Anda di halaman 1dari 22

PERBANDINGAN PERLINDUNGAN SARANA KONTROL

TEKNOLOGI ATAS CIPTAAN MENURUT KETENTUAN HAK


CIPTA DI INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT
Moch Zairul Alam
e-Mail: zairulalam@ub.ac.id

Abstrak

Perkembangan teknologi internet yang terus meningkat tentunya mengakibatkan peredaran karya digital
semakin pesat pula dan permasalahan mengenai hak cipta karya digital menjadi semakin ramai
diperdebatkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan perlindungan hukum terhadap
karya cipta digital di Indonesia dan Amerika Serikat dan mengkaji penerapan ketentuan pasal 52 Undang-
Undang Hak Cipta tahun 2014 dalam kasus yang terjadi di Indonesia. Dalam penelitian ini digunakan
pendekatan perundang-undangan dan perbandingan hukum. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik
dalam UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta dan Digital Millennium Copyright Act 1998, kedua
ketentuan tersebut telah mengatur perlindungan ciptaan terkait penggunaan Sarana Kontrol teknologi.
Namun demikian, terdapat perbedaan dalam hal pelarangan importasi, produksi dan pemasaran alat (device)
yang digunakan untuk merusak Sarana Kontrol Teknologi, dimana di dalam Undang-Undang Hak Cipta
tahun 2014 tidak diatur. Perbedaan kedua, Undang-Undang Hak Cipta tidak mengatur secara lengkap
klasifikasi pengecualian dari pelanggaran terkait Sarana Kontrol Teknologi; seperti penggunaan oleh
perpustakaan, penelitian dan hal lain seperti dalam DMCA. Undang-Undang Hak Cipta hanya mengatur
dengan frase “selama tidak menyalahi ketentuan perundang-undangan” yang masih mungkin bisa ditafsirkan
secara luas

Kata kunci: Ciptaan Digital, Hak Cipta, Sarana Kontrol Teknologi

Abstract

The Internet technology which is always developing certainly makes the distribution of any digital works get
faster and the problem of digital works copyright is heatedly debated. The aim of this present research is to
analyze the differences in the legal protection of the digital work copyright in Indonesia and the US and to
study the provision in the Article 52 of the Copyright Act year 2014 in the cases occurring in Indonesia. A
regulatory and legal comparison approach was adopted. The research results showed that either in the Ac
No. 28 year 2014 in Copyright and Digital Millenium Copyright Act year 2014 both regulate the copyright
protection regarding the use of the technology control device. However, there are some differences in terms
of the prohibition of importation, production and marketing of the device used to destroy the Technology
Control Medium in which in the Copyright Act year 2014 it is not stipulated. The Copyright Act does not
regulate completely the classification of exception of the violations concerning Technology Control Device
such as the use of library, research and other such as those in DMCA. Copyright Act merely regulates the
phrase “as long as it is not contrary to the regulations” which might still be interpreted widely.

Key words: Digital creation, Copyright, Technology Control Device


PENDAHULUAN hitungan detik semua informasi terkait akan
Pesatnya pertumbuhan teknologi digital ditampilkan. Media internet dapat dikatakan
merupakan buah dari inovasi manusia yang sebagai penyedia informasi digital yang paling
menciptakan teknologi untuk memudahkan up to date. Menurut Jessica Litman, mencari
aktivitas dalam kehidupan. Internet yang informasi di internet sangat mudah3
merupakan salah satu bagian dari
Beragam informasi yang tersebar di
perkembangan teknologi digital sudah menjadi
internet merupakan informasi digital. Dikatakan
bagian yang tak bisa dilepaskan dalam
digital karena disampaikan dalam teknologi
kehidupan sehari-hari. Mark Plus Insight dalam
komunikasi digital yang merupakan teknologi
risetnya sebagaimana yang diberitakan
berbasis sinyal elektrik computer yang bersifat
Kompas1 memperlihatkan bahwa pertumbuhan
terputus-putus dan menggunakan system
penggunaan Internet di Indonesia terus
bilangan biner. Melalui proses digitalisasi,
meningkat, di tahun 2010 rata-rata penetrasi
informasi yang masuk akan berubah menjadi
penggunaan Internet di kota urban Indonesia
serangkaian bilangan biner yang membentuk
masih 30-35 persen, kemudian tahun 2011
informasi dalam wujud kode digital. Kode
ditemukan bahwa angkanya sudah di kisaran
digital tersebut nantinya akan mampu
40-45 persen. Riset tersebut menunjukkan
dimanipulasi oleh computer yang hasilnya
jumlah pengguna Internet di Indonesia pada
dapat berupa tulisan, gambar maupun video
tahun 2011 ini sudah mencapai 55 juta orang,
yang mengandung muatan Hak Kekayaan
meningkat dari tahun sebelumnya di angka 42
Intelektual.
juta. Menurut studi yang dilakukan Yahoo dan
TNS Net Index, dalam 2 (tahun) terakhir Sesuai dengan prinsip hak cipta, segala
pesatnya pertumbuhan internet Indonesia sesuatu yang lahir dari kreasi dan pemikiran
dipengaruhi adanya perkembangan teknologi seseorang merupakan ciptaan yang
mobile phone yang memudahkan penggunanya mendapatkan perlindungan secara otomatis
mengakses internet.2 ketika karya tersebut sudah difiksasikan. Karya
cipta dalam bentuk tradisional, seperti puisi
Berbagai macam informasi baik berita,
pada secarik kertas tidak akan kehilangan
music, video, dan ilmu pengetahuan dapat kita
perlindungan hak cipta apabila diubah ke dalam
temukan dengan mudah melalui internet.
bentuk digital. Sebaliknya, sebuah pesan digital
Dengan menuliskan kata kunci pada mesin
dalam bentuk e-mail juga akan dilindungi oleh
pencari di web Google atau Yahoo, dalam
hak cipta sama seperti halnya jika pesan
tersebut ditulis tangan, diketik, ataupun dicetak
1
http://tekno.kompas.com/read/2011/10/28/165
34635/Naik.13.Juta..Pengguna.Internet.Indonesia.55
3
.Juta Orang diakses pada 25 April 2015, pukul 23.15 Jessica Litman, “Digital Copyright and The
WIB. Progress of Science, Joint Conference on Digital
2
http://my.news.yahoo.com/mobile-phones- Libraries 2002”, Portland, Oregon, USA, July 14-
lead-internet-growth-151104526.html, diakses pada 18, 2002.
26 Oktober 2015, pukul 16.30 WIB.

99
dalam bentuk surat pada kertas.4 Materi-materi pengguna yang menampilkan website dikatakan
digital menjadi keunggulan dalam internet telah membuat kopi/salinan atas halaman
menggantikan karya-karya cetak tulisan yang website dan pemilik website sendiri disebut
konvensional, membutuhkan banyak kertas dan telah melakukan aktivitas menampilkan karya
juga space penyimpanan. Selain itu akses cipta kepada public. Semua tindakan tersebut
terhadap informasi terbaru lebih mudah didapat. merupakan hak yang secara eksklusif dimiliki
Perubahan dari perangkat konvensional menjadi oleh pemilik hak cipta berdasarkan undang-
sesuatu yang mampu mengolah materi digital undang.6
tentu merupakan hal yang lebih dari sekadar
Dengan fasilitas internet, karya cipta
perubahan mengenai metode mengkopi.
dalam bentuk digital memang sangat mudah
Penggunaan internet sebagai media untuk diduplikasikan dan hasil atas perbuatan
informasi multimedia membuat beragam karya tersebut juga nyaris tidak dapat dibedakan
digital, baik foto atau gambar di Facebook dengan aslinya. Bahkan pengguna internet
maupun video dapat secara terus-menerus dapat melakukan modifikasi terhadap hasil
digandakan dan disebarluaskan ke ribuan orang penggandaan tersebut dan mendistribusikannya
dalam waktu singkat hanya dengan menekan ke seluruh dunia dengan nyaris tanpa biaya.
beberapa tombol komputer. Tidak heran jika
Kondisi demikian tentu sangat
internet kemudian dipandang sebagai lautan
menguntungkan bagi pengguna internet untuk
informasi yang memiliki banyak muatan hak
dapat menyalin konten apapun yang disukai
milik intelektual khususnya hak cipta.5
untuk dapat dimiliki, namun sebaliknya sangat
Sebagian besar karya cipta dalam meresahkan bagi para pemegang hak cipta
bentuk digital dilindungi oleh hak cipta. Oleh karena begitu terbukanya potensi karya-karya
karenanya melakukan aktivitas di internet dan mereka untuk dilanggar atau dibajak.
menikmati informasi yang ada tentu merupakan Kemudahan dalam melakukan upload dan
jerih payah dari pencipta dan melibatkan satu download suatu file membuat internet sangat
atau lebih hak yang dimiliki pencipta. bersahabat untuk saling berbagi informasi
Misalnya, menampilkan sebuah halaman web namun disisi lain kemudahan tersebut
telah melibatkan dua tindakan terhadap muatan membuka peluang besar bagi pembajakan karya
website yang dilindungi oleh hak cipta, yaitu cipta digital.

