Anda di halaman 1dari 8

PERLINDUNGAN HAK CIPTA TERHADAP KARYA SENI DIGITAL DALAM BENTUK

NFT ( NON – FUNGLIBLE TOKEN )


Untuk Memenuhi Tugas EKT-2 Mata Kuliah Hak Atas Kekayaan Intelektual
Dosen Pengampu : Rima Duana., S.H., M.H

Oleh :
Yusup
3300200022

PROGRAM STUDI HUKUM PROGRAM SARJANA


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
TAHUN AJARAN 2022/2023
Perlindungan Hak Cipta Terhadap Karya Seni Digital Dalam Bentuk NFT (Non –
Fungible Token)
Yusup1
Universitas Galuh
yusupaja571@gmail.com

ABSTRAK
Perkembangan teknologi semakain hari semakin maju, salah satu bentuk kemajuan
teknologi adalah hadirnya NFT. NFT atau Non- fungible Token adalah salah satu
bentuk aset digital dibidang seni, dimana biasanya transaksi yang terjadi dilakukan
dalam sebuah platform khusus dengan pembayaran melalui cryptocurrency yang
berasal dari program Ethereum. NFT adalah aset berbasis digital sehingga relatif
mudah untuk diperjualbelikan karena tidak membutuhkan ruang nyata yang lebih
memakan biaya. Sejalan dengan perkembangannya, ada banyak hambatan yang
dialami karena dapat terjadinya kejahatan di internet. Dalam artikel ini membahas
bagaimana NFT berkaitan dengan hak cipta sesuai dengan Undang – undang No.28
Tahun 2014 Tentang hak cipta.selain itu dalam undang – undang ITE mengatur
bagaimana transaki yang dilakukan secara elektronik. Pentingnya perlindungan hukum
hak cipta bagi pencipta menjadi poin penting dalam perkembangan tekonologi zaman
sekarang agar hak – hak bagi pelaku karya seni digital dapat terlindungi
Kata Kunci : Perlindungan Hukum, NFT, Hak Cipta

