Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 7 No 1 : 59-68, 2020

e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2020.007.1.8

DAYA DUKUNG PANGAN DALAM MENDUKUNG


KETERSEDIAAN PANGAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Food Carrying Capacity in Supporting Food Availability of South
Sumatera Province

Sabrina Sabila*
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Selatan, Jl. Kapten A. Rivai No. 23 Palembang
*Penulis korespondensi: sabrina_bila@yahoo.com

Abstract
South Sumatra Province has the potential of agricultural land, especially rice food, so it is necessary
to manage agricultural land optimally to support the availability in meeting food needs. This research
was focused on the carrying capacity of food that aimed to determine the carrying capacity of
land/food based on supply and demand of land/food so that it can be known that the carrying
capacity of regional food is sufficient or not in meeting food needs. This research method used a
quantitative descriptive. The results showed the South Sumatra Province's food carrying capacity
based on the incoming category/surplus category with a value of 3.32 or 2,167,003.04 tons of rice,
but still included in the budget and deficit areas, would be adjusted to those that entered a large
surplus. While the regions that indicated the lowest deficit level at the score limit of 0.93-1.89 were
five regencies/cities, while the deficit at the score limit was 0.08-0.95 as many as four regencies/cities.
Regions that are indicated deficit become the main priority to be supported by regions indicated by
large surpluses.
Keywords: carrying capacity, food, land

Pendahuluan penunjang hidup manusia. Hal yang sama pula


dinyatakan oleh Karsin (2004) bahwa pangan
Lahan dapat diartikan tanah terbuka, tanah merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial
garapan, maupun tanah yang belum diolah atau bagi manusia untuk mempertahankan hidup dan
diusahakan yang dihubungkan dengan arti atau kehidupan. Untuk pemenuhan akan
fungsi sosio-ekonomi bagi masyarakat (Kamus ketersediaan pangan terutama beras perlu
Tata Ruang, 1997). Fungsi lahan sangat erat memperhatikan ketersediaan lahan yang
hubungannya dengan ruang, di mana apabila menjadi faktor produksi utama untuk
dikaitkan dengan pemanfaatan maupun memproduksi pangan. Hal ini didukung oleh
pengaturannya, maka ruang disebut kawasan pernyataan Food and Agriculture Organization
yang memiliki batas fungsi (Deliyanto, 2014). (1996) bahwa ketersediaan pangan menjadi salah
Secara fungsional, kawasan terdiri atas kawasan satu faktor penentu ketahanan pangan agar
lindung dan kawasan budidaya sesuai dengan tercukupinya kebutuhan dan keamanan akan
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 pangan. Permasalahan yang terjadi dalam
tentang Penataan Ruang. penyediaan lahan untuk pangan adalah
Dalam pemanfaatan ruang, kawasan yang penurunan luas lahan akibat alih fungsi lahan ke
menjadi perhatian adalah kawasan budidaya non pertanian. Hal ini akan berakibat pada
yakni kawasan pertanian terutama yang penurunan kualitas lingkungan yang disebabkan
berkaitan dengan pangan. Hal ini mengingat oleh meningkatnya pertumbuhan penduduk dan
pangan menjadi salah satu komoditas utama kegiatan ekonomi (Widodo et al., 2015).

http://jtsl.ub.ac.id 59
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 7 No 1 : 59-68, 2020
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2020.007.1.8

