Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KERUSAKAN LAHAN AKIBAT ALIH FUNGSI LAHAN DI

KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO

Aulia Arifka (170721636522)


Universitas Negeri Malang
E-mail: auliaarifka11@gmail.com

ABSTRAK

Alih fungsi lahan pada dasarnya tidak dapat dihindarkan dalam pelaksanaan
pembangunan di Kabupaten Sidoarjo. Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah
yang memiliki potensi tanah yang subur, dan produktif. Adanya alih fungsi lahan
merupakan suatu akibat dari kebutuhan penduduk yang tidak terkendali. Hal
tersebut menjadi dampak yang sangat signifikan yang menyebabkan
berkuranganya hingga hilangnya tanah produktif dan irigasi di daerah sekitar
pinggiran kota maupun pedesaan. Kecamatan Wonoayu yang dikenal sebagai
salah satu wilayah pedesaan terluas di Kabupaten Sidoarjo sering menerima
dampak dari kebijakan alih fungsi lahan sebagai pembangunan. Sehingga peneliti
ingin mengkaji mengenai analisis kerusakan lahan akibat alih fungsi lahan di
Kabupaten Sidoarjo. Sebagai studi kasusnya adalah alih fungsi lahan sawah di
Kecamatan Wonoayu. tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai
kerusakan lahan aibat adanya perubahan alih fungsi lahan. Data diperoleh dari
studi literasi secara mendalam mengenai alih fungsi lahan pertanian di Sidoarjo.
Dengan didapatkan hasil yakni perubahan penggunaan lahan di Sidoarjo di
dominasi untuk industry dan pemukiman penduduk, sedangkan pengaruh yang
ditimbulkan adalah menurunnya produksi pangan (beras), terjadi perubahan
morfologi tanah, adanya pencemaran limbah akibat pendirian pabrik-pabrik di
lahan bekas sawah. Namun hal tersebut dapat diantisipasi atau dapat dicegah
apabila peraturan Undang-Undang yang mengatur Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Sidoarjo dapat ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh lapisan
masyarakat dan pihak-pihak terkait sehingga tidak menyebabkan alih fungsi lahan
yang semakin memburuk.

Kata Kunci: Kerusakan lahan, lahan pertanian, alih fungsi


PENDAHULUAN

Lahan sawah merupakan lahan produktif untuk dikelola untuk dijadikan


media budidaya tanaman. Lahan sawah menjadi kebutuhan utama untuk
dikonversikan menjadi pembangunan non-pertanian seperti industri dan properti.
Dalam hal ini alih fungsi lahan pada dasarnya tidak dapat dihindarkan dalam
pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Sidoarjo. Pertumbuhan penduduk yang
pesat dan bertambahnya tuntutan kebutuhan lahan oleh masyarakat,
mengakibatkan perbedaan kepentingan atas penggunaan lahan serta terjadinya
ketidaksesuaian antara penggunaan lahan dengan rencana pembangunanya.
Terjadinya ketidaksesuaian antara penggunaan lahan dengan rencana tata
ruang kota Sidoarjo mengakibatkan ketidakselarasan hasil tata ruang kota di
Sidoarjo. Pada dasarnya jika dilihat dari tahun ke tahun perubahan dalam hal
pembangunan selalu terjadi di Kabupaten Sidoarjo. Secara perlahan, sektor
industri maupun properti semakin banyak di seluruh wilayah Sidoarjo.
Pertumbuhan pada sektor industri maupun properti yang semakin berkembang
pada dasarnya akan meningkatkan daya saing Sidoarjo dengan daerah-daerah lain
disekitarya.
Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah yang memiliki potensi tanah yang
subur, dan produktif. Tanah tersebut mayoritasnya digunakan sebagai lahan sawah
dan perkebunan. Dalam peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
1995. Kabupaten Sidoarjo terpilih sebagai daerah tingat II Percontohan Presiden
Republik Indonesia sebagai Kabupaten yang menjadi contoh dari implementasi
kebijakan otonomi daerah untuk wilayah Jawa Timur. Kebijakan tersebut tetap
berjalan hingga saat ini dan sering kali mengalami perbaikan berdasarkan
amandemen Undang-undang hingga yang terakhir yakni UU No. 32 tahun 2004
mengenai otonomi daerah.
Atas diberlakukannya Undang-Undang nomor 32 tersebut, pemerintah
daerah harus mampu mengelola urusan daerahnya sendiri seperti halnya Rencana
Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Daerah. Sebagai upaya implementasi kebijakan
RTRW tersebut. Peraturan yang dibuat tersebut, mengatur Kabupaten Sidoarjo
dalam Jangka panjang, jangka menegah dan jangka pendek, sehingga seringkali
dijumpai alih fungsi lahan di sekitar Kabupaten Sidoarjo. Atas berlakunya
peraturan tersebut Kecamatan Wonoayu sering menerima dampak dari kebijakan
alih fungsi lahan sebagai pembangunan. Sehingga lahan untuk pertanian semakin
menyempit dari tahun ke tahun. Padahal Kecamatan Wonoayu merupakan salah
satu kawasan yang memiliki hasil pertanian terbanyak di Kabupaten Sidoarjo.
Alih fungsi lahan merupakan perubahan dalam fungsi lahan baik sebagian
maupun keseluruhan dari fungsi awalnya sebagai lahan produksi menjadi fungsi
lain. Alih fungsi lahan dari pertanian ke non-pertanian akan berdampak ke banyak
aspek menyangkut dimensi yang sangat luas daripada sekedar turunnya produksi
pertanian saja, namun juga berhubungan dengan aspek-aspek perubahan
disekitarnya termasuk sosial budaya. Arah perubahan ini secara langsung atau
tidak langsung akan berdampak terhadap pergeseran kondisi ekonomi, tata ruang
pertanian, serta prioritas-prioritas pem-bangunan pertanian wilayah dan nasional.
Perubahan fungsi lahan sawah ke berbagai pembangunan tersebut, akan
mengakibatkan penurunan produksi pangan juga berakibat pada penurunan tingkat
kesubur-an tanah (degradasi lahan) di sekitarnya. Khusus untuk wilayah
Kecamatan Wonoayu belum ada hasil penelitian yang melaporkan sejauh mana
tingkat degradasi lahan yang terjadi karena berbagai perubahan lahan. Tulisan ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kerusakan lahan akibat dari adanya perubahan
alih fungsi lahan dari pertanian menjadi non-pertanian.
PEMBAHASAN

