Anda di halaman 1dari 3

4.3.

3 Pengaruh Penggunaan Jarak Tanam Terhadap Agroekosistem

Jarak tanam merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan


tanaman. Jarak tanam adalah pola pengaturan jarak antar tanaman yang meliputi jarak baris
dan deret yang digunakan pada saat bercocok tanam (Karokaro et al., 2015). Variasi jarak
tanam perlu untuk diperhatikan karena jarak tanam dapat mempengaruhi kualitas dan
kuantitas tanaman (Yusticha dan Nurul, 2017). Pada pengamatan yang telah dilakukan di
lahan Cangar, diperoleh data bahwa pola tanam yang digunakan yaitu polikultur dengan 2
jenis tanaman yang berbeda yakni tanaman utama (sawi) dan tanaman border (bunga).
Polikultur merupakan jenis budidaya dimana pada satu lahan digunakan untuk lebih dari
satu jenis komoditas (Yustiati, 2018). Sistem penanaman polikultur akan mempengaruhi
keragaman spesies pada ekosistem suatu lahan sehingga ekosistem pada lahan tersebut
menjadi lebih seimbang. Ketidakseimbangan ekosistem di suatu pertanaman, menyebabkan
hama menjadi lebih tahan dan lebih mendominasi. Sistem pertanaman polikultur memiliki
keragaman hama dan musuh alami yang lebih tinggi dibandingkan dengan monokultur dan
pertanaman polikultur cenderung memiliki ekosistem yang lebih stabil (Hidayah dan Haryadi,
2021). Penggunaan border berupa tanaman bunga pada tepi petak tanaman sawi berfungsi
untuk menarik serangga agar tidak menjadi hama yang berarti untuk tanaman sawi.
Pemanfaatan bunga pada pertanian adalah salah satu upaya untuk mengurangi serangan
hama pada tanaman budidaya (Hidayah dan Haryadi, 2021). Selain untuk mengurangi
intensitas serangan hama, pemanfaatan bunga juga berfungsi sebagai habitat musuh alami
untuk hidup dan berkembang.
Penanaman sawi umumnya pada petak dengan ukuran 1x3 m dengan jarak tanam
yang digunakan yaitu 40x20 cm (Anggraini, et al., 2017). Hal tersebut dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi. Tanaman yang memiliki struktur perakaran
dangkal akan menghendaki jarak tanam yang lebar sedang tanaman yang memiliki struktur
perakaran yang dalam dapat mengunakan jarak tanam yang lebih sempit (Yusticha dan
Nurul, 2017). Tanaman sawi sendiri merupakan jenis tanaman yang memiliki perakaran
yang dangkal. Apabila jarak tanam yang digunakan pada tanaman sawi terlalu pendek,
maka akan tidak sesuai dengan kehendak dari tanaman sawi dan akan menurunkan
produktivitasnya. Penanaman sawi pada lahan Cangar dengan sistem polikultur dan jarak
yang tepat akan menghasilkan produksi yang optimal.
Pengamatan yang dilakukan pada lahan Jatikerto menunjukkan hasil bahwa jenis
tanaman yang ditanam adalah pepaya dengan jarak tanam 1x1 m dengan pola tanam
monokultur. Sistem pertanian monokultur merupakan sistem budidaya dengan cara
menanam hanya dengan satu jenis tanaman pada suatu lahan, namun pada sistem ini
memiliki kekurangan yaitu mudah terjadi ledakan hama maupun penyakit (Gulton, et al.,
2019). Hal tersebut mengartikan bahwa tanaman pepaya yang ditanam pada lahan Jatikerto
dengan sistem monokultur mudah terserang hama dan penyakit. Pola penanaman
monokultur juga menyebabkan ketidakstabilan pada suatu ekosistem. Menurunnya
keanekaragaman hayati yang disebabkan oleh pertanaman monokultur menyebabkan
ketidakstabilan ekosistem dan juga menjadi penyebab permasalahan hama yang
mendominasi dan resisten (Hidayah dan Haryadi, 2021). Jarak tanam pepaya 1x1 m pada
lahan Jatikerto yang tergolong terlalu rekat menyebabkan pertumbuhan dan pembuahan
pepaya tidak maksimal. Jarak tanam tersebut juga menyebabkan tingginya pertumbuhan