Salah satu daerah yang mengalami permasalahan dan lahan merupakan dasar penting dalam
penurunan luas lahan pertanian untuk pangan proses produksi untuk mencapai tujuan
terutama beras adalah Provinsi Sumatera pembangunan. Ketersediaan dan pencadangan
Selatan. Berdasarkan data tutupan lahan sumber daya alam pendukung kegiatan
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2017 yang pembangunan harus dipastikan dapat
bersumber dari Dinas Kehutanan Provinsi memenuhi kebutuhan kegiatan pembangunan
Sumatera Selatan terjadi penurunan sawah generasi saat ini maupun generasi di masa yang
irigasi dibandingkan data tutupan lahan tahun akan datang sehingga terciptanya keberlanjutan
2014, yakni dari 302.562 ha berkurang menjadi pembangunan.
286.353 ha untuk sawah irigasi, sedangkan untuk Hal ini sejalan dengan pernyataan Widodo
sawah tadah hujan mengalami pernambahan et al. (2015) bahwa daya dukung lingkungan
luasan dari 29.320 bertambah menjadi 136.472 adalah perbandingan antara supply (ketersediaan)
ha. Akan tetapi, apabila dibandingkan tutupan dan demand (kebutuhan). Selain itu, didukung
lahan tahun 2010, maka sawah irigasi mengalami pula oleh pernyataan Muta’ali (2012) bahwa
penambahan luasan, yakni dari 285.180 dalam pengembangan wilayah, pendekatan
bertambah menjadi 286.353 ha, sedangkan konsep ambang batas pada daya dukung
untuk sawah tadah hujan terus mengalami lingkungan digunakan untuk mempelajari
peningkatan luasan, yakni dari 25.024 ha dampak yang terjadi pada lingkungan akibat
bertambah menjadi 136.472 ha. pengembangan wilayah dan pertumbuhan
Selain itu, menurut Kepala Badan penduduk.
Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian
Manusia Pertanian Kementerian Pertanian, ini difokuskan pada daya dukung pangan yang
lahan pertanian di Sumatera Selataan masih bertujuan untuk mengetahui daya dukung
belum diolah secara maksimal untuk mencapai lahan/pangan berdasarkan perbandingan supply
swasembada pangan atau surplus pangan (ketersediaan) dan demand (kebutuhan)
sehingga secara nasional tidak kekurangan lahan/pangan sehingga dapat diketahui daya
pangan (Aminah, 2018). Dengan adanya potensi dukung lahan/pangan dalam keadaan
lahan pertanian yang luas, namun belum diolah mencukupi atau tidak dalam memenuhi
maksimal, maka Pemerintah Pusat melalui kebutuhan lahan/pangan. Keutamaan dalam
Kementerian Pertanian melakukan program penelitian ini menghitung daya dukung
Serasi (Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani) di lahan/pangan selain sesuai Peraturan Menteri
Provinsi Sumatera Selatan yang tepatnya Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun
berlokasi di Kabupaten Banyuasin seluas kurang 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya
lebih 200.000 ha (Febrinastri, 2019). Apabila Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan
upaya ini dilakukan, maka Sumatera Selatan akan Ruang Wilayah, namun juga menggunakan
menjadi Lumbung Pangan Nasional pada tahun metode kuartil dalam hal penentuan
2021 (Antara, 2019). batasan/kategori daya dukung pangan/lahan.
Berkaitan dengan potensi dan Penelitian ini dilakukan di Provinsi
permasalahan, serta upaya ketersediaan dan Sumatera Selatan seluas 91.592,43 km2 atau
kebutuhan pangan di atas, maka perlu diketahui 9.159.243 Ha (sesuai Peraturan Daerah Provinsi
daya dukung lingkungan hidup (DDLH). Sumatera Selatan Nomor 11 Tahun 2016 dan
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137
2009 tentang Perlindungan dan Pengolahan Tahun 2017) yang terdiri atas 13 Kabupaten dan
dikatakan bahwa DDLH diperlukan dalam 4 Kota dengan Kota Palembang sebagai ibukota
mengetahui kemampuan lingkungan hidup Provinsi. Batas administrastif Provinsi Sumatera
untuk mendukung kegiatan manusia, makhluk Selatan, yakni pada sebelah utara berbatasan
hidup lain dan keseimbangan antar keduanya. dengan Provinsi Jambi, sebelah selatan
Ditambahkan pula pada dokumen Daya berbatasan dengan Provinsi Lampung, sebelah
Dukung dan Daya Tampung Lingungan Hidup barat berbatasan dengan Provinsi Bengkulu, dan
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017 bahwa sebelah timur berbatasan dengan Provinsi
dukungan sumber daya alam berupa air, pangan Kepulauan Bangka Belitung.

