspek yang menitikberatkan pada detail
spesifik dari suatu objek yang hadir dalam gelap.
7. Situs dapat didefinisikan sebagai letak suatu objek terhadap objek lain yang ada
disekitarnya.
8. Assiasi adalah hubungan antara tujuan tertentu dengan tujuan yang ada.
b. Pembahasan
D. Kesimpulan
Pengaturan tata ruang dan pertanahan sangat berdampak terhadap
Kepadatan rumah mukim. Daya tampung kebutuhan rumah mukim baru dapat
meningkat dari penduduk yang sangat cepat di perkotaan. Misalnya, kepadatan
rumah para mukim terjadi di kawasan perkotaaan (Prabowo Rossi, dkk. 2020). Citra
foto udara dan Citra Ikonos adalah contoh citra penginderaan jauh yang
menampilkan gambar objek dalam bingkai dengan warna, bentuk, atau keduanya
yang serupa, menjadikannya detail khusus untuk digunakan sebagai pamflet di area
perkotaan. Dengan menggunakan kenampakan distribusi barang kebutuhan rumah
tangga, dapat diketahui persebaran pemukiman di setiap wilayah administratif. Hal
ini penting untuk penyelidikan masalah penghuni rumah Muslim, serta untuk
pemantauan atau kala pemantauan. Solusi dan perhatian terkait penataan ruang
kota di masa depan berasal dari kesadaran masyarakat dan aturan pemerintah
daerah untuk penanganan rumah mukim.
Daftar Pustaka
Tabel 1. Pedoman Penulisan Daftar Pustaka in APA Style (APA 7th editions)
Tipe referensi Penulisan daftar pustaka
Jurnal Arsandi Arga Satria, Ramadhan Dimas Wahyu, 2018. “Dampak Pertumbuhan
Penduduk Terhadap Infrastruktur Di Kota Semarang”, dalam Jurnal Riptek
Volume 12 No. 1 (hal. 55-70). Semarang: Universitas Diponegoro
Ayu Rifka Sitoresmi, 2021. “Mengenal Jenis-Jenis Penelitian Lengkap dengan
Penjelasan dan Contohnya”, https://hot.liputan6.com. Diakses tanggal 3
Maret 2022.
Loekman, dkk. 2021. “Pemanfaatan Citra Dalam Pemetaan Perubahan
Penggunaan Lahan Di Kabupaten Pati”. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada
Has Siti Nurliana, Sulistyawati, 2018. “Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh
Untuk Mengenali Perubahan Penggunaan Lahan Pada Kawasan Karst
Maros”, dalam Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika (JSPF) Volume 14, No. 1
(hal 60-66). Makassar: UNM Parangtambung.
Isradjuningtias Agri Chairunisa, 2018. “Faktor Penyebab Penyimpangan Tata
Ruang Pembangunan Kondominium Di Kota Bandung” dalam VeJ Volume .3
No. 2 (hal 1-3). Bandung: Junior Legal Kantor Hukum
Wiggers Mark Johannes, dkk. 2020. “Monitoring Perubahan Penggunaan
Lahan Pesisir Di Kecamatan Batu Layar, Kabupaten Lombok Barat Pada
Tahun 2002 dan 2019”, dalam JMRT, Volume 3 No 2 (hal 68-74). Bali:
Universitas Udayana
Kementerian Lingkungan Hidup, 2022. Kota Metropolitan di Indonesia.
www.klhk.co.id. Diakses tanggal 16 Maret 2020.
Apray, A. D. (2018). Pemanfaatan Penginderaan Jauh dalam Mengkaji
Perubahan Penutup Lahan di Pegunungan Kendeng Utara. 1999, 9–32.
Gaol, J. L., & Susilo, S. B. (2018). Studi kerapatan dan perubahan tutupan
mangrove menggunakan citra satelit di Pulau Sebatik Kalimantan Utara.
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis, 10(1), 99–109.
Megasari, 2015. (2015). Daftar Pustaka Daftar Pustaka. Pemikiran Islam Di
Malaysia: Sejarah Dan Aliran, 20(5), 40–43.
https://books.google.co.id/books?id=D9_YDwAAQBAJ&pg=PA369&lpg=PA
369&dq=Prawirohardjo,+Sarwono.+2010.+Buku+Acuan+Nasional+Pelayan
an+Kesehatan++Maternal+dan+Neonatal.+Jakarta+:+PT+Bina+Pustaka+Sar
wono+Prawirohardjo.&source=bl&ots=riWNmMFyEq&sig=ACfU3U0HyN3I
Purwadhi, F. S. H. (2000). Analisis pergerakan zone awan dari citra gms
untuk prediksi perubahan cuaca.
Purwadhi, S. H. (2001). Interpretasi citra digital. Jakarta: Grasindo.
Sand-Jensen, K. A. J. (1977). Effect of epiphytes on eelgrass
photosynthesis. Aquatic Botany, 3, 55–63.