Disusun Oleh :
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
proposal proyek sosial ini dengan baik dan tepat waktu. Kami berharap proposal
proyek sosial ini dapat memberikan tambahan pengetahuan serta pengalaman bagi
pembaca mengenai HAM (Hak Asasi Manusia) yang lebih tepatnya mengarah
pada pelanggaran HAM dalam konteks sexual harassment berupa humor seksis
untuk memenuhi tugas mata kuliah kewarganegaraan.
Ucapan terima kasih kami berikan kepada Ibu Ambayu S. Yuana, M.Sos.
Selaku dosen pengampu mata kuliah kewarganegaraan serta kepada pihak yang
turut berkontribusi dalam penyusunan proposal ini. Kami menyadari jika dalam
proposal proyek sosial ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga kami dapat menyusun
proposal dengan lebih baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang melekat pada diri
manusia sebagai makluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati dan dijunjung tinggi oleh semua khalayak. Hak-hak asasi
yang mencerminkan kehormatan, harkat, dan martabat ini harus memperoleh
jaminan dari hukum. Hukum pada dasarnya merupakan pencerminan dari HAM
sehingga hukum itu harus mengandung keadilan dan ditentukan oleh HAM yang
diatur atau dijamin oleh hukum itu sendiri. Hukum tidak lagi dilihat sebagai
refleksi kekuasaan pemerintah atau orang-orang yang berpengaruh saja tetapi juga
harus memancarkan perlindungan terhadap hak-hak warga negara. Hukum
berlandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan. Hukum yang berlandaskan pada nilai-
nilai kemanusiaan mencerminkan norma-norma yang menghormati martabat
manusia dan mengakui HAM.
Hak Asasi Manusia di Indonesia bersumber dan bermuara pada Pancasila,
yang artinya Hak Asasi Manusia mendapat jaminan kuat dari falsafah bangsa,
yakni Pancasila. Bermuara pada Pancasila dimaksudkan bahwa pelaksanaan hak
asasi manusia tersebut harus memperhatikan garis-garis yang telah ditentukan
dalam ketentuan falsafah Pancasila. Bagi bangsa Indonesia, melaksanakan hak
asasi manusia bukan berarti melaksanakan dengan sebebas-bebasnya, melainkan
harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam pandangan
hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Hal ini disebabkan pada dasarnya
memang tidak ada hak yang dapat dilaksanakan secara mutlak tanpa
memperhatikan hak orang lain karena dapat melanggar hak asasi yang dimiliki
oleh orang lain.
Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi
manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat
dan tidak terpisah dari manusia yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan
demi peningkatan martabat kemanusian, kesejahteraan, kebahagiaan, dan
1
kecerdasan serta keadilan. Di Indonesia sendiri HAM dilindungi melalui berbagai
macam Undang-Undang namun secara khusus dilindungi oleh Undang-Undang
No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Indonesia sendiri juga telah
meratifikasi berbagai instrument HAM Internasional. Dengan proses ratifikasi
tersebut maka jelas bahwa usaha untuk menegakkan hak-hak asasi manusia serta
usaha untuk menghilangkan pelanggaran hak-hak asasi manusia adalah tugas dan
tanggung jawab dari seluruh umat manusia secara umum dan menjadi tanggung
jawab dari pemerintah baik dari bidang eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Hak asasi manusia merupakan hak setiap warga negara Indonesia yang
telah dilindungi oleh negara. Setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang sama
dimata hukum. Karena hukum tidak membeda-bedakan warga negara yang satu
dengan yang lain untuk menciptakan keadilan dan rasa aman pada seluruh warga
negara. Ketentuan perundangan-undangan dalam hukum publik seringkali disorot
rawan melanggar Hak Asasi Manusia, sehingga dalam hal penerapannya harus
hati-hati, ketentuan hukum publik yang dimaksud adalah hukum pidana.
Humor seksis didefinisikan sebagai humor yang merendahkan, menghina,
memberikan stereotip, memperdaya, dan atau mengobjektifikasi seseorang
berdasarkan gendernya (LaFrance & Woodzicka, 1998). Humor seksis termasuk
ke dalam bentuk humor penghinaan. Humor penghinaan (disparagement humor)
merupakan humor yang dimaksudkan untuk merendahkan beberapa kelompok
sosial tertentu (Sriwattanakomen, 2017). Humor penghinaan mengandung sebuah
paradoks karena secara bersamaan mengkomunikasikan dua pesan yang saling
bertentangan. Pertama, pesan eksplisit berupa pencemaran nama baik terhadap
target humor. Kedua, pesan implisit yang menyatakan bahwa pencemaran itu
bebas dari motif prasangka atau niat jahat karena hal itu hanya sebuah humor
yang dimaksudkan untuk menghibur dan tidak dianggap serius (Connor, Ford, &
Banos, 2017). Sama halnya seperti humor penghinaan, humor seksis menyasar
kepada kelompok gender tertentu dan kemudian merendahkan kelompok tersebut.