http://jtsl.ub.ac.id 60
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 7 No 1 : 59-68, 2020
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2020.007.1.8

Gambar 1. Peta wilayah administrasi Provinsi Sumatera Selatan (Perda RTRW Provinsi Sumatera
Selatan Nomor 11 Tahun 2016, Bappeda Provinsi Sumatera Selatan, 2016.

Metode Penelitian perkalian tersebut dibagi 100 (PermenLH No.


17 Tahun 2009; Badan Pusat Statistik, 2018).
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitiatif berdasarkan data bersifat kuantatif Pi x Hi
atau angka statistik dari variabel-variabel daya SL =
dukung pangan, meliputi produksi beras dan 100
konsumsi beras. Penentuan variabel-variabel
keterangan:
daya dukung pangan dilakukan sesuai Peraturan
SL = Ketersediaan lahan (ha)
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17
Pi = Produksi padi (t)
Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya
Hi = Harga satuan padi atau Konversi
Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan
Gabah Kering Giling (per kg)
Ruang Wilayah, di mana perhitungan tersebut
(62,74)
dilakukan dengan pendekatan produksi beras
dari sisi ketersediaan (supply) lahan dan konsumsi
Konsumsi beras dengan satuan ton dalam hal ini
beras dari sisi kebutuhan (demand) lahan.
berkaitan dengan kebutuhan (demand)
Produksi beras dengan satuan ton dalam
pangan/lahan didapat dari penduduk (jiwa)
hal ini berkaitan dengan ketersediaan (supply)
dikali konsumsi beras (kg/orang/tahun) tahun
pangan/lahan didapat dari perhitungan
2017 sebesar 114,6 yang bersumber dai Badan
produksi padi (ton) dikali konversi Gabah
Pusat Statistik Tahun 2018, kemudian hasil
Kering Giling/GKG ke beras sebesar 62,74
perkalian tersebut dibagi 1000. Data Penduduk
yang bersumber dari Badan Pusat Statistik
didapat dari Dinas Kependudukan dan
Tahun 2018. Produksi padi diperoleh dari data
Pencatatan Sipil Provinsi Sumatera Selatan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Tahun 2018. Hal ini mengingat bahwa sesuai
Hortikultura pada tahun 2017, kemudian hasil
arahan dari Menteri Dalam Negeri Nomor:

http://jtsl.ub.ac.id 61
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 7 No 1 : 59-68, 2020
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2020.007.1.8

050/4015/Bangda tanggal 16 Agustus 2018 dukung pangan/lahan tersebut yang telah


bahwa dalam penyusunan perencanaan dihitung sebelumnya. Dengan demikian, dapat
pembangunan daerah wajib menggunakan data diindikasikan bahwa dengan menggunakan
kependudukan yang bersumber dari perangkat perhitungan sebelumnya akan menunjukan hasil
daerah yang membidangi administrasi yang berbeda dengan perhitungan dengan
kependudukan dan pencatatan sipil di tingkat metode kuartil ini atau dengan kata lain dari yang
provinsi. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat sebelumnya hanya 3 kategori/batasan menjadi 4
memberikan masukan pada perencanaan kategori/batasan. Perhitungan metode kuartil
pembangunan daerah terkait dengan pada penelitian ini dilakukan dengan
ketersediaan pangan, seperti penyusunan menentukan data kuartil baik yang ganjil dan
rencana tata ruang dan evaluasi pemanfaatan genap (Ananda dan Fadhil, 2018). Apabila data
ruang melalui upaya pemanfaatan ruang. ganjil, maka perhitungannya dari nilai tengah
Perhitungaan kebutuhan lahan menggunakan masing-masing kuartil yakni kuartil 1, 2, dan 3.
rumus sesuai PermenLH No. 17 Tahun 2009 Apabila data genap, maka mencari nilai
sebagai berikut, tengahnya (Q2) dengan membagi nilai minimal
ditambah nilai maksimal menjadi dua bagian
N x KHLL yang sama, begitupula dengan data yang untuk
DL = kuartil bawah (Q1) dan kuartil atas (Q3)
1000
(Arikunto, 2013).
Keterangan:
DL = Total kebutuhan lahan setara beras q1 = ¼ x n (responden) +1
(ha) q2 = ½ x n (responden) +1
N = Jumlah penduduk (orang) q3 = ¾ x n (responden) +1
KHLL Luas lahan yang dibutuhkan untuk
= kebutuhan hidup layak per
penduduk atau konsumsi beras
(kg/orang/tahun) (114,6)

