Anda di halaman 1dari 14

TINDAKAN THE PIRATE BAY DALAM MELANGGAR HAK

CIPTA SEBAGAI SUATU BENTUK KEJAHATAN CYBER


DITINJAU DARI INTERNATIONAL CONVENTION
CYBER CRIME TAHUN 2001 DAN BERNE
CONVENTION TAHUN 1886

SKRIPSI

Oleh:

ARIN KURNIA LISTYANI


NRP: 120115209

PROGRAM KEKHUSUSAN INTERNATIONAL


PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SURABAYA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Informasi dan teknologi bersumber kepada komputer sudah menjadi

bagian yang dominan di dalam kehidupan masyarakat modern yang tidak dapat

dipisahkan, melalui perangkat komputer dapat menghubungkan tanpa melihat

batasan dan ruangan. Di dalam Era internet menghilangkan jarak dalam

melakukan hubungan atau sosial interaksi dimana menjadikan yang jauh semakin

dekat. Macam-macam informasi menjadi mungkin dengan bantuan dari kemajuan

teknologi. Perangkat komputer memiliki bermacam-macam sisi yang dimana

selalu terdapat memiliki sisi positif dan negatif.

Kejahatan di dalam hak cipta saat ini sudah berkembang amat pesat di

Indonesia dan di dunia Internasional. Saat ini kejahatan akan pembajakan timbul

karena kehilangan identitas dan tingkat kreatifitas yang rendah dimiliki oleh

masyarakat, di sisi lain faktor ekonomi dapat juga menjadi alasan primer bagi

masyarakat saat ini.,Pernyataan demikian seakan tidak terbantahkan. Pada era

sekarang dengan berkembangnya era digital dan internet yang terjadi seperti saat

ini, banyak kita jumpai hampir setiap hari bahkan kita jumpai perihal pembajakan.

Dapat kita lihat di dalam di mall, swalayan, pasar tradisional Di setiap

daerah pembajakan menghiasi berbagai pusat perbelanjaan, ada yang di mall,

swalayan, pasar tradisional bahkan saat ini di era digital terdapat sebuah market

yang disebut dengan E-Commerce. Dengan hal tersebut membuat kerugian yang

1
2

cukup parah bagi pemilik hasil karya cipta tersebut. Pencipta itu sendiri sejak awal

dari karya itu diciptakan dan dibuat sudah melekat berbagai macam hak padanya

yang dimana antara lain hak ekonomi dan hak moral secara otomatis melekat. Hak

ekonomi itu sendiri merupakan hak yang dimiliki pencipta dari sebuah karya guna

mendapatkan hasil dan keuntungan akan karya cipta yang diciptakannya, dimana

dapat berupa uang yang biasanya disebut royalti. Royalti Pemberian royalti

kepada pencipta harus sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati antara

pemilik ciptaan tersebut dengan pihak yang menggunakan ciptaan tersebut.

Munculnya pembajakan akan karya cipta menyebabkan pencipta tak lagi dapat

merasakan royalti yang dimana semestinya merupakan hak yang dimilikinya.

Kekayaan intelektual merupakan hak atas segala hasil produksi kecerdasan

daya pikir, Seseorang yang mampu menghasilkan kekayaan intelektual diberikan

hak yang disebut oleh Hak Kekayaan Intelektual atau Intellectual Property Right.

Namun tidak semua orang mendapatkan dan mampu mempekerjakan otak (Nalar,

Rasio, Intelektual) secara maksimal, sehingga tak semua orang pula dapat

menghasilkan Hak Kekayaan Intelektual. Itu pula sebabnya hasil kerja otak yang

membutuhkan Hak Kekayaan Intelektual itu bersifat eksklusif.

