Anda di halaman 1dari 15

PENCEMARAN TANAH DAN AIR

MAKALAH TEORI

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Ilmu Lingkungan
Dibina oleh Dr. Sueb, M.Kes
Yang dipresentasikan pada tanggal 29 Maret 2020

Oleh:
Kelompok 8 Offering C
Adera Suri Wardani 180341617544
Cynthia Putri Yuwana 180341617578
Maulina Asykuri 180341617556

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Maret 2020
PENCEMARAN TANAH DAN AIR
Sueb1, Adera Suri Wardani1, Cynthia Putri Yuwana1, Maulina Asykuri1
1
Biology Department, Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5,
Sumbersari, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65145

*Corresponding author : sueb.fmipa@um.ac.id

Abstrak: Tanah dan air merupakan komponen yang dibutuhkan dalam


kehidupan semua makhluk hidup, termasuk manusia. Indonesia merupakan
salah satu negara yang memiliki tanah yang subur karena berada di kawasan
yang masih muda, sehingga terdapat banyak gunung berapi yang mampu
mengembalikan permukaan muda kembali yang kaya akan unsur hara.
Namun, seiring berjalannya waktu pembangunan semakin berkembang
sehingga luas areal pertanian semakin berkurang. Pembangunan kawasan
industri dan pertambangan dapat menurunkan kualitas dan kuantitas tanah
karena dampak dari pembuangan limbah yang sembarangan. Selain
pencemaran pada tanah, pencemaran juga dapat terjadi pada air. Air di
Indonesia sangat melimpah, hal ini karena Indonesia merupakan negara
kepulauan. Akan tetapi, hal ini tidak dimanfaatkan dengan baik oleh
masyarakat Indonesia. Sebaliknya, masyarakat kebanyakan mencemarinya.
Dalam kehidupan sekarang, banyak ditemukan air yang berwarna keruh dan
berbau serta bercampur dengan benda-benda sampah.

Kata kunci: Tanah, air, pencemaran

Abstract: Land and water are the components needed in the lives of all living
things, including humans. Indonesia is a country that has fertile soil because it is
located in a region that is still young, so there are many volcanoes that are able to
return the surface of young back that is rich in nutrients. However, over time the
development has progressed so that the area of agricultural land has diminished.
The development of industrial and mining areas can reduce the quality and
quantity of land due to the impact of indiscriminate waste disposal. Besides
pollution to the soil, pollution can also occur in water. Water in Indonesia is very
abundant, this is because Indonesia is an archipelago. However, this is not well
utilized by the people of Indonesia. Conversely, most people pollute it. In this life,
there is a lot of water that is cloudy and smelly and mixed with garbage objects.
Keyword: Land, water, pollution

1. Pendahuluan

Indonesia adalah salah satu negara dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah
baik dalam hal biotik maupun abiotik. Unsur pendukung lingkungan yang sangat penting
yaitu tanah, air dan udara. Indonesia memiliki tanah yang sangat subur karena berada di
kawasan yang umurnya masih muda, sehingga di dalamnya banyak terdapat gunung-
gunung berapi yang mampu mengembalikan permukaan muda kembali yang kaya akan
unsur hara. Namun seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah
Indonesia banyak yang digunakan tidak sesuai aturan yang berlaku dan tanpa
memperhatikan dampak jangka panjang yang dihasilkan dari pengolahan tanah tersebut.

Air di Indonesia sangat melimpah sehingga lebih dari 50% kawasan Indonesia terdiri
dari air, hal ini karena Indonesia merupakan negara kepulauan. Air juga merupakan
komponen penting untuk menunjang kehidupan makhluk hidup. Melimpahnya air di
Indonesia kebanyakan tidak dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat Indonesia.
Sebaliknya, masyarakat kebanyakan menyalahgunakan kelebihan ini dengan
mencemarinya. Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan ditempat penampungan
air antara lain: danau, sungai, lautan, dan air tanah akibat aktivitas manusia. Dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat memerlukan air bersih untuk minum, memasak,
mencuci, dan keperluan lain. Air tersebut mempunyai standar 3B (tidak berwarna, berbau,
dan beracun). Dalam kehidupan sekarang, adakalanya masyarakat melihat air yang
berwarna keruh dan berbau serta bercampur dengan benda-benda sampah antara lain:
kaleng, plastik, dan sampah organik. Pemandangan seperti itu dapat dijumpai pada aliran
sungai, rawa, danau, dan kolam. Air yang demikian biasa disebut air kotor atau disebut
pula air yang terpolusi. Bagi masyarakat pedesaan, sungai adalah sumber air sehari-hari.
Sumber-sumber yang mengakibatkan air tersebut tercemar berasal dari mana-mana.
Contohnya limbah-limbah industri yang dibuang dan dialirkan ke sungai. Semua akhirnya
bermura di sungai dan pencemaran air ini dapat merugikan manusia apabila mengkonsumsi
air ini.