4
Kasus pelanggaran karya cipta digital
Thomas J. Smedinghoff, “Copyright in
Digital Information”, Online Law The SPA’s Legal sudah banyak terjadi, kerugian yang diderita
Guide To Doing Business on The Internet, New
York: Addison-Wesley Developers Press. 2000, hal. pun tak terhitung banyaknya. Creative America
138. sebuah koalisi industry media dan industry
5
Viriginia Montecino, “Copyright and
Internet”, http://wwmason.gmu.edu/montecin, 1996, hiburan di Amerika Serikat memperkirakan
hal. 2 dalam Yusran Isnaini, “Hak Cipta dan
Tantangannya di Era Cyber Space”, Jakarta: Ghalia
6
Indonesia, 2008, hal. 1 Ibid.

100
sedikitnya 140.000 pekerjaan hilang karena pelanggaran hak cipta bahkan para pendiri situs
adanya tindakan pembajakan sebagaimana juga tersebut sampai ditahan karena dijerat dengan
Asosiasi Musik International (International pasal pidana hak cipta.11Di Indonesia,
Federation of Phonographic Industry – IFPI) pelanggaran terhadap karya digital khususnya
melaporkan lebih dari 1 juta pekerjaan bisa praktik download illegal sudah banyak
terancam hilang dari industry kreatif di Eropa meresahkan kalangan seniman di industry
pada tahun 2015 apabila kegiatan pembajakan music. Dalam sebuah diskusi publik bertema
tidak dihentikan.7 Di bidang cybercrime, “Penyelamatan Musik Indonesia di Era
kerugian financial pun sangat besar. Pada tahun Digital”, Dharma Oratmangun, Ketua Umum
2003 saja, kerugian yang disebabkan malicious Yayasan Karya Cipta Indonesia mengatakan
8 9
software mencapai 17 juta Dolar Amerika. bahwa “sudah saatnya kita semua para
Pada tahun 2007, diperkirakan pemasukan dari seniman, industry, pemerintah, dan masyarakat
cybercrime mencapai lebih dari 100 juta Dolar menghentikan illegal download, karena secara
Amerika lebih cepat dari perdagangan obat ekonomi merugikan kita semua serta merusak
illegal untuk pertama karya bangsa Indonesia yang tak mau disebut
kalinya.10Megaupload.com salah satu situs sebagai bangsa pembajak karya cipta”.12
berbagi file sampai harus ditutup oleh
Terhadap banyaknya pelanggaran yang
Pemerintah Amerika Serikat karena
terjadi atas karya digital tentu bukan hanya
7
Jenna Wortham, “Will Netflix Cure Movie kerugian secara materi yang diderita tetapi bisa
Privacy?”, NYT Blogs, 28 April 2011, dalam Ernst
and Young , “Intellectual Property in a Digital
saja mengakibatkan pencipta kehilangan hasrat
World: The Challenge and Opportunities in Media untuk berekspresi karena merasa tidak ada
and Entertaiment”, Global Media & Entertaiment
Center, 2011. wadah perlindungan bagi karya-karya mereka
8
Malicious Software (Malware) merupakan
sehingga efek dominonya bisa menghambat
software yang dapat mengontrol penuh computer
seseorang sesuai dengan keinginan pencipta pada perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh
malware tersebut. Malware dapat berupa virus,
worm, Trojan, spyware (software pencuri informasi) karenanya dibutuhkan sarana perlindungan baik
dan lain-lain. Kerugian yang terjadi bermacam- secara teknologi maupun perlindungan hukum
macam mulai dari mengubah nama pengarang dari
dokumen yang ada sampai melakukan control
penuh atas computer tanpa kita sadari. Tersedia Indonesia sudah memiliki peraturan
pada: www.seas.ucla.edu/security/malware.html. terhadap perlindungan Hak Cipta yang tertuang
9
“CRS Report for Congress on the Economic
Impact of Cyber-Attacks”, April 2004, Page 10, dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tersedia pada:
(UUHC), yang mana pada Pasal 2 menyebutkan
http://www.cisco.com/warp/public/779/govtaffairs/i
mages/CRS_Cyber_Attacks.pdf.
10 11
O’Connell, “Cyber-Crime hits $ 100 Billion City Media Law Project staff, “United States
in 2007, ITU News related to ITU Corporate v. Megaupload Limited”, tersedia pada:
Strategy”, 17.10.2007, tersedia http://www.citmedialaw.org/threats/united-states-v-
pada:http://www.ibls.com/internet_law_news_portal megaupload-limited, diakses pada 19 Oktober 2015,
_view_prn.aspx?s=latestnews&id=1882, dalam pukul 05.16 WIB.
12
International Telecomunication Union, http://tekno.kompas.com/read/xml/2012/07/0
“Understanding Cybercrime: A Guide For 918230275/Stop.Download.Ilegal.Musik.Anak.Nege
Developing Countries”, 2009. ri, diakses pada 27 Oktober 2015, pukul 21.00 WIB.

101
bahwa Pencipta atau pemegang Hak Cipta dituangkan dalam Digital Millennium
memiliki hak eksklusif untuk mengumumkan Copyright Act (DMCA). DMCA merupakan
atau memperbanyak ciptaannya dan yang produk Undang-Undang Amerika Serikat yang
timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan diterbitkan dan ditandatangani oleh Kongres
dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan dan Presiden Bill Clinton pada Oktober
menurut peraturan perundang-undangan yang 199814.Dalam pidato pengesahan DMCA,
berlaku. Namun UUHC belum mengatur secara Clinton menyatakan “Undang-Undang ini akan
detail mengenai pelaksanaan perlindungan memperluas perlindungan karya cipta di era
karya cipta di ranah digital. Dalam penjelasan digital dan menjaga fair use dan batasan
umum tentang pengumuman disebutkan tanggung jawab terhadap penyedia layanan
internet sebagai salah satu media untuk komunikasi”15.Saat ini DMCA digunakan
pengumuman sehingga suatu Ciptaan dapat sebagai dasar hukum pengaturan hak cipta
dibaca, didengar, atau dilihat orang lain namun karya digital yang diterapkan pada beberapa
tidak dijelaskan mengenai detail karya-karya situs seperti, Yahoo, Google, maupun
yang beredar maupun kegiatan pengumuman YouTube. Dalam praktiknya, Internet Service
yang dimaksud dalam internet sehingga ketika Provider wajib menghilangkan/men-takedown
terjadi pelanggaran di ranah digital karya yang diduga melanggar hak cipta
penyelesaiannya akan cukup panjang. sepanjang ada pemberitahuan dan bukti-bukti
Pengakuan hak cipta terhadap karya digital dari pemegang hak cipta/pihak-pihak yang
dapat dilihat Undang-Undang Nomor 11 Tahun berkepentingan bahwa karya dimaksud telah
2008 tentang Informasi dan Transaksi melanggar hak cipta. Dengan melakukan hal
Elektronik dalam Pasal 25 menyebutkan bahwa tersebut maka pemilik situs atau Internet
informasi dan atau dokumen elektronik yang Service Provider dapat lepas dari tuduhan
disusun menjadi karya intelektual dilindungi pelanggaran hak cipta.16
sebagai hak kekayaan intelektual namun juga
tidak ada penjelasan lebih mengenai karya
14
Muhammad Djumhana, “Perkembangan
intelektual yang dimaksud dalam informasi Doktrin dan Teori Perlindungan Hak Kekayaan
elektronik karena memang focus dari undang- Intelektual”, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006,
hal. 60.
15
undang ini bukanlah penegakan hukum hak Kutipan pernyataan Presiden Bill Clinton,
Office of the President’s Press Secretary, The White
cipta melainkan pada keamanan dan kepastian
House, October 12,1998 tersedia pada:
hukum pada penyelenggaraan teknologi ftp://ftp.aimnet.com/pub/users/carroll/law/copyright/
h2281- res.txt dalam Robert N. Diotalevi, Esq.,
informasi.13 LL.M, “The Digital Millennium Copyright Act”,
Online Journal of Distance Learning Administration,
Amerika Serikat telah memiliki Volume I, Number IV, Winter1998 State University
pengaturan terkait karya digital yang of West Georgia, Distance Education.
16
DMCA Section 512 huruf ‘‘(C) upon
13
Pasal 4 huruf e Undang-Undang Nomor 11 notification of claimed infringement as described in
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi paragraph (3), responds expeditiously to remove, or
Elektronik. disable access to, the material that is claimed to be