Di era globalisasi, komputer menjadi bagian yang penting di dalam

kehidupan manusia saat ini, daya kembang dan perkembangan akan komputerisasi

di berbagai negara telah dipacu secara cepat dan pesat sehingga menjadikan

komputer dan internet sebagai infrastruktur dan atau jembatan yang

menghubungkan antara telekomunikasi dan informasi yang berbasis komputer. Di

samping hal tersebut, perkembangan internet sesungguhnya merupakan


3

penggabungan jaringan-jaringan komputer (a network of network link computers)

menjadi indikator terukur yang menjadi dasar rujukkan dalam menilai bentuk

sistem telematika, elektronik yang bertumbuh cepat dan semakin mutakhir berkat

bantuan dari internet.

Teknologi informasi saat ini memegang peran yang penting, baik di masa

kini maupun masa yang akan datang. Teknologi informasi diyakini membawa

keuntungan dan kepentingan yang besar bagi negara-negara di dunia. Setidaknya

ada 2 (dua) hal yang membuat teknologi informasi dianggap begitu penting dalam

memacu pertumbuhan ekonomi dunia. Pertama, teknologi informasi mendorong

permintaan atas produk-produk teknologi informasi itu sendiri, seperti komputer,

modem, sarana untuk membuat jaringan internet dan sebagainya. Kedua, adalah

memudahkan transaksi bisnis terutama bisnis keuangan di samping bisnis-bisnis

umum lainnya (Raharjo, 2002) Bagai dua bilah mata pedang, perkembangan

teknologi informasi yang berbasis komputer dan internet juga turut membawa

dampak negatif. Ruang-ruang maya menjadi tempat yang subur bagi

perkembangan kejahatan, bahkan sampai melahirkan jenis-jenis kejahatan ke

bentuk yang baru dan juga mutakhir.

Perkembangan teknologi jaringan komputer global atau internet

menciptakan dunia baru yang dinamakan cyberspace. Cyberspace, sebuah dunia

berbasis komputer (Computer mediated communication) ini menawarkan realitas

baru, yaitu realitas visual. Terjadinya perkembangan yang terjadi di era ini

membawa perubahan yang amat sangat besar dan mendasar pada tatanan sosial

dan budaya dalam skala global Di dalam Cyberspace inilah kejahatan-kejahatan


4

dengan bentuk yang baru lahir berkembang menjadi kejahatan siber

(Cybercrime). Kejahatan Cyber atau Cybercrime pada dasarnya yang merupakan

imbas dari kemajuan teknologi yang telah mengubah kebiasaan masyarakat yang

pada awalnya bersifat konvensional menjadi sebuah kebiasaan yang lebih bersifat

modern atau dapat disebut high technology society. Perubahan kebiasaan ini telah

menghasilkan suatu kejahatan dengan penggunaan alat elektronik sebagai media

kejahatan. Faktor utama yang menyebabkan peralihan kebiasaan tersebut adalah

adanya perkembangan teknologi informasi yang berpadu dengan media

komunikasi berteknologi komputer, yang kemudian menghasilkan suatu piranti

baru yaitu Internet (Labib, 2005)

Beberapa tinjauan pustaka menjelaskan bahwasanya Cybercrime sering

diidentikkan sebagai Computer crime. Menurut the U. S Departement of Justice,

Computer crime sebagai: “Any Ilegal, unethical or unauthorized behavior

inovlving automatic data processing and/or transmition data in 2008, Hollywood

and the media industry file a lawsuit against the men behind the site”. Sebuah

kalimat pembuka film dokumenter TPB AFK: The Pirate Bay-Away From

keyboard. Ketika penulis menyaksikan film ini penulis berkeinginan untuk

membuat tulisan mengenai situs berbagai data (File Sharing) mengisahkan

perjalanan dan proses hukum yang dijalani ketiga orang pendiri The Pirate Bay.

Sebagai sebuah search engine website, The Pirate Bay dianggap turut andil

melakukan tindak pidana cyber atas pelanggaran hak kekayaan intelektual (hak

cipta).
5

Pada tahun 2000, para ahli hukum telematika internasional yang tergabung

dalam The Consortium for Research on Information Security and Policy (CRISP)

mengajukan usulan pada PBB mengenai konvensi internasional yang mengatur

tentang perlindungan secara internasional dari kejahatan telematika. Di tahun

2008, International Telecommunication Union (ITU), salah satu badan PBB,

membentuk The Global Cyber Security Agenda, dimana salah satu tujuan

utamanya adalah mempromosikan kerjasama internasional dalam mengantisipasi

dan menangani kejahatan telematika secara teknis. Sementara itu, ITU juga

mendukung proposal mengenai Draft International Convention to Enhance

Protection from Cyber Crime and Terrorism yang diajukan oleh CRISP.