I. Pendahuluan
Perkembangan teknologi pada zaman ini telah berkambang dengan.pesat. Hal
ini dipengaruhi adanya globalisasi dan digitalisasi yang memberikan kemudahan bagi
umat manusia. Globalisasi dan digitalisasi tidak terlepas dari perkembangan internet
yang telah memasuki seluruh bidang kehidupan manusia. Dewasa ini, manusia
memerlukan internet untuk melakukan berbagai kebutuh, baik dari kebutuhan pribadi,
bisnis, maupun pemerintahan. Dengan melalui internet, penyebaran informasi menjadi
lebih cepat dan mempuni, di mana informasi yang disajikan dalam berbagai bentuk,
mulai dokumen, tulisan, gambar, suara , maupun video. Selain informasi yang didapat
menjadi lebih mudah karena adanya internet, hal lain yang mengalami kemudahan
adalah dalam melakukan transaksi bisnis. Salah satu kegiatan yang mengalami
perubahan adalah transaksi bisnis yang melibatkan karya seni dalam bentuk digital. Hal
ini dikarenakan saat ini seni tidak lagi dituangkan ke dalam kanvas dan menggunakan
peralatan lukis serta benda-benda lain yang berhubungan dengan seni. Karya seni
digital memiliki nilai jual yang setara dengan kaya seni fisik yang diciptakan oleh para
1
Mahasiswa Universitas Galuh Fakultas Hukum Semester 5
seniman. Salah satu karya seni digital yang bernilai jual tinggi adalah NFT (Non-
Fungible Token), yang juga dapat digunakan sebagai objek investasi.
NFT adalah salah satu bentuk aset digital dibidang seni, dimana biasanya
transaksi yang terjadi dilakukan dalam sebuah platform khusus (OpenSea.io, rarible,
foundation) dengan pembayaran melalui cryptocurrency yang berasal dari program
Ethereum (the smart contracts Ethereum). NFT dapat berfungsi sebagai pembuktian
kepemilikan dan keberadaan aset digital dalam bentuk karya seni, video, foto, hingga
musik. Lebih lanjut, pembuat aset digital dapat memperoleh keuntungan dari
perdagangan di pasar NFT atau pertukaran secara peer-to-peer. Dengan menggunakan
sistem blockchain untuk fungsi validasi dari keaslian suatu karya, NFT dapat menjadi
solusi perindungan Intellectual Property (IP) yang menjanjikan (Dio Bintang Digete,
2022). di Indonesia NFT menjadi popular setelah pemilik akun Ghozali Everyday di
website terbesar jual beli NFT art opensea viral di media sosial, bagaimana tidak, hanya
dengan menjual foto selfi penghasilan yang didapat bisa sampai dengan 1 milliar, dan
update terbaru bulan mei 2022 bahwa token milik Ghozali Everyday volume transaksi
yang telah dilakukan senilai 400 ethereum, jika dikonversi ke rupiah sejumlah Rp.
11.588.000.000. Antusiasme transaksi NFT semakin meningkat karena cepatnya uang
dihasilkan tanpa harus adanya usaha yang signifikan, sehingga munculah berbagai
macam token NFT yang unik seperti, Goldskin Disorder dan Blindman Using VR NFT
karya Youtuber Tretan Muslim di akun token miliknya TretanUniverse, Nasi Padang
Collection, Gundala Putra Petir, bahkan pada token nft bernama kartu tanda penduduk
(KTP) NFT produk yang diperjualbelikan adalah KTP.
Dalam hal ini, transaksi bisnis atas NFT menuai pro dan kontra karena manfaat
dan resikonya. Kemudahan serta besarnya uang yang didapat atas transaki ini manfaat
serta resiko tersendiri, Hal ini dapat memicu risiko pencurian dan penyalahgunaan hak
cipta atas karya yang diunggah menjadi NFT di internet. Hal ini dapat menjadi
permasalahan hukum yang baru akan hadirnya pekembangan baru, bagian hukum
sangatlah penting karena aturan harus mampu menyelesaikan banyak masalah terkait
hal ini. Pada dasarnya peraturan perlindungan kepada para pencipta karya seni sudah
diatur melalui peraturan Hak Atas Kekayaan Intelektual ( HAKI ), aturan memiliki peran
sangat penting dalam hubungan internasional. Dengan adanya HAKI, para pelaku hak
cipta atas karya seni dapat diproses secara hukum dan mendapat hukuman yang
setimpal.
II. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam artikel “Perlindungan Hak Cipta Terhadap Karya
Seni Digital Dalam Bentuk NFT ( Non – Fungible Token)” adalah metode studi literatur.
Dalam penulisan artikel ini mengumpulkan bahan – bahan, materi, dan juga informasi
yang diperoleh dari buku maupun jurnal yang tersedia.
III. Pembahasan
3.1 Karya Seni Digital NFT ( Non-Funngible Token)
NFT atau disebut dengan sebagai non-fungible token, dalam bahasa Indonesia
token yang tidak dapat dipertukarkan, merupakan suatu aset dalam bentuk digital yang
disimpan dalam buku publik (ledger) yang mencatat transaksi dan memiliki kode
indentifikasi serta metadata yang berbada satu sama lain yang berada pada jaringan