102
Perkembangan teknologi internet yang Penelitian hukum normatif17 atau penelitian
terus meningkat tentunya mengakibatkan hukum kepustakaan yaitu penelitian hukum
peredaran karya digital semakin pesat pula dan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan
permasalahan mengenai hak cipta karya digital pustaka atau data sekunder. Penelitian ini
menjadi semakin ramai diperdebatkan. Untuk bersifat preskriptif18 karena penelitian ini
dapat mengetahui dan memahami permasalahan ditujukan untuk mendapatkan saran-saran
terhadap karya cipta digital yang terjadi maka mengenai apa yang harus dilakukan untuk
penting untuk mengetahui terlebih dahulu mengatasi masalah-masalah tertentu, khususnya
landasan hukum yang mengatur tentang hal perlindungan terhadap karya cipta digital.
tersebut. Oleh karenanya maka penelitian ini Pendekatan penelitian menggunakan
akan berusaha mengkaji pengaturan pendekatan yaitu “statute approach”,dan
perlindungan karya cipta digital di Indonesia “comparative approach ”, karena penelitian ini
dan melakukan perbandingan dengan ketentuan akan memfokuskan pada perbandingan hukum
perlindungan hak cipta digital di Amerika ketentuan perlindungan teknologi atas karya
Serikat dan mengkaji penegakan hukum karya cipta digital menurut Undang-Undang Nomor
cipta digital di Indonesia dan di Amerika dalam 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta Indonesia dan
putusan di pengadilan. Tujuan penelitian ini Digital Millennium Copyright Act tahun 1996
adalah untuk menganalisis perbedaan Amerika Serikat dan menganalisa putusan yang
perlindungan hukum terhadap karya cipta terkait, melalui langkah-langkah
digital di Indonesia dan Amerika Serikat. mengumpulkan, mensistematisasi serta
mengklasifikasi bahan-bahan hukum berupa
bahan hukum primer dan sekunder.
METODE

Metode penelitian yang digunakan


adalah menggunakan metode penelitian hukum
normatif yang merupakan penelusuran bahan
kepustakaan, yaitu mengkaji perbedaan HASIL PEMBAHASAN
perbandingan hukum ketentuan perlindungan
A. Tinjauan Umum tentang Hak Cipta dan
teknologi atas karya cipta digital menurut
Sarana Kontrol Teknologi
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang
1. Konvensi Internasional Hak Cipta.
Hak Cipta Indonesia dan Digital Millennium
Copyright Act tahun 1996 Amerika Serikat.
17
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,
Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
cet. 10,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007),
infringing or to be the subject of infringing activity”. hlm. 13-14
(secara cepat menghilangkan atau menonaktifkan
akses pada material yang didiuga melanggar ketika 18
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian
klaim pemberitahuan adanya pelanggaran hak cipta Hukum, (Jakarta : UI Press, 2010) h.10
diberitahukan)

103
Seiring dengan globalisasi perdagangan dikenal dengan Konvensi Berne ,
yang kian kompleks dan riskan, masyarakat ditandatangani di Berne, Swiss. Konvensi ini
internasional sepakat untuk membentuk suatu merupakan hasil dari kompromi 2 (dua) sistem
sumber hukum internasional yang berfungsi yang ada antara Inggris sebagai negara besar
sebagai “code of conduct atau aturan main” dari sistem Common Law, sedangkan Perancis
untuk melegalisasi, melegitimasi dan dan Jerman sebagai negara besar dari sistem
menjustifikasikan transaksi komersial Hukum Sipil (Civil Law) serta beberapa negara
masyarakat global. lainnya. Konvensi ini telah mengalami
Berdasarkan Pasal 38 Piagam beberapa kali revisi, yaitu di Berlin 1908, Roma
Mahkamah Internasional yang tercantum dalam 1928, Brussels 1967 dan terakhir di Paris 1971.
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa tertanggal Menurut catatan Sekretariat Konvensi Berne
26 Juni 1945, sumber-sumber hukum yang dipegang oleh World Intellectual Property
internasional terdiri atas: (1) Perjanjian Organization (WIPO), sampai 1 Januari 1989,
Internasional; (2) Kebiasaan Internasional; (3) peserta Konvensi Berne berjumlah 81 (delapan
Prinsip Hukum Umum; (4) Keputusan puluh satu) negara. Indonesia melalui
Pengadilan dan ajaran para sarjana yang paling Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997
terkemuka.19 Biasanya beberapa negara duduk tanggal 7 Mei 1997 telah meratifikasi Konvensi
bersama untuk membicarakan dan mengatur Berne tersebut.20
tentang hal-hal yang perlu juga diatur melewati Konvensi Berne adalah konvensi
batas-batas negara, hasil dari pembicaraan internasional yang menjadi dasar peletak
tersebut berbentuk suatu konvensi, yang perlindungan hak cipta. Objek Pengaturan dari
mencakup juga pengertian perjanjian Konvensi ini adalah ekspresi dari karya cipta
internasional secara umum. Istilah konvensi dan karya seni yang mencakup produksi di
digunakan untuk perjanjian multilateral yang bidang sastra, ilmu pengetahuan dan bidang
melibatkan banyak negara. Pemberlakuan seni, apapun yang dapat berupa contoh atau
kesepakatan konvensi bagi negara yang tidak bentuk dari ekspresi tersebut.21 Konvensi ini
hadir dalam pertemuan dilakukan dengan juga mengakui bahwa hak cipta dapat
ratifikasi. Adapun beberapa konvensi
internasional tentang hak cipta adalah sebagai
berikut:
1.1. Konvensi Bern 1886
20
Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah,
International Convention for the Op. Cit, hal.52-51.
21
Protection Literary and Artistic Work atau Pasal 2 ayat 1 Berne Convention mengatur
tentang Karya-karya yang dilindungi, yaitu1. Karya-
karya cipta; seni dan sastra; 2. Syarat fiksasi yang
mungkin; 3. Karya-karya cipta turunan; 4. Naskah-
19
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Naskah; 5. Koleksi-Koleksi; 6.
“Pengantar Hukum Internasional”, Bandung: Pusat Kewajiban untuk melindungi; perlindungan ahli
Studi Hukum Wawasan Nusantara, Hukum dan waris; 7. Karya-karya cipta seni terapan dan desain-
Pembangunan dan PT. Alumni, 2003, hal. 114-115. desain industri; 8. Berita.