The Pirate Bay merupakan website yang menyediakan magnet link dan

beberapa arsip-arsip torrent, memfasilitasi untuk berbagi data secara peer-to-peer

melalui protokol BitTorrent. The Pirate Bay merupakan direkotori torrent yang

sering dikunjungi dilaman internet. Peran dari The Pirate Bay itu sendiri banyak

dianggap sebagai pembajakan akan hak intelektual yang dibajaknya melakui situs

ini.

Setelah situs ini beroperasi sekitar 3 tahun, tepatnya di akhir Mei 2006

polisi Swedia tindakan kepada The Pirate Bay. Pada tanggal 31 Januari 2008

sendiri Jaksa Swedia telah melayangkan tuntutan terhadap Fredrik Neij,Gottfrid

Syartholm dan Peter Sunder yang merupakan motor dari situs; dan Carl

Lundstrom, seorang investor yang berasal dari Swedia yang melalui bisnisnya

menjual jasa ke situs tersebut.


6

Selain hal tersebut yang di munculkan dari secara terus menerus dengan

adanya penjualan karya seseorang dan penjualan aplikasi yang telah ditemukan

seseorang yang diperdagangkan secara bebas dengan menggunakan sistem

Cracking dimana yang semula pemilik dari aplikasi tersebut mendapatkan Hak

Ekonomis terhadap ciptaannya tentunya tindakan yang dilakukan secara terus

menerus dilakukan oleh pihak lembaga atau situs The Pirate-Bay adalah masalah

tidak mencantumkan Copy Right dari sebuah penjualan sebuah aplikasi yang

dilakukan oleh The Pirate Bay. Dimana adanya perlindungan di dalam ketentuan

Artikel 27 ayat 2 yang menyatakan bahwa “Everyone has the right to the

protection of the moral and material interest from any scientific, literary or

artistic production of which he is the author”, namun hingga saat ini walaupun

Founder atau pemilik dari The Pirate Bay telah di tahan oleh Swedia tapi tetap

saja pelanggaran terus menerus dilakukan olehnya.

Dikaitkan dengan Menurut pendapat I Wayan Parthiana dalam Pengantar

Hukum Internasional (1990) Subyek Hukum Internasional adalah pemegang atau

pendukung hak dan kewajiban menurut hukum internasional.

Secara umum, yang dipandang sebagai subjek hukum adalah:

1. Individu atau orang-perorangan atau disebut juga dengan pribadi alamiah,

yakni orang atau individu yang karena sifat alamiah dan sosialnya, dengan

sendirinya berstatus subjek hukum.

2. Badan hukum atau disebut juga sebagai pribadi hukum (legal person,

rechtspersoon), yaitu suatu badan atau lembaga yang sengaja dibuat atau

didirikan untuk suatu tujuan tertentu dan diberikan status sebagai subjek
7

hukum sehingga dapat mengadakan hubungan-hubungan hukum dan

memikul hak dan kewajiban hukum secara mandiri, terpisah dari hak dan

kewajiban hukum secara mandiri, terpisah dari hak dan kewajiban hukum

dari para anggotanya

Dalam skandal TPB, Pengadilan Swedia menggunakan beberapa pasal

yang merupakan implementasi dari Copyright Directive. Hukum penal Swedia

terkait hak kekayaan intelektual diatur pada Act on Copyright in Literary and

Artistic Works (ACLAW). Hukum penal tersebut menjadi pedoman pengadilan

Swedia untuk mengadili 4 pionir The Pirate Bay. Melalui Pasal 1, 2, 46, 53, 57 of