Dari kedua variabel tersebut, kemudian


dilakukan perhitungan daya dukung pangan Pembagian batasan/kategori data dukung
dengan membandingkan antara ketersediaan pangan, meliputi
pangan/lahan (SL) dan kebutuhan 1. Kuartil 3 ≤ x ≤ Skor Maksimal
pangan/lahan (DL), yakni 2. Median≤ x < Kuartil 3
1. Apabila SL > DL dengan nilai diatas 2, maka 3. Kuartil 1 ≤ x < Median
daya dukung pangan/lahan dinyatakan 4. Skor Minimal ≤ x < Kuartil 1
surplus besar.
2. Apabila SL > DL dengan nilai antara 1-2, Hasil dan Pembahasan
maka daya dukung pangan/lahan dinyatakan
surplus. Analisis daya dukung pangan Provinsi
3. Apabila SL < DL denga nilai kurang dari 1, Sumatera Selatan
maka daya dukung pangan/lahan dinyatakan
defisit. Berdasarkan hasil perhitungan daya dukung
Metode selanjutnya yang digunakan adalah pangan Provinsi Sumatera Selatan didapatkan
metode kuartil, di mana kuartil adalah batasan data statistik mengenai produksi beras terkait
yang akan membagi distribusi frekuensi menjadi ketersediaan pangan/lahan dan konsumsi beras
empat sama besar (Ananda dan Fadhil, 2018). terkait kebutuhan pangan/lahan. Ketersediaan
Metode yang digunakan pada penelitian ini pangan Provinsi Sumatera Selatan diketahui
bertujuan untuk mengetahui batasan daya bahwa Kabupaten Banyuasin merupakan daerah
dukung pangan/lahan tersebut dari yang surplus yang memiliki produksi beras yang paling tinggi
besar, surplus dan defisit menjadi surplus besar, sebesar 819.091,40 ton. sedangkan yang paling
surplus, hampir defisit dan defisit dari daya rendah adalah Kota Prabumulih sebesar
1.644,42 ton (Tabel 1 dan Gambar 2).

http://jtsl.ub.ac.id 62
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 7 No 1 : 59-68, 2020
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2020.007.1.8

Tabel 1. Daya dukung pangan Provinsi Sumatera Selatan.