104
menerbitkan hak moral22 dan hak ekonomi yang pertunjukan (pasal 10). Kemudian Hak
wajib dilindungi oleh peserta konvensi. produser rekaman suara yakni hak reproduksi
1.2. World Intellectual Property (Pasal 11), hak distribusi (pasal 12), hak
Organization Performances and penyewaan (pasal 13), hak untuk menyediakan
Phonograms Treaty 1996 (WPPT) rekaman suara (pasal 14). Indonesia telah resmi
Merupakan traktat khusus yang mengikatkan dirinya sebagai peserta WPPT
mengatur perlindungan atas hak-hak pelaku dan melalui Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun
produser rekaman suara. Pembentukan traktat 2004 tanggal 10 September 2004.
ini dilatarbelakangi oleh adanya pengaruh yang 1.3. World Intellectual Property
kuat dari perkembangan dan penggabungan Organization Copyrights Treaty 1996
teknologi informasi dan komunikasi terhadap (WCT).
pembuatan dan penggunaan karya pertunjukan Pada hakikatnya WCT adalah
dan karya rekaman suara serta keinginan untuk perjanjian khusus yang dimaksud oleh pasal 20
menjaga keseimbangan antara kepentingan para Berne Convention. Pembentukan traktat ini
pelaku dan kepentingan para produser rekaman dilatarbelakangi oleh keinginan negara-negara
suara serta kepentingan umum yang lebih besar, peserta untuk mengembangkan dan memelihara
khususnya pendidikan, penelitian dan akses perlindungan atas hak-hak Pencipta atas karya-
terhadap informasi23. karya sastra dan karya seni mereka dengan cara
Perlindungan yang diberikan oleh yang seefektif dan seseragam mungkin,
WPPT ditujukan bagi pelaku dan produser mengingat kebutuhan untuk memelihara suatu
rekaman suara yang berasal dari negara peserta keseimbangan antara hak-hak pencipta dan
lain, dimana warga negara peserta lain tersebut kepentingan umum yang lebih besar, khususnya
harus diperlakukan selayaknya warga dalam bidang pendidikan, penelitian dan akses
negaranya sendiri (dikenal sebagai asas terhadap informasi, sebagaimana yang
national treatment). Hak-Hak pelaku yang tercermin dalam Berne Convention24. Sebagai
diatur dalam konvensi ini antara lain: hak moral negara peserta WIPO, Indonesia juga
(pasal 5), hak ekonomi dalam pertunjukan yang mengikutsertakan dirinya dalam WCT sejak
tidak direkam (pasal 6), hak reproduksi (pasal tanggal 7 Mei 1997 melalui Keputusan
7), hak distribusi (pasal 8), hak penyewaan Presiden Nomor 19 Tahun 199725.
(pasal 9), hak menyediakan rekaman Terkait dengan perkembangan
teknologi digital, WCT mengatur mengenai
22 bis
Pasal 6 Berne Convention menyatakan
bahwa dengan hak moral tersebut seorang pencipta
kewajiban memberikan perlindungan dan
berhak untuk mengklaim kepemilikan atas ciptaan
24
tersebut dan mengajukan keberatan atas distorsi, Mengenai hal ini tercantum dalam paragraf
mutilasi atau modifikasi atau tindakan-tindakan atas ke 5 dalam prambule WCT “recognizing the need to
karya cipta tersebut yang merugikan kehormatan maintain a balance between the rights of authors
dan reputasinya, juga sebagai sarana ganti rugi, hak and the larger public interest, particularly
moral bahkan berlaku pula setelah hak ekonomi education, research and acces to information, as
beralih. reflected in the Berne Convention.
23 25
Paragraf Pembuka WPPT. Abdul Bari Azed, Op. Cit, hal. 490.

105
penyelesaian hukum yang efektif atas Pada tanggal 2 November 1994 melalui
pengabaian langkah-langkah sarana kontrol Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994
26
teknologi (Pasal 11) dan perlindungan Indonesia telah meratifikasi perjanjian tentang
mengenai informasi manajemen (Pasal 12)27. pengesahan Agreement Establishing the World
Sehubungan dengan perkembangan Trade Organization (Persetujuan Pembentukan
teknologi digital, UUHC telah mengakomodasi Organisasi Perdagangan Dunia), pengesahan
perkembangan terakhir berdasarkan WCT yang perjanjian tersebut mencakup pula persetujuan
memberikan penambahan konsepsi baru, yakni: tentang TRIPS yang mewajibkan negara-negara
(i) perlindungan atas keberadaan informasi WTO untuk melindungi HKI dan/atau memiliki
manajemen tentang ciptaan (copyright perundang-undangan di bidang HKI apabila
information manajemen) dalam rangka negara anggota belum memilikinya.
perlindungan hak moral atau retribusi terhadap TRIPS bertujuan untuk mengurangi
ciptaan; dan (ii) perlindungan atas keberadaan gangguan dan halangan atas perdagangan
sarana kontrol teknologi (technological internasional dan mempromosikan
protection measures) dalam rangka pembatasan perlindungan yang efektif dan layak atas hak
pengumuman dan/atau perbanyakan jumlah kekayaan intelektual, serta menjamin bahwa
ciptaan kepada publik (making available to tindakan dan prosedur untuk menegakkan hak
public)28. kekayaan intelektual itu tidak menjadi
1.4. Trade Related Aspects of Intellectual penghalang bagi perdagangan yang sah.29
Property Rights (TRIPS). Konsekuensi dari ratifikasinya TRIPS negara
peserta harus mengharmonisasikan peraturan
26
Pasal 11 WCT: “Contracting Parties shall yang melindungi komoditas perdagangan HKI.
provide adequate legal protection and effective legal
remedies against the circumvention of effective Ketentuan mengenai Hak Cipta secara khusus
technological measures that are used by authors in diatur pada bagian II Pasal 9 – Pasal 14
connection with the exercise of their right under this
Treaty or the Berne Convention and that restrict perjanjian TRIPS. Pengaturan Hak Cipta dalam
acts, in respect of their works, which are not
authorized by the authors concerned or pemitted by TRIPS masih terkait dengan Konvensi Bern,
law”. terbukti dalam Pasal 9 menyatakan bahwa
27
Pasal 12 WCT: “Contracting Parties shall
provide adequate and effective legal remedies Peserta TRIPS diharuskan mematuhi Pasal 1
against any person knowingly performing any of the
following acts knowing, or with respect to civil sampai Pasal 21 Konvensi Bern 1971, namun
remedies having reasonable gorunds to know, that it
will induce, enable, facilitate or conceal an
infringement of any right covered by this treaty or
the Berne Convention: i). to remove or alter any 29
electronic rights management information without Sebagaimana tercantum dalam Paragraf
authority; ii). To distribute, import for distribution, Pembuka TRIPS: “Desiring to reduce distortions
broadcast or communicate to the public. Without and impediments to international trade, and taking
authority, works or copies of works knowing that into account the need to promote effective and
electronic rights management information has been adequate protection of intellectual property rights,
removed or altered without authority. and to ensure that measures and procedures to
28
Edmon Makarim, “Tanggung Jawab Hukum enforce intellectual property rights do not
Penyelenggara Sistem Elektronik”, Jakarta: PT. themselves become barriers to legitimate trade”.
RajaGrafindo Persada, 2010, hal. 290.

106
mengenai Pasal 6bis30peserta tidak diwajibkan Dari pengertian hak cipta tersebut
untuk memberikan pengaturan. diatas, terdapat istilah-istilah yang perlu
2. Tinjauan Umum Hak Cipta diperhatikan terkait dalam Hak Cipta, yaitu:
Hak cipta merupakan penamaan dari 1. Hak Eksklusif; suatu hak yang khusus
sebuah hak seorang Pencipta atas Ciptaannya hanya dimiliki oleh pencipta. Isi hak itu
atau beberapa orang Pencipta atas Ciptaan adalah hak untuk mengumumkan (right to
mereka. Ia merupakan hubungan antara subjek publish atau right to perform) dan
(Pencipta) dengan objek (Ciptaan)31. memperbanyak (right to copy)
Pada era hukum Statute of Anne tahun ciptaannya.34
1710 di Inggris, terminologi hak cipta 2. Pencipta; seorang atau beberapa orang
(copyright) merupakan perlindungan hak secara bersama-sama yang atas
eksklusif pengarang terbatas untuk inspirasinya melahirkan suatu ciptaan
memperbanyak karya literatur atau buku-buku berdasarkan kemampuan pikiran,
ciptaannya32. Sekarang ini hak cipta memiliki imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau
ruang lingkup yang lebih besar, bukan hanya keahlian yang dituangkan kedalam bentuk
literature, karya artistic, dan karya musical, yang khas dan bersifat pribadi.
namun juga karya arsitektur, program computer 3. Ciptaan; hasil setiap karya pencipta yang
dan juga data base33. menunjukkan keasliannya dalam lapangan
Menurut Undang-Undang Hak Cipta ilmu pengetahuan, seni dan sastra.
No 28 Tahun 2014 pengertian Hak Cipta adalah 4. Mengumumkan; suatu tindakan
sebagai berikut: pembacaan, penyiaran, pameran,
“Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta penjualan, pengedaran, atau penyebaran
yang timbul secara otomatis berdasarkan suatu ciptaan dengan menggunakan alat
prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan apapun, termasuk media internet, atau
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa melakukan dengan cara apapun sehingga
mengurangi pembatasan sesuai dengan suatu ciptaan dapat dibaca, didengar atau
ketentuan peraturan perundang-undangan” dilihat orang lain.
5. Memperbanyak; suatu tindakan melakukan
penambahan jumlah sesuatu ciptaan, baik
30
Pasal 6bis adalah Pasal dalam Konvensi secara keseluruhan maupun bagian yang
Bern yang memberikan perlindungan hak moral
kepada pencipta: “Moral Rights: 1). To claim sangat substansial dengan menggunakan
authorship; to object to certain modifications and
derogatory actions; 2). After the author’s death; 3).
bahan-bahan yang sama ataupun tidak
Means or redress”. sama, termasuk mengalih wujudkan secara
31
Agus Sardjono, “Hak Cipta dalam Desain
Grafis”, Jakarta: Yellow Dot Publishing, 2008, hal. permanen atau temporer.
7
32
Craig Joyce, Copyright Law,hal 15-16.
33
Untuk lebih jelasnya lihat dalam Pasal 12
ayat (1) UUHC dan lihat juga dalam Pasal 102 huruf
34
(a) Copyright Law of the United States. Ibid, hal. 8

