Anda di halaman 1dari 2

Keberadaan gulma dalam suatu ekosistem pertanian merupakan hal yang cukup umum terjadi.

Meskipun cukup umum, keberadaan gulma tetap menjadi ancaman bagi pertumbuhan tanaman yang
akan dibudidayakan. Menurut Sarifin, et al. (2017), gulma merupakan spesies tanaman liar yang telah
melakukan penyesuaian dengan kondisi lingkungan sehingga dapat melakukan persaingan hidup dengan
komoditas budidaya baik diatas maupun di dalam tanah. Berdasarkan indikator keberhasilan gulma
Berdasarkan hasil pengamatan vegetasi gulma dengan perhitungan nilai indeks keragaman Shannon
Wiener (H’) dan Indeks Dominasi Simson (C). Plot 4 (pemukiman) memiliki nilai keragaman gulma paling
tinggi dibandingkan dengan plot lainnya sehingga dapat dikategorikan kurang. Hal tersebut dikarenakan
tingginya keberadaan gulma pada suatu lahan akan merugikan karena adanya persaingan dengan
tanaman budidaya. Dampak dari kehadiran gulma terhadap tanaman budidaya dapat menyebabkan
terjadinya persaingan cahaya, air, dan nutrisi antara tanaman utama dengan gulma, serta bersifat
allelopati. Selaras dengan pendapat Uluputty (2014) bahwa gulma merupakan salah satu OPT yang
sering menjadi permasalahan pada budidaya tanaman. Hal ini karena gulma dapat mengganggu
tanaman budidaya dengan cara bersaing untuk memperoleh unsur hara dan air sehingga kebutuhan
untuk tanaman budidaya menjadi berkurang, persaingan terhadap sinar matahari sehingga proses
fotosintesis tanaman budidaya menjadi terganggu, dan gulma dapat mengeluarkan eksudat yang dapat
merupakan racun bagi tanaman budidaya. Gulma yang tumbuh menyertai tanaman budidaya dapat
menurunkan hasil baik pada kualitas maupun kuantitasnya.

Pada plot 2 (agroforestri) dan plot 3 (tanaman semusim) memiliki nilai keragaman (H’) yang
hampir sama, dimana keduanya tergolong sedang. Keragaman yang sedang menunjukkan bahwa
persebaran gulma pada kedua plot tersebut tidak beragam. Sementara itu, pada plot 1 (hutan produksi)
menunjukkan nilai keragaman yang lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan lahan yang lain.
Rendahnya nilai keragaman gulma pada plot hutan produksi menunjukkan bahwa lahan tersebut
tergolong baik. Hal ini dikarenakan persaingan antara tanaman budidaya dengan gulma semakin
berkurang sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimal. Rizal et al. (2022), menyatakan bahwa
rendahnya nilai frekuensi dari spesies gulma menunjukkan bahwa gulma ini memiliki penyebaran yang
rendah. Hal ini terjadi karena gulma pada plot hutan tidak dapat bersaing dengan tumbuhan lain yang
mengakibatkan gulma tersebut tidak mendominasi. Perbedaan tingkat keragaman gulma antar
penggunaan lahan dapat dipengaruhi oleh tutupan lahannya. Menurut Dewantari et al. (2015),
pertumbuhan gulma dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yaitu oleh penyinaran dan naungan. Tingkat
penutupan kanopi oleh tumbuhan mempengaruhi tingkat intensitas cahaya yang diterima oleh
tumbuhan yang berada di bawah naungan kanopi. Selain itu, keragaman gulma pada setiap plot juga
dipengaruhi oleh praktik manajemen yang dilakukan seperti pengolahan tanah, cara budidaya tanaman,
jarak tanam atau kerapatan tanaman yang digunakan berbeda (Perdana et al., 2013).

DAFTAR PUSTAKA
Dewantari, R. P., Suminarti, N. E., dan Tyasmoro, S. Y. (2015). Pengaruh mulsa jerami padi dan frekuensi
waktu penyiangan gulma pada pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril). Jurnal
Produksi Tanaman, 3(6), 487-495.

Perdana EO, Chairul and Syam Z. 2013. Analisis Vegetasi Gulma pada Tanaman Buah Naga Merah
(Hylocereus polyrhizus L.) di Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Jurnal Biologi Universitas Andalas. 2(4): 242-248.
Rizal, S., Nuryatin, S., Kartika, T., dan Marmaini, M. (2022). Vegetasi Gulma pada Tanaman Ubi Kayu
(Manihot esculenta) Di Kabupaten Oku Timur Sumatera Selatan. Sainmatika: Jurnal Ilmiah Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, 19(1), 41-46.

Sarifin, M., Sujana, I. P., dan Pura, N. L. S. 2017. Identifikasi dan Analisis Populasi Gulma pada Padi Sawah
Organik dan An-Organik di Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Jurnal Agrimeta.
7(13): 50-55.

Uluputty, M. R. 2014. Gulma Utama pada Tanaman Terung di Desa Wanakarta Kecamatan Waeapo
Kabupaten Buru. Agrologia. 3(1): 37-43.

Anda mungkin juga menyukai