Anda di halaman 1dari 11

Kontribusi Produksi Padi, Jagung Dan Kedelai Terhadap Indeks Ketahanan Pangan Di

Provinsi Sumatera Utara


1
Feny Widiyani, 2 Dr. Zulkifli Siregar,S.E.,M.Si, 3 M.Sahnan,S.E.,M.M
1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Sumatera Utara
Email : widiyanifeny@gmail.com
2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Sumatera Utara
Email : zulkiflisiregar051@gmail.com
3
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Sumatera Utara
Email : msahnan65@gmail.com

ABSTRAK
Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu seberapa besar kontribusi produksi padi, jagung, dan
kedelai terhadap indeks ketahanan pangan di Provinsi Sumatera Utara dan apakah produksi padi,
jagung dan kedelai memiliki pengaruh terhadap indeks ketahanan pangan di Provinsi Sumatera
Utara . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh produksi padi,
jagung, dan kedelai terhadap indeks ketahanan pangan di Provinsi Sumatera Utara dan untuk
mengetahui seberapa besar kontribusi produksi padi, jagung, dan kedelai terhadap indeks
ketahanan pangan di Provinsi Sumatera Utara. Teknik analisis dalam penelitian ini adalah
Analisis Kuantitatif yang menggunakan Uji Asumsi Klasik dan Regresi Data Panel serta Analisis
Indeks Ketahanan Pangan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang di unduh melalui website resmi Badan Pusat Statistik (BPS) terutama data
produksi padi, jagung, dan kedelai serta indeks ketahanan pangan di Provinsi Sumatera Utara.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Nilai f
hitung sebesar 4,47 lebih besar dari t tabel yaitu 2,70 dan nilai probabilitas yaitu 0,0055 lebih
kecil dari 0,05 yang dimana artinya X1 produksi padi, X2 produksi jagung dan X3 produksi
kedelai berpengaruh secara serentak atau simultan terhadap indeks ketahanan pangan (Y) serta
terdapat hubungan signifikan. Tak hanya itu, penelitian ini menunjukan bahwa Indeks ketahanan
pangan Provinsi Sumatera Utara sebesar 75,25% dengan nilai kontribusi produksi padi sebesar
44%, kontribusi produksi jagung sebesar 31% dan kontribusi produksi kedelai sebesar 25%.

Kata Kunci: Produksi Padi, Jagung, Kedelai, dan Indeks Ketahanan Pangan

ABSTRACT
The formulation of the problem in this study is how big the contribution of rice, corn and
soybean production is to the food security index in North Sumatra Province and whether rice,
corn and soybean production has an influence on the food security index in North Sumatra
Province. The purpose of this study was to find out how rice, corn and soybean production
influences the food security index in North Sumatra Province and to find out how much rice,
corn and soybean production contributes to the food security index in North Sumatra Province.
The analysis technique in this study is Quantitative Analysis using Classical Assumptions Test
and Panel Data Regression as well as Food Security Index Analysis. The data source used in this
research is secondary data which is downloaded through the official website of the Central
Statistics Agency (BPS), especially data on rice, corn and soybean production as well as the food
security index in North Sumatra Province. Based on the results of the research that has been

1
done, the results of this study state that the calculated f value of 4.47 is greater than t table, which
is 2.70 and the probability value is 0.0055 which is less than 0.05 which means X1 rice
production, X2 corn production and X3 soybean production has a simultaneous effect on the
food security index (Y) and there is a significant relationship. Not only that, this study shows that
the food security index for North Sumatra Province is 75.25% with a contribution value of 44%
for rice production, 31% for corn production and 25% for soybean production.

