PENDAHULUAN
Perkawinan adalah ikatan, ikatan dalam arti nyata atau tidak nyata antara
pria dengan wanita sebagai suami istri untuk tujuan membentuk keluarga, jadi
perkawinan bukan hanya sekedar bertujuan untuk memenuhi hawa nafsu, tetapi
percampuran hidup bersama sebagai suami istri yang berbentuk keluarga atau
rumah tangga yang tetap walaupun perkawinan tidak sah itu adalah perkawinan
yaitu perkawinan yang tidak sah.
1
1
Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan dalam Islam, Jakarta: Hidakarya Agung. 1956,
hlm. 1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah Perbandingan Hukum mengenai Perkawinan menurut
KUHPer dan Undang-Undang?
2. Apa sajakah Perbandingan Hukum mengenai Perkawinan menurut
agama-agama yang ada di Indonesia?
3. Apa sajakah Perbedaan Hukum Perkawinan antara Negara Indonesia
dengan Negara lain?
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat Mengetahui Perbandingan Hukum mengenai Perkawinan
menurut KUHPer dan Undang-Undang
2. Dapat Mengetahui Perbandingan Hukum mengenai Perkawinan
menurut agama-agama yang ada di Indonesia
3. Dapat Mengetahui Perbedaan Hukum Perkawinan antara Negara
Indonesia dengan Negara lain
3
BAB 2
PEMBAHASAN
“Perkawinan ialah pertalian yang sah antara seorang lelaki dan seorang
perempuan untuk waktu yang lama. UU memandang perkawinan hanya dari
hubungan keperdataan.” Pengertian diatas berdasarkan Pasal 26 KUHPer atau yang
sering kita sebut dengan Hukum BW (Burgerlijk Wetboek). Konsep perkawinan
dalam Hukum BW hanya dipandang dari segi keperdataan saja, artinya undang-
undang melihat perkawinan itu sah dan syarat-syaratnya menurut undang-undang
dipenuhi. Disini yang diperhatikan semata-mata hanya faktor yuridis (Pasal 26).
2
Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga Panduan Membangun Keluarga Sakinah Sesuai
Syariat, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2001, hlm.29
3
Muhammad Amin Suma, Kawin Beda Agama di Indonesia, Tangerang: Lentera Hati.
2015, hlm. 180
4
Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalizhan
untuk menaati perintah Allah dan melaksanakan ibadah.”4
4
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Akademika Pressindo. 1992
5
suaminya (Pasal 106 ayat 1 KUHPer)
Akibat perkawinan terhadap harta benda suami Akibat perkawinan terhadap harta benda suami
istri istri
Harta campuran bulat dalam pasal 119KUHPer, Menurut Pasal 35 UU No. 1 tahun 1974, yaitu:
harta benda yang diperoleh sepanjang
Harta bersama dalah harta benda yang
perkawinan menjadi harta bersama meliputi
diperoleh sepanjang perkawinan
seluruh harta perkawinan, yaitu:
Harta bawaan adalah harta yang dibawa
Harta yang sudah ada pada waktu perkawinan
masuk dalam suatu perkawinan.
Harta yang diperoleh sepanjang perkawinan
Akibat perkawinan terhadap anak keturunan Akibat perkawinan terhadap anak keturunan
Pada pasal 250 KUHPer, tiap-tiap anak yang Anak sah menurut Pasal 42 UU No. 1 tahun
dilahirkan atau ditumbuhkan sepanjang 1974, adalah anak yang dilahirkan dalam atau
perkawinan, memperoleh si suami sebagai sebagai akibat dari perkawinan yang sah.