No. Kabupaten/ Kota Produksi Padi Produksi Beras (Ton) Penduduk (Jiwa) Konsumsi Beras Daya Dukung Keterangan
(ton) (Ketersediaan (N) (ton) Pangan
(Pi) Pangan/ Lahan) (Kebutuhan (Produksi Beras/
(SL) Pangan/ Lahan) Konsumsi Beras)
(DL) (SL/DL)
(DD Pangan)
1 Banyuasin 1.305.533,00 819.091,40 803.895,00 92.126,37 8,89 Surplus Besar
2 Empat Lawang 106.952,00 67.101,68 327.053,00 37.480,27 1,79 Surplus
3 Lahat 208.087,00 130.553,78 427.320,00 48.970,87 2,67 Surplus Besar
4 Lubuklinggau 27.089,00 16.995,64 217.119,00 24.881,84 0,68 Defisit
5 Muara Enim 178.978,00 112.290,80 567.450,00 65.029,77 1,73 Surplus
6 Musi Banyuasin 368.516,00 231.206,94 608.125,00 69.691,13 3,32 Surplus Besar
7 Musi Rawas 388.329,00 243.637,61 408.597,00 46.825,22 5,20 Surplus Besar
8 Musi Rawas Utara 34.446,00 21.611,42 188.680,00 21.622,73 1,00 Surplus
9 Ogan Ilir 211.616,00 132.767,88 419.529,00 48.078,02 2,76 Surplus Besar
10 Ogan Komering Ilir 819.206,00 513.969,84 721.571,00 82.692,04 6,22 Surplus Besar
11 Ogan Komering Ulu 56.872,00 35.681,49 357.502,00 40.969,73 0,87 Defisit
12 Ogan Komering Ulu 197.591,00 123.968,59 410.303,00 47.020,72 2,64 Surplus Besar
Selatan
13 Ogan Komering Ulu 921.979,00 578.449,62 633.810,00 72.634,63 7,96 Surplus Besar
Timur
14 Pagar Alam 48.010,00 30.121,47 139.867,00 16.028,76 1,88 Surplus
15 Palembang 21.661,00 13.590,11 1.560.297,00 178.810,04 0,08 Defisit
16 Penukal Abab 45.585,00 28.600,03 170.497,00 19.538,96 1,46 Surplus
Lematang Ilir
17 Prabumulih 2.621,00 1.644,42 190.913,00 21.878,63 0,08 Defisit
Sumatera Selatan 4.943.071,00 3.101.282,75 8.152.528,00 934.279,71 3,32 Surplus Besar
Surplus Besar Beras (ton) 2.167.003,04

http://jtsl.ub.ac.id 63
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 7 No 1 : 59-68, 2020
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2020.007.1.8

Gambar 2. Daya dukung pangan Provinsi Sumatera Selatan

Hal ini dikarenakan produksi beras Kabupaten Lubuklinggau, dan OKU. Keadaan defisit
Banyuasin lebih tinggi dari Kota Prabumulih. menunjukan bahwa ketersediaan pangan sudah
Kebutuhan pangan Provinsi Sumatera Selatan tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan.
diketahui bahwa Kota Palembang merupakan Dilihat secara keseluruhan atau rata-rata
daerah dengan konsumsi beras paling tinggi bahwa daya dukung pangan Provinsi Sumatera
sebesar 1.560.297 ton, sedangkan yang paling Selatan bernilai diatas 2 yakni 3,32 atau
rendah adalah Kota Pagar Alam sebesar 139.867 mengalami surplus besar sebesar 2.167.003,04
ton. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk Kota ton, di mana ketersediaan pangan Provinsi
Palembag lebih banyak daripada Kota Pagar Sumatera Selatan sebesar 3.101.282,75 ton
Alam. melebihi kebutuhan pangan sebesar 934.279,71
Nilai-nilai tersebut diperlukan untuk ton sehingga daerah yang mengalami defisit
mengetahui daya dukung pangan suatu wilayah dapat didukung oleh daerah yang mengalami
dalam keadaan surplus besar, surplus dan defisit. surplus besar dan surplus.
Dari hasil perhitungan daya dukung pangan
Analisis batasan daya dukung pangan
Provinsi Sumatera Selatan diketahui bahwa
Provinsi Sumatera Selatan
didominasi oleh surplus besar dengan nilai di
atas 2 sebanyak delapan Kabupaten, yakni Analisis ini bertujuan untuk mengetahui batasan
Banyuasin, OKU Timur, OKU, Musi Rawas, daya dukung pangan/lahan dari surplus besar,
Musi Banyuasin, Ogan Ilir, Lahat dan OKU surplus dan defisit menjadi surplus besar,
Selatan. Keadaan surplus besar menunjukan surplus, hampir defisit dan defisit berdasarkan
bahwa ketersediaan pangan melebihi kebutuhan daya dukung pangan/lahan yang telah dihitung
pangan. Daya Dukung Pangan yang mengalami sebelumnya. Dari hasil perhitungan ini,
surplus dengan nilai berkisar 1-2 sebanyak lima diketahui bahwa didominasi oleh batasan daya
kabupaten/kota, yakni Musi Rawas Utara, dukung pangan yang terindikasi masuk ke
PALI, Pagar Alam, Muara Enim, dan Empat hampir defisit pangan, yakni terdapat lima
Lawang. Keadaan surplus menunjukan bahwa kabupaten/kota, meliputi Pagar Alam, Empat
ketersediaan pangan mencukupi kebutuhan Lawang, Muara Enim, Penukal Abab Lematang
pangan. Daya dukung pangan yang mengalam Ilir dan Musi Rawas Utara (Tabel 2, Gambar 3
defisit dengan nilai dibawah 1 sebanyak empat dan 4). Perhitungan sebelumnya, daerah yang
kabupaten/kota, yakni Prabumulih, Palembang, sebelumnya surplus terindikasi hampir defisit.

http://jtsl.ub.ac.id 64
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 7 No 1 : 59-68, 2020
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2020.007.1.8

Tabel 2. Batasan daya dukung pangan Provinsi Sumatera Selatan


No. Kabupaten/Kota Daya Kuartil Ulasan Batas Skor Batasan/
Dukung Bawah, DD Kategori
Pangan Tengah dan Pangan DD Pangan
(DD Atas (Q1, Q2,
Pangan) Q3)
1 Banyuasin 8,89
Ogan Komering
2 7,96 Kuartil 3 ≤
Ulu Timur Surplus
Ogan Komering x ≤ Skor 4,25-8,89
3 6,22 Besar
Ilir Maksimal
4 Musi Rawas 5,20
5 Musi Banyuasin 3,32
6 Ogan Ilir 2,76
Median≤ x
7 Lahat 2,67 1,87-4,27 Surplus
Skor Minimal = < Kuartil 3
Ogan Komering 0,08
8 2,64
Ulu Selatan Q1 = 0,94
9 Pagar Alam 1,88 Q2 = 1,88
Q3 = 4,26
10 Empat Lawang 1,79
Skor Maksimal
11 Muara Enim 1,73 = 8,89 Kuartil 1 ≤ Hampir
0,93-1,89
Penukal Abab x < Median Defisit
12 1,46
Lematang Ilir
13 Musi Rawas Utara 1,00
Ogan Komering
14 0,87
Ulu
Skor
15 Lubuklinggau 0,68 Minimal ≤ x 0,08-0,95 Defisit
16 Palembang 0,08 < Kuartil 1
17 Prabumulih 0,08
Sumatera Selatan 3,32 Surplus

Gambar 3. Grafik batasan daya dukung pangan Provinsi Sumatera Selatan

http://jtsl.ub.ac.id 65
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 7 No 1 : 59-68, 2020
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2020.007.1.8

Gambar 4. Peta daya dukung pangan Provinsi Sumatera Selatan.