2. Kajian Pustaka
2.1 Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan
merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran
limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida;
masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan
kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat
penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak
memenuhi syarat (illegal dumping) [1].
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 150 tahun 2000 tentang Pengendalian
kerusakan tanah untuk produksi bio massa: “Tanah adalah salah atu komponen lahan
berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik
serta mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan menunjang
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.”
Tetapi apa yang terjadi, akibat kegiatan manusia, banyak terjadi kerusakan tanah.
Di dalam PP No. 150 th. 2000 di sebutkan bahwa “Kerusakan tanah untuk produksi
biomassa adalah berubahnya sifat dasar tanah yang melampaui kriteria baku
kerusakan tanah”.
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia
dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang
masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat
beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika
bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.
2.2 Sumber Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah mempunyai hubungan yang erat baik dengan pencemaran udara
maupun dengan pencemaran air. Bahan pencemar yang terdapat di udara larut dan
terbawa oleh air hujan, jatuh ke tanah sehingga menimbulkan pencemaran tanah.
Demikian pula bahan pencemar dalam air permukaan tanah (air sungai, air selokan, air
danau dan air payau) dapat masuk ke dalam tanah dan dapat menyebabkan pencemaran
tanah.
Karena pencemar tanah mempunyai hubungan erat dengan pencemaran udara dan
pencemaran air, maka sumber pencemar udara dan sumber pencemar air pada
umumnya juga merupakan sumber pencemar tanah. Sebagai contoh gas-gas oksida
karbon, oksida nitrogen, oksida belerang yang menjadi bahan pencemar udara yang
larut dalam air hujan dan turun ke tanah dapat menyebabkan terjadinya hujan asam
sehingga menimbulkan terjadinya pencemaran pada tanah.
Air permukaan tanah yang mengandung bahan pencemar misalnya tercemari zat
radioaktif, logam berat dalam limbah industri, sampah rumah tangga, limbah rumah
sakit, sisa-sisa pupuk dan pestisida dari daerah pertanian, limbah deterjen, akhirnya
juga dapat menyebabkan terjadinya pencemaran pada tanah daerah tempat air
permukaan ataupun tanah daerah yang dilalui air permukaan tanah yang tercemar
tersebut [2].
Dari pembahasan tersebut di atas, maka sumber bahan pencemar tanah dapat
dikelompokkan juga menjadi sumber pencemar yang berasal dari:
a. Sampah rumah tangga, sampah pasar dan sampah rumah sakit
b. Gunung berapi yang meletus/kendaraan bermotor
c. Limbah industri
d. Limbah reaktor atom
2.3 Faktor Penyebab Pencemaran Tanah
Secara umum, Pencemaran tanah dapat disebabkan limbah domestik, limbah
industri, dan limbah pertanian .
a. Limbah domestik
Limbah domestik dapat berasal dari daerah: pemukiman penduduk; perdagang-
an/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain; kelembagaan misalnya kantor-kantor
pemerintahan dan swasta; dan wisata, dapat berupa limbah padat dan cair.
1) Limbah padat berupa sampah anorganik. Jenis sampah ini tidak dapat
diuraikan oleh mikroorganisme (non-biodegradable), misalnya kantong
plastik, bekas kaleng minuman, bekas botol plastik air mineral, dsb.
2) Limbah cair berupa; tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam tanah akan
merusak kandungan air tanah bahkan dapat membunuh mikro-organisme di
dalam tanah.
b. Limbah industri
Limbah industri berasal dari sisa-sisa produksi industri.
1) Limbah industri berupa limbah padat yang merupakan hasil buangan industri
berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan. Misalnya
sisa pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood, pengawetan buah,
ikan daging dan lain-lain.
2) Limbah cair yang merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses produksi,
misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia
lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat-zat yang
dihasilkan dari proses industri pelapisan logam.
c. Limbah pertanian
Limbah pertanian berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan
tanah/tanaman, misalnya pupuk urea Pestisida pemberantas hama tanaman
misalnya DDT [2].
2.4 Dampak Pencemaran Tanah
a. Pada Kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe
polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena.
Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik
untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat
menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu
dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan
siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak
dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan
karmabat dapat dapat menyebabkan ganguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang
mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan
sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak
seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan
kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah
dapat menyebabkan kematian [3].
b. Pada Ekosistem
Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan
kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini
dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan
antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat
memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi
akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan
tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah,
bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-
kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas.
Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada
burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat kematian
anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Sampah anorganik tidak ter-biodegradasi, yang menyebabkan lapisan tanah
tidak dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air sehingga peresapan
air dan mineral yang dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme
di dalam tanahpun akan berkurang akibatnya tanaman sulit tumbuh bahkan mati
karena tidak memperoleh makanan untuk berkembang.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang
pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat
menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak
mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki
waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan - bahan kimia derivatif akan
terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.
2.5 Kategori Pencemaran Tanah
Gejala pencemaran tanah dapat diketahui dari tanah yang tidak dapat digunakan
untuk keperluan fisik manusia. Tingkat pencemaran tanah diukur dari banyak tidaknya
bahan pencemar yang terkandung di dalamnya. Bahan pencemarnya antara lain,
sampah organik, sampah senyawa organik atau sampah anorganik, sampah dari
pengelolaan limbah industri, sampah zat radioaktif, penggunaan pupuk yang
menggunakan senyawa kimia atau pestisida, dan sampah-sampah dari limbah rumah
tangga.
Menurut Sastrawijaya (2000), tingkat pencemaran/kerusakan tanah dapat
dibedakan menjadi sebagai berikut [4]:
a. Pencemaran Ringan
Pencemaran ringan yaitu pencemaran yang mulai menimbulkan gangguan
pada ekosistem lain. Contohnya tanah yang tidak dapat lagi ditumbuhi
tanaman tertentu. Biasanya tanah ini banyak terdapat sampah-sampah
anorganik yang tidak dapat terurai oleh tanah dengan sempurna, sehingga
menyebabkan sebagian tanaman lain tidak dapat hidup karena kesulitan
mendapatkan makanan didalam tanah.
b. Pencemaran Kronis
Pencemaran kronis yaitu pencemaran yang mengakibatkan penyakit
kronis. Biasanya tanah ini tercemar oleh limbah pabrik yang dapat
mengkibatkan penyakit.
c. Pencemaran Akut
Pencemaran akut yaitu pencemaran yang mengakibatkan tanah tidak dapat
lagi dimamfaatkan seperti sediakala. Biasanya tanah ini terlalu banyak
menngunakan pupuk yang mengandung bahan kimia dan tidak mematuhi
aturan. Ciri-ciri tanah ini biasanya tanahnya kering dan tandus.
2.6 Pencemaran Air
Air merupakan kebutuhan yang vital bagi manusia. Secara umum air terbagi
menjadi air tanah dan air laut. Air dapat menjadi ancaman global apabila ketersediaan
nya tidak memadai karena proses alam atau kegiatan manusia. Kegiatan manusia yang
dapat menurunkan tingkat ketersediaan air adalah pencemaran. Pencemaran air adalah
setiap perubahan kualitas dan kuantitas air yang dapat membahayakan organisme
hidup. Menurut Keputusan Menteri Negara Kepedudukan dan Lingkungan Hidup No.
02/MENLH/I/1998, pencemaran air adalah masuknya makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen lain kedalam air yang disebabkan oleh kegiatan manusia atau oleh proses
alam yang kurang bahkan tidak dapat berfungsi lagi dengan semestinya [5].
Berdasarkan asalnya, pencemaran air dibagi menjadi 2. Pertama yaitu berasal dari satu
sumber, artinya menyebabkan pencemaran pada satu lokasi tertentu. Contohnya seperti
drainase, parit, atau saluran pembuangan. Kedua yaitu berasal dari sumber yang besar
dan tersebar, artinya area pencemaran yang luas dan tersebar dimana curah hujan atau
hujan salju dapat menyaring polutan dari tanah ke badan air permukaan. Contohnya
