menuju Swasembada Berkelanjutan—Kendari, 12 Maret 2018 • Hermanto Siregar & Usman Rianse (Ed)
Penerbit: UHO EduPress, Kendari (2020) • ISBN 978-623-91098-4-4 • DOI http://dx.doi.org/10.37149/11328
ABSTRAK
Pemenuhan pangan menjadi isu yang sensitif di dalam pembangunan karena akan memengaruhi kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pemenuhan pangan sangat ditentukan oleh ketersediaan pangan yang bergizi
yang didukung dengan pengetahuan tentang gizi yang baik sebagai akibat dari semakin baiknya kualitas
sumber daya manusia. Menciptakan SDM berkualitas sangat tergantung pada kualitas gizi yang dikonsumsi
sehingga saling ketergantungan SDM dan pangan menarik untuk dilakukan kajian. Tulisan ini mengkaji
bagaimana kualitas dan peran SDM pangan untuk mendukung pemenuhan pangan yang pada akhirnya
dapat mencapai ketahanan dan kedaulan pangan. Metode penelitian dilakukan dengan studi pustaka atau
telaah literatur dan hasil penelitian terdahulu, buku teks, serta sumber ilmiah lainnya baik online maupun
offline. Data sekunder merupakan data diperoleh dari berbagai sumber serta dari Badan Pusat Statistik
(BPS) yang selanjutnya dianalisis sesuai dengan tujuan penulisan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kualitas SDM petani baik dilihat dari segi umur dan tingkat pendidikan formal cenderung kurang memadai
(kategori rendah) untuk menunjang pengembangan sektor pertanian dalam pemenuhan pangan untuk
masa yang akan datang. Untuk itu, diperlukan kebijakan di bidang pertanian yang pro kepada petani dan
khususnya generasi muda, melalui kebijakan yang mendukung peningkatan pendidikan serta adanya
pelatihan dan penyuluhan yang sesuai dengan kondisi sumber daya yang tersedia di suatu wilayah.
Kata kunci: pangan; kualitas; peran SDM.
PENDAHULUAN
Kebutuhan mendasar manusia sebagai bagian yang sangat penting untuk mempertahankan
hidup adalah pangan sehingga oleh pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015–2019 telah memprioritaskan pada program-program bagi pemenuhan
pangan yang gizi untuk menjamin ketersediaan baik jumlah maupun kualitasnya dengan tingkat
harga yang dapat dijangkau oleh setiap penduduk Indonesia. Semuanya itu telah menjadi sasaran
dan target yang wajib dilakukan oleh setiap elemen pemerintahan terutama dalam penyusunan
maupun di setiap perumusan-perumusan kebijakan terkait pangan nasional yang gunanya untuk
menjaga kestabilan serta ketersediaan pangan untuk menjaga agar harga-harga pangan utamanya
beras tidak bergejolak yang dapat memicu kerawanan sosial serta ketidakstabilan sosial di
masyarakat (Handewi, 2002).
Semakin bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan pangan akan semakin meningkat.
BPS (2011) melaporkan peningkatan penduduk pada tahun 2010 sebesar 237,5 juta jiwa, (53,45%
berada di Pulau Jawa yang memiliki laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49%) dan diperkirakan
pada akhir tahun 2020 jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 250 juta. Peningkatan jumlah
penduduk tersebut akan semakin memperberat beban sektor pertanian sebagai satu-satunya
sektor yang berperan penting dalam pemenuhan pangan. Sampai saat ini, sektor pertanian masih
155
merupakan sektor andalan dalam menghasilkan pangan bagi seluruh penduduk Indonesia. Sebagai
sektor andalan, pertanian akan menjadi sektor yang tidak dapat digantikan dengan sektor lain.
Sektor pertanian sampai saat ini mampu menyerap sekitar 33.32% tenaga kerja dan kondisi
saat ini 70% rumah tangga di perdesaan menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian sebagai
sumber pendapatan utama. Karena tingginya ketergantungan rumah tangga perdesaan pada sektor
pertanian, sektor pertanian dapat berperan sebagai penyedia lapangan pekerjaan di perdesaan
dan diharapkan mampu menurunkan angka pengangguran yang semakin bertambah (Muksin &
Bustang, 2014). Melihat semakin strategisnya peran sektor pertanian maka diperlukan upaya yang
lebih besar dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) berstandar baik untuk memenuhi
kebutuhan SDM di sektor pertanian sehingga memiliki daya saing dan tangguh yang akan berperan
penting dalam melawan persaingan yang semakin ketat. Semakin baiknya kompetensi dan SDM
pertanian akan memberikan kontribusi bagi kemajuan usahatani di perdesaan.
