Anda di halaman 1dari 2

4.

2 Pembahasan

4.2.1 Peran DDL dalam Pemenuhan Kebutuhan Manusia

Tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya diikuti


dengan meningkatnya kebutuhan pangan oleh masyarakat. Namun, keterbatasan lahan menjadi
salah satu faktor penghambat pemenuhan kebutuhan pangan. Daya dukung lahan (DDL)
merupakan kemampuan lahan dalam mendukung keberlangsungan hidup manusia dan makhluk
hidup lainnya dan dapat dinyatakan seimbang jika luas lahan pertanian pada suatu daerah dapat
memenuhi kebutuhan fisik penduduknya (Talumingan dan Jocom, 2017). Perhitungan terhadap
daya dukung lahan perlu dilakukan karena melalui perhitungan DDL akan mampu mengetahui
kemampuan keberadaan suatu lahan dalam mendukung keberlangsungan kehidupan makhluk
hidup yang berada di dalamnya. Berdasarkan data Pemerintahan Kecamatan Dau (2017), jumlah
penduduk di Desa Petungsewu berkisar 3.426 jiwa. Menurut perhitungan DDL yang telah
dilakukan, didapatkan hasil jumlah panen kedua komoditas yang dibudidayakan di lahan tersebut
yaitu jeruk dan cabai, apabila dihitung dapat memenuhi kebutuhan kalori 156.710 orang dalam
satu hari. Sedangkan dalam 1 tahun dapat memenuhi kebutuhan 429 orang, dengan rata-rata
kebutuhan kalori orang dewasa 2000 kalori perhari. Adapun hasil perhitungan tingkat daya
dukung lahan pertanian didapatkan nilai 0,0001545 yang menunjukkan bahwa wilayah tersebut
belum mampu swasembada pangan. Rendahnya nilai tingkat swasembada pangan tersebut
dikarenakan tingginya populasi penduduk disertai dengan rendahnya luasan lahan yang dimiliki.
Hal ini sejalan dengan Bappenas (2015) bahwa kurangnya nilai daya dukung lahan terjadi karena
dipengaruhi kurangnya luasan lahan pertanian yang semakin menyusut. Oleh karena itu, perlu
adanya perhatian lebih lanjut dari pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk yang
semakin meningkat sehingga ketahanan dan swasembada pangan di Indonesia menjadi lebih
baik.

Perhitungan terhadap DDL bukanlah besaran yang tetap untuk mengklasifikasikan suatu
lahan telah layak atau tidak dalam pemenuhan kebutuhan manusia. Hal tersebut dikarenakan
terdapat faktor lain yang mampu merubah dari daya dukung kemampuan suatu lahan, salah
satunya adalah pertambahan penduduk. Menurut Moniaga (2011), pertumbuhan dan penambahan
penduduk akan mampu merubah status daya dukung suatu lahan. Jumlah penduduk yang terus
bertambah akan berakibat pada ketidakseimbangan suatu lahan dalam pemenuhan kebutuhan
manusia. Fenomena tersebut dapat dilihat melalui seiring bertambahnya jumlah penduduk, maka
akan terjadi pembangunan fisik seperti bangunan untuk mendorong dan menunjang kebutuhan
manusia. Akibat dari adanya pembangunan fisik tersebut, secara langsung maupun tidak
langsung akan berdampak pada pertanian, dimana lahan pertanian akan semakin menyempit
sedangkan kebutuhan akan pangan akan semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah
penduduk. Namun penurunan daya dukung kemampuan suatu lahan dapat diminimalisir dengan
melakukan beberapa tindakan, yaitu diantaranya dengan melakukan konservasi lahan dan
intensifikasi lahan. Menurut Mubarokah et al. (2020), konservasi lahan dilakukan dengan cara
merubah jenis dari penggunaan lahan ke arah jenis penggunaan lahan yang lebih menguntungkan
usahatani, namun tetap harus memperhatikan keseimbangan dan kesesuaian lingkungannya.
Sedangkan intensifikasi lahan dapat dilakukan menerapkan teknologi baru dalam menjalankan
usahatani. Melalui penerapan teknologi, akan mampu menunjang hasil usahatani yang lebih
optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Bappenas. (2015). Evaluasi Implementasi Kebijakan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.


Direktorat Pangan dan Pertanian. Bappenas. Jakarta.

Mubarokah, N., Rachman, L. M., dan Tarigan, S. D. 2020. Analisis Daya Dukung Lahan
Pertanian Tanaman Pangan Daerah Aliran Sungai Cibaliung, Provinsi Banten. JIPI. 25 (1): 73-
80.

Moniaga, V. R. B. 2011. Analisis Daya Dukung Lahan Pertanian. ASE. 7 (2): 61-68.

Talumingan, C. dan Jocom, S.G. (2017). Kajian Daya Dukung Lahan Pertanian dalam
Menunjang Swasembada Pangan di Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal Agri-Sosio Ekonomi
Unsrat. 13(1): 11-24.

Anda mungkin juga menyukai