bapaknya (tentang anak sah). Kekuasaan Kekuasaan tunggak yang ada pada masing-
kolektif yang dipegang oleh Ayah masing pihak ayah dan ibu
Akibat perkawinan yang lain Akibat perkawinan yang lain
Mengenai hubungan darah, anak terhadap Menurut UU No. 1 tahun 1974, setiap anak
ayahnya, menurut KUHPer seorang anak luar secara otomatis mempunyai hubungan darah
kawin baru mempunyai hubungan darah dengan ibunya
dengan ayahnya kalau sang ayah
mengakuinya secara sah
6
atau cucu perempuan saudara, atau antara bibi seorang dengan saudara orangtua dan antara
atau bibi orangtua dan akan laki-laki atau cucu seorang dengan saudara neneknya
laki-laki saudara (Pasal 31 KUHPer)
Kawan pezinahnya setelah diyatakan salah Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri,
karena berzinah oleh putusan hakim (Pasal 32 menantu dan ibu/bapak tiri
KUHPer)
Mereka yang memperbaruhi perkawinan Berhubungan susuan, yaitu orangtua susuan,
setelah pembubaran perkawinan terakhir jika anak susuan, saudara susuan, dan bibi/paman
belum lewat waktu 1 tahun (Pasal 33 KUHPer) susuan
7
menjadi pertapa di vihara sebagai bhikshu, sesungguhnya dalam Agama Budha
hidup berumah tangga ataupun tidak adalah sama saja.
8
3. Perkawinan menurut Agama Kristen dan Katholik
Perkawinan menurut Agama Kristen mempunyai dua pengertian, yaitu:
a. Perjanjian lama. Perkawinan diartikan sebagai gambaran dan tiruan
bimbingan Tuhan suami isteri membangkitkan menampakan
menghadiahkan cinta kasih Tuhan dalam hidup cinta mereka.
b. Perjanjian baru. Perkawinan seorang Kristen diartikan sebagai suatu
ikatan cinta kasih tetap dan taat yang menggambarkan, melahirkan
dan mewujudkan hubungan cinta kristus dengan gerejanya.
Sedangkan menurut Agama Katolik perkawinan itu adalah:
a. Menjadi tuntutan daging atau tuntutan sex supaya jangan berdosa
dianjurkan lebih baik kawin.
b. Orang yang telah bertekad dan dibantu dengan Rahmat Tuhan dan
dengan tujuan secara total mengabdikan dirinya kepada Tuhan dan
Kerajaan Allah, orang yang mau hidup perawan atau tidak kawin itu
merupakan suatu karunia istimewa dan terpuji (istilah gereja).
Dalam pandangan Agama Katolik, kawin atau tidak kawin itu tergantung
dari pada keputusan pribadi dengan motof-motif yang wajar. sedangkan menurut
Agama Kristen (bukan Katolik) pernikahan itu atas perintah Allah yang menjadikan
langit dan bumi dan yang telah menjadikan laki-laki dan perempuan. dan ini
diperkuat dalam Kitab Kejadian 218 dan juga ayat 21 sampai 24 yang dinyatakan
”tidak sebaik manusia itu seorang-orangnya bahwa aku hendak memperbuat akan
pria seorang penolong yang sejodoh dengan dia.
9
jasmani, perkawinan disyariatkan supaya manusia mempunyai keturunan dan
keluarga yang sah menuju kehidupan yang bahagia didunia dan akhirat dibawah
naungan cinta ILLAHI.
Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-
hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika
kamu takut tidak akan dapat berlaku adil maka (kawinilah) seorang saja, atau
budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalahlebih dekat kepada tidak
berbuat aniaya.”
2. Selain itu terdapat perbedaan dari segi umur pada Laki-laki yang ingin
menikah.
3. Malaysia tidak mencantumkan atau memasukkan Perjanjian perkawinan
dalam Hukum perkawinannya.
4. Meskipun Malaysia adalah bekas jajahan Inggris, tetapi dalam hal
penindakan penyimpangan Poligami dan pasangan yang berbuat Zina,
Malaysia menerapkan konsep Hukum yang lebih tegas.