Humor jenis ini merupakan salah satu humor yang sering terdengar dalam
percakapan sehari-hari, biasa ditemukan di media sosial, dan disampaikan oleh
siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
humor yang berkembang dalam masyarakat masih bermuatan seksisme. Beberapa
2
orang masih menganggap bahwa candaan seksis merupakan candaan yang lucu
dan kerap dipergunakan sebagai candaan sehari-hari.
Humor seksis merupakan fenomena yang sering terjadi di luar maupun di
dalam negeri serta tidak hanya muncul di media sosial saja, tetapi humor seksis ini
juga sering dilakukan pada interaksi sosial masyarakat, media massa, bahkan di
lingkungan pendidikan lebih tepatnya sebagai candaan antar siswa. Kita pun
sering menemui adanya tindakan yang berkaitan dengan humor seksis di wilayah
sekitar kita, contoh terkecilnya di kampus. Biasanya banyak mahasiswa yang
menggunakan humor seksis untuk bercanda dengan teman-teman mereka, mereka
menggunakan candaan ini dengan maksud dan tujuan untuk merendahkan suatu
individu atau suatu sekolompok tertentu sehingga merugikan pihak lain dan
humor seksis ini sudah termasuk kedalam salah satu pelanggaran HAM.
Selanjutnya, penelitian tentang persepsi terhadap humor seksis di
Indonesia masih sangat sedikit, karena humor seksis masih dianggap wajar
sebagai candaan sehari-hari di Indonesia dan dianggap tidak menarik untuk diteliti.
Berdasarkan alasan yang telah dipaparkan tadi, maka kelompok kami pun tertarik
untuk melakukan kajian mengenai pelanggaran hak asasi manusia dalam konteks
sexual harassment berupa humor seksis.
3
1.3 Tujuan
1.4 Batasan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam beberapa istilah bahasa, istilah HAM yang merupakan terjemahan dari
istilah droits de I’homme dalam bahasa Prancis yang berarti hak manusia, atau
dalam bahasa Inggris human rights, yang dalam bahasa Belanda disebut
menselijke recten. Hak tersebut merupakan hak yang melekat pada manusia
sebagai insan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, atau hak-hak dasar yang prinsip
sebagai anugerah ilahi yang karena hak-hak itu manusia bersifat luhur dan suci
(Syafig A. Mughni, 2007). Hak Asasi Manusia memiliki beberapa pengertian dari
beberapa referensi, di antaranya yaitu:
1. Undang-undang Nomor 39 tahun 1999, tentang HAM
Secara hukum, penggunaan istilah HAM di Indonesia diatur UUD 1945 dan
UU No. 39/1999 tentang HAM (dalam kepustakaan hukum digunakan hak
dasar. Istilah ini sinonim dengan HAM). HAM berbeda dengan hak-hak
manusia (HAM). HAM dan HAM sering dianggap sama, padahal hakikat dan
jangkauannya berbeda. Pengertian HAM luas, menunjuk hak-hak yang
mendapat pengakuan internasional yang dibela dan dipertahankan internasional.
Definisi HAM menurut Pasal 1 Angka 1 UU No. 39/1999 tentang HAM adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan dan merupakan anugerah yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi, dilindungi negara, hukum, pemerintah, dan tiap orang, demi kehormatan,
harkat, dan martabat manusia, dengan demikian HAM merupakan hak yang
melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur
hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga negara yang
baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia tanpa membeda-
bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain-lain.
2. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Menurut kamus ini, mengartikan HAM dengan istilah hak dasar atau yang
pokok, secara umum, HAM dapat diartikan sebagai hak-hak dasar atau pokok
5
yang melekat pada manusia, di mana tanpa hak-hak dasar tersebut manusia
tidak dapat hidup sebagai manusia.
3. Menurut Leah Levin
Menurut beliau, bahwa konsep HAM mempunyai dua pengertian dasar, yaitu
pertama, bahwa hak-hak yang tidak dapat dipisahkan dan dicabut. karena
merupakan seorang manusia. Hak-hak ini adalah hak-hak moral yang berasal
dan kemanusiaan setiap insan dan hak-hak tersebut bertujuan untuk menjamin
martabat setiap manusia. Arti yang kedua, hak asasi manusia adalah hak-hak
menurut hukum, yang dibuat sesuai dengan proses pembentukan hukum dari
masyarakat itu sendiri, baik secara nasional maupun secara internasional. Dasar
dari hak-hak itu adalah persetujuan dan yang diperintah, yaitu persetujuan dari
para warga yang tunduk kepada hakhak tersebut dan tidak hanya tata tertib
alamiah yang merupakan dasar dari arti yang pertama.