seperti bahan kimia yang ada pada pupuk pestisida dari lahan pertanian yang tererosi
[6].
2.7 Indikator Pencemaran Air
Untuk menentukan kualitas dan kuantitas air, dilakukan beberapa uji berupa uji
fisikia, kimia, dan biologi. Pengamatan secara fisika, yaitu pengamatan pencemaran air
berdasarkan tingkat kekeruhan air, perubahan suhu, warna, bau, dan rasa. Pengamatan
secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia yang terlarut
dan perubahan pH. Pengamatan secara biologi, yaitu pengamatan pencemaran air
berdasarkan makrozoobentos yang ada dalam air [7].
2.8 Karakteristik Fisika Air
a) Kekeruhan
Kekeruhan adalah ukuran perairan yang ditentukan secara visual
mengunakan scchi disk yaitu satuan untuk nilai kekeruhan dari suatu perairan dan
alat yang digunakan disebut satuan meter. Satuan meter berbentuk menyerupai
pirigan yang diberi warna hitam putih dan dihubungkan dengan tali pegangan
yang mempunyai garis [8].
b) Suhu
Menurut departemen kesehatan [9] suhu maksimum yang diperbolehkan
adalah 30OC. Hal ini karena semakin tinggi suhu air menyebabkan semakin rendah
kadar oksigen yang terlarut dalam air. Adanya kenaikan suhu dapat berakibat
berkembangnya jenis alga beracun, terutama kelompok Cyanophita sehingga
menyebabkan air tidak layak untuk di konsumsi [10].
c) Perubahan Warna, Bau dan Rasa
Pada dasarnya perairan yang bebas dari pencemaran memiliki karakteristik
tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Adanya perubahan warna pada
perairan disebabkan oleh kandungan yang terlarut dalam air contohnya seperti
perubahan warna pada air sungai menjadi kecoklatan karena adanya ion besi, dan
mangan yang berasal dari pembuangan limbah industri tanpa melalui pengolahan
yang tepat. Seperti hal nya dengan perubahan warna perubahan bau dan rasa juga
terjadi akibat organisme atau zat terlarut kedalam air. Contohnya adalah air limbah
tahu yang mengandung 90,74% protein, lemak 1,2%, serat kasar 7,36%, dan abu
sebanyak 0,32% menyebabkan limbah tahu memiliki bau tidak sedap dan
memiliki rasa tidak enak [11].
2.9 Karakteristik Kimia Air
a) pH
Umumnya Ph memiliki tingkatan netral atau ph 7,0. Pada pH rendah artinya
tingkat keasaman suatu perairan tinggi sedangkan kandungan oksigen terlarut
rendah. Pada ph rendah artinya tingkat keasaman suatu perairan rendah (bersifat
basa) dan memiliki kandungan oksigen terlarut tinggi. Beberpa mikroorganisme
dapat hidup pada rentah Ph 6,0-8,0. Sedangkan untuk ikan memiliki rentan dengan
pH 6,5 – 9.0 dan kisaran optimal pH 7,8 – 8,7 [12].
b) BOD
Oksigen terlarut (DO) adalah jumlah gas oksigen yang terlarut dalam air
yang berasal dari hasil fotosintesis oleh fitoplankton atau tanaman air lainnya atau
pun difusi dari udara. Kadar oksigen yang dibutuhkan biota perairan tidak kurang
dari 6 ppm. Nilai BOD adalah suatu pendekatan umum yang menunjukan jumlah
oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan zat organik
maupun anorganik yang tersuspensi dalam air. Mengapa BOD dapat menjadi
parameter pencemaran air? Karena semakin tinggi nilai BOD menunjukan bahwa
semakin banyak zat organik maupun anorganik yang tersuspensi, sehingga
menunjukan bahwa perairan tersebut telah tercemar. Sedangkan apabila nilai BOD
nya rendah menunjukan bahwa zat yang tersuspensi di perairan tersebut sedikit
[13].
c) COD
Chemical Oxygen Demand (COD) adalah kadar oksigen yang diperlukan
untuk menguraikan seluruh zat organik yang terkandung dalam air. Uji COD ini
dianggap menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dibanding uji
BOD. Hal ini dikarenakan pada uji COD zat organik yang sulit terurai akan tetap
teroksidasi, sedangkan pada uji BOD biasanya lebih efektif pada zat organik yang
mudah terurai. Contohnya adalah selusosa. Pada uji BOD selulosa tidak dapat
terdeteksi karena termasuk zat organik yang sulit terurai, sedangkan pada uji COD
selulosa dapat terdeteksi.
2.10 Karakteristik Biologi Air
Salah satu fauna perairan tawar adalah kelompok fauna invertebrata yang
hidup di dasar perairan yang disebut kelompok zoobenthos [14]. Diantara
kelompok zoobenthos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap
perubahan lingkungan perairan adalah spesies yang termasuk dalam kelompok
invertebrata makro, kelompok tersebut lebih dikenal dengan makrozoobenthos.
Makrozoobenthos adalah organisme yang hidup pada dasar perairan, dan
merupakan bagian dari rantai makanan yang keberadaannya bergantung pada
populasi organisme yang tingkatnya lebih rendah sebagai sumber pakan misalnya
ganggang [15]. Makrozoobenthos ini digunakan sebagai bioindikator pencemaran
air karena hidupnya menetap dan peka terhadap perubahan lingkungan.
2.11 Faktor Penyebab Pencemaran Air