Begitu pula dengan batasan daya dukung pangan mencukupi kebutuhan pangan sehingga daerah
lainnya, untuk surplus besar diindikasikan yang mengalami defisit dapat didukung oleh
berada di empat kabupaten, yakni Banyuasin, daerah yang mengalami surplus besar dan
OKU Timur, OKI, dan Musi Rawas, sedangkan surplus.
surplus diindikasikan berada di empat
kabupaten, yakni Musi Banyuasin, Ogan Ilir,
Lahat, dan OKU Selatan. Pada perhitungan
Kesimpulan
sebelumnya daerah yang masuk ke surplus besar Dilihat dari hasil temuan studi penelitian, maka
terdapat delapan kabupaten, sedangkan pada dapat disimpulkan bahwa daya dukung pangan
perhitungan batasan ini terindikasi empat Provnsi Sumatera Selatan secara keseluruhan
kabupaten masuk ke surplus besar dan 4 (empat) masuk batasan/kategori surplus dengan nilai
kabupaten lainnya masuk ke surplus. Hal yang sebesar 3,32 atau sebanyak 2.167.003,04 ton
sama ditunjukan pada batasan yang masuk atau beras, namun masih terdapat daerah yang masuk
terindikasi defisit dengan perhitungan ke hampir defisit dan defisit, akan tetapi adapula
sebelumnya, di mana terdapat empat yang masuk ke surplus besar.
kabupaten/kota defisit pangan, yakni OKU, Daerah yang terindikasi hampir defisit
Lubuklinggau, Palembang, dan Prabumulih. berada pada batas skor 0,93-1,89 sebanyak lima
Dilihat secara keseluruhan, rata-rata daya kabupaten/kota, sedangkan yang defisit pada
dukung pangan Provinsi Sumatera Selatan batas skor 0,08-0,95 sebanyak empat
terindikasi masuk ke surplus, sedangkan pada kabupaten/kota. daerah yang diindikasikan
perhitungan sebelumnya masuk ke surplus defisit dan hampir defisit menjadi prioritas
besar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa utama untuk didukung oleh daerah yang
ketersediaan pangan Provinsi Sumatera Selatan terindikasi surplus besar dan surplus. Dalam

http://jtsl.ub.ac.id 66
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 7 No 1 : 59-68, 2020
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2020.007.1.8