Semakin baiknya kualitas SDM di sektor pertanian akan berkontribusi dalam meningkatkan
produktivitas dan keberlanjutan usahatani di perdesaan sehingga akan mampu berperan dalam
mewujudkan kedaulatan pangan. Thohir (2009) beberapa langkah strategis yang sangat diperlukan
untuk mewujudkan dan mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam rangka pembangunan
sektor pertanian yaitu mewujudkan peningkatan kualitas dan kuantitas SDM yang dibutuhkan,
mendorong pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada tahap produksi, pascapanen,
pengolahan dan pemasaran, serta mengintensifkan promosi. Menurut Juarini (2015), kualifikasi
daya saing SDM pertanian di Indonesia saat ini masih rendah dan memerlukan pengelolaan
SDM pertanian yang berfokus unsur kognisi, psikomotor, afeksi, dan intuisi sehingga diharapkan
nantinya SDM Indonesia dapat menggerakkan sektor pertanian untuk mewujudkan kedaulatan
pangan.
Membangun sektor pertanian sebagai penopang perekonomian secara tidak langsung juga
akan ikut membangun perdesaan termasuk sumber daya manusia di perdesaan. Untuk itu,
diperlukan tekad yang kuat dalam mewujudkan kemandirian bangsa melalui peningkatan SDM
di sektor pertanian dalam rangka mencapai kesejahteraan dan kesuksesan yang berkeadilan dan
merata yang didukung oleh kualitas manusia yang baik yang dicirikan oleh kemampuan SDM
pertanian di perdesaan mengambil keputusan bagi usahataninya, efisiensi dalam pemanfaatan
segala sumber daya yang dimiliki.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka keberadaan SDM pertanian dan peran yang dapat
dilakukan sesuai dengan potensinya dapat memberikan jawaban terhadap persoalan-persoalan
pertanian, produksi, maupun daya saing serta kedaulatan pangan. Pemenuhan pangan untuk
mencapai kedaulatan pangan menjadi tujuan pembangunan bagi keberlanjutan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dari pemikiran tersebut, kajian ini memberikan gambaran terhadap
kondisi SDM pertanian yang memiliki posisi yang sangat penting dalam penciptaan dan pemenuhan
pangan bagi kehidupan manusia sehingga perlu diketahui bagaimana kualitas dan peran SDM
pangan untuk mendukung pemenuhan pangan yang pada akhirnya dapat mencapai ketahanan
dan kedaulan pangan.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian terhadap kualitas dan peran SDM dalam pemenuhan pangan dilakukan dengan
studi pustaka. Studi pustaka atau telaah literatur dilakukan melalui kajian teori dan hasil penelitian
terdahulu, buku teks, serta sumber ilmiah lainnya baik online maupu offline. Penelitian ini akan
memberikan pemahaman yang lebih luas mengenai kondisi SDM di sektor pertanian dalam
pemenuhan pangan serta bagaimana SDM di sektor pertanian berperan melakukan pemenuhan
Tabel 1 Gambaran Kualitas Tenaga kerja (Laki-laki dan Perempuan) menurut Tingkat Umur dalam
Berbagai Subsektor Bidang Pertanian Tahun 2013.