gulma pada luasan yang tidak tertanami pepaya. Jarak tanam yang cocok untuk
meningkatkan produktivitas pepaya secara optimal yaitu dengan jarak 2,5x2,5 m pada
ketinggian 200-500 m dpl (Susanti dan Ratini, 2014).
Pada pengamatan yang dilakukan tim asisten di lahan Jatimulyo, didapatkan data
bahwa jenis tanaman yang ditanam adalah jagung dengan pola tanam monokultur dan jarak
tanam 0,4x1 m. Gulma yang tumbuh cukup banyak dikarenakan jarak tanam dan perawatan
yang kurang optimal. Penggunaan jarak tanam 75x20 cm pada tanaman jagung diketahui
efektif untuk menurunkan populasi gulma dan meningkatkan produksi jagung (Probowati, et
al., 2014). Meski jarak tanam yang lebih renggang akan lebih banyak ditumbuhi gulma, jarak
tanam yang lebih renggang juga akan menyebabkan persaingan antar tanaman jagung
untuk mendapat nutrisi menjadi rendah. Jarak tanam menimbulkan adanya persaingan pada
pertumbuhan tanaman jagung dimana semakin tinggi kerapatan antar tanaman (jarak tanam
pendek) menyebabkan tingkat persaingan antar tanaman juga semakin tinggi, Adanya kompetisi
diwujudkan dalam bentuk hambatan pertumbuhan tanaman terhadap tanaman lain (Fadhilah, et al.,
2018). Selain jarak tanam, pola tanam monokultur juga berpengaruh terhadap agroekosistem. Pola
tanam monokultur pada tanaman jagung akan menyebabkan tanaman tersebut mudah terkena
serangan hama dan penyakit. Ekosistem juga menjadi tidak stabil karena hanya ada satu jenis
tanaman pada satu luasan lahan.
Karokaro, S., Rogi, J. E., Runtunuwu, S. D., & Tumewu, P. (2015, October). Pengaturan
Jarak Tanam Padi (Oryza Sativa L.) Pada Sistem Tanam Jajar Legowo.
In Cocos (Vol. 6, No. 16).
Anggraini, N. F. D. R., Nuraini, Y., & Prayogo, C. (2017). EFEK RESIDU PEMUPUKAN NPK
BERBASIS AMONIUM DAN NITRAT TERHADAP KETERSEDIAAN HARA,
KELIMPAHAN BAKTERI SERTA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
SAWI. Jurnal Tanah Dan Sumberdaya Lahan, 4(1), 481–492.
Yusticha, I., dan Nurul, A. 2017. PENGARUH JARAK TANAM DAN VARIETAS PADA
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI PUTIH (Brassica chinensis L.)
SECARA HIDROPONIK. PLANTROPICA Journal of Agricultural Science. 2017. 2(1):
39-46
Yustiati, A. (2018). Budididaya polikultur ikan gurame (Osphronemus gouramy) dengan
udang galah (Macrobrachium rosenbergii). Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 2(1), 44-46.
Hidayah, L., dan Haryadi, N. T. (2021). Pengaruh Beberapa Tanaman Berbunga terhadap
Keragaman dan Populasi Hama serta Musuh Alami pada Pertanaman Cabai Rawit
(Capsicum Frutescens). Jurnal Pertanian Tropik, 8(3, Dec), 222-227.
Susanti, T., dan Ratini, R. (2014). Analisis Pendapatan dan Pemasaran Usahatani Pepaya
Mini (Carica papaya L.) di Kelurahan Teritip Kecamatan Balikpapan Timur Kota
Balikpapan. Agrifor: Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan, 13(1), 113-124.
Gultom, R. C., Dirgayusaa, I. G. N. P., dan Puspithaa, N. L. P. R. (2019). Perbandingan Laju
Pertumbuhan Rumput Laut (Eucheuma cottonii) Dengan Menggunakan Sistem
Budidaya Ko-kultur dan Monokultur di Perairan Pantai Geger, Nusa Dua, Bali. Bali.
Journal of Marine Research and Technology, 2(1), 8-16.
Probowati, R. A., Guritno, B., & Suminarti, T. (2014). Pengaruh tanaman penutup tanah dan jarak
tanam pada gulma dan hasil tanaman jagung (Zea mays L.) (Doctoral dissertation, Brawijaya
University).
Fadhillah, G. I., Baskara, M., & Sebayang, T. (2018). Pengaruh waktu pengendalian gulma pada
monokultur dan tumpang sari tanaman jagung (Zea mays L.) dan kacang tanah (Arachis
hypogea L.). Jurnal Produksi Tanaman, 6(1), 38-46.

Anda mungkin juga menyukai