Anda di halaman 1dari 6

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

UNIVERSITAS BENGKULU
Paper Mata Kuliah Pengantar Sumber Daya Alam dan Lingkungan Tahun 2023

KETERKAITAN ANTAR SDA DAN LINGKUNGAN DI


KAWASAN DUSUN BESAR KOTA BENGKULU PADA KONDISI
KEGIATAN AGRIBISNIS

Cendi Herlin Daya Sirsan (E1D022028)

Abstrak
Dalam UU Tata Ruang pada proses penataan ruang terdapat bagian pemanfaatan
ruang atau pemanfaatan lahan. Pemanfaatan lahan yang memiliki fungsi sebagai
kawasan lindung atau kawasan budidaya. Hal ini merupakan bentuk penyeimbangan
antara sumber daya alam dan lingkungan. Namun di Bengkulu sendiri yang terajadi
adalah penyimpangan terahadap pemanfaatan lahan tersebut, seperti salah satu kasus
yang terjadi pada Kawasan Dusun Besar di mana terjadi pengalih fungsian lahan
sawah irigasi menjadi daerah Pemukiman, Perkebunan Sawit, Sarang Walet, dan
Kolam Ikan. Dan baru-baru ini telah diratakan lahan yang sebelumnya merupakan
lahan sawah untuk pelaksanaan proyek flyover.
Kata kunci: alih fungsi lahan, motif penyimpangan pemanfaatan ruang, dampak
positid dan negatif

PENDAHULUAN
Dusun Besar merupakan salah satu kawasan yang berada di Kota Bengkulu
Provinsi Bengkulu, yang memiliki 8 desa dan hampir menyeluruh masyarakatnya
merupakan suku Lembak yang diperkirakan sudah ada sejak lima ratus tahun dan
berinteraksi dengan ekosistem Danau Dendam Tak Sudah (DDTS).
Budidaya sawah awalnya dengan luas ± 700 ha dengan irigasi yang bersumber
dari air Danau Dendam Tak Sudah. Penetapan lahan dilakukan di kawasan Dusun
Besar karena dekat dengan sumber air dari Danau Dendam Tak Sudah sehingga sesuai
dengan kondisi lahan yang diinginkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Kota Bengkulu ialah wilayah dengan kesesuaian lahan III (tiga) karena memiliki
lahan yang kestabilannya tinggi hingga sedang, dan penggunaan lahan telah
dirancang untuk lahan pertanian basah yakni lahan sawah.
Terdapat beberapa potensi di Kawasan Dusun Besar yakni potensi ekologi,
potensi ekonomi, potensi sosial dan potensi idenitas budaya dalam UY/Yayasan
Lembak (2009).
Dan potensi-potensi yang terdapat di kawasan Dusun Besar tersebut dapat
menyebabkan terjadinya pengurangan hingga menyebabkan potensi tersebut hlang
apabila terus terjadi pengalih fungsian terhadap lahan sawah beririgasi, maka dari itu
diperlukan perlindungan serta penegakkan peraturan oleh pemerintah terhadap kasus
pengaih fungsian lahan sawah beririgasi yang terjadi di kawasan Kota Bengkulu. Hal
ini diperlukan dengan tujuan untuk mempertahankan dan menjaga kawasan agar
fungsinya tetap sesuai dengan RTRW yang ada di Kota Bengkulu.
Demi terlaksananya pembangunan pertanian tentu lahan pertanian yang produktif
diperlukan, maka dari itu perlu menjaga aset yang sudah dimiliki, karena apabila
lahan sawah terus mengalami penyempitan/pengurangan, maka dimasa yang akan
datang tidak menutup kemungkinan akan terjadi pembuka lahan sawah yang baru dan
ini akan menyebabkan pengeluaran biaya yang lebih besar, hal ini didasarkan pada
dua hal yakni biaya investasi berupa sarana prasaran dan waktu yang lama untuk
membuat sawah baru menjadi lahan dengan tingkat produktivits yang tinggi (Catur et
al., 2010).

