“ Perbandingan Harta Perkawinan Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1974 dan Hukum Islam “
Disusun Oleh :
Wiljzannaris Saputra Rahman
41151010170154
VI – A
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
KOTA BANDUNG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang mempunyai berbagai macam
kebutuhan dalam hidupnya dan setiap manusia tentu menginginkan pemenuhan
kebutuhannya secara tepat untuk dapat hidup sebagai manusia yang sempurna, baik secara
individu maupun sebagai bagian dari masyarakat. Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah
kebutuhan untuk menyalurkan nafsu seknya merupakan kebutuhan fisiologis (the
physiological needs) yang di kenal dengan istilah perkawinan (pernikahan), tetapi perlu pula
dimaklumi bahwa perkawinan tidak hanya untuk menyalurkan kebutuhan seks manusia,
karena perkawinan mempunyai makna atau pengertian yang lebih luas lagi. Melalui
perkawinan orang akan mendapat keturunan, maka perkawinan termasuk juga dalam
kelompok kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang (the belongingness and love
needs).
Istilah kawin sebenarnya berasal dari bahasa Arab, disebut dengan kata nikah.
Perkawinan atau pernikahan dalam literature fiqh berbahasa Arab disebut dengan dua kata,
yaitu nikah ( ) نكاحdan zawaj () زواج. Kedua kata ini yang terpakai dalam kehidupan sehari-
hari orang Arab dan banyak terdapat dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi.3 Kata na-ka-ha
banyak terdapat dalam Al-Qur’an dengan arti kawin, seperti dalam surat an-Nisa’ ayat 3 yang
artiya:
“Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja,
atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada berbuat
anianya”. Perkawinan merupakan suatu peristiwa hukum yang sangat penting terhadap
manusia dengan berbagai konsekuensi hukumnya. Karena itu, hukum mengatur masalah
perkawinan ini secara detail. Yang dimaksudkan dengan perkawinan adalah suatu ikatan lahir
dan batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami isteri dengan tujuan untuk
membentuk suatu keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa, yang hurus dilaksanakan sesuai agamanya masing-masing, dan harus juga
dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perkawinan adalah sendi
keluarga,
sedangkan keluarga adalah sendi masyarakat, bangsa, dan umat manusia. Hanya bangsa
yang tidak mengenal nilai-nilai kehormatan yang tidak mengutamakan tata aturan
perkawinan. Oleh karena itu, masalah perkawinan ini dengan prolog dan epilognya,
pengamanan, dan pengamalan tata aturannya adalah menjadi tugas suci bagi seluruh warga
negara Indonesia.
Rumusan Masalah
Permasalahan adalah merupakan kenyataan yang dihadapi dan harus diselesaikan
oleh peneliti dalam penelitian. Dengan adanya perumusan masalah maka akan dapat ditelaah
secara maksimal ruang lingkup penelitian sehingga tidak mengarah pada hal-hal di luar
permasalahan.
Adapun permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perbandingan hukum tentang Harta Perkawinan menurut Undang –
Undang dengan Harta Perkawinan menurut Hukum Islam di Indonesia?
Tinjauan Umum Tentang Harta Perkawinan Menurut UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974
Menurut UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974, harta kekayaan perkawinan diatur dalam
Pasal 35 s.d. Pasal 37. Dalam ketentuan tersebut dibedakan antara harta Bersama dan harta
bawaan. Harta bersama adalah harta yang diperoleh selama perkawinan, sedangkan harta bawaan
masing-masing suami istri adalah harta yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau
warisan. Harta bawaandi bawah penguasaan masing-masing pihak sepanjang para pihak tidak
menentukan lain (Pasal 35 ayat (2)
Mengenai harta bersama, suami atau istri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah
pihak. Sedangkan harta bawaan masing-masing suami dan istri mempunyai hak sepenuhnya
untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya (Pasal 36 ayat (1) dan (2)). Jika
perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diaturmenurut hukumnya masing-masing.
Yang dimaksud dengan “hukumnya masing-masing” adalah hukum agama, hukum adat, dan
hukum lainnya