Faktor penyebab pencemaran air dibagi menjadi 2 yaitu faktor alamiah dan faktor
kegiatan manusia.
a) Faktor Alamiah
Pada faktor alamiah ini pencemaran air murni disebabkan oleh alam.
Contohnya seperti bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, dan gunung
meletus. Gempa bumi menjadi salah satu penyebab pencemaran air adalah
karena pada saat gempa terjadi, lapisan bumi akan
mengalami pergeseran yang menyebabkan air tanah jugaakan mengalami pege
seran dan menyebabkan air menjadi keruh bahkan mata air menjadi kering.
Kedua adalah tsunami karena setelah terjadi tsunami bisa dipastikan daerah
yang terkena dampak tsunami akan mengalami pencemaran air dikarenakan air
laut yang memporak porandakan dataran dan menyebabkan sumber air bersih
akan berkurang. Ketiga adalah letusan gunung berapi yang selain berdampak
pada udara juga memiliki dampak terhadap sumber air dan
menyebabkan pencemaran air. Saat gunung meletus akan mengeluarkan
material yang mengandung bahan vulkanik yang akan sampai di sumber air
bersih yang menyebakan perubahan kondisi air bersih menjadi tercemar.
b) Faktor Kegiatan Manusia
Faktor kegiatan manusia ini dapat menyebabkan pencemaran air apabila
masyarakat tidak memahami pentingnya lingkungan bagi keseimbangan
ekosistem. Beberapa kegiatan manusia yang tidak bertanggung jawab yang
dapat mencemari perairan antara lain membuang sampah, limbah rumah
tangga, limbah pertanian, sisa metabolisme hewan ternak atau bahkan limbah
industru langsung ke sungai, laut, danau atau tempat penampungai air lainnya.
2.12 Dampak Pencemaran Air
Dampak dari pencemaran air sangat kompleks di berbagai bidang, antara lain:
a) Keseimbangan Lingkungan
Turunnya kuantitas dan kualitas air menyebabkan banyak predator yang mati
karena air yang dikonsumsi beracun atau lingkungan dalam perairan tersebut
sudah tidak sesuai dengan tempat hidupnya sehingga jumlah hama akan
meledak. Selain itu pencemaran air juga menyebabkan punahnya spesies ikan
dan biota lain yang ada di lingkungan perairan. Hal ini sangat merugikan karena
dapat menurunkan jumlah keanekaragaman dalam ekosistem air sehingga
keseimbangan lingkungan terganggu karena terjadi perubahan interaksi dalam
suatu ekosistem.
b) Bencana alam
Timbulnya bencana alam dipengaruhi oleh keseimbangan lingkungan. Apabila
terjadi ketidakseimbangan lingkungan dan sudah mencapai puncak, maka hal
itu dapat menimbulkan bencana alam. Bencana yang dapat ditimbulkan antara
lain banjir dan tanah longsor.
c) Kesehatan
Air yang telah tercemar dapat dijadikan sebagai tempat hidup mikroba patogen.
Dalam hal ini apabila air tersebut dikonsumsi akan mengakibatkan berbagai
penyakit. Selain penyakit dalam, air yang telah tercemar dapat juga
menimbulkan penyakit luar seperti penyakit kulit karena dalam air tersebut
tumbuh parasit, bakteri, dan jamur.
d) Terganggunya Kegiatan Masyarakat
Terganggunya kegiatan masyaraat dapat terjadi apabila pencemaran air sudah
pada tahap bencana alam. Dalam hal ini artinya terganggunya kegiatan
masyarakat ini merupakan dampak yang ditimbulkan oleh dampak pertama
yaitu bencana alam.
e) Menurunnya Ekonomi Sosial
Mengapa hal ini dapat terjadi? Karena pencemaran air menyebabkan kualitas
dan kuantitas air menurun, sehingga akan terjadi kelangkaan pada air bersih.
Hal ini menyebabkan air bersih menjadi sesuatu yang sangat mahal dan
mungkin hanya orang tertentu saja yang dapat menikmati ketersediaan air
bersih. Pernyataan tersebut membuktikan bahwa pencemaran air dapat
menimbulkan menurunnya ekonomi sosial disuatu wilayah.
2.13 Solusi Pencemaran air
Solusi yang perlu dilakukan saat ini adalah memberikan penyuluhan mengenai
pentingnya lingkungan bagi manusia khususnya air, dan apa dampak yang
ditimbulkan akibat pencemaran air. Solusi tersebut perlu dilakukan diawal karena
banyak manusia yang belum memahami mengenai pentingnya air bagi kebutuhan
dan dampak pencemaran air sehingga cenderung melakukan tindakan yang dapat
mencemari air.
Tahap berikutnya adalah membuat peraturan perudang-undang dengan jelas
dan tegas karena seperti yang telah diketahui dalam hal ini pemerintah masih belum
tegas dalam memberi sanksi bagi pelaku pencemaran. Contohnya seperti limbah
industri, meskipun sudah jelas terdapat undang-undang yang mengharuskan pabrik
industri mengolah dahulu limbah produksi baru dapat dibuang di sungai atau laut
tetapi pada kenyataannya mereka tetap membuang limbah industri ke sungai atau
laut tanpa pengolahan. Kemudian melakukan konservasi pada daerah-daerah yang
megalami pencemaran air. Contohnya adalah membangun sistem drainase bagi
warga Kampung Warna-Warni Jodipan agar limbah rumah tangga tidak dibuang
langsung di Sungai Brantas.
DAFTAR RUJUKAN