blockhain (sulistianingsih, 2022). Blockchain adalah gabungan dari banyak data yang
berada di seluruh dunia yang kemudian merekam jejak digital sebuah cryptocurrency
bahkan bisa mencatatkan rekam jejak hak kekayaan intelektual yang sudah dibuat
secara digital. History penjualan, history value atau nilainya disimpan di dalam
blockchain yang datanya berputar secara global di seluruh dunia. Sehingga ketika kita
punya HKI berupa aset2 digital seperti musik, gambar, tweet kata mutiara yang
dikukuhkan menjadi satu NFT dan dicatatkan historynya dalam blockchain maka hal
tersebut bisa diperjualbelikan. Yang menarik adalah, bentuknya tidak ada secara fisik,
bentuknya adalah digital tetapi kita bisa menjual kemudian dalam bentuk NFT (Alis
Yulia, 2022).
NFT merupakan sebuah media baru dalam mengoleksi karya digital sebagai
sarana mendukung para seniman, creator, artis, musisi,dan yang lainnya berdasarkan
imbalan yang ditawarkan investor. NFT juga merupakan bagian dari
cryptocurrency.NFT menempelkan sebuah kontrak cerdas pada suatu file digital. File
digital yang dimaksud dapat berupa karya tulis, gambar, suara, atau video. Dalam hal
ini, konteks NFT karya ini memilki authorsip yang jelas, siapa yang bertanggung jawab
karena ini didasari konsep pemindahan tanggung jawab kepemilikan dari NFT itu
sendiri. (Noor, p. 2021).
Pada prosesnya NFT membutuhkan blockchain untuk mendapatkan mejalankan
kontrak pintranya (smart contract), hal ini mengakibatkan NFT membutuhkan jaringan
dan platform yang dapat menaungi proses transaksi NFT. Pada praktik proses jual beli
NFT dilakukan di marketplace yang sudah mendukung ataupun yang dibuat sengaja
untuk proses jual belinya. Dalam hal ini, siapapun dapat membuat atau mengabuah
arsipnya menjadi NFT, dan menaruh pada jaringan NFT. Setiap platfrom memiliki
variasa dalam prosesnya, hal ini dapat dimasukan deskripsi menengani pekerjaan
harga dan lainnya. Sebagain besar NFT harus dibeli dengan menggunakan ethereum
tetapi dapat atau dengan token ERC-20 seperti Wax dan Flow (sari, 2022).
3.2 Perlindungan Hukum Atas Hak Cipta Terhadap Karya Seni Digital NFT ( Non –
Fungible Token )
Kekayaan Intelektual adalah suatu bentuk perlindungan hukum terhadap suatu
karya untuk melindungi si pencipta atau penemu agar tidak terjadi kesalahpahaman
tentang pelanggaran, peniruan dari pihak lainnya. Salah satu muatan dalam kekayaan
intelektual adalah mengenai hak cipta (Dio Bintang Digete, 2022). Dalam Undang -
undang No.8 Tahun 2014 pada pasal 1 butir 1 berbunyi “Hak Cipta adalah hak eksklusif
pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu
ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan”. Dalam hal ini, ruang lingkup karya cipta
yang dilindungi adalah ciptaan, baik sastra, seni, maupun ilmu pengetahuan yang
berasal dari pemikiran, imajinasi, kemampuan, keterampilan, kecekatan maupun
seseorang yang diwujudkan dalam bentuk nyata. NFT merupakan teknologi yang masih
baru sehingga banyak ruang lingkup dari NFT belum memiliki peraturan. NFT dianggap
sebagai pemilik pribadi yang tidak memiliki wujud, maksudnya barang tersebut tidak
bisa dipegang atau disentuh namun memiliki nilai tertentu yang ditetapkan pada barang
tersebut.
Perlindungan suatu karya seni NFT diberikan atas suatu ciptaannya berupa hak
ekslusif atas karya seni tersebut yang terdiri dari hak moral dan hak ekonomi. Hak
moral adalah hak yang melekat pada pencipta dan tidak dapat dialihkan dan hak
ekonomi adalah hak pencipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaanya.
Undang – undang No.28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta pasal 5 ayat (1) huruf e “Hak
moral merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri pencipta untuk
mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi Ciptaan, modifikasi
Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya.” Dalam hal
ini pengaturan karya seni digital mengacu pada undang – undang hak cipta dan undang
– undang ITE sesuai dengan pada pasal 25 pada pokoknya disebutkan bahwa suatu
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang disusun menjadi karya
intelektual yang ada di dalamnya dilindungi sebagai Hak Kekayaan Intelektual dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang terkait.
Selain dalam undang – undang No.24 Tahun tentang Hak Cipta, dalam
pelaksanaan perlindungan hukum terhadap karya digital kita dapat merujuk pada
Undang – undang ITE pasal 32 ayat (1) yang pada pokoknya menyebutkan setiap
orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun
mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan,
memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik milik Orang lain atau milik publik. Pada dasarnya mengenai peraturan
pelanggaran hak cipta terhadap asset digital NFT di Indonesia sebenarnya masih
banyak sekali pendapat terkait itu. Hal ini sesuai seperti yang dijelaskan di atas, NFT
merupakan hal baru untuk Indonesia yang statusnya masih negara berkembang dan
belum begitu maju akan teknologi. Terkait hal ini, pelindungan hak cipta terhadap NFT
diperlukan karena dalam praktiknya pelanggaran – pelanggaran terhadap hak cipta
sering terjadi salah satunya adalah copy terhadap seni tersebut. Undang – Undang Hak
Cipta pasal 55 ayat (1) mengatur bahwa “Setiap Orang yang mengetahui pelanggaran
Hak Cipta dan/atau Hak Terkait melalui sistem elektronik untuk Penggunaan Secara
Komersial dapat melaporkan kepada Menteri.”
Dalam menegakan keadila terhadap tindakan hukum dalam hak cipta,
penyelesaian. Dapat dilihat dari penyelesaian sengeketa dalam pasal 95 Undang-
Undang Hak Cipta diantaranya melalui mediasi dan pengadilan. Dalam Pasal 95 ayat
(4) UdangUndang Hak Cipta pada pokoknya dijelaskan selain pelanggaran-
pelanggaran Hak Cipta dan dalam bentuk Pembajakan, selama tempat tinggal pihak-
pihak yang bersengketa diketahui atau sedang berada di wilayah Negara Indonesia
maka harus menempuh terlebih dahulu penyelesaian sengketa melalui mediasi
sebelum melakukan tuntutan pidana. Kemudian dalam Undang-Undang Hak Cipta
Pasal 99 ayat (1) disebutkan “Pencipta, Pemegang Hak Cipta, atau pemilik Hak Terkait
memiliki hak untuk melakukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga atas
pelanggaran Hak Cipta atau produk Hak Terkait.” Sebagaimana tercantum pada Pasal
tersebut penecipta atau pemegang hak cipta berhak mengajukan gugatan perdata yang
meliputi gugatan ganti rugi, permohonan penyitaan terhadap barang hasil pelanggaran,
dan permohonan penyerahan seluruh atau sebagian dari pelanggaran.
Pada Era Digital dibutuhkan perumusan aturan perlindungan hak cipta yang lebih
kompherhensif, Hal ini akan lebih mendorong dan memperkuat posisi Indonesia dalam
menghadapi perkembangan tekonoligi digital. Selain itu, dengan adanya aturan –
aturan mengenai ini memberikan perlindungan penyalahgunaan dalam karya seni
digital dengan begitu dalam kegiatan ini kepentingan para pelaku karya seni digital
menjadi terlindungi.
iv. Kesimpulan
NFT sebagai asset digital yang baru muncul diharapkan bisa menjadi
mempermudah seniman atau kreator untuk menjual karyanya. Teknologi yang
berkembang pesat menciptakan urgensi pentingnya perlindungan terhadap hak cipta
atas asset digital NFT. Dalam hal ini, mengingat jumlah yang fantastis yang dihasilkan
karya seni menjadikan perlunya perlindungan atas hak cipta dalam asset digital NFT.
Dalam hal ini Undang – undang No.28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta telah mengatur
mengenai perlindungan hak cipta, selain itu Undang – undang ITE juga mengatur
mengenai transaksi elektorik menganai transaksi hal ini meningat hal ini dilakukan
secara elektronik. NFT sebagai token adalah seperti wajah identitas kepemilikan yang
seharusnya hanya unik pada diri masing-masing, namun sayangnya ini saja tidak cukup
untuk mengatasi masalah hak cipta, dikarenakan masih banyak unsur-unsur lain seperti
karya digital yang lebih mudah untuk ditiru dan proses minting yang tidak memerlukan
verifikasi siapa saja yang berhak untuk merubah karya tradisional menjadi karya digital.
Dari beberapa poin itu pun cukup untuk menyimpulkan seberapa pentingnya hak cipta
pada NFT.
DAFTAR PUSTAKA

Alis Yulia, R. D. (2022). PENGARUH NFT TERHADAP PERLINDUNGAN HAK CIPTA


DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN . Jurnal Ilmiah
Galuh Justisi, 95.
Dio Bintang Digete, M. A. (2022). Pelindungan Hukum atas Pelanggaran Hak Cipta
pada Karya Seni yang dijadikan Karya Non Fungible Token (NFT) pada Era
Ekonomi Digital. fundamental Justice, 3.
Noor, M. U. (21). NFT (NON-FUNGIBLE TOKEN): MASA DEPAN ARSIP DIGITAL?
ATAU HANYA SEKEDAR BUBBLE? Putakaloka , 229.
sari, d. p. (2022). PEMANFAATAN NFT SEBAGAI PELUANG BISNIS PADA ERA.
AKRAB JUARA, 242.
sulistianingsih, d. (2022). Hak Karya Cipta Non-Fungible Token (NFT) Dalam. KRTHA
BHAYANGKARA, 198.
Peraturan Perundang – Undangan
Undang – Undang No.28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
Undang – Undang No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan transaksi elektronik

Anda mungkin juga menyukai