Tabel 2 Gambaran Kualitas Tenaga Kerja (Laki-laki dan Perempuan) menurut Tingkat Pendidikan Formal
dalam Berbagai Subsektor Bidang Pertanian Tahun 2013
Subsektor
Tingkat Pendidikan
Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Jumlah (org) %
tidak/belum sekolah 2.077.561 35.387 557.782 664.437 3.335.167 10,25
tidak tamat SD 3.830.050 171.32 2.340.984 1.089.907 7.432.261 22,85
SD 6.654.119 294.391 4.238.590 1.693.034 12.880.134 39,60
SLTP 2.257.967 91.449 2.164.361 696.17 5.209.947 16,02
SMA/SMK 1.339.283 76.887 1.579.217 373.084 3.368.471 10,36
PT 103.092 11.128 145.878 40.871 300.969 0,93
Jumlah (orang) 16.262.072 680.562 11.026.812 4.557.503 32.526.949 100
Sumber. BPS 2014
Data Tabel 2 menunjukkan bahwa pada aspek pendidikan, tingka pendidikan petani sangat
memprihatinkan. Petani saat ini telah berumur tua tingkat pendidikan Sekolah dasar (SD) dan
tidak tamat sekolah SD maupun tidak pernah mengenyam pendidikan (10%). Petani berpendidikan
menengah atas dan sederajat jumlahnya saat ini jumlahnya cukup kecil (10%) bahkan perguruan
tinggi hanya 0,93%. Menurut Sudiarditha (2009), tingkat pendidikan formal yang rendah maka
kemampuannya untuk menyerap informasi serta mengadopsi teknologi relatif sangat terbatas.
Tingkat pendidikan formal berpengaruh langsung dalam kemampuan berpikir dan dan merespons
perubahan ekologi dan penguasaan teknologi di dunia pertanian yang semakin berkembang. Ke
depan, teknologi sudah mengarah pada penggunaan teknologi informasi yang menuntut pada
kemampuan petani dalam memanfaatkan peluang tersebut. Dengan demikian, pendidikan menjadi
sangat penting sebagai katalis untuk mempercepat pembangunan khususnya sektor pertanian
dalam menciptakan produk pangan yang murah dan aman dikonsumsi.
Melihat kondisi SDM sektor pertanian saat ini maka diperlukan kebijakan terhadap
pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan serta rancangan teknologi pertanian dalam menunjang
produktivitas pangan mengadopsi kondisi SDM dan karakteristik suatu daerah sehingga nantinya
dapat berperan besar bagi pengembangan daerah.
Kelompok pangan dalam konsep PPH dinyatakan dalam bentuk energi dengan pembobot
yang berbeda-beda sesuai peranan pangan di masing-masing kelompok bagi pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Pemenuhan PPH diharapkan berpengaruh pada kualitas SDM di sektor
pertanian. Sebaliknya, melalui peningkatan kualitas SDM yang berawal dari terpenuhinya pangan
akan memberikan pengaruh pada kinerja SDM dalam menghasilkan pangan yang bermutu dan
aman dikonsumsi dapat terwujud. Untuk itu, peran lembaga pendidikan (tinggi) sangat penting
untuk mendukung pembangunan pertanian dalam hal mengembangkan SDM berkualitas,
mendukung pencapaian keamanan dan ketahanan pangan, mendukung pengembangan agribisnis,
melakukan penemuan pengembangan dan penerapan ipteks, serta berperan serta dalam menjaga
dan memelihara pelestarian fungsi lingkungan hidup (Sudiarditha, 2009).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil uraian sebelumnya, kualitas SDM petani baik dilihat dari segi umur dan
tingkat pendidikan formal cenderung kurang memadai (kategori rendah) untuk menunjang
pengembangan sektor pertanian dalam pemenuhan pangan untuk masa yang akan datang. Apabila
kondisi rendahnya kualitas SDM tidak diperhatikan, maka krisis pangan atau pemenuhan pangan
dalam mencapai ketahanan dan kedaulatan pangan sulit tercapai dan cenderung terjadi rawan
pangan. Untuk itu, perlu ada pembenahan terhadap sumber daya manusia. Dari segi umur, perlu
ada regenerasi SDM di bidang pertanian dengan memberikan insentif bagi kaum muda terdidik
untuk berkecimpung di dunia pertanian. Di samping itu, diperlukan kebijakan di bidang pertanian
yang pro kepada petani dan khususnya generasi muda, kebijaksanaan dalam penyusunan program
pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan perlu disesuaikan dengan spesifikasi dan karakteristik
sumber daya di suatu tempat dan kebutuhan yang dirasakan bagi pengembangan di suatu daerah.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2014. Statistik Ketenagakerjaan Sektor Pertanian. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Pertanian,
Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian.