Anda di halaman 1dari 4

1

BAB II
URGENSI PENATAAN RUANG

Pada BAB II PENDAHULUAN telah dijelaskan permasalahan-permasalahan yang


muncul terkait pengelolaan sumber daya alam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Akibatnya, pembangunan kawasan desa dan kota
sering terhambat sehingga tidak terwujud pembangunan yang berkelanjutan. Tidak hanya itu,
konflik-konflik kepentingan saling berbenturan dan tujuan memanfaatkan sumber daya alam
untuk kesejahteraan rakyat semakin terbengkalai. Pada BAB II URGENSI PENATAAN
RUANG ini membahas solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut
diantaranya dengan memahami lebih jauh mengenai urgensi penataan ruang sebagai cermin
peradaban, perwujudan pembangunan berkelanjutan, alat kendali pemanfaatan sumber daya
alam, dan tindakan preventif terhadap bencana.

Penataan Ruang sebagai Cermin Peradaban


Pembangunan suatu wilayah kota atau desa tidak hanya sekedar membangun fisik
dalam bentuk infrastruktur. Seyogyanya pembangunan suatu kawasan harus mampu
menciptakan peradaban baru yang tertib, aman, dan nyaman. Pembangunan peradaban baru
akan dapat dinikmati dari satu generasi ke generasi selanjutnya apabila dilakukan
pembangunan berkesinambungan. Untuk mewujudkannya diperlukan penataan ruang yang
berfungsi untuk mengendalikan pemanfaatan dan penguasaan sumber daya alam yang dapat
meningkatkan kelestarian lingkungan peradaban baru tersebut.
Undang-undang yang mengatur pemekaran daerah otonomi baru secara otomatis
memicu bangkitnya sebuah peradaban baru. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
otonomi menjadi landasan pemekaran daerah-daerah otonom dari kawasan wilayah kota
maupun desa. Keweanngan yang diberikan dari pemerintah pusat ke daerah adalah
pemanfaatan sumber daya alam yang terdapat di sekitar wilayah tersebut. Di sisi lain,
pengendalian pemanfaatan tata ruang juga diperlukan untuk mewujdkan tertib ruang sebuah
kawasan.
Jika sebuah tatanan kehidupan baru sudah berdiri, maka hukum tata ruang perlu di
susun dan direkonstruksi sehingga menjadi produk hukum lokal dalam bentuk peraturan
daerah. Peraturan inilah yang akan memayungi penataan ruang sebagai cermin peradaban
dan kebudayaan daerah atau kota tersebut. Dengan demikian, kebijakan penataan ruang

1
2

menjadi sebuah keharusan karena dapat menjadi pijakan dalam menjalankan pembangunan
peradaban manusia di masa depan yang lebih baik (Simamora & Sarjono, 2022).

Penataan Ruang sebagai Perwujudan Pembangunan Berkelanjutan


Penataan ruang harus menjadi agenda utama dalam mewujudkan pembangunan
berkelanjutan suatu negara atau wilayah. Penataan ruang juga sangat menentukan maju
mundurnya perkembangan wilayah suatu desa, kota, bahkan negara. Penataan ruang sebagai
perwujudan pembangunan berkelanjutan berlandaskan pada hukum atau ketentuan yang
termaktud dalam Alinea Keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 sebagai landasan konstitusional bagi bangsa Indonesia. Merujuk
kepada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut ditegaskan
bahwa tujuan bangsa Indonesia adalah membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Makna yang terkandung di dalamnya begitu mulia sehingga penataan ruang merupakan suatu
keniscayaan.
Untuk mewujudkan hal tersebut maka pemerintah berkewajiban membuat regulasi
yang mengatur pemanfaatan sumber daya alam yang berkaitan dengan penataan ruang.
Produk hukum dalam penataan ruang di Indonesia sudah ada yang termaktub dalam Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan terbagi menjadi empat rezim
yaitu rezim administrasi, perdata, tata usaha negara, dan pidana. Dengan demikian, masa
depan keberlangsungan pengelolaan dan pemanfaatan ruang suatu wilayah akan dapat
terjamin dengan baik jika memperhatikan keseimbangan pemanfaatan lingkungan sekitar.
Adapun Rumusan tujuan berbangsa dan bernegara sebagaimana digariskan pada Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengandung makna yang
sangat mulia dan patut diwariskan dari generasi ke generasi guna memacu kemajuan bangsa
di masa mendatang.

