Anda di halaman 1dari 7

SLUM AND SQUATTER AREA Kenapa c bisa ada SLUM ma SQUATTER AREA ????

Kaya na karena ada KOTA dweh.. Nah terus kenapa bisa ada KOTA..??

Wah klo kota sendirir menurut Kevin Lynch terbentuk dari 5 Elemen Pembentuk, yakni : PATH (jelajur) NODE (simpul) DISTRICT (kawasan) EDGE (Batas akhiran) LAND MARK (penanda)

Lantas apa hubungannya dengan SLUM..??? SLUM ntu daerah kumuh ndak beraturan (Semrawut lah..) yang terdapat dikota atau perkotaan. Daerah Slum biasana ditempati oleh orang orang yang berpenghasilan kurang dari cukup alias pas pasan (ntu jg blm tentu pas), jarang yang makan bangku sekolah, jorok, de el el dweh.

Ciri ciri daerah SLUM : Dihuni oleh banyak PENGACARA (Penganguran Banyak Acara) Tingkat Kejahatan / Kriminalitas tinggi (tonton dweh pilem Banlieue 13) Kotor, jorok jauh dari hidup sehat Miskin Tempat tinggal kebanyakan semi permanen ( karna takut di kusur kale) Warga kebanyakan pendatang dari desa ke kota yang berharap sukses Pekerjaan yang meraka jalani mayoritas pemulung, pekerja kasar dan serabutan Emosi warga tidak stabil

SQUATER AREA ( PEMUKIMAN LIAR ) SQUATER AREA adalah Suatu Pemukiman liar yg dapat digambarkan sebagai suatu wilayah hunian yang telah berkembang tanpa meminta ijin kepada otoritas yang terkait untuk membangun; merupakam pemukiman yang tidak sah atau semi-legal status, infrastruktur dan jasa pada umumnya tidak cukup.

Ada tiga karakteristik yang bisa membantu kita memahami penyelesaian pemukiman liar

1. Physical ( Phisik ) Pemaksimaksimalan fasilitas dan infrasteruktur tanpa mengurangi keselamatan, Jaringan informal untuk persediaan air bersih. Pengaturan serupa mungkin dibuat untuk listrik, pengeringan, fasilitas kamar kecil dan lain - lain dengan otoritas publik atau saluran formal. 2. Social ( Sosial ) Kebanyakan penghuni liar mempunyai pendapatan tergolong lebih rendah, diantaranya bekerja sebagai tenaga kerja upah atau dalam perusahaan sektor informal. kebanyakan mendapat gaji atau upah minimum atau dapat juga pendapatan tinggi karena bekerja sambilan. Penghuni liar sebagian besar orang pindah, Tetapi banyak juga penghuni liar dari generasi ke generasi secara turun - temurun. 3. Legal ( undang undang) Penyelesaian penghuni liar adalah ketiadaan kepemilikan lahan padahal di atasnya mereka sudah membangun rumah. Ini bisa jadi merupakan tanah pemerintah lowong / daratan publik, parcels tanah pinggiran seperti pinggiran rel kereta api atau tanah kesultanan (sultan ground). penghuni liar untuk membangun suatu rumah harus dicatat suatu pemilik tanah sewa untuk melakukan pembayaran yang nominal bagi mereka. Dan uang yang mereka bayar bisa untuk membuatkan rumah / hunian bagi mereka yang lebih layak dan sah kepemilikannya.

Contoh kasus : Permukiman di sepanjang daerah aliran sungai (D AS) merupakan masalah yang tidak bisa dihindarkan di kota-kota besar di Indonesia. Kota Yogyakarta dialiri tiga sungai yang kiri-kanannya terdapat hunian yang padat. Selain padat, kuaIitas permukiman juga buruk. Yogyakarta memang lain dari yang lainnya karena ada na Tanah Kesultanan (Sultan Ground) dan Paku Alam Ground. Pemanfaatan lahan ntu sendiri 1. Keprabon: bangunan istana, mesjid, alun2, dsb. 2. Bukan Keprabon: Digunakan penduduk atau lembaga untuk bangunan kampus, hutan Kosong atau digunakan penduduk tanpa dasar hak. Pernah survey c didaerah pemukiman pinggiran sungai gajah wong Yogyakarta, mayoritas mereka menggunakan lahan yang bukan hak nya (Sultan Ground) secara turun temurun dari generasi ke generasi (kaya ajinomoto z hehehe) padahal ada juga PNS (guru) loh yg tinggal di situ, setelah saya Tanya y dia cma bilang yang sudah ada y dimanfaatkan aja mas (kale dalam pikiran dia ni warisan orangtua gw). Tapi memang kebanyakan mereka bekerja sebagai pekerja kasar dan serabutan. Kalo

dipindahkan gmn? Mereka kebanyakan menjawab Bayar pa ga mas? Trus dimana pindah na? Berarti sebenarnya mereka mao dipindahkan ketempat yang lebih layak dan terarur tapi gratis..

