t
e
h
t
e
b
i
r
c
s
e
d
n
a
c i
u
o
Y
Rumusan Masalah
01 02
Bagaimana Hukum Bagaimana Bentuk
Kekayaan Intelektual Perlindungan HKI Di
di Era Digital? Era Digital?
03 04
Faktor-faktor apa saja Bagaimana contoh kasus
yang menyebabkan Hak Kekayaan
-
di Era Digital?
-
Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi ini pun mempengaruhi aktivitas manusia
seharihari. Salah satu penemuan yang memberi dampak yang besar ialah jaringan internet.
Dengan adanya jaringan internet inilah mulai dikenal dunia digital. Era digital dan ciptaan
yang berbentuk digital tidak dapat dihindari, karena faktanya hal tersebut telah menjadi
suatu hal yang umum yang tidak dapat lagi dipisahkan dari kehidupan.
Ebook dalam
format pdf atau
Musik dalam Software Gambar dalam
format MP3 Atau bentuk JPEG
kindle MP4 dan PNG
-
Di era digital ini, Hak Atas Kekayaan Intelektual menjadi salah satu permasalahan
hukum yang semakin kompleks. Pada dasarnya, hakikat hukum memang
memiliki sifat yang dinamis dan akan selalu mengikuti perubahan zaman, hal itu
dapat dijadikan jawaban mengapa peraturan HAKI semakin berkembang. Kita
dapat melihat bahwa di dunia yang semakin modern ini, era digital telah
mendorong segala perubahan perilaku masyarakat di setiap aspek kehidupan.
Indonesia hingga tahun 2015 masih tercatat sebagai salah satu Negara dengan angka tertinggi dalam hal
pelanggaran kekayaan intelektual. Pada tahun 2013, Special 301 Report sebagai laporan tahunan yang dikeluarkan
oleh US Trade Center terkait penegakan dan perlindungan kekayaan intelektual yang dilakukan oleh Negara mitra
bisnis Amerika merilis Indonesia sebagai negara yang termasuk dalam priority watch list bersama dengan Algeria,
Argentina, Chili, India, China, Pakistan, Rusia, Thailand dan Venezuela. Priority Watch List dimaknai sebagai Negara
yang masih minim dalam perlindungan dan penegakan kekayaan intelektual
Hak Cipta Karya Digital
Hak cipta (Copyright) merupakan hak eksklusif yang diberikan terhadap suatu ciptaan dalam bidang
ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. Seiring dengan perkembangan teknologi, ciptaan saat ini tidak
hanya berbentuk konvensional, tetapi juga termasuk ciptaan digitalisasi. Salah satu bentuk ciptaan
yang mengalami proses digitalisasi, misalnya lagu. Sebelum berkembangnya teknologi, lagu hanya
dapat dinikmati dengan kaset. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, lagu sudah tersedia
dalam bentuk mp3 sehingga dapat dengan mudah diakses dan disebarluaskan terlebih di internet
(cyberspace).
Kemudahan dalam penyebarluasan ciptaan dalam bentuk digital tentu saja akan meningkatkan
potensi pelanggaran terhadap hak cipta pada karya tersebut. Meskipun saat ini telah ada Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang mengakomodasi perlindungan terhadap hak
cipta, namun hal tersebut belum sepenuhnya dapat mengakomodir perlindungan ciptaan dalam
bentuk digital. Simon Stokes berpendapat bahwa semakin tinggi eksploitasi terhadap ciptaan dalam
bentuk digital, maka akan semakin besar pula potensi pelanggarannya (pembajakan). Pada prinsipnya,
karya cipta dalam bentuk tradisional, misalnya puisi pada secarik kertas, tidak akan kehilangan hak
ciptanya apabila diubah ke dalam bentuk digital. Namun, tidak menutup kemungkinan setelah karya
tersebut diunggah ke internet, akan terdapat banyak karya yang mirip bahkan serupa sehingga rentan
terjadi pelanggaran hak cipta.
p
o
t
e
h
t
e
b
i
r
c
s
e
d
n
a
c i
Creative Commons
o
Y
Creative Commons menjadi alternatif untuk mengurangi banyaknya pelanggaran terhadap hak cipta serta
untuk mengupayakan bentuk karya cipta yang bebas lisensi khususnya di dunia maya. Bentuk spektrum
utama yang disedaiakan oleh Creative Commons sendiri, antara lain :
01 02
Spektrum By Spektrum SA
(Atribusi) (Berbagi Serupa)
03 04
Spektrum NC Spektrum ND
(Non Komersial) (Tanpa Turunan)
-
03
Bagaimana
Problematika HKI di
-
Era Digital?
-
- MELANGGAR PERATURAN
Sungguh sayang memang, padahal tentunya tidak ada kesengajaan dari pihak ISP untuk melakukan
pelanggaran hak cipta. Namun jika memang ada semacam disclaimer dengan customernya, jelas pihak
ISP telah memperkirakan kemungkinan adanya content situs yang di-hosting di server-nya yang
melanggar hak cipta. Screening atas isi content secara teknis memang dapat dilakukan.
Pengadilan Negeri Jambi memvonis Aditya Fernando Phasyah (AFP) selama 1 tahun dan 2
bulan atau 14 bulan atas kasus pembajakan film Keluarga Cemara karya Visinema Group.
Pemilik situs web DuniaFilm21 itu terbukti bersalah melakukan pembajakan film Keluarga
Cemara. Dikutip dari Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) PN Jambi, dalam amar
putusan, Aditya Fernando Phasyah terbukti bersalah dan melanggar Pasal 113 ayat (3), juncto
Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP
Kasus Pelanggaran Internasional
Sejumlah studio film di Amerika Serika menggugat situs MovieTube
dengan tuduhan pelanggaran hak cipta.
Sebanyak tujuh studio film, termasuk Walt Disney Co. dan Time Warner Inc. Warner Brothers, meminta
pengadilan federal Manhattan untuk menutup MovieTube, sebuah situs layanan online penyedia film.
Para penggugat mengatakan semua konten yang tersedia di MovieTube dipilih, diagregasi, dan
diorganisir untuk dilihat oleh operator situs. Mereka juga menyebutkan bahwa MovieTube menggunakan
Twitter untuk mempromosikan situs mereka. Situs MovieTube menghasilkan uang dari sejumlah ikan
yang terpasang di website mereka. Sejumlah studio film menuduh MovieTube melanggar hak cipta dan
merek dagang.
Para tergugat kemudian meminta pengadilan mengeluarkan perintah untuk menutup situs tersebut. Mereka
juga menuntur agar nama domain MovieTube dialihkan menjadi milik mereka. Selain itu, dalam
tuntutanya, mereka menyatakan agar setiap pihak ketiga yang menyediakan layanan untuk MovieTube,
termasuk situs media sosial, harus diminta untuk berhenti dan menuntut ganti rugi senilai US$150.000
untuk setiap film yang hak ciptanya dilanggar dan US$2 juta untuk setiap pelanggaran merek dagang
oleh MovieTube. Kasus ini tercatat di Pengadilan Distrik AS, Distrik Selatan New York dengan nomor
perkara 1:. 15- cv-05819.
Terima Kasih