107
Definisi yang diberikan WIPO mengumumkan atau memperbanyak hasil
mengenai hak cipta adalah “a legal term used ciptaannya tersebut;
to describe the rights that creators have over 3) Dalam melaksanakan hak yang bersifat
their literary and artistic works. Works covered khusus ini, baik pencipta, pemegang hak
by copyright range from books, music, cipta, maupun orang lain yang telah diberi
paintings, sculpture and films, to computer izin untuk mengumumkan atau
programs, databases, advertisements, maps memperbanyak ciptaannya tadi harus
and technical drawings.”35 dilakukan menurut peraturan perundang-
Menurut pasal 1 butir 1 Undang-undang Hak undangan yang berlaku, yang merupakan
Cipta nomor 28 tahun 2014: pembatasan-pembatasan tertentu;
“Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta 4) Hak cipta tersebut dianggap sebagai benda
yang timbul secara otomatis berdasarkan bergerak yang bersifat immaterial yang
prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan dapat beralih atau dialihkan kepada orang
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa lain, baik untuk seluruh maupun sebagian.
mengurangi pembatasan sesuai dengan Dari uraian-uraian tersebut dapat
ketentuan peraturan perundang-undangan” diketahui, bahwa Hak Cipta itu tidaklah hanya
Apabila bunyi pasal tersebut dijelaskan mengenai hak saja, akan tetapi dalam Hak Cipta
lebih lanjut, maka terungkap pengertian dan itu tersimpul pula kewajiban sebagaimana dapat
36
sifat hak cipta itu, yakni: kita ketahui dari kalimat “...sesuai dengan
1) Hak cipta itu merupakan hak yang bersifat ketentuan peraturan perundang-undangan”37
khusus, istimewa dan eksklusif (exclusive
4. Digital Rights Management
rights) yang diberikan kepada pencipta atau
Pada dasarnya Digital Rights
pemegang hak cipta. Dengan hak yang
Management (DRM) terkait dengan isu
bersifat khusus ini berarti tidak ada orang
perlindungan karya/ciptaan digital. Dalam teks
lain yang boleh menggunakan hak tersebut,
Konvensi WIPO Copyright Treaty dan WIPO
kecuali dengan izin pencipta atau pemegang
Phonograms and Performer Treaty sendiri tidak
hak cipta yang bersangkutan;
ada digunakan pengertian DRM. Tetapi fungsi
2) Hak yang bersifat khusus, tunggal atau
perlindungan teknologi atas karya digital
monopoli tadi meliputi hak pencipta atau
tercakup dalam pengertian Technological
pemegang hak cipta untuk mengumumkan
Protection Measures dan Right Management
ciptaannya, memperbanyak ciptaannya, dan
Information, dalam pasal-pasal WCT/WPPT.
memberi izin kepada orang lain untuk
Technological Protections Measures (TPM)
atau Sarana Kontrol Teknologi secara luas
35
WIPO, Copyright (online),
dapat dikelompokkan menjadi dua kategori:
http://www.wipo.int/copyright/en/, (26 Maret 2014)
36
Usman Rachmadi, Hukum Hak Atas
37
Kekayaan Intelektual, P.T. ALUMNI, Bandung, Simorangkir J.C.T, Hak Cipta, Djambatan,
2003, hlm. 87 Jakarta, 1973, hlm. 23

108
pertama, proteksi yang digunakan untuk menyediakan informasi yang dimaksud,
membatasi akses ke konten yang dilindungi sehingga nantinya data dan informasi yang
untuk pengguna yang berwenang untuk akses telah melekat pada ciptaan bisa diidentifikasi.
tersebut (access function). Kontrol akses ini
5. Teknik Perlindungan Ciptaan Digital
meliputi teknik misalnya, kriptografi, password,
dan tanda tangan digital yang memproteksi Salah satu bentuk perlindungan terkait
akses ke informasi dan konten yang dilindungi. dengan DRM adalah teknik watermarking39.
Watermarking merupakan suatu bentuk dari
Fungsi kedua dari TPM adalah
Steganography (Ilmu yang mempelajari
bertujuan untuk mengendalikan penggunaan
bagaimana menyembunyikan suatu data pada
konten yang dilindungi begitu pengguna
data yang lain), dalam mempelajari teknik-
memiliki akses atas ciptaan (control function).
teknik bagaimana penyimpanan suatu data
Biasanya, perjanjian lisensi muncul pada saat
(digital) ke dalam data host digital yang lain
akses ciptaan yang menentukan apakah
(Istilah host digunakan untuk data/sinyal digital
penggunaan tertentu konten yang terproteksi
yang ditumpangi.). Watermarking (tanda air)
atau dimungkinkan untuk tujuan tertentu.
ini agak berbeda dengan tanda air pada uang
Untuk memastikan bahwa kewajiban ini
kertas. Tanda air pada uang kertas masih dapat
dipenuhi dan tidak ada tindakan reproduksi atau
kelihatan oleh mata telanjang manusia
perbanyakan secara tidak sah dibuat, tindakan
(mungkin dalam posisi kertas yang tertentu),
proteksi ini termasuk tindakan untuk melacak
tetapi watermarking pada media digital disini
(tracking) dan mengendalikan tindakan
dimaksudkan tak akan dirasakan kehadirannya
reproduksi sehingga mencegah pengguna dari
oleh manusia tanpa alat bantu mesin pengolah
melebihi hak yang diberikan. Contoh tindakan
digital seperti komputer, dan sejenisnya.
pengendalian salinan tersebut adalah serial
copy management systems untuk audio rekaman Steganography berbeda dengan
perangkat digital, dan sistem scrambling untuk cryptography, letak perbedaannya adalah hasil
DVD yang mencegah pihak ketiga melakukan keluarannya. Hasil dari cryptography biasanya
perbanyakan tanpa otorisasi38. berupa data yang berbeda dari bentuk aslinya
dan biasanya datanya seolah-olah berantakan
Rights Management Information (RMI)
(tetapi dapat dikembalikan ke bentuk semula)
adalah merupakan informasi atau identitas dari
sedangkan hasil keluaran dari steganography
suatu produk digital, dimana informasi
ini memiliki bentuk persepsi yang sama dengan
mengenai pencipta, ciptaan dan hal-hal yang
bentuk aslinya, tentunya persepsi disini oleh
relevan atas ciptaan digital dilekatkan kepada
indera manusia, tetapi tidak oleh komputer atau
ciptaan digital. Biasanya RMI menggunakan
39
teknik watermarking dan steganography dalam Penjelasan mengenai watermarking diambil
dari tulisan : Suhono H. Supangkat, Kuspriyanto,
Juanda, “Watermarking sebagai Teknik
38
http://www.wipo.int/enforcement/en/faq/tech Penyembunyian Label Hak Cipta pada Data Digital”
nological/faq03.html ,Jurnal Teknik Elektro (Vol.6, No.3, 2000) 1-2

