Anda di halaman 1dari 3

TUGAS HUKUM ACARA PERDATA

Nama : Rohmin Ramudiyah Arifin

Prodi : Ilmu Hukum

Semester : IV (Empat)

Matkul : Hukum Acara Perdata

1. Pasal 2 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 mengisyaratkan apa, sebutkan dan jelaskan nilai apa
yang
terkandung didalamnya?
A. Pendekatan Normatif
Hukum positif di Indonesia telah memberikan payung hukum mengenai perkawinan yang
terwujud dalam eksistensi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan jo.
Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975. Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan telah jelas mengatur bahwa :
“Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaannya itu.”
Hal ini berarti suatu perkawinan dapat dikategorikan perkawinan yang sah apabila dilakukan
menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaan pasangan yang melangsungkan
perkawinan tersebut. Dengan demikian, penentuan boleh tidaknya perkawinan tergantung
pada ketentuan agama, karena landasan hukum agama dalam melaksanakan perkawinan
merupakan hal yang sangat penting dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974. Apabila
hukum agama menyatakan suatu perkawinan tidak sah, begitu pula menurut hukum negara
perkawinan tersebut juga tidak sah.

Termasuk nilai yang terkandung didalamnya mengenai Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974
tentang Perkawinan adalah bahwa sesuai dengan falsafah Pancasila serta cita-cita untuk
pembinaan hukum nasional, perlu adanya Undang-undang tentang Perkawinan yang berlaku
bagi semua warga negara.
B. Pendekatan Nilai
Pengesahan Undang-Undang perkawinan ini dilakukan dengan tujuan adanya kodifikasi dan
unifikasi hukum perkawinan yang berlaku untuk seluruh masyarakat Indonesia. Dengan
adanya kodifikasi dan unifikasi tentu akan mempermudah masyarakat dan juga praktisi
hukum dalam menerapkan hukum. Mengingat pada masa sebelum disahkanya Undang-
Undang perkawinan hukum yang digunakan dalam hal perkawinan sangat beragam.

2. Sebutkan wilayah apa yang terkandung di UU No. 1 Tahun 1974, sebutkan dan jelaskan
wilayah
ekonomi, wilayah kemasyarakatan, dan wilayah sosial?
A. Wilayah Ekonomi

Wilayah Ekonomo adalah cabang dari ilmu ekonomi yang dalam pembahasannya memasukan
unsur perbedaan potensi wilayah satu dan wilayah lain. Faktor ini juga merupakan salah satu
penyebab terjadinya pernikahan dini karena tidak ada biaya untuk melanjutkan sekolah
menyebabkan mereka berfikir lebih baik menikah dari pada menganggur, sedangkan dalam
UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 7 ayat (1) tentang perkawinan. Usia minimal 19 tahun dan
perempuan minimal 16 tahun.

B. Wilayah Kemasyarakatan

Dalam wilayah kemasyarakatan ini ada pernikahan secara adat. Pernikahan dalam perikatan
hukum adat adalah perkawinan yang menurut hukum adalah hukum adat yang berlaku dalam
masyarakat adat yang bersangkutan.

C. Wilayah Sosial

Dilihat dari sisi sosial atau sosiologis pernikahan adalah suatu bentuk kerja sama kehidupan
antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan suatu masyarakat dibawah suatu peraturan
yang memiliki ciri-ciri terntentu, yaitu pria bertindak sebagai suami dan perempuan bertindak
sebagai istri, yang kedunya mempunyai ikatan yang sah.

3. Mahar didalam perkawinan bermaksud untuk apa, sebutkan dan jelaskan nilai yang
terkandung
didalam mahar tersebut?
Mahar bertujuan untuk menghormati wanita sehingga ia dapat mempersiapkan dirinya,
mahar menunjukan pemberian suami kepada istri baik nafkah dunia maupu akhirat. Dan nilai
dari pemberian mahar ialah untuk menikahi istri dan mendapatkan derajat mulia. Dengan
mewajibkan mahar ini pula, Islam menunjukan bahwa wanita adalah makhluk yang patut
dihargai.

4. Kenapa usis perkawinan dibatasi untuk usia yang dibawah umur?

A. Pembatasan usia perkawinan juga dilakukan denga maksud untuk meningkat kualitas
sumber
daya manusia di Indonesia dengan jalan membatasi usia pernikahan atau perkawinan;
B. Wilayah yang memberikan hal diatas adalah wilayah ekonomi.

5. Kenapa harta gono-gini didapatkan dari perkawinan itu, bagaimana pembagiaannya


diantara
satu ketika telah meninggal dunia?
Dasar hukum yang dapat dilakukan untuk pembagian harta gono-gini ketika cerai dan mati
dapat dilihat dari pasal 38 UU Perkawinan serta instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 tentang
Kompilasi Hukum Islam (KHI), aturan perundangan itu mengatur secara untuk pembagian
harya bersama atau gono-gini, harus dibagi secara merata, terlepas perpisahan itu terjadi
akibat kematian, perceraian atau keputusan pengadilan. Dan pembagian harta akibat
kematian harus dilakukan secara adil. Pembagian itu tidak hanya menyangkut gono-gini, tapi
juga melakukan harta warisan secara adil. Dan harta tersebut tidak akan menjadi sumber
perpecahan didalam keluarga.

Anda mungkin juga menyukai