Penataan Ruang sebagai Alat Kendali Pemanfaatan Sumber Daya Alam


Sumber daya alam yang terkandung di dalam bumi, tanah, air, dan udara di wilayah
Kesatuan Republik Indonesia harus dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat. Pemanfaatan sumber daya alam ini harus bersifat produktif dan berkelanjutan dengan
2
3

menekankan kepada pendekatan pembangunan berdimensi spasial yang disebut dengan


penataan ruang. Pengendalian pemanfaatan ruang menurut Pasal 1 angka 15 Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. Adapun Pasal 35
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 menjelaskan bahwa pengendalian pemanfaatan
ruang dilakukan melalui empat tahapan diantaranya penetapan peraturan zonasi, perizinan,
pemberian insentif dan disinsentif, serta penggunaan sanksi
Dalam kenyataannya, implementasi pengendalian pemanfaatan sumber daya alam
melalui pendekatan penataan ruang mengalami permasalahan. Hingga saat ini, belum ada
instrumen operasional yang jelas dan menyeluruh untuk pelaksanaan kegiatan pengendalian
pemanfaatan ruang. Untuk mewujudkannya perlu dirancang sebuah instrumen pengendalian
pemanfaatan ruang yang disesuaikan dengan kondisi saat ini dimana sistem teknologi
informasi semakin penting. Salah satunya aplikasi tersebut bernama WASTARU (Awas Tata
Ruang) yang dikembangkan di Wilayah Perencanaan Sewon Kabupaten Bantul Jawa
Tengah. Aplikasi ini telah teruji melalui Riset dan Pengembangan yang lahir dari ide/gagasan
yang dapat menjawab kebutuhan instrumen pengendalian pemanfaatan ruang
(Nurhikmahwati, Sutaryono, & Dewi, 2021).

Perencanaan Tata Ruang sebagai Tindakan Preventif terhadap Bencana


Perencanaan tata ruang perlu sangat penting untuk mengurangi risiko bencana
sehingga pemberlakuan peraturan tentang tata ruang perlu ditegakkan. Penegakkan
perencanaan tata ruang harus disertai dengan standar keselamatan dan penerapan sanksi
terhadap pelanggar. Dalam hal ini, Pemerintah secara berkala melaksanakan pemantauan dan
evaluasi terhadap pelaksanaan tata ruang dan pemenuhan standar keselamatan. Dalam PP
telah diatur tentang penegakan rencana tata ruang tetapi pada Perda tidak diatur sama sekali
sehingga dapat menimbulkan ketidakpastian hukum (Wandasari, 2013). Penataan ruang harus
direncanakan di awal proses pembangunan karena penggunaan semua jenis teknologi secara
tiba-tiba atau berangsur-angsur berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya bencana
bagi masyarakat yang ada di wilayah tersebut.
Tindakan preventif untuk penanggulangan bencana memerlukan keterlibatan
masyarakat dan pihak terkait. Untuk dapat mewujudkan peruntukkan dan fungsi dari setiap
pemanfaatan sumber daya alam melalui pendekatan tata ruang dibutuhkan ketegasan
pemerintah dalam menegakkan hukum dan pemberian sanksi yang berat dan tegas kepada
siapapun yang melanggar hukum (Adiyanta, 2018). Selain hak, kewajiban dan peran serta
masyarakat dalam penataan ruang, perlu diperhatikan pula hak masyarakat untuk mendapat
3
4

perlindungan jika dirugikan dalam penataan ruang ataupun saat terjadi bencana akibat tata
ruang yang tidak sesuai standar (Arba, 2022, hal. 166).

Anda mungkin juga menyukai