Perubahan Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Wonoayu


Lahan berarti tanah yang sudah ada peruntukannya dan umumnya ada
pemiliknya baik itu perorangan atau lembaga. Ketidakseimbangan dalam
penggunaan lahan terjadi karena lahan yang dasarnya selalu tetap, dan tidak
bertambah, sedangkan manusia selalu berkembang dengan cepat. Hal tersebut
mengakibatkan adanya permintaan dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia
untuk bertempat tinggal dan menetap. Akibatnya perubahan penggunaan lahan
banyak dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia.
Berkembangnya kegiatan industri dari tahun ke tahun di Kecamatan
Wonoayu memberikan pengaruh terbadap pemanfaatan lahan di wilayah tersebut.
Pengaruh tersebut terjadi pada lahan-lahan pertanian yang mengakibatkan
banyaknya lahan pertanian subur yang berubah peruntukannya menjadi kegiatan
lain, baik untuk industri, permukiman maupun jasa/perdagangan. Perubaban lahan
sawah menjadi pabrik-pabrik salah satunya terjadi di Desa Jimbaran Kulon.
Dimana terdapat pabrik agar-agar, pabrik plastic dan pabrik aluminium yang baru
saja didirikan pada tahun 2017.
Selain itu alih fungsi lahan menjadi pemukiman penduduk juga terjadi di
Desa Tanggu Kulon. Yakni adanya pembangunan perumahan sejak tahun 2013.
Sedangkan perubahan lahan juga terjadi di Desa Tanggul Wetan dimana adanya
pembangunan jalan dan infrastruktur yang menghubungkan Desa Wonokalang
dengan jalan raya utama Wonoayu. Jalan penghubung tersebut membelah
kawasan persawahan sehingga beberapa petak sawah telah dialih fungsi menjadi
jalan penghubung.
Berdasarkan penjelasan tersebut diketahui bahwa terdapat dua aspek yang
mempengaruhi perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Wonoayu yaitu : (1)
sosial yakni berhubungan dengan kepentingan manusia yang berhubungan dengan
perekonomian dan kependudukan, (2) spasial yakni berhubungan dengan sistem
aktifitas, sistem pengembangan lahan dan sistem lingkungan.
Dalam hal tersebut, aspek sosial, yakni kependudukan terkait dengan
perkembangan penduduk yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan mobilitas
penduduk. Kualitas penduduk berkaitan dengan keadaan masyarakat dan masalah
sosial, sedangkan kuantitas penduduk berkaitan dengan meningkatnya jumlah
penduduk baik secara umum maupun dilihat dari komposisi penduduknya .
Mobilitas penduduk berkaitan dengan migrasi dan urbanisasi.
Sedangkan sistem kegiatan/aktifitas berkaitan dengan cara manusia dan
kelembagaanya mengatur urusannya sehari-hari untuk memenuhi kebutuhannya
dan saling berinteraksi dalam waktu dan ruang. Interaksi antara berbagai aktifitas
tersebut dilakukan melalui komunikasi dengan mempergunakan system
transportasi berupa jaringan jalan yang banyak mempengaruhi pemanfaatan ruang,
yang biasanya jika di suatu tempat dibangun jalan baru maka akan diikuti oleh
berkembangnya lahan-lahan terbangun baru untuk berbagai aktifitas manusia di
sisi kiri dan kanan jalan. Sistem pengembangan lahan berfokus pada proses
pengubahan ruang dan penyesuaiannya untuk kebutuhan manusia dalam
menampung kegiatan yang ada dalam susunan sistem kegiatan. Kedua aspek
tersebut menjadi dasar adanya perubahan alih fungsi lahan di Kecamatan
Wonoayu.