10
Hal ini bisa dilihat dari sistem hukum Malaysia dan Indonesia yang berbeda,
karena Malaysia merupakan Negara bekas jajahan Inggris sedangkan Indonesia
merupakan Negara bekas jajahan Belanda. Jika dilihat dari hukum yang dibawa
oleh kedua Negara penjajah tersebut maka kita juga bisa melihat bahwa Inggris
merupakan Negara yang menganut sistem hukum Anglo saxon, yangberarti Inggris
lebih memakai Yurisprudensi untuk mengambil suatu tindakanhukum. Sedangkan
Belanda merupakan Negara yang menganut sistem hukum Eropa Kontinental, yang
berarti bahwa Belanda lebih memakai Undang-Undang untuk mengambil suatu
tindakan hukum.
Selain itu, bentuk negara, sistem pemerintahan dan sumber hukum dari
kedua negara ini berbeda sehingga dalam pengaturan hukum dan penerapan
hukumnya pun juga berbeda.
11
E. Perbandingan Perkawinan antara Negara Indonesia dengan Negara
Singapura
Negara Singapura mengatur hukum perkawinan dalam dua peraturan, yakni
Women’s Charter dan Administration of Muslim Law Act. Women’s Charter
berlaku sejak tahun 1961 yang berisikan mengenai hukum keluarga secara
keseluruhan yang mengatur warga Negara Singapura non-muslim, sementara
Administration of Muslim Law Act diberlakukan sejak tahun 1966 yang mengatur
mengenai hukum keluarga bagi warga negara yang beragama Muslim. Selain hal
tersebut, perbedaan paling mendasar yaitu sistem hukum yang dianut oleh
Indonesia adalah Civil Law dan Singapura menganut sistem hukum Common
Law, sehingga norma hukum perkawinan yang diatur pun berbeda.
12
Maka putusan ini dianggap sebagai putusan monumental dalam sejarah di
negeri ini. Sebelum adanya putusan ini, pernikahan sejenis sah untuk dilakukan di
37 negara bagian (dari total 50 negara bagian) yang ada di Amerika Serikat. Namun
putusan ini tidak menjelaskan kapan izin menikah akan dikeluarkan di negara-
negara bagian yang tadinya melarang pernikahan pasangan sejenis.
Dari sisi agama Islam, perkawinan antara sesama jenis secara tegas dilarang.
Hal ini dapat dilihat dalam Al-Qur’an surah Al-A’raaf ayat 80-84:
13
Yang artinya: “Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya).
(ingatlah) tatkala Dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan
perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (didunia
ini) sebelummu?" Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan
nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum
yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah
mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; Sesungguhnya mereka
adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri." Kemudian Kami
selamatkan Dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya; Dia Termasuk orang-
orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada mereka hujan
(batu); Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu.”
14
KESIMPULAN
BUKU
DOKUMEN
perbandingan-perkawinan-BW-dg-UUP.pdf
INTERNET
http://herlindahpertir.lecturer.ub.ac.id/
http://en.wikipedia.org/wiki/Women’s_Charter_Singapore
https://iputusoviawan.wordpress.com/2012/04/07/perkawinan-menurut-
hukum-bw-dan-undang-undang/
http://vivahukum.blogspot.co.id/2014/07/perbedaan-konsep-kuhper-vs-
hukum-islam.html
16
http://kang-zems.blogspot.co.id/search/label/Makalah/PERBANDINGAN-
PERKAWINAN-DI-INDONESIA/
http://jilbabkujiwaku.blogspot.co.id/2011/02/perbandingan-hukum-
perkawinan-di.html/
http://ibuarisanngerumpihukum.blogspot.co.id/CIVIL_LAW_and_stuffs.
_PERBANDINGAN_HUKUM_KELUARGA_INDONESIA-
SINGAPORE.htm
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol15652/menilik-kontroversi-
perkawinan-sejenis/
http://Hukum_Perkawinan_Sesama_Jenis_di_Indonesia-
hukumonline.com.htm/
16