[1] Supardi, Imam. 2005. Lingkungan Hidup dan Kelestarian. Bandung: Penerbit Alumni.
[2] Khakbaz, Peyman Pour-Nasr, Saeid Mahdeloei, Aliakbar Heidari. 2012. Soil Pollution Control
Management Techniques and Methods. Scholars Research Library, 3 (7): 3101-3109.
[3] Pettry, D. E., et.al. 1973. Soil Pollution and Environmental Health. Health Services Reports.
88 (4):323-327.
[4] Sastrawijaya, Tresna. 2000. Pencemaran Lingkungan. Bandung: Rineka Cipta.
[5] Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup RI Nomor
KEP-02/MENKLH/1/1988. tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan.

[6] Miller, G. Tyler, Jr. 2016. Environment Science. Fifteenth Edition California: Wadsworth
Publishing Co. Belmout, A Division of Wadsworth, Inc.

[7] Hehannusa, P.E. dan Haryani, Gadis S. 2001. Kamus Limnologi (Perairan Darat). Panitia
Nasional Program Hidrologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. IHP-
UNESCO.230 hal.

[8] Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan.
Yogyakarta: Kanisius.

[9] Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/VII/2002 Tentang Syarat-Syarat


Dan Kualitas Air Minum.

[10] Mahida, U.N. 1993. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Edisi
Keempat.Jakarta.: PT. Rajawali Grafindo

[11] Wagiman. 2007. Identifikasi Potensi Produksi Biogas Dari Limbah Cair Tahu
Dengan Reaktor Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB). Teknologi
Industri Pertanian. Universitas Gajah Mada

[12] Ghufran, H.M., K. Kardi, B.T. Andi. 2007. Pengelolaan kualitas Air dalam Budidaya
Perairan. Rineka Cipta. Jakarta.

[13] Ariningrum, R., S, Sundari, dan W. Riyadina. 2009. Determinan Penyakit Diare Pada Anak
Balita di Provinsi Nanggro Aceh Darussalam, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Gorontalo, dan Papua. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan 12:144.
[14] Zaleha, K., D.M.F.Farah, S.R. Amira, A. Amirudin. 2009. Benthic Community Of
The Sungai Pulai Seagrass Bed, Malaysia. Malaysian Journal of Science,
28(2):143– 159.
[15] Noortiningsih, I.S., S. Jalip, Handayani. 2008. Keanekaragaman
Makrozoobenthos, Meiofauna Dan Foraminifera Di Pantai Pasir Putih Barat
Dan Muara Sungai Cikamal Pangandaran, Jawa Barat. Vis Vitalis, 1 (1):
34- 42.

Anda mungkin juga menyukai