Perkembangan Industri dan Pemukiman Penduduk di Kecamatan Wonoayu


Perkembangan industri telah mengubah fungsi lahan yang tadinya hanya
digunakan sebagai areal persawahan mendaji bangunan-bangunan pabrik. Selain
itu industry mengubah fungsi lahan yang tadinya berfungsi sebagai rumah tinggal
bagi keluarga menjadi rumah tinggal yang bemilai ekonomis yaitu untuk kos-
kosan dan kontrakan atau kontrakan sebagai rumah tinggal sementara bagi para
pendatang yang bekerja di pabrik-pabrik di Kecamatan Wonoayu. Diketuhi bahwa
perubahan fungsi lahannya itu dilakukan karena tuntutan ekonomi keluarga, dan
mereka merasa pengbasilannya lebih baik apabila mengubah fungsi labannya. Hal
ini dipicu oleb semakin banyaknya para pekerja pabrik industri dari waktu ke
waktu yang rata-rata adalah orang yang berasal dari luar Kecamatan Wonoayu
sehingga masyarakat melibat peluang ekonomi yang lebib baik.
Lahan sawah secara perlahan mulai terisi oleh permukiman. Perkembangan
areal pemukiman di Kecamatan Wonoayu cukup pesat. Salah satunya yakni
adanya perumahan Bumi Papan Selaras yang dibangun di areal persawahan Desa
Tanggul Kulon. Perumahan tersebut telah menjadikan perubahan pemanfaatan
lahan dari dari sawahltegalan menjadi perumahan.