Keywords: Rice, Corn, Soybean Production and Food Security Index

I. PENDAHULUAN (INTRODUCTION)

Kebijakan pembangunan pertanian terutama berorientasi pada peningkatan produksi


pertanian, khususnya produksi pangan guna memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hal ini tidak
lain karena masalah pangan merupakan hal yang sangat penting. “Berdasarkan konsep ketahanan
pangan diketahui, bahwa ketahanan pangan sebagai situasi dimana semua rumah tangga
mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi seluruh anggota
keluarganya. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim yang mempunyai kekayaan sumber
daya alam potensial, sudah sewajarnya mencukupi kebutuhan pangan bagi penduduknya. Sektor
pertanian merupakan sektor unggulan yang harus dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Hal
itu didasarkan pada sejumlah pertimbangan.
Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996 menyatakan kondisi terpenuhinya kebutuhan
pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari
jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Sedangkan FAO menyatakan situasi
dimana semua rumah tangga mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh
pangan bagi seluruh anggota keluarganya, dimana rumah tangga tidak beresiko mengalami
kehilangan kedua akses tersebut. Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
ketahanan pangan memiliki lima unsur yang harus dipenuhi: (i) Berorientasi pada rumah tangga
dan individu; (ii) Dimensi waktu setiap saat pangan tersedia dan dapat diakses; (iii) Menekankan
pada akses pangan rumah tangga dan individu, baik fisik, ekonomi dan sosial.
Menurut Retno Marsudi, Indonesia merupakan negara agraris dengan basis perekonomiannya
berasal dari sektor pertanian. Hal ini disadari karena perkembangan pertanian merupakan
prasyarat industrialisasi yang akan menjadi tulang punggung perekonomian nasional yang
tangguh. Sektor pertanian telah memberikan sumbangan besar dalam pembangunan nasional,
seperti peningkatan ketahanan nasional, penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan
masyarakat, peningkatan pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), perolehan devisa
melalui ekspor-impor, dan penekanan inflasi. Ketahanan pangan Indonesia menguat lagi pada
2022, setelah sempat melemah sepanjang dua tahun awal pandemi.Menurut Global Food
Security Index (GFSI), indeks ketahanan pangan Indonesia pada 2022 berada di level 60,2, lebih
tinggi dibanding periode 2020-2021. Namun, ketahanan pangan Indonesia tahun ini masih di
bawah rata-rata global yang indeksnya 62,2, serta lebih rendah dibanding rata-rata Asia Pasifik
yang indeksnya 63,4.Indeks ketahanan pangan GFSI 2022 diukur berdasarkan empat indikator,
yakni keterjangkauan harga pangan (affordability), ketersediaan pasokan (availability), kualitas
nutrisi (quality and safety), serta keberlanjutan dan adaptasi (sustainability and adaptation). Di
indikator keberlanjutan dan adaptasi, GFSI menilai kebijakan negara dalam beradaptasi dengan
perubahan iklim, pemeliharaan lingkungan, sampai manajemen kebencanaan yang dapat
mempengaruhi keamanan pasokan pangan. Hasil penilaian seluruh indikator tersebut dinyatakan

2
dalam skor berskala 0- 100. Semakin tinggi skornya, kondisi ketahanan pangan dinilai semakin
baik. Secara umum, GFSI menilai harga pangan di Indonesia cukup terjangkau dibanding
negara-negara lain. Hal ini terlihat dari skor affordability Indonesia yang mencapai 81,4, cukup
jauh di atas rata-rata Asia Pasifik yang skornya 73,4.Namun, ketersediaan pasokan pangan
Indonesia dinilai kurang baik dengan skor 50,9. Kualitas nutrisi juga hanya mendapat skor 56,2,
sedangkan keberlanjutan dan adaptasi skornya 46,3. Di tiga indikator ini ketahanan Indonesia
dinilai lebih buruk dibanding rata-rata negara Asia Pasifik. Indonesia sangat berhasil dalam
membangun infrastruktur pertanian, sehingga memungkinkan penyediaan pangan dengan harga
terjangkau dan stabil. Namun, untuk memajukan ketahanan pangan, Indonesia perlu memperkuat
kebijakan untuk memastikan produksi pertanian terlindung dari risiko perubahan iklim. Ini akan
membantu Indonesia untuk menjaga kecukupan pasokan pangan di tahun-tahun mendatang.
Indonesia juga harus meningkatkan kualitas pangan dengan meningkatkan keragaman pangan
dan standar gizi. Tak hanya itu diperkirakan 179 sampai 181 juta orang di 41 negara akan
menghadapi krisis pangan. Namun ada hal yang lebih mengerikan lagi, adanya aspek yang sering
luput dari perhatian, yakni krisis pupuk. “Ini menjadi masukan bagi kalangan masyarakat untuk
melihat apa dampak krisis pupuk bagi ketahanan pangan ke depan, di tahun-tahun depan, karena
dari data yang kita peroleh, krisis pupuk ini kalau tidak di address, maka tahun depan dampaknya
akan dapat memicu krisis beras.
Dapat disimpulkan bahwa perkiraan produksi padi paling banyak di setiap tahunnya
dibandingkan dengan produksi jagung dan kedelai. Pada tahun 2019 produksi padi paling banyak
sekitar 2,079 juta ton. Tahun 2020 produksi padi sekitar 2,040 juta ton dan 2021 menghasilkan
produksi sekitar 2,074 juta ton. Untuk produksi jagung pada tahun 2020 paling banyak
menghasilkan produksi sekitar 1,965 juta ton tahun 2019 sebanyak 1,960 juta ton dan tahun 2021
produksi jagung sebanyak 1,724 juta ton. Kedelai paling sedikit menghasilkan produksi
dibandingkan dengan produksi padi maupun jagung. Tiap tahunnya produksi kedelai mengalami
penurunan hasil produksi. Tahun 2019 kedelai hanya mampu memproduksi 9,62 ton tahun 2020
sekitar 4,00 ton dan tahun 2021 hanya 1, 46 ton. Hal ini dikarenakan lahan yang tidak memadai
dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap jenis tanaman kedelai.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Kontribusi
Produksi Padi, Jagung, Dan Kedelai Terhadap Indeks Ketahanan Pangan Di Provinsi
Sumatera Utara”