PEMBAHASAN
Keinginan untuk menciptakan pembangunan nasional yang berkelanjutan yang
sejalan antar sumber daya alam dan lingkungan dalam UU Tata Ruang yang memiliki
tujuan agar dapat menyeimbangkan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan,
namun kenyataan yang terajadi ialah penyimpangan yang terjadi di berbagai
permasalahan nasional maupun daerah. Menurut Ernawi (2008;2), bahwa dalam
penjalanan kebijakan penataan ruang banyak terjadi kebijakan yang tidak sesuai
dengan rencana yang sudah ditentukan serta lemahnya pengendalian yang dilakukan
sehingga banyak terjadi alih fungsi lahan. Permasalahan berupa ketidaksesuaian
pemanfaatan lahan berdasarkan UU Tata Ruang yang terkategori dalam permasalahan
alih fungsi lahan juga terjadi di Kota Bengkulu, Seperti halnya yang terjadi di
kawasan Dusun Besar yang terjadi alih fungsi lahan sawah beririgasi. Penyimpangan
yang terjadi ialah pemanfaatan ruang berupa lahan sawah beririgasi yang beralih
fungsi menjadi bangunan pemukiman, toko, lahan sawit, sarang walet, dan kolam ikan
(Alimansyah, 2011). Permasalahan seperti jelas mengakibatkan terjadinya pada luas
lahan sawah yang menurun. Sejak tahun 2005-2009 terjadi penyempitan atau
pengurangan pada luas lahan sawah di kawasan Dusun Besar sekitar 9,54% atau
sekitar 10 hektar lahan sawah yang mengalami alih fungsi Berita Harian Rakyat
Bengkulu (2010). Akibat luas lahan yang berkurang sehingga memberi dampak pada
jumlah panen dan produksi yang dihasilkan petani mengalami penurunan.
Pada tahun 2006-2009 merupakan tahun terjadinya penurunan drastis pada
produksi padi yang berkisar 13.335 ton/tahun menjadi 9.078 ton/tahun dalam data
dinas Pertanian dan Peternakan kota Bengkulu (2010). penurunan hasil panen dan
produksi padi memberikan dampak negatif yang berkelanjutan bagi masyarakat yakni
pada permasalahan dalam sektor pangan di Kota Bengkulu. Kemudian dampak
negatif yang dirasakan bagi petani ialah penurunan pendapatan. Dan dalam sektor
ekonomi terjadi peningkatan haarga beras yang diakibatkan dari impor beras untuk
pemenuhan pangan.
Padahal keberadaan lahan sawah beririgasi memiliki banyak manfaat yang
berkaitan dengan kehidupan manusia dan lingkungan. Diantaranya bagi manusia
lahan sawah memiliki fungsi untuk pemenuhan pangan, kemudian sebagai sumber
pendapatan masyarakat, bahkan terkadang sawah menjadi tempat rekreasi ataupun
sebagai tempat untuk menambah ilmu pengetahuan. Sedangkan manfatnya bagi
lingkungan, lahan sawah dapat menjadi area serapan sehingga dapat mencegah banjir,
esrosi, dan tanah longsor. Kemudian fungsi lahan sebagai suatu ekosistem ialah
menjadi ttempat tumbuhnya berbagai tanaman, dan berbagai macaam organisme
seperti cacing, belut, dan lainnya.
Faktor yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Alimansyah dalam Analisis Motif Kepentingan Aktor
Penyimpagan Pemanfaatan Ruang Alih Fungsi Lahan Sawah Beririgasi Teknis Di
Kawasan Dusun Besar Kota Bengkulu yang menyebabkan terjadinya pengalih
fungsian lahan sawah beririgasi di kawasan Dusun Besar terdapat dua penyebab yakni
dari aktor secara langsung dan tidak langsung, namun penyebab ini didominasi oleh
aktor alih fungsi secara langsung yang merupakan pemilik sawah awal dan pihak
pemilik setelah pindah tangan dari pihak pemilik sawah awal yang dikarenakan faktor
ekonomi, yang tidak mencukupi untuk keperluan pemenuhan dari subsistem pertama
dan subsisem kedua sehingga menjual lahan tersebut dan berpindah tangan pada pihak
pemilik modal yang menginginkan perluasan usaha, ataupun keperluan membangun
pemukiman, namun menyimpang dari aturan RTRW Kota Bengkulu, atau dengan
kata lain lahan dibeli bukan untuk melanjutkan budidaya pertanian lahan basah
tersebut
Sedangkan penyebab dari alih fungsi secara tidak langsung yang masih dari hasil
penelitian oleh Alimansyah menunjukkan penyebab terjadinya laih fungsi di kawasan
Dusun Besar ialah dari kelalaian pembuatan kebijakan RTRW yang baru, kemudian
dari segi pembinaan bagi petani ataupun perlindungan bagi petani yang masih rendah
serta penyampaian data yaang tidak sesuai dengan keadaan sesungguhnya dimana
berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dikawasan Danau Dusun Besar selama
lima tahun terakhir hanya satu hektar yang beralih fungsi padahal fakta sebenarnya
lebih dari itu. Selain itu lemahnya pengawasan dan pengendalian juga menjadi alasan
terjadinya alih fungsi lahan sawah beririgasi.
Pengendalian dalam perizinan dan penegakkan hukum yang belum berjalan sesuai
dengan peraturan, bahwa seharusnya izin usaha dan izin bangunan yang ada
dikawasan Danau Dusun Besar secara kelembagaan dinas Tata kota dan Pengawasan
Bangunan tidak akan pernah memberi izin dan apabila terjadi dikelurkannya izin
tersebut maka izin tersebut dikeluarkan oleh oknum perizinan itu sendiri sehingga izin
mendirikan bangunan yang keluar tetap termasuk illegal dan sanksi bagi oknum
diberi sanksi ringan seperti dimutasikan ke dinas atau instansi yang lain.