the Copyright Act keempat aktor dibalik perkasanya The Pirate Bay dijatuhi

hukuman denda dan badan masing-masing. Pada pasal 2 yang juga merupakan

adopsi Pasal 1-4 terutama Pasal 3 dari Copyright Directive Uni Eropa

menginterpretasikan secara jelas situs The Pirate Bay sebagai pelaku

penyalahgunaan hak kekayaan intelektual dimana situs seperti The Pirate Bay

bukanlah pemegang atau right holder dari konten-konten yang beredar melalui

situs tersebut akan tetapi “making available to the public”, sehingga posisi The

Pirate Bay jelas sebagai penyedia konten ilegal. Selain itu, pada pasal 53

ACLAW tertuang sanksi bagi pelaku pelanggaran hak kekayaan intelektual yang

juga selaras dengan pasal 8 dari Copyright Directive Uni Eropa mengenai sanksi

yang wajib diberikan oleh member state kepada pelaku.

Dengan berpedoman pada pengertian subjek hukum pada umumnya, maka

dengan mudah dapat dirumuskan tentang apa yang disebut dengan subjek hukum

internasional. Dalam arti yang sebenarnya subjek hukum internasional adalah


8

pemegang (segala) hak dan kewajiban menurut hukum internasional. Kalau mau

subjek hukum internasional demikian dapat kita sebut subjek hukum internasional

penuh. Tentunya hal ini menarik untuk diteliti lebih lanjut di skripsi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebagaimana yang disebutkan di atas menarik untuk

dibahas dalam skripsi dengan permasalahan : Apakah tindakan Fredrik Neij

sebagai penyedia jaringan berbagi data dapat dikatakan sebagai pelanggaran hak

cipta internasional dan dapat dikatakan cybercrime ditinjau dari konvensi hukum

internasional ?

1.3 Alasan Pemilihan Judul

Proposal penulisan skripsi berjudul “ TINDAKAN THE PIRATE BAY

DALAM MELANGGAR HAK CIPTA SEBAGAI SUATU BENTUK

KEJAHATAN CYBER DITINJAU DARI INTERNATIONAL CONVENTION

CYBER CRIME TAHUN 2001 DAN BERNE CONVENTION TAHUN 1886 “

dipilih dengan alasan karena pada permasalahan tersebut terdapat suatu tindakan

yang diduga sebagai pelanggaran hak cipta dan kejahatan siber dimana

menyebabkan kerugian bagi pemilik hak cipta

1.4 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut:
9

1. Untuk mengetahui aspek-aspek kasus The Pirate Bay yang merupakan

kajian hukum internasional.

2. Untuk menemukan kaitan antara The Pirate Bay sebagai situs penyedia

jaringan berbagi data dan pelanggaran hak cipta yang dikategorikan

sebagai bentuk kejahatan siber (cybercrime)

1.5 Metodologi Penulisan

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian dalam penyusunan skripsi ini yang digunakan adalah tipe

penelitian yuridis normatif yaitu penelitian yang menggunakan bahan hukum serta

studi kepustakaan dengan mengacu pada International Convvention On Cyber

Crime tahun 2001 dan Berne Convention tahun 1886

2. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam skripsi ini menggunakan metode pendekatan

Statute Approach yaitu pendekatan terhadap masalah yang terlebih dahulu

mengidentifikasi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia dan yang sesuai serta terkait dengan pokok permasalahan yang dikaji.

Selain itu juga digunakan metode Conceptual Approach yakni pendekatan yang

dilakukan dengan menggunakan literatur serta pendapat para sarjana yang

digunakan sebagai landasan pendukung berdasarkan pada konsep-konsep yang

berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.


10

3. Bahan Hukum

Bahan Hukum yang digunakan dalam penulisan ini terdiri dari bahan

hukum primer dan bahan hukum sekunder.

a. Bahan Hukum Primer yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat terhadap

objek permasalahan yang dikaji, yakni International Convention on Cyber

Crime tahun 2001 dan Berne Convention tahun 1886 serta peraturan

perundang-undangan lainnya yang relevan dengan objek permasalahan

yang dikaji.

b. Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan hukum yang digunakan dalam hal

menunjang bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan

memahami bahan hukum primer, yaitu berupa literatur-literatur, pendapat

sarjana maupun karya ilmiah para sarjana lainnya yang relevan dengan

objek permasalahan yang dikaji.