109
perangkat pengolah digital lainnya. 3. Annotation/caption; watermarking hanya
Watermarking ini memanfaatkan digunakan sebagai keterangan tentang data
kekurangan-kekurangan sistem indera manusia digital itu sendiri.
seperti mata dan telinga. Dengan adanya 4. Copyright-Labeling; watermarking dapat
kekurangan inilah, metode watermarking ini digunakan sebagai metoda untuk
dapat diterapkan pada berbagai media digital. menyembunyikan label hak cipta pada data
digital sebagai bukti otentik kepemilikan
Jadi watermarking merupakan suatu
karya digital tersebut
cara untuk penyembunyian atau penanaman
Dalam menerapkan sistem
data/informasi tertentu (baik hanya berupa
perlindungan atas karya digital hendaknya
catatan umum maupun rahasia) ke dalam suatu
selain mempertimbangkan faktor keamanan,
data digital lainnya, tetapi tidak diketahui
hendaknya faktor kenyamanan (convenience)
kehadirannya oleh indera manusia (indera
dan kinerja dari ciptaan digital tersebut
penglihatan atau indera pendengaran), dan
diperhatikan, sebagaimana diungkapkan oleh
mampu menghadapi proses-proses pengolahan
Perry41 :
sinyal digital sampai pada tahap tertentu.
Strong encryption techniques can slow down
Watermarking sebagai suatu teknik
circumvention, however strong encryption has
penyembunyian data pada data digital lain its own drawbacks. RMI, whether for a music
dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan file or text, which has been encrypted with
strong techniques will typically take more
seperti40: processing time to handle, thus requiring more
powerful chips or greater allocation of
1. Tamper-proofing; watermarking resources for rapid access than more weakly
digunakan sebagai alat untuk encrypted versions. Some techniques require
authentication from a remote site, which can be
mengidentifikasikan atau alat indikator
inconvenient for users. In other words, there is
yang menunjukkan data digital (host) telah a balance required between three primary
mengalami perubahan dari aslinya. concerns of user digital materials: security,
convenience, and performance. There is also a
2. Feature location; menggunakan metode balance that needs to be struck between
watermarking sebagai alat untuk security and privacy regarding how much
information about a user a content provider
identifikasi isi dari data digital pada lokasi-
should require
lokasi tertentu, seperti contohnya
Dari keterangan di atas tampak bahwa
penamaan objek tertentu dari beberapa
perlindungan teknologi atas karya digitalpun
objek yang lain pada suatu citra digital.
tidak bisa secara ketat diterapkan tanpa
memperhatikan kepentingan-kepentingan lain,

41
Mark Perry, The Protection of Rights
40 Management Information : Modernization or Cup
W. Bender, D. Gruhl, N. Morimoto, A. Lu,
“Techniquesfor Data Hiding”, IBM System Journal, Half full?, dapat diakses melalui :
(Vol. 35, 1996), 2 http://www.irwinlaw.com/content/assets/content-
commons/666/CCDA%2010%20Perry.pdf

110
selain kepentingan komersialisasi ciptaan, Perlindungan teknologi atas karya cipta
diantaranya kepentingan akses terhadap diatur di dalam Ketentuan Undang-Undang Hak
informasi, privasi dan penggunaan yang wajar Cipta No 28 tahun 2014 di dalam beberapa
(legitimate) pasal, yaitu pasal 52 dan 53, dan aapbila
dibandingkan dengan DMCA Amerika Serikat
B. Perbandingan Pengaturan Sarana
tergambar pada Tabel di bawah ini
Kontrol Teknologi dalam UUHC 2014 dan
DMCA

Perbandingan Ketentuan Sarana Kontrol Teknologi dalam DMCA dan UUHC


Rumusan TPM dalam DMCA Rumusan TPM di dalam
Pasal 120142 UUHC Pasal 52
1201.a.1 Pasal 52
No person shall circumvent a Setiap Orang dilarang merusak,
technological measure that effectively memusnahkan, menghilangkan, atau
controls access to a work protected membuat tidak berfungsi sarana
under this title. The prohibition kontrol teknologi yang digunakan
contained in the preceding sentence shall sebagai pelindung Ciptaan atau produk
take effect at the end of the 2-year period Hak Terkait serta pengaman Hak Cipta
beginning on the date of the enactment of atau Hak Terkait, kecuali untuk
this chapter. kepentingan pertahanan dan
1201.b.1 keamanan negara, serta sebab lain
(1)No person shall manufacture, import, sesuai dengan ketentuan peraturan
offer to the public, provide, or perundang-undangan, atau
otherwise traffic in any technology, diperjanjikan lain.
product, service, device, component, or
part thereof, that— (Penjelasan) Pasal 52
(A) is primarily designed or produced Yang dimaksud dengan "sarana kontrol
for the purpose of circumventing teknologi" adalah setiap teknologi,
protection afforded by a technological perangkat, atau komponen yang
measure that effectively protects a right of dirancang untuk mencegah atau
a copyright owner under this title in a membatasi tindakan yang tidak
work or a portion thereof; diizinkan oleh Pencipta, Pemegang Hak
(B) has only limited commercially Cipta, pemilik Hak Terkait, dan/atau yang
significant purpose or use other than to dilarang oleh peraturan perundang-
circumvent protection afforded by a undangan.
technological measure that effectively
protects a right of a copyright owner under (Penjelasan) Pasal 53
this title in a work or a portion thereof; or Ayat (1) Yang dimaksud dengan "sarana
(C) is marketed by that person or another produksi dan/atau penyimpanan data
acting in concert with that person with berbasis teknologi informasi dan/atau
that person’s knowledge for use in teknologi tinggi" antara lain cakram
circumventing protection afforded by a optik, server, komputasi awan (cloud),
technological measure that effectively kode rahasia, password, barcode, serial
protects a right of a copyright owner under number, teknologi deskripsi
this title in a work or a portion thereof. (decryption), dan enkripsi (encryption)
(2)As used in this subsection— yang digunakan untuk melindungi
(A) to “circumvent protection afforded by Ciptaan.

42
Digital Millenium Copyright Act, Publ.L.No 105-304, 112 Stat. 2860,2861, 1998 (DMCA)

111
a technological measure” means avoiding,
bypassing, removing, deactivating, or
otherwise impairing a technological
measure; and
(B) a technological measure “effectively
protects a right of a copyright owner under
this title” if the measure, in the ordinary
course of its operation, prevents,
restricts, or otherwise limits the exercise
of a right of a copyright owner under this
title.

43
Dari tabel di atas tampak terdapat Ricketson dan Ginsburg berpendapat
beberapa perbedaan dari kedua ketentuan bahwa yang dimaksud dengan “ adequate legal
Sarana Kontrol Teknologi (Technological protection and effective legal remedies” pada
Protection Measures/TPM). pasal 11 WCT adalah bahwa aturan yang
Analisa diterapkan di negara penandatangan perjanjian
1. Pelarangan Importasi Alat yang terkait dengan anti circumvention adalah
Digunakan untuk Merusak Sarana Kontrol adequate apabila aturan tersebut tidak hanya
Teknologi memproteksi pencipta dari perbuatan
Sebelum membahas lebih lanjut perusakan, pembobolan (circumvention) atas
mengenai perbedaan terkait adanya pelarangan sarana teknologi yang digunakan oleh pencipta
importasi alat yang digunakan untuk merusak dalam menggunakan haknya, dengan tanpa izin
saran kontrol teknologi, pelarangan ini atau dengan melanggar hukum, tetapi harus ada
merupakan bagian dari apa yang dinamakan peraturan yang melarang tindakan “preparatory
sebagai “preparatory acts”. Awal dari acts”, sebagaimana disebutkan :
munculnya pengaturan pelarangan ini terkait
“ An interpretation that disfavor effective
dengan penafsiran pemberian perlindungan protection against circumvention by limiting
hukum yang efektif dan memadai yang the prohibited conduct to the sole act of
circumvention, rather than encompassing the
diamanatkan dalam Konvensi WCT 1996 bagi
provision of device as well, would be
negara penandatangan. Perlindungan hukum inconsistent with art.11 direction that member
yang efektif dan memadai disini terkait dengan States “ shall provide adequate legal protection
and effective legal remedies against the
harus adanya ketentuan yang mengatur circumvention”
perlindungan ciptaan atas perusakan sarana
Tindakan memproduksi, mengimpor,
kontrol teknologi yang digunakan sebagai
mendistribusikan alat yang digunakan untuk
proteksi karya digital.
merusak, membobol sarana kontrol teknologi
(preparatory acts) harus juga dilarang, karena

43
S.Ricketson and J.C Ginsburg, International
Copyright and Neighboring Rights, (Oxford, Oxford
University Press,2006), 977

