1
Ulf/arh,”Kemenaker sebut 2,9 juta Pekerja dirumahkan dan kena PHK”,
http://www.m.cnnindonesia.com, diakses pada tanggal 4 Mei 2020, 07.00 WIB.
2
Ibid.
Salah satu cara agar tidak terjadi PHK, pengusaha dapat melakukan:
1. Pengurangan jam kerja;
Pengurangan jam kerja disini adalah buruh/pekerja masih diperlukan untuk hadir ke
tempat kerja. Bagi buruh/pekerja yang masih diperlukan hadir ke tempat kerja pengusaha
wajib memberikan perlindungan dan pencegahan penularan covid 19 dengan diberikan
misalnya masker dan hand sanitizer ataupun menfasilitasi rapid test covid gratis yang
diselenggarakan perusahaan. Pekerjaan yang dapat dilakukan di rumah bisa dikerjakan di
rumah by online. Diusahakan meminimkan untuk tetap hadi di tempat kerja.
2. Melakukan penawaran kepada pekerja/buruh dengan cuti diluar tanggungan;
Solusi ini pun bias ditempuh guna mencegah PHK, namun apabila hal ini dilakukan
kembali kepada buruh/pekerja, apakah mereka mau menerima penawaran tersebut, cuti
diluar tanggungan disini pemberian cuti oleh pengusaha namun buruh/pekerja yang
menjalani cuti tidak menerima upah seperti biasa. Hal tersebut menjadi pilihan yang sulit
bagi buruh/pekerja. Nah disini menjadi ada peran pemerintah apabila pengusaha atau
buruh/pekerja menerima tawaran ini dengan memberikan kartu prakerja bagi
buruh/pekerja.
Selain itu, Win win solusion yang ditawarkan Pemerintah dengan diterbitkannya SE Menaker
No. M/3/HK.04/III/2020 tentang Pelidungan Pekerja/Buruh dan Kelangsungan Usha Dalam
Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Covid 19 yang ditandatangani pada taygal 17 Maret
2020 ini ditujukan kepada para Gubernur di seluruh Indonesia.
SE tersebut menyebutkan bahwa;
Gubernur diminta melaksanakan pelindungan pengupahan bagi pekerja/buruh terkait Pandemo
Covid 19 serta mengupayakan pencegahan, penyebaran, dan penanganan kasus Covid 19
dilingkungan kerja. Dengan membagi 4 kategori, yaitu:
1. Bagi pekerja/buruh yang dikategorikan sebagai Orang Dalam Pemantauan (ODP) terkait
Covid 19 berdasarkan keterangan dokter sehingga tidak masuk kerja paling lama 14 hari
atau sesuai standar kemeterian kesehatan, maka upahnya dibayarkan secara penuh.
2. Bagi pekerja/buruh dala kategori suspek Covid 19 dan dikarantina/diisolasi menurut
keterangan dokter, maka upahnya dibayarkan secara penuh selama menjalani masa
karantika/isolasi.
3. Bagi pekerja/buruh yang tidak masuk kerja karena sakit Covid 19 dan dibuktikan dengan
surat keterangan dokter, maka upahnya dibayarkan sesuai peraturan perundang-
undangan.
4. Sedangkan bagi perusahaan yang melakukan pembatasan usaha akibat kebijakan
pemerintah daerah masing-masing guna pencegahan dan penanggulangan Covid 19
sehingga menyebabkan sebagian atau seluruh pekerja/buruh tidak masuk kerja, dengan
mempertimbangkan kelangsungan usaha maka perubahan besaran dan cara pembayaran
upah pekerja/buruh dilakukan sesuai dengan kesepakatn antara pekerja/buruh dengan
pengusaha.
Berkaitan dengan hal tersebut meminta Gubernur masing-masing daerah mengupayakan
pencegahan dan penanganan Covid 19.