4. Langkah Penelitian.

Langkah awal pengumpulan bahan hukum dalam penulisan skripsi ini ini

adalah melalui studi kepustakaan dengan mengambil semua bahan hukum yang

terkait dengan permasalahan, kemudian dilakukan klasifikasi bahan hukum yang

berkaitan dengan pokok permasalahan dan selanjutnya bahan hukum tersebut

disusun dengan sistematis agar lebih mudah dipahami.

Langkah pembahasan dilakukan dengan menggunakan penalaran yang

bersifat deduktif yang berarti diawali dari pengetahuan hukum yang bersifat

umum yang diperoleh dari Konvensi Internasional, peraturan perundang-

undangan, dan literatur, yang kemudian diimplementasikan pada permasalahan


11

yang ada sehingga diperoleh jawaban dari permasalahan pokok yang bersifat

khusus. Pembahasan selanjutnya digunakan penafsiran sistematis dalam arti

mengkaitkan pengertian antara peraturan perundang-undangan yang ada serta

pendapat para sarjana.

1.6. Pertanggungjawaban Sistematika

Untuk mendapatkan gambaran secara singkat atau pemaparan lebih lanjut

mengenai penulisan karya ilmiah ini maka penulis akan menyampaikan garis-garis

besarnya yang terdiri dari lima bab. Setiap bab terdiri dari bagian-bagian yang

disusun menurut urutan pembahasan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan yang memuat Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian yang terdiri atas; Manfaat Teoritis

dan Manfaat Praktis, serta Sistematika Penulisan.

Bab II memuat tinjauan teoritis dari sumber-sumber yang relevan dengan

pembahasan yang akan diteliti penulis. Tinjauan pustaka ini berupa penjelasan

mengenai teknologi informasi, cybercrime yang terdiri atas; pengistilahan

cybercrime, ruang lingkup dan bentuknya, serta hal mengenai Hak Kekayaan

Intelektual berupa; sejarah dan perkembangannya, ruang lingkupnya, juga

instrumen hukum yang mengaturnya. Pada bab ini juga menjelaskan tinjauan

terhadap situs The Pirate Bay, serta gambaran umum mengenai metode berbagi

data (file sharing) melalui komputer dan jaringan internet.


12

Bab III Analisis mengenai The Pirate Bay sebagai objek kajian hukum

internasional. Serta studi kasus The Pirate Bay sebagai situs yang melakukan

pelanggaran hak atas kekayaan intelektual sebagai bentuk cybercrime.

Bab IV Penutup, memuat kesimpulan dari bab-bab terdahulu dan juga

uraian singkat mengenai pokok-pokok analisis dari permasalahan yang ada, serta

saran-saran yang dianggap perlu atas permasalahan tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

C. McQuade, Samuel. (2009). Encyclopedia of Cybercrime. Wetport,


Connecticut: Greenwood Press.

Ciampa, Mark. (2009). Security, Guide to Network Security Fundamentals. Third


Edition. Canada: Cengage Learning.

Joost Smiers & Marieke Van Schijndel. (2012). Dunia Tanpa Hak Cipta. Sleman:
INSISTpress.

Kadir, Abdul. (2004). Dasar Pemrograman Web Dinamis Menggunakan PHP.


Yogyakarta: Andi.

Larsson, Stevan. (2013). Methaphors, Law and Digital Phenomena: The Swedish
Pirate Bay Court. Oxford University Press.

Maskun. (2013). Kejahatan Siber (Cyber Crime): Suatu Pengantar. Jakarta:


Kencana.

Meeoleong, Flexy J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Remaja


Rosda Karya.

Syafrinaldi. (2003). Sejarah dan Teori Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual.


Almawarid Edisi IX.

Anda mungkin juga menyukai