112
ada keterkaitan antara tersedianya alat/sarana Praktik pengaturan RMI di Amerika
yang digunakan untuk tindakan pembobolan Serikat, pada pasal 1202 DMCA (Digital
dengan tindakan pembobolan itu sendiri, Millennium Copyright Act) ternyata tidak
sehingga perlindungannya bisa dikatakan mengatur larangan atas prepatory acts terkait
efektif, sebagaimana diungkapkan oleh Ficsor44 dengan RMI (dalam DMCA disebut sebagai
: Copyright Management Information)45. Apabila
Amerika Serikat konsisten dengan penafsiran
“Nevertheless, it is still possible to provide and
remedies. For this, it should be taken into “adequate protection and effective legal
account that, in view of the complexity of remedies”, maka aturan anti circumvention
technology involved, in most cases, acts of
pada DMCA seharusnya tidak saja mengatur
circumvention may only be performed after the
necessary circumvention device or service has perbuatan yang dilarang tetapi juga mengatur
been acquired….Thus, the possible way of pelarangan peredaran alat yang digunakan
providing protection and remedies required by
the Treaty is stopping unauthorized acts of dalam perbuatan yang dilarang.
circumvention by cutting the supply line of
illicit circumvention devices and services Dari praktik legislasi yang ada, tampak
through prohibiting the manufacture, bahwa penafsiran adequate and effective legal
importation and distribution of such devices
remedies bisa ditafsirkan secara fleksibel sesuai
and the offering such devices (the so-called
preparatory activities)” dengan kebutuhan negara penandatangan WIPO

Tindakan produksi, importasi, Treaties. Pengaturan ketentuan baik dalam

distribusi atas device yang khusus dimaksudkan Sarana Kontrol Teknologi maupun dalam

untuk mengubah dan menghilangkan Sarana Informasi Manajemen Hak Pencipta, selain

Kontrol tidak diatur secara jelas dalam secara jelas mengatur kualifikasi perbuatan

konvensi WCT dan WPPT. Sebagaimana yang dilarang dan sanksi yang diterapkan,

pendapat Ricketson, Ginsburg dan Ficsor sebaiknya juga mengatur secara rinci

bahwa terminologi adequate and effective legal pembatasan dan perkecualian (limitation and

remedies, mengandung pengertian bahwa exemptions) atas pelarangan tersebut, sehingga

aturan yang memadai dan efektif tidak saja pelaksanaan pengaturan anti circumvention bisa

mengatur pelarangan tindakan circumvention berjalan secara efektif.

semata, tetapi termasuk pada tindakan Apabila dilihat rumusan pasal 1201.b1
pelarangan atas alat, sarana atau device yang DMCA AS secara tegas mengatur pelarangan
digunakan dalam melakukan circumvention, tindakan importasi barang atau alat yang fungsi
dan penafsiran ini berlaku juga pada ketentuan (utamanya) adalah untuk merusak atau
yang mengatur tentang RMI baik dalam WCT membuat tidak berfungsinya sarana kontrol
maupun WPPT. teknologi ciptaan, selain juga tindakan

45
Matt Williams, “Congress Should Amend
44
M. Ficsor,Guide to the Copyright and the Copyright Act to Protect Transactional
Related Rights Treaties Administered by WIPO Watermarks”, Berkeley Technology Law Journal
(Geneva, WIPO publication No.891 (E), 2003), 217 (Volume 23, No 1367, Fall 2008), 9-10

113
merusaknya (anti-circumvention) sendiri juga 2. Penggunaan 4 faktor dalam menilai tujuan
dilarang. Hal ini berbeda dengan UUHC pasal dan penggunaan karya cipta : UUHC tidak
52 yang hanya melarang tindakan merusak menyebutkan kualifikasi bagaimana suatu
sarana kontrol teknologi tanpa ada aturan bagi tindakan penggunaan ciptaan
pelarangan tindakan importasi anti dikualifikasikan sebagai fair use sebagai
circumvention device UUHC A.S
2. Pengaturan Fair Use terkait Sarana 3. Penggunaan lambang negara : UUHC
Kontrol Teknologi Tidak Diatur Secara Indonesia telah mengatur pembolehan
Jelas. tindakan menyalin simbol resmi atau
Baik pada Ketentuan Hak Cipta di lambang negara dan lagu kebangsaan
Amerika Serikat maupun Indonesia memiliki sebagai bentuk tindakan fair use, tetapi hal
beberapa persamaan dalam pengaturan prinsip ini tidak diatur dalam UUHC A.S.
Fair Use dan Fair Dealing. Persamaan tersebut
Dari uraian di atas dapat diketahui
dapat disarikan sebagai berikut:
bahwa pengaturan tentang doktrin fair use di
1. Baik UUHC Amerika Serikat maupun Amerika Serikat lebih lengkap dari apa yang
Indonesia mengatur fair use dengan diatur di Indonesia, pengaturan yang lebih
pengkategorian bagaimana ciptaan tersebut lengkap dan detil ini bisa memberikan
digunakan dan untuk tujuan tertentu, yang kepastian hukum yang lebih kepada pengguna
kesemuanya mengacu pada Konvensi Berne ciptaa. Kepastian hukum yang dimaksud
2. Kesamaan dalam pengaturan fair use untuk manakala suatu tindakan perbanyakan,
kepentingan pendidikan, kritik dan pengumuman atau penggunaan tanpa izin oleh
pengetahuan pengguna ciptaan dikatakan termasuk tindakan
Selain adanya kesamaan pengaturan fair use atau tidak menjadi lebih jelas.
antara UUHC Amerika Serikat dan Indonesia
Tantangan yang muncul sekarang
tentang Fair Use, terdapat pula beberapa
adalah bagaimana konsep fair use/fair dealing
perbedaan pengaturan pada masing-masing
tersebut bila dihadapkan pada konteks ciptaan
UUHC Indonesia dan Amerika Serikat, yang
digital, teknologi internet dan perkembangan
dapat dijelaskan sebagai berikut :
teknologi yang ada. Setidaknya ada beberapa
1. Penggunaan ciptaan untuk Parodi : UUHC hal yang menarik untuk dicermati bagaimana
Indonesia tidak mengatur secara eksplisit konteks DRM bersinggungan dengan konsep
penggunaan bagian penting (bagian inti) dari fair use/fair dealing.
karya cipta orang lain untuk kepentingan
1. Teknologi bisa mengidentifikasi
parodi. Ini berbeda dengan UUHC Amerika
penggunaan dalam ciptaan dan mampu
serikat yang telah mengaturnya pada section
mencegah penggunaan ciptaan kecuali
107.
penggunaan tersebut mendapatkan

114
persetujuan. Jadi meskipun hal itu Apabila ketentuan yang diatur dalam
digunakan untuk kepentingan non UUHC terkait dengan prinsip fair dealing/fair
komersial, tetap harus mendapatkan use ini dikaitkan dengan perkembangan
persetujuan46. teknologi yang ada, maka setidaknya harus
2. Membahayakan first sale doctrine, dimana mengakomodasi berbagai bentuk penggunaan,
tidak ada keleluasaan bagi pengguna untuk pemanfaatan, dan eksploitasi ciptaan yang tidak
misalnya meminjamkan ciptaan, terbatas hanya pada terminologi perbanyakan
memberikan ciptaan kepada orang lain, dan pengumuman semata. Seperti halnya ada
membuat copy/salinan atas ciptaan karena persyaratan yang ketat bahwa “ dengan syarat
hal tersebut tidak dimungkinkan karena sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan”
proteksi teknologi pada ciptaan. agar suatu penggunaan ciptaan dapat
3. Dalam hal ciptaan yang sudah menjadi dikualifikasikan dengan fair dealing dalam
public domain,47 tetapi karena proses konteks teknologi digital, timbul persoalan
digitalisasi dan pengubahan sifat ciptaan tentang bagaimana, dengan cara apa, dengan
tersebut menjadi digital disertai dengan media apa suatu sumber tersebut dicantumkan
proteksi teknologi yang ada, maka public atau disebutkan menjadi masalah yang pelik.
domain works yang seharusnya dapat Dalam hal perubahan karya arsitektur, dan
digunakan atau dimanfaatkan secara bebas, pembuatan salinan cadangan program komputer
menjadi terbatas karena sarana proteksi misalnya tidak tepat rasanya bila syarat
teknologi. pencantuman tersebut tetap dipenuhi.48
Penerapan konsep fair use/fair dealing
Perlunya keseimbangan pengaturan
terkait perkembangan teknologi menjadi
dalam mengakomodasi kepentingan pencipta
tantangan tersendiri bagi perumusan nilai
dan kepentingan publik, pengguna atas ciptaan
keseimbangan antara hak-hak pencipta,
menjadi tantangan tersendiri khususnya dalam
pemegang hak cipta dalam memproteksi
mengantisipasi perkembangan teknologi digital
ciptaan dan komersialisasinya dengan
dan internet yang ada. Konsep fair use/fair
kepentingan pengguna, tujuan penggunaan non-
dealing itu yang tertuang hendaknya bisa secara
komersial, riset, pendidikan dan kepentingan
fleksibel dirumuskan dan diterjemahkan tanpa
yang diperbolehkan sesuai dengan konsep fair
mengorbankan kepentingan komersialisasi
use/fair dealing.
ciptaan dari Pencipta atau Pemegang Hak
Cipta, sebagai respons positif atas