Saudara mahasiswa, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara umum
yang dimaksud dengan HAM adalah hak manusia yang bersifat asasi, artinya
hak-hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya yang tidak dapat dipisahkan
dari hakikatnya. Jadi hak asasi dapat dikatakan sebagai hak dasar yang dimiliki
oleh pribadi manusia yang merupakan anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir,
sehingga hak asasi manusia itu tidak dapat dipisahkan dari eksistensi pribadi
manusia itu sendiri. Hak-hak asasi menjadikan dasar hakhak dan kewajiban-
kewajiban yang lain.
6
seseorang karena hal -hal yang berkenan dengan seks, jenis kelamin atau aktivitas
seksual antara laki-laki dan perempuan.
Menurut Mboiek, (1992:1) dan Stanko (1996:56) pengertian pelecehan
seksual adalah suatu perbuatan yang biasanya dilakukan lali-laki dan ditujukan
kepada perempuan dalam bidang seksual, yang tidak disukai oleh perempuan
sebab ia merasa terhina, tetapi kalau perbuatan itu ditolak ada kemungkinan ia
menerima akibat buruk lainnya. Pengertian lainnya dikemukakan oleh Sanistuti
(dalam Daldjoeni,1994:4), pelecehan seksual adalah semua tindakan seksual atau
kecenderungan bertindak seksual yang bersifat intimidasi nonfisik (kata -kata,
bahasa, gambar) atau fisik (gerakan kasat mata dengan memegang, menyentuh,
meraba, mencium) yang dilakukan seorang laki-laki atau kelompoknya terhadap
perempuan atau kelompoknya .
Dalam pelecehan seksual terdapat unsur-unsur yang meliputi : 1. suatu
perbuatan yang berhubungan dengan seksual, 2. pada umumnya pelakunya laki -
laki dan korbannya peerempuan, 3. wujud perbuatan berupa fisik dan nonfisik dan,
4. tidak ada kesukarelaan. D ari pengertian tersebut dapat diperoleh kesimpulan
bahwa unsur utama yang membedakan pelecehan seksual atau bukan adalah
tindakan “suka sama suka” (Wignjosoebroto, 30 -32).
Menurut data WHO 2006 ditemukan adanya seorang perempuan dilecehkan,
diperkosa dan dipukuli setap hari di seluruh dunia. Paling tidak setengah dari
penduduk dunia berjenis kelamin perempuan telah mengalami kekerasan secara
fisik. Studi tentang kekerasan terhadap perempuan yang dilakukan organisasi ini
di 10 negara (Bangladesh, Brazil, Eth iophia, Jepang, Namibia, Peru, Samoa,
Serbia dan Montenegro, Thailand dan Tanzania) menunjukan bahwa kekerasan
dalam rumah tangga yang dialami perempuan lebih sering dilakukan oleh orang -
orang terdekat, misalnya suami, pacar, kenalan dekat. Demikian pula h alnya
dalam kasus pelecehan seksual dan pemerkosaan, orang-orang di sekitar
perempuan (memangsa) mereka. Sebanyak 24.000 perempuan diwawancarai dan
didengarkan keluhan mereka, 20% diantara mereka mengatakan bahwa kekerasan
yang mereka alami tidak pernah di ceritakan kepada siapapun karena malu, tabu
dan takut. Sebanyak 4% hingga 12% pernah mengalami penonjokan dan
penendangan di perut perempuan.
7
Tindakan pelecehan seksual, baik yang bersifat ringan (misalnya secara
verbal) maupun yang berat (seperti perkosaan) merupakan tindakan menyerang
dan merugikan individu, yang berupa hak-hak privasi dan berkaitan sengan
seksualitas. Demikian juga, hal itu menyerang kepentingan umum berupa jaminan
hak-hak asasi yang harus dihormati secara kolektif.
8
patriarki atau stereotip gender yang menganggap laki-laki selalu kuat sering kali
juga memberikan dampak negatif pada kaum laki-laki itu sendiri. Karena jika
laki-laki tidak berperilaku seperti laki-laki sesuai pandangan masyarakat maka
akan dianggap memiliki penyimpangan. Keaadaan itu lah yang akhirnya
memunculkan lelucon bahwa laki-laki lemah dianggap memiliki kepribadian
seperti perempuan. Sebagian besar orang menganggap hal ini wajar dan bukanlah
hal serius yang perlu dipertanggung jawabkan.