Rekomendasi 1. Pemerintah perlu memberi kebijakan kepada yang akan merobohkan daerah kumuh dan penghuni liar. Jadi jangan maen gusur z (stop kekerasan !!!) 2. Memberi mereka kesempatan untuk mengambil bagian kebijakan, itu akan lebih baik jika pemerintah mengakomodasi apa yang harus dikembangkan dan dibiayai. (Ganti rugi gtu)

GHETTO

Istilah ghetto berasal dari nama perkampungan Yahudi di Venesia, yang didirikan pada tahun 1516, tempat di mana orang-orang Yahudi di kota tersebut diharuskan tinggal oleh pemerintah Venesia. Pada abad ke-16 dan ke-17, banyak pemerintah saat itu, mulai dari pemerintah kota lokal hingga Kaisar Austria Charles V, yang memerintahkan pembentukan ghetto-ghetto lainnya bagi kaum Yahudi yang ada di Frankfurt, Roma, Praha, dan kota-kota lainnya. Selama Perang Dunia II, ghetto merupakan distrik-distrik di dalam kota (sering kali tertutup) di mana pemerintah Jerman mengumpulkan warga Yahudi kota dan terkadang provinsi dan memaksa mereka hidup dalam kondisi yang menyedihkan. Ghetto mengisolasi kaum Yahudi dengan dipisahkannya komunitas Yahudi dari masyarakat non-Yahudi dan dari komunitas Yahudi lainnya. Di wilayah Polandia dan Uni Soviet yang diduduki dan dicaplok Jerman saja, Jerman mendirikan sekurangnya 1.000 ghetto. Pemerintah pendudukan Jerman mendirikan ghetto pertama di Piotrkw Trybunalski, Polandia pada bulan Oktober 1939. Jerman beranggapan bahwa pembangunan ghetto sebagai langkah sementara untuk mengontrol dan memecah-mecah kaum Yahudi sementara pimpinan Nazi di Berlin membicarakan pilihan apa yang akan

diambil untuk mewujudkan tujuan menghabisi masyarakat Yahudi. Di banyak tempat, ghettoisasi berlangsung untuk waktu yang relatif pendek. Sebagian ghetto hanya berdiri beberapa hari saja, dan yang lainnya bertahan beberapa bulan atau tahun. Dengan dimulainya Final Solution atau solusi akhir (rencana untuk membunuh seluruh kaum Yahudi Eropa) pada pengujung tahun 1941, Jerman secara sistematis menghancurkan ghetto-ghetto. Jerman bersama para kolaboratornya menembaki penghuni ghetto dalam kuburan massal di sekitarnya, atau mendeportasikan mereka, biasanya dengan kereta api, ke pusat-pusat pembantaian di mana mereka akhirnya dibunuh. penguasa SS dan polisi Jerman mendeportasikan sebagian kecil warga Yahudi dari ghetto ke kamp kerja paksa dan kamp konsentrasi. Ada tiga macam ghetto: ghetto tertutup, ghetto terbuka, dan ghetto penghancuran. Ghetto terbesar di Polandia adalah ghetto Warsawa, di mana lebih dari 400.000 orang Yahudi dijejalkan ke dalam area berukuran 1,3 mil persegi. Ghetto-ghetto besar lainnya dibangun di kota Lodz, Krakow, Bialystok, Lvov, Lublin, Vilna, Kovno, Czestochowa, dan Minsk. Puluhan ribu orang Yahudi Eropa barat juga dideportasi ke ghetto di wilayah timur. Jerman memerintahkan kaum Yahudi yang tinggal di dalam ghetto untuk mengenakan emblem atau ban lengan serta mengharuskan banyak kaum Yahudi untuk menjalani kerja paksa demi kepentingan Reich Jerman. Kehidupan sehari-hari di dalam ghetto dikelola oleh dewan Yahudi yang ditunjuk oleh Nazi (Judenraete). Polisi yang menjaga ghetto melaksanakan perintah dari pemerintah Jerman dan menegakkan peraturan-peraturan dewan Yahudi, seperti memfasilitasi deportasi ke pusat-pusat pembantaian. Petugas polisi Yahudi, seperti anggota dewan Yahudi, bekerja sesuai keinginan pemerintah Jerman. Pemerintah Jerman tidak ragu-ragu membunuh polisi Yahudi yang dianggap gagal melaksanakan perintah. Kaum Yahudi merespons pembatasan ghetto dengan berbagai bentuk perlawanan. Para penghuni ghetto sering kali terlibat dalam kegiatan yang dinyatakan ilegal, seperti menyelundupkan makanan, obat, senjata atau intelijen ke dalam ghetto, sering tanpa sepengetahuan atau persetujuan dewan Yahudi. Sebagian dewan Yahudi dan beberapa anggotanya memaklumi atau mendorong perdagangan gelap ini karena bahan-bahan tersebut diperlukan agar penghuni ghetto bisa bertahan hidup. Meskipun pada umumnya pemerintah Jerman tidak begitu memedulikan urusan keagamaan, kehadiran dalam acara budaya, atau partisipasi dalam gerakan pemuda di dalam tembok ghetto, mereka sering menganggap ancaman bagi keamanan untuk semua bentuk acara kumpul-kumpul dan secara kejam akan menahan atau membunuh pemimpin atau pesertanya. Pemerintah Jerman umumnya melarang segala bentuk pendidikan atau sekolah yang rutin. Di beberapa ghetto, para anggota gerakan perlawanan Yahudi melakukan pemberontakan bersenjata. Pemberontakan terbesar terjadi di ghetto Warsawa pada musim semi tahun 1943. Pemberontakan sengit juga terjadi di Vilna, Bialystok, Czestochowa, dan beberapa ghetto yang lebih kecil. Pada bulan Agustus 1944, SS dan polisi Jerman merampungkan penghancuran ghetto besar terakhir di Lodz. Di Hungaria, ghettoisasi baru dimulai pada musim semi tahun 1944, setelah Jerman menginvasi dan menduduki negara tersebut. Dalam waktu kurang dari tiga bulan, tentara Hungaria, berkoordinasi dengan para ahli deportasi Jerman dari Kantor Pusat Keamanan Reich (Reichssicherheitshauptamt-