46
perkembangan bentuk perbanyakan,
Yu Lin Chang, “Looking for Zero-Sum or
Win-Win Outcomes : A Game Theoritical Analysis pengumuman dan penggunaan ciptaan akibat
of the Fair Use Debate”, International Journal of
perkembangan teknologi yang ada.
Law and Information Technology,
(Vol.16,No.2,2008) 5
47
James Boyle, The Public Domain: Enclosing
48
the Commons of the Mind (Yale University Press, Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak
2008) 76,88,104. Moral, (Rajawali Press, 2011) h.326

115
PENUTUP sengketa, seperti mediasi dan alternatif
Kesimpulan penyelesaian sengketa yang lain.
1. Baik dalam UU No 28 tahun 2014 tentang
Hak Cipta dan Digital Millenium Copyright DAFTAR PUSTAKA
Act 1998, kedua ketentuan tersebut telah
Agus Sardjono, (2008) “Hak Cipta dalam
mengatur perlindungan ciptaan terkait
Desain Grafis”, Jakarta: Yellow Dot
penggunaan Sarana Kontrol teknologi. Publishing
Namun demikian, terdapat perbedaan Boyle, James, (2008) The Public Domain:
dalam hal pelarangan importasi, produksi Enclosing the Commons of the Mind
(Yale University Press, 2008)
dan pemasaran alat (device) yang
digunakan untuk merusak Sarana Kontrol Chang, Yu Lin (2008) “Looking for Zero-Sum
or Win-Win Outcomes: A Game
Teknologi, dimana di dalam UUHC tahun Theoretical Analysis of the Fair Use
2014 tidak diatur. Debate”, International Journal of Law
and Information Technology, (Vol.16,
2. Perbedaan kedua, UUHC tidak mengatur No.2, 2008)
secara lengkap klasifikasi pengecualian dari
Craig Joyce, et.al, (2016), “Copyright Law”,
pelanggaran terkait Sarana Kontrol Carolina Academic Press, Tenth Edition
Teknologi; seperti penggunaan oleh
Edmon Makarim, (2010) “Tanggung Jawab
perpustakaan, penelitian dan hal lain seperti Hukum Penyelenggara Sistem
dalam DMCA. UUHC hanya mengatur Elektronik”, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
dengan frasa “selama tidak menyalahi
ketentuan perundang-undangan” yang Ernst and Young, (2011), “Intellectual Property
in a Digital World: The Challenge and
masih mungkin bisa ditafsirkan secara luas Opportunities in Media and
Saran Entertainment”, Global Media &
Entertainment Center.
1. Perlu pengaturan lebih rinci tentang
pengecualian (fair use) dalam UUHC 2014, Ficsor, Mihaly, (2003), Guide to the Copyright
and Related Rights Treaties
khususnya terkait pembobolan sarana Administered by WIPO (Geneva, WIPO
kontrol teknologi baik dari sisi tujuannya publication No.891 (E),

(tidak untuk kepentingan komersial) dan Litman, Jessica (2002) “Digital Copyright and
dari sisi pelarangan tindakan importasi, the Progress of Science, Joint
Conference on Digital Libraries 2002”,
distribusi dan pemasaran alat yang Portland, Oregon, USA
digunakan untuk merusak Sarana Kontrol
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes,
teknologi. (2003) “Pengantar Hukum
2. Penyelesaian sengketa terkait perusakan Internasional”, Bandung: Pusat Studi
Hukum Wawasan Nusantara, Hukum dan
Sarana Kontrol Teknologi hendaknya tidak Pembangunan dan PT. Alumni.
saja ditempuh melalui litigasi (pidana atau
Muhammad Djumhana, (2006),
perdata) tetapi juga memungkinkan “Perkembangan Doktrin dan Teori
digunakan metode alternatif penyelesaian Perlindungan Hak Kekayaan

116
Intelektual”, Bandung: PT. Citra Aditya Technology Law Journal (Volume 23,
Bakti, 2006 No 1367, Fall 2008)

Ricketson, S and J.C Ginsburg, (2006), Wortham, Jenna, (2011), “Will Netflix Cure
International Copyright and Neighboring Movie Privacy?” NYT Blogs
Rights, Oxford University Press,
Yusran Isnaini, (2008), “Hak Cipta dan
Robert N. Diotalevi, Esq., LL.M, (1998), “The Tantangannya di Era Cyber Space”,
Digital Millennium Copyright Act”, Jakarta: Ghalia Indonesia
Online Journal of Distance Learning
Administration, Volume I, Number IV, Undang-Undang dan Konvensi
Winter 1998 State University of West
Undang-undang nomor 28 tahun 2014 tentang
Georgia, Distance Education.
Hak Cipta
WIPO Copyright Treaty 1996
Simorangkir J.C.T, (1973), Hak Cipta,
WIPO Performer and Phonogram Treaty 1996
Djambatan, Jakarta
Berne Convention 1886
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, (2007), Digital Millenium Copyright Act, 1997
Trade Related Aspects of Intellectual Property
Penelitian Hukum Normatif Suatu
Rights, 1994
Tinjauan Singkat, cet. 10, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada Internet
City Media Law Project staff, “United States v.
________________, (2010), Pengantar Megaupload Limited”, tersedia pada:
Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, http://www.citmedialaw.org/threats/unite
2010) d-states-v-megaupload-limited,

Suhono H. Supangkat, Kuspriyanto, Juanda, Digital Millennium Copyright Act, Publ.L.No


(2000) “Watermarking sebagai Teknik 105-304, 112 Stat. 2860,2861, 1998 (DMCA)
Penyembunyian Label Hak Cipta pada
Data Digital”, Jurnal Teknik Elektro Ferdinandus, 2014, Pengertian Open Source,
(Vol.6, No.3) http://www.academia.edu/5433924/PEN
GERTIAN_OPEN_SOURCE , 20 April
Thomas J. Smedinghoff, (2000) “Copyright in 2015
Digital Information”, Online Law the
SPA’s Legal Guide to Doing Business on http://my.news.yahoo.com/mobile-phones-lead-
The Internet, New York: Addison- internet-growth-151104526.html,
Wesley Developers Press. http://tekno.kompas.com/read/xml/2012/
07/0918230275/Stop.Download.Ilegal.M
Usman Rachmadi, (2003), Hukum Hak Atas usik.Anak.Negeri,.
Kekayaan Intelektual, P.T. ALUMNI,
Bandung http://www.jagatreview.com/2015/05/bolt-
hanya-pelaku-unlock-yang-akan-diadili-
Virginia Montecino, (1996) “Copyright and bukan-pengguna/
Internet”,
http://wwmason.gmu.edu/montecin, Mark Perry, The Protection of Rights
Management Information:
W. Bender, D. Gruhl, N. Morimoto, A. Lu, Modernization or Cup Half full? dapat
(1996), “Techniques for Data Hiding”, diakses melalui:
IBM System Journal, (Vol. 35, 1996) http://www.irwinlaw.com/content/assets/
content-
Williams, Matt, (2008) “Congress Should commons/666/CCDA%2010%20Perry.p
Amend the Copyright Act to Protect df
Transactional Watermarks”, Berkeley

117
O’Connell, “Cyber-Crime hits $ 100 Billion in
2007, ITU News related to ITU
Corporate Strategy”, 17.10.2007,
tersedia pada:
http://www.ibls.com/internet_law_news_
portal_view_prn.aspx?s=latestnews&id=
1882, dalam International
Telecommunication Union,
“Understanding Cybercrime: A Guide
For Developing Countries”, 2009.

Selvie Sinaga, http://wikidpr.org/news/kompas-


sore-catatan-uu-hak-cipta-oleh-selvie-
sinagahttp://tekno.kompas.com/read/201
1/10/28/16534635/Naik.13.Juta...Penggu
na.Internet.Indonesia.55.Juta Orang

CRS Report for Congress on the Economic


Impact of Cyber-Attacks, April 2004,
Page 10, tersedia pada:
http://www.cisco.com/warp/public/779/g
ovtaffairs/images/CRS_Cyber_Attacks.p
df

118
119

Anda mungkin juga menyukai