upaya keberlanjutan pangan seiring dengan 2017. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera
adanya peningkatan kebutuhan pangan/lahan Selatan.
yang berpengaruh pada ketersediaan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi
pangan/lahan, maka perlu adanya kebijakan Sumatera Selatan. 2018. Data Jumlah Penduduk
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013-2018.
lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan
Palembang: Dinas Kependudukan dan
didukung peningkatan layanan sistem irigasi Pencatatan Sipil Provinsi Sumatera Selatan.
yang bersesuaian dengan rencana tata ruang Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Provinsi
wilayah provinsi dan kabupaten/kota agar daya Sumatera Selatan. 2017. Daya Dukung dan Daya
dukung pangan tetap dalam keadaan surplus Tampung Lingkungan Hidup (DDDTLH)
bahkan surplus besar dalam menjadikan Berbasis Jasa Ekosistem Provinsi Sumatera
Sumatera Selatan menjadi lumbung pangan Selatan. Palembang: Dinas Lingkungan Hidup
nasional. dan Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan.
Penelitian ini memberikan kontribusi Febrinastri, F. 2019. Gubernur Sumsel: Pertanian
terhadap penerapan perhitungan pada teori daya Jadi Potensi yang Dapat Turunkan Kemiskinan.
Available at:
dukung pangan, di mana kontribusinya terletak
https://www.suara.com/bisnis/2019/07/03/08
pada perhitungan metode kuartil dalam 0221/gubernur-sumsel-pertanian-jadi-potensi-
penentuan batasan/kategori daya dukung yang-dapat-turunkan-kemiskinan. Diakses pada
pangan. tanggal 18 September 2019.
Dalam penelitian ini memiliki keterbatasan Food and Agriculture Organization. 1996. Rome
studi berdasarkan hasil perhitungan data Declaration on World Food Security. World
sekunder hanya pada pangan tanpa Food Summit Plan of Action. Rome, Italy:
memperhatikan aspek-aspek lainnya dari hasil Author. Retrieved from
forum diskus agar lebih detail dan spesifik, maka http://www.fao.org/docrep/003/w3613e/w36
perlu adanya studi lanjutan, mengenai 1) kajian 13e00.HTM.
Kamus Tata Ruang. Direktorat Jenderal Cipta Karya
daya dukung lahan (mencakup komoditas
Departemen Pekerjaan Umum, Ikatan Ahli
pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, Perencanaan Indonesia, 1997.
dan perikanan) dan 2) kajian strategi/skenario Karsin, E.S. 2004. Peranan Pangan dan Gizi Dalam
daya dukung pangan. Pembangunan dalam Y. F. Baliwati, A. Khomsan
dan CW. Dwiriani (eds), Pengantar Pangan dan
Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Daftar Pustaka Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia.
Aminah, A.N. 2018. Kementan: Lahan Pertanian di 2018. Direktorat Jenderal Bina Pembangunan
Sumsel Belum Diolah Maksimal. Available at: Daerah. Surat Menteri Dalam Negeri Nomor:
https://www.republika.co.id/berita/nasional/d 050/4015/Bangda tanggal 16 Agustus 2018.
aerah/18/09/13/pezbqg384-kementan-lahan- Penggunaan Data Kependudukan dalam
pertanian-di-sumsel-belum-diolah-maksimal. Penyusunan Dokumen Rencana Pembangunan
Diakses pada tanggal 18 September 2019. Daerah, 2018.
Ananda, R. dan Fadhli, M. 2018. Statsitik Pendidikan: Muta’ali, L. 2012. Daya Dukung Lingkungan Untuk
Teori dan Praktik dalam Pendidikan. Medan: CV. Perencanaan Pengembangan Wilayah.
Widya Puspita. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi
Antara. 2019. Mentan: Sumsel Lumbung Pangan Universitas Gadjah Mada.
Nasional di 2021. Available at: Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. 2016.
https://www.medcom.id/ekonomi/mikro/VN Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2016 tentang
xZ0vyk-mentan-sumsel-lumbung-pangan- Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera
nasional-di-2021. Diakses pada tanggal 18 Selatan Tahun 2016-2036. Lembaran Daerah
September 2019. Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016 Nomor
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu 04. Sekretaris Daerah. Palembang.
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Badan Pusat Statistik. 2018. Survei Konversi Gabah Sumatera Selatan Tahun 2016-2036. Badan
ke Beras. Jakarta: PT. Citra Mawana Patamaro. Perencanaan dan Pembangunan Daerah Provinsi
Deliyanto, B. 2014. Manajemen Lahan. Banten: Sumatera Selatan, 2016.
Universitas Terbuka. Republik Indonesia. 2007. Undangn-Undang Nomor
Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan. 2017. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Tutupan lahan Provinsi Sumatera Selatan tahun

http://jtsl.ub.ac.id 67
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 7 No 1 : 59-68, 2020
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2020.007.1.8

Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68. Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Dalam
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Jakarta. Negeri Republik Indonesia Nomor 137 Tahun
Republik Indonesia. 2009. Peraturan Menteri Negara 2017 tentang Kode dan Data Wilayah
Lingkugan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Administrasi Pemerintahan. Lembaran Negara
tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya RI Tahun 2017 Nomor 1955. Biro Hukum.
Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Jakarta.
Ruang Wilayah. Deputi V MENLH Bidang Widodo, B., Lupyanto, R., Sulistiono, B., Harjito,
Penataan Lingkungan. Jakarta. D.A. dan Hamidin, J. 2015. Analysis of
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang environmental carrying capacity for the
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 development of sustainable settlement in
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Yogyakarta Urban Area. Procedia Environmental
Lingkungan Hidup. Lembaran Negara RI Tahun Sciences 28: 519–527. doi :
2009 Nomor 140. Sekretariat Negara. Jakarta. 10.1016/j.proenv.2015.07.062.
.

http://jtsl.ub.ac.id 68

Anda mungkin juga menyukai