Humor seksis yang dianggap wajar oleh masyarakat akan mengakibatkan
seksisme dan sexual harassment atau pelecehan seksual secara verbal ini menjadi
hal normal karena humor seksis yang mengobjektifikasi gender tertentu sebagai
lelucon yang mengandung unsur seksual akan menimbulkan rasa tidak nyaman
bahkan menganggu psikis korban atau gender yang dijadikan bahan humor
tersebut.
Oleh karena itu normalisasi humor seksis saat ini merupakan suatu masalah
yang serius. Karena meskipun humor seksis tidak berdampak pada fisik korban
tapi tetap saja hal ini menyerang psikis korban. Diperlukan pengetahuan mengenai
pelecehan seksual secara verbal serta kesadaran diri untuk menghentikan
keberlanjutan atau normalisasi humor seksis ini.
9
mengerti mengenai masalah sexual harassment atau pelecehan seksual secara
verbal berupa humor seksis serta dapat saling menghargai antar gender dan
mengontrol diri dalam membuat lelucon atau candaan dengan tidak menjadikan
gender tertentu sebagai objek lelucon.
10
BAB III
TAHAP PELAKSANAAN
3.1 Metode
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia
sebagai makluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati dan dijunjung tinggi oleh semua khalayak. Hak-hak asasi yang
mencerminkan kehormatan, harkat, dan martabat ini harus memperoleh jaminan
dari hukum. Hak Asasi Manusia di Indonesia bersumber dan bermuara pada
Pancasila, yang artinya Hak Asasi Manusia mendapat jaminan kuat dari falsafah
bangsa, yakni Pancasila.
Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi
manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat
dan tidak terpisah dari manusia yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan
demi peningkatan martabat kemanusian, kesejahteraan, kebahagiaan, dan
kecerdasan serta keadilan.
Ketentuan perundangan-undangan dalam hukum publik seringkali disorot
rawan melanggar Hak Asasi Manusia, sehingga dalam hal penerapannya harus
hati-hati, ketentuan hukum publik yang dimaksud adalah hukum pidana. Humor
seksis didefinisikan sebagai humor yang merendahkan, menghina, memberikan
stereotip, memperdaya, dan atau mengobjektifikasi seseorang berdasarkan
gendernya (LaFrance & Woodzicka, 1998).
Humor seksis termasuk ke dalam bentuk humor penghinaan. Humor
penghinaan (disparagement humor) merupakan humor yang dimaksudkan untuk
merendahkan beberapa kelompok sosial tertentu (Sriwattanakomen, 2017).
Humor seksis merupakan fenomena yang sering terjadi di luar maupun di dalam
negeri serta tidak hanya muncul di media sosial saja, tetapi humor seksis ini juga
sering dilakukan pada interaksi sosial masyarakat, media massa, bahkan di
lingkungan pendidikan lebih tepatnya sebagai candaan antar siswa.
Humor seksis yang dianggap wajar oleh masyarakat akan mengakibatkan
seksisme dan sexual harassment atau pelecehan seksual secara verbal. Oleh karena
itu normalisasi humor seksis saat ini merupakan suatu masalah yang serius.
12
Karena meskipun humor seksis tidak berdampak pada fisik korban tapi tetap saja
hal ini menyerang psikis korban. Maka diperlukan pengetahuan mengenai
pelecehan seksual secara verbal serta kesadaran diri untuk menghentikan
keberlanjutan atau normalisasi humor seksis ini.
Pada kampanye sosial ini kami merencakanan akan menggunakan metode
kuantitatif dengan melakukan wawancara kepada beberapa mahasiswa tentang
tanggapan mereka mengenai humor seksis. Selain itu disini kami juga
menggunakan poster sebagai media dalam memberikan informasi mengenai
permasalahan humor seksis. Perancangan ini bertujuan agar masyarakat lebih
mengerti mengenai masalah sexual harassment atau pelecehan seksual secara
verbal berupa humor seksis serta dapat saling menghargai antar gender dan
mengontrol diri dalam membuat lelucon atau candaan dengan tidak menjadikan
gender tertentu sebagai objek lelucon.
4.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Anas, M., Damayanti, G., Hasibuan, A., Putra, S. D., Rahmawan, T. I.,
Setyaningsih, E., Saraswati, D., dan Wulandari, P., 2019. Buku Ajar
Pendidikan Kewarganegaraan. Pusat Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian Universitas Brawijaya. 1st ed, pp. 125-160.
Hermawan, F., Waskita, D., dan Sulistyaningtyas, T. 2017. Bahasa, Tubuh, dan
Paradigma Patriarki Dalam Humor Kontemporer Indonesia. Jurnal
Pendidikan Bahasan dan Sastra, vol. 17, no. 1, pp. 29-40.
14