Anda di halaman 1dari 1

Kasus Kerusakan Lingkungan Karena Pertanian

Konvensional

Penurunan Produksi Apel Malang Akibat Kerusakan Tanah oleh Penggunaan Pupuk

Pencemaran tanah merupakan keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk
dan mengubah area tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena kebocoran limbah
cair ataupun bahan kimia industri atau fasilitas komersial, pemakaian pestisida, menggunakan
pupuk kimia berlebihan, masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-
permukaan, zat kimia, atau air limbah dari tempat penumpukan sampah serta limbah industri
yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat. Salah satu contoh kasus
kerusakan tanah di Indonesia adalah penurunan produksi apel Malang akibat kerusakan tanah
oleh penggunaan pupuk kimia berlebihan. Kerusakan tanah tersebut pun mengakibatkan
produksi apel Malang mengalami penurunan drastis. Apel (Malus sylvestris) merupakan
salah satu tumbuhan buah yang dapat dibudidayakan di Indonesia, dan apel merupakan
tanaman tahunan yang berasal dari daerah subtropis. Salah satu pusat apel daerah produksi di
Indonesia adalah Kota Batu.
Perubahan iklim memiliki pengaruh signifikan pada pertanian, karena pertanian
sangat bergantung pada faktor iklim. Saat ini, suhu udara di Malang bisa sampai 32 derajat
celsius. Rekor terdingin di Malang pada Agustus 1994 mencapai 11,3 derajat celsius.
Temperatur udara menghangat hingga apel tidak berbuah. Apel hanya tumbuh baik dan
berbuah pada suhu antara 16-27 derajat celsius. Dulu, apel tumbuh subur di daerah dengan
ketinggian 800 mdpl, kini terus naik hingga di daerah ketinggian 1.200 mdpl. Lahan apel ini
terdapat di Kecamatan Poncokusumo tersebar di Desa Poncokusumo, Gubukklakah, dan
Pandansari. Dulu, hampir sebagian besar lahan pertanian tanam apel. Kini, apel mulai
menyusut. Berganti tanaman lain seperti jeruk Pontianak, tebu dan pohon sengon, aneka
bunga potong dan sayuran. Ponsokusumo, salah satu pemasok apel. Irwandi, Kepala Desa
Poncokusumo, menjelaskan, banyak alasan petani meninggalkan apel, beralih menanam
jeruk. Di mengatakan bahwa banyak apel tua, akar rusak, terserang hama penyakit dan
produktivitas turun. Kalau dulu, satu pohon menghasilkan sekitar 100 kilogram, kini sekitar
30 kilogram.
Kualitas tanah jadi salah satu pemicu turunnya kuantitas produksi apel. Kepala Seksi
Perbenihan dan Perlindungan Hortikultura Dinas Pertanian Kota Batu, Sri Nurcahyani
Rahayu menjelaskan data yang tercatat di Dinas Pertanian menunjukkan sepanjang periode
1999 sampai 2010 produktivitas apel berkisar antara 19,9 hingga 58,6 kg/pohon. Saat ini
produktivitas apel berkisar antara 10 hingga 20 kg/pohon. Baginya, kualitas kadar C organik
tanah di Kota Batu menurun dan menyentuh di angka 0.04 persen. Kadar terbaik itu 0,05-
0,07% dan kini nyaris seluruh wilayah Kota Batu kadarnya tidak lebih dari 0,04%.
Para petani bergantung pada pupuk dan pestisida kimia dikala “Revolusi Hijau”.
Kondisi ini membuat sebagian besar petani apel melakukan sistem pertanian sangat intensif
dengan inputan pupuk serta pestisida kimia yang tinggi. Sistem pertanian intensif akan
mencemari lingkungan, mengambil unsur hara dan bahan organik tanah dalam jumlah besar
serta menurunkan kesuburan tanah. Aktivitas budidaya apel berlangsung sepanjang tahun
dengan 2 kali masa panen.
( Sumber : www.kompasiana.com )

Anda mungkin juga menyukai