KESIMPULAN
Jika dianalisis maka dapat di tarik kesimpulan bahwa dampak negatif yang
ditimbulkan dari adanya pengalih fungsian lahan sawah beririgasi di kawasan Dusun
Besar jauh lebih banyak dari pada dampak positif tanpa adanya pengalih fungsian
lahan. Sehingga solusi yang dapat dijalankan agar dapat meningkatan dampak positif
dan meminimalisirkaan dampak negatif ialah, dimana kondisi yang harus tetap
dipertahankan ialah lahan sawah beririgasi dan mengurangi adaanya alih fungsi lahan
kecuali sudah dalam kondisi darurat.
Saran yang dapat diberikan penulis terkait permasalahan ini ialah melakukan
pengembalian terhadap lahan sawah beririgasi di kawasan dusun besar yang sudah
teralalih fungsikan oleh pihak yang bewenang,kemudian adanya PERDA yang dapat
meindungi lahan pertanian pangan, lalu membuat peraturan perundang-undangan
agar semua pihak terkait dapat menjalankan tugas mereka sebagaimana mestinya.

REFERENSI
Alimansyah, Sip, Dr. Agus Heruanto Hadna, M.Si. (2011). Penyimpangan
Pemanfaatan Ruang (Studi Kasus Alih Fungsi Lahan Sawah Beririgasi Teknis di
Kawasan Danau Dusun Besar Kota Bengkulu. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.
Berita Harian Rakyat Bengkulu, 8 Oktober 2010
Catur, TB., Purwanto, J., Uchyani, R., F dan Susi, W.A. 2010. Dampak alih fungsi
lahan pertanian ke sektor non pertanian Terhadap ketersediaan beras di
kabupaten klaten Provinsi jawa tengah. J.Caraka Tani Vol. 25 (1):38-42.
Ernawi S, Imam. 2008. “Kebijakan Penataan Ruang Berdasarkan UU No 26 Tahun
2007 Dalam Rangka Penyelenggaraan Infrastruktur Pekerjaan Umum”. Jakarta.
Dirjen Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum
Laporan Tahunan Penggunaan Lahan Dinas Pertanian & Peternakan kota Bengkulu
2006-2010.
LAMPIRAN

Dokumentasi:
Belum lama ini disekitaran kawasan Danau Dendam Tak Sudah, sedang diadakan
suatu proyek yang meratakan lahan yang sebelumnya merupakan lahan yang ditanami
oleh padi atau lahan sawah. Isunya wilayah tersebut sedang dibangun flyover untuk
jalan sepanjang 444 meter.

Anda mungkin juga menyukai