RSHA), mengumpulkan hampir 440.000 orang Yahudi dari seluruh pelosok Hungaria, kecuali ibu kota Budapest, dalam ghetto penghancuran jangka pendek dan menyerahkan mereka ke tangan Jerman di perbatasan Hungaria. Jerman mendeportasikan sebagian besar kaum Yahudi Hungaria ke pusat pembantaian Auschwitz-Birkenau. Di Budapest, pemerintah Hungaria mewajibkan kaum Yahudi untuk tetap tinggal di dalam rumah yang telah ditandai (disebut Rumah Berbintang David). Beberapa minggu setelah para pemimpin fasis gerakan Arrow Cross mengambil alih kekuasaan lewat kudeta yang didukung Jerman pada tanggal 15 Oktober 1944, pemerintah Arrow Cross secara resmi mendirikan ghetto di Budapest, di mana sekitar 63.000 orang Yahudi hidup dalam area berukuran 0,1 mil persegi. Sekitar 25.000 orang Yahudi yang membawa sertifikat bahwa mereka berada di bawah perlindungan penguasa netral ditahan di dalam ghetto internasional di tempat lainnya di kota tersebut. Pada bulan Januari 1945, tentara Soviet membebaskan bagian kota Budapest ini di mana ke dua ghetto itu berada, dan membebaskan hampir 90.000 warga Yahudi. Selama Holocaust, ghetto merupakan langkah utama Nazi dalam proses pengontrolan, dehumanisasi, dan pembunuhan massal terhadap warga Yahudi.

KAMPUNG
Kampung adalah: suatu daerah, di mana terdapat beberapa rumah atau keluarga yang bertempat tinggal di sana daerah tempat tinggal warga menengah ke bawah di daerah kota nama alternatif untuk desa/kelurahan yang merupakan satuan pembagian administratif daerah yang terkecil di bawah kecamatan/mukim/distrik/banua (benua). Kampung sebagai sinonim dari istilah desa ini dipakai di Lampung (Kab. Lampung Tengah, Tulangbawang, Tulangbawang Barat, Mesuji, dan Way Kanan), Papua dan Kalimantan Timur (Berau dan Kutai Barat). Sebuah kampung dipimpin oleh seorang Kepala Kampung (Kamponghofd) sinonim dari Kades.

nama alternatif untuk dusun/banjar/padukuhan/rukun kampung (RK)/anak kampung, yang semua itu merupakan bagian dari sebuah desa/kelurahan. Kampung sebagai sinonim dari dusun ini dipakai di Jawa, Nusa Tenggara Barat dan tempat-tempat tertentu. Istilah kampungan juga sering digunakan untuk merujuk kepada sikap-sikap "terbelakang", "tidak tahu tata-krama" dan sebagainya. Ada kemungkinan kata kampung diambil dari bahasa Portugis; campo, tempat perkemahan.[rujukan?] Nama-nama daerah di Kamboja sering disebut kompong yang merupakan sebuah distrik seringkali juga dipakai sebagai nama provinsinya. Istilah kampung dalam bahasa Aceh disebut gampong dan dalam bahasa Minang disebut kampuang. Istilah kampung biasanya disingkat dengan Kp (di Indonesia) atau Kg (di Malaysia).

INFORMAL HOUSING

Anda mungkin juga menyukai