Pengaruh Perkembangan Industri dan Pemukiman Terhadap Lahan


Hamparan lahan sawah memiliki berbagai peran yang sangat strategis.
Ditinjau dari segi ekologi dapat sebagai media hidup hewan air tawar, penghasil
O2, untuk konservasi tanah dan air, mencegah atau mengurangi terjadinya banjir.
Lahan sawah dapat juga sebagai obyek agrowisata. Potensi ingi sangat penting
untuk menjamin kelangsungan hidup manusia. Cepatnya proses pembangunan
mempunyai implikasi terhadap peningkatan pemanfaatan lahan subur dalam hal
ini yakni sawah sebagai lahan subur sering menjadi sasaran untuk dijadikan lahan
terbangun.
Adapun beberapa pengaruh yang ditimbulkan akibat adanya alih fungsi lahan
sawah menjadi lahan terbangun adalah menurunnya hasil produksi pangan (beras)
di Kecamatan Wonoayu. Produksi atau persediaan beras merupakan sumber
utama untuk kebutuhan dan terpenuhinya kebutuhan menunjukkan tingkat
ketahanan pangan beras itu sendiri. Apabila persediaan lebih rendah dari
kebutuhan maka ketahanan lemah, untuk menutupi kebutuhan harus ada impor.
Apabila persediaan sama dengan kebutuhan ketahanan pangan khususnya beras
masih dalam kondisi berimbang atau pas-pasan, belum stabil sehingga impor
masih perlu dilakukan. Apabila persediaan melebihi dari kebutuhan, apalagi
surplus dan berkelanjutan maka dapat dijual ke daerah lain, bahkan diekaspor ke
negara lain.
Pengaruh lain dari adanya alih fungsi lahan yakni perubahan sifat morfologi
tanah. Sebelum digunakan menjadi lahan terbangun. Tanah yang berasal dari
tanah basah akan terjadi perubahan-perubahan sifat morfologi tanah yang cukup
jelas. Tanah sawah memiliki morfologi yang berbeda dengan tanah padat. Dalam
hal ini, sebelum dialih fungsi, tanah sawah selalu mengalami penggenangan air,
baik waktu pengolahan tanah maupun selama pertumbuhan padi, melalui perataan,
pembuatan pematang, pelumpuran, dan lain-lain. Perubahan tanah dari tanah
basah menuju tanah kering akan mengakibatkan perbendaan unsur maupun
kandungan yang ada didalamnya. Hal tersebut dikarenakan adanya proses
pembentukan tanah dengan jenis-jenis tanah tertentu yang dapat mengubah
karakteristik dari tanah sawah itu sendiri.
Selain itu dampak yang ditimbulkan adanya alih fungsi lahan yakni ketika
pabrik-pabrik didirikan di beberapa petak sawah. Lambat laun akan terjadi
pencemaran limbah pabrik ke lahan sawah sekitarnya. Perubahan fungsi saluran
irigasi sawah menjadi tempat pembuangan limbah pabrik, dan banjir reguler
merupakan faktor pendorong yang kuat bagi petani untuk merugi. Hal tersebut
seperti terjadi di Desa Jimbaran Kulon. Dimana Pabrik agar-agar membuang
limbah ke saluran irigasi yang seharusnya sebagai tempat air untuk mengairi
sawah. Sehingga menimbulkan ar0oma tidak sedap bagi orang-orang yang
melewati pabrik tersebut.
Atas hal tersebut diperlukan suatu kebijakan yang mampu menghasilkan
luaran yang baik bagi pemilik lahan pertanian begitu pula masyarakat yang
mempunyai keinginan mempertahankan lahan mereka sebagai penghasil padi
Pada dasarnya, alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian memang sulit
dihindari akibat adanya ledakan jumlah penduduk yang berdampak pada
bertambahanya kebutuhan atas ruang di Kabupaten Sidoarjo. Namun hal tersebut
dapat diantisipasi atau dapat dicegah apabila peraturan Undang-Undang yang
mengatur Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidoarjo dapat ditaati dan
dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat dan pihak-pihak terkait.
PENUTUP
Kesimpulan
Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah yang memiliki potensi tanah yang subur,
dan produktif. Adanya alih fungsi lahan merupakan suatu akibat dari kebutuhan
penduduk yang tidak terkendali. Kecamatan Wonoayu yang dikenal sebagai salah
satu wilayah pedesaan terluas di Kabupaten Sidoarjo sering menerima dampak
dari kebijakan alih fungsi lahan sebagai pembangunan. perubahan penggunaan
lahan di Sidoarjo di dominasi untuk industry dan pemukiman penduduk,
sedangkan pengaruh yang ditimbulkan adalah menurunnya produksi pangan
(beras), terjadi perubahan morfologi tanah, adanya pencemaran limbah akibat
pendirian pabrik-pabrik di lahan bekas sawah. Namun hal tersebut dapat
diantisipasi atau dapat dicegah apabila peraturan Undang-Undang yang mengatur
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidoarjo dapat ditaati dan dilaksanakan
oleh seluruh lapisan masyarakat dan pihak-pihak terkait sehingga tidak
menyebabkan alih fungsi lahan yang semakin memburuk.
DAFTAR PUSTAKA

Bappeda. (2014). Penyusunan Data Status Lahan di Kecamatan Wonoayu


Kabupaten Sidoarjo. CV. Sidoarjo: Sinar Delta Survindo.

Corolina L.C. dkk. 2012. Implementasi Kebijakan Alih Fungsi Lahan Pertanian
Menjadi Kawasan Perumahan (Studi pada Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah Kabupaten Sidoarjo). Jurnal Administrasi Publik
(JAP), Vol. 2, No. 2, Hal. 224-229.
http://www.litbang.pertanian.go.id/buku/konversi-fragmentasi-lahan
/BAB-V3.pdf

Hadinata, C. D dan Sugiyantoro. (2012). Kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian


dan Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kabupaten Bandung. Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N2 Hal. 312.

Indiahono D. (2009). Perbandingan Administrasi Publik : Model, Konsep dan


Aplikasi. Yogyakarta: Gava Media. Mustofa dan Suratman. (2013a).
Penggunaan Hak Atas Tanah Untuk Industri. Jakarta Timur: Sinar Gravika

Purwanto E.A dan Sulistyastuti D. R. (2012). Implementasi Kebijakan Publik :


Konsep dan Implementasinya Di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media.

Syahruddin. (2010). Evaluasi Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan


Industri. Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi,
hlm. 31-43 ISSN 0854-3844.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Penyerahan Sebagian Urusan


Pemerintahan Kepada 26 (Dua Puluh Enam) Daerah Tingkat II
Percontohan Presiden Republik Indonesia.

Undang-Undang berupa Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2009 tentang Rencana


Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009-2029.

Anda mungkin juga menyukai