II. LANDASAN TEORI (LITERATURE REVIEW)


Dalam penggunaan faktor produksi berlaku the law of diminiishing return(LDR) yaitu sebuah
hukum dalam ekonomi yang menjelaskan tentang proporsi input yang tepat untuk mendapatkan
output yang maksimal. Sebuah perusahaan dapat mengubah input menjadi output dengan
berbagai cara, dengan menggunakan bebagai kombinasi tenaga kerja, bahan mentah dan modal.
Kita dapat menjabarkan hubungan antara input ini dalam proses produksi dan output yang
dihasilkan melalui suatu fungsi produksi mengindikasikan output tertinggi yang dapat diproduksi
oleh perusahaan atas setiap kombinasi spesifik dari innput. Dalam melakukan usaha pertanian,
seorang pengusaha atau seorang petani akan selalu berpikir bagaimana ia mengalokasikan input
seefesien mungkin untuk dapat memperoleh produksi yang maksimal. Cara pemikiran yang
demikian adalah wajar mengingat petani melakukan konsep bagaimana memaksimalkan
keuntungn. “dalam ilmu ekonomi cara berpikir demikian disebut dengan pendekatan
memaksimumkan keuntungan pada keterbataan biaya dalam melaksanakan usaha taninya, maka
mereka juga tetap mencoba bagaimana meningkatkan keuntungan tersebut dengan kendala biaya
usaha tani yang terbatas. Suatu tindakan yang dilakukan adalah bagaimana memperoleh
3
keuntungan yang lebih besar dengan menekan biaya produksi sekecil-kecilnya. Pendekatan ini
dikenal dengan istilah meminimumkan biaya atau cost minization”. Soekartiwi (1987:45)
Prinsip kedua pendekatan tersebut yaitu profit maximization dan cost minization adalah
sama saja, yaitu bagaimna memaksimumkan keuntungan yang diterima petani atau seorang
pengusaha pertanian. Kedua pendekatan tersebut dapat dikatakan pendekatan serupa tapi tidak
sama. Ketidak samaan ini tentu saja kalau dilihat dari segi sifat atau behavior petani yang
bersangkutan, petani besar atau pengusaha besar selalu berprinsip bagaimana memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya melalui pendekatan profit maximization karena mereka tidak
dihadapkan dengan keterbatasan pembiayaan. Sebaliknya untuk petani kecil atau petani subsiten
sering bertindak sebaliknya, yaitu bagaimana memperoleh keuntungan dengan keterbatasan yang
mereka miliki. Untuk memahami kedua konsep tersebut, konsep hubungan atara input dengan
output harus dipahami. Hubungan antara input dengan output disebut dengan fungsi produksi.
“produsen adalah mereka yang melakukan produksi. Sedangkan konsumen adalah mereka yang
melakukan konsumsi. Masalah ekonomi timbul karena tidak seimbang antara kebutuhan manusi,
apabila dibandingkan dengan jumlah barng dan jasa yang tersedia. Kebutuhan manusia dapat
dikatakan tidak terbatas jumlahnya, karena manusia tidak pernah merasa puas, kebutuhan yang
satu terpenuhi muncul kebutuhan lainnya, begitu juga seterusnya. Sedangkan alat pemuas
kebutuhan manusia sangat terbatas jumlahnya jika dibandingkan dengan jumlah kebutuhan
manusia”. Soeratno Josohardjono (1994:3)
“Produksi yaitu proses kombinasi dan koordinasi material-material dan kekuatan-
kekuatan (input, faktor, sumber daya, jasa-jasa produksi) dalam pembatan suatu barang atau jasa
(output atau produk)”. Soeratno Josohardjono (1994:4)
“Produksi adalah sebagai usaha manusia untuk menciptakan atau menambah daya atau
nilai guna dari suatu barang atau benda untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia baik secra
individu maupun secara bersama-sama menghadapi banyak masalah ekonomi”. Suherman
Rosyidi (2005:55)

III. METODE PENELITIAN (METHOD/RESEARCH DESIGN)

Lokasi, Objek dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Sumatera Utara, dengan melihat data panel yang
disediakan oleh Badan Pusat Statistik Sumatera Utara (BPS).
2. Objek Penelitian
Objek penelitiannya adalah Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Terhadap Indeks
Ketahanan Pangan Di Provinsi Sumatera Utara.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menghimpun data sekunder yang telah
dipublikasi, yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara. Dengan melihat data
publikasi Provinsi Sumatera Utara. Dalam Angka Tahun 2021. Data yang digunakan dalam
kurun waktu 2020 sampai dengan tahun 2021, sehingga hasil penelitian ini merupakan hasil
penggunaan data selama periode waktu tersebut.
Analisis regresi data panel adalah analisis regresi dengan struktur data yang merupakan
data panel. Data panel adalah gabungan antara data runtun waktu (time series) dan data silang
(cross section). Penelitian ini menggunakan program Eviews 10 sebagai alat dalam menganalisis
data.

4
IV. ANALISIS DAN EVALUASI
Analisis Data
1. Pemilihan Teknik Estimasi Regresi Data Panel
Pemilihan teknik estimasi regresi data panel dikenal tiga macam pendekatan estimasi
yaitu Common Effect Model, Fixed Effect Model, dan Random Effect Model. Untuk
menentukan teknik terbaik yang akan digunakan untuk regresi data panel maka dilakukan
pengujian yaitu uji chow, uji hausman dan uji legrange multiplier.

Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas ini dimaksudkan untuk menguji apakah terdapat korelasi yang tinggi atau
sempurna antara variabel bebas atau tidak dalam model regresi. Untuk mendeteksi adanya
korelasi yang tinggi antar variabel independen dapat dilakukan dengan bebera cara salah satunya
dengan menggunakan Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).
Tabel V.5
Uji Multikolinearitas

Sumber : Output Eviews 10


Koefisien korelasi harus lebih kecil dari 0,85. Koefisien korelasi X1 dan X2 sebesar
0,188 < 0,85. Koefisien korelasi X1 dan X3 sebesar 0,226 < 0,85 serta koefisien korelasi X2 dan
X3 sebesar 0,124 < 0,85. Maka dapat disimpulkan bahwa terbebas multikolinearitas atau lolos uji
multikolinearitas.

Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penganggu
atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Hasil uji dari aplikasi eviews 10 dapat dilihat
pada gambar sebagai berikut:
Gambar V.1
Uji Normalitas

Sumber : Output Eviews 10

5
Dapat diketahui dari hasil diatas bahwa :
H0 : berdistribusi normal (P-value > , dimana = 0,05)
H1 : tidak berdistribusi normal (P-value < , dimana = 0,05)
Berdasarkan hasil pengujian pada gambar V.1 , jumlah observasi Kolmogorov Smirnov
dalam penelitian ini sebesar 99. Pengujian menunjukkan bahwa variabel memiliki nilai distribusi
sebesar 0,000 yang berarti nilainya tidak normal, karena nilai signifikan kurang dari 0,05. Dari
data di atas maka tidak diperoleh residual error yang berdistribusi normal maka dengan demikian
diupayakan tindakan untuk menormalkan data, yaitu dengan cara menghilangkan data outlier.
Dalam penelitian ini untuk melihat data yang outlier dilakukan uji casewise diagnostics dengan
deviasi standar 3. Pengujian Kolmogorov Smirnov menunjukkan signifikansi pengujian sebesar
0,006, nilai signifikan kurang dari 0,05 menunjukan bahwa data tidak terdistribusikan dengan
normal. Pengujian terhadap uji normalitas data telah dilakukan dengan menunjukan hasil bahwa
data tidak terdistribusi normal walaupun telah dilakukan pembuangan data outlier, namun
merujuk pada asumsi central limit theorem yang menyatakan bahwa untuk sampel yang besar
terutama terlebih dari 30 (n > 30), distribusikan sampel telah dianggap normal. Dalam hal ini
pengujian asumsi klasik menunjukan data berdistribusi tidak normal namun karena observasi
lebih dari 30 maka data tersebut telah berdistribusi normal.
Hasil Uji Statistik
1. Uji t (Uji Parsial)
Uji parsial (t) digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel
independent (produksi padi, jagung dan kedelai) secara individual (parsial) terhadap variabel
dependen (indeks ketahanan pagan).
Tabel V.6
Uji t

Sumber : Output Eviews 10


Berdasarkan dari tabel V.6 diketahui Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
secara parsial sebagai berikut :
1. Variabel produksi padi (X1) : t hitung sebesar 2,776 lebih besar dari t tabel yaitu 1,98
serta nilai Probabilitas sebesar 0,0066 lebih kecil dari 0,05 yang dimana artinya variabel
X1 berpengaruh dan terdapat hubungan signifikan terhadap variabel Y (indeks ketahanan
pangan).
2. Variabel produksi jagung (X2) : t hitung sebesar 1,75 lebih kecil dari t tabel yaitu 1,98
serta nilai Probabilitas sebesar 0,08 lebih besar dari 0,05 yang dimana artinya variabel X2
tidak berpengaruh dan tidak terdapat hubungan signifikan terhadap variabel Y (indeks
ketahanan pangan).
3. Variabel produksi kedelai (X3) : t hitung sebesar -1,43 lebih kecil dari t tabel yaitu 1,98
serta nilai Probabilitas sebesar 0,156 lebih besar dari 0,05 yang dimana artinya variabel
X3 tidak berpengaruh dan tidak terdapat hubungan signifikan terhadap variabel Y (indeks
ketahanan pangan).

6
2. Uji f (Uji Simultan)
Uji f digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Tabel V.7
Uji f

Sumber : Output Eviews 10


Dari tabel V.7 dapat disimpulkan bahwa Nilai f hitung sebesar 4,47 lebih besar dari t tabel yaitu
2,70 dan nilai probabilitas yaitu 0,0055 lebih kecil dari 0,05 yang dimana artinya X1 produksi
padi , X2 produksi jagung dan X3 produksi kedelai berpengaruh secara serentak atau simultan
terhadap Y indeks ketahanan pangan serta terdapat hubungan signifikan.
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Analisis R2 (R Square) atau Koefisien Determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa
besar persentase kotribusi pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel
dependen.
Tabel V.8
Uji R2

Sumber : Output Eviews 10

Berdasarkan tabel V.8 diatas, menunjukan bahwa besarnya koefisien determinasi (Adj.R2) yaitu
sebesar 0,123800. Hal ini berarti kontribusi produksi padi, jagung, dan kedelai terhadap
Profitabilitas adalah sebesar 12,38%, sedangkan sisanya 87,62% dijelaskan oleh variabel
produksi padi, produksi jagung, dan produksi kedelai yang tidak diungkap dalam penelitian ini.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lien Damayanti dimana variabel gizi dan
Kesehatan berProfitabilitas sebesar 8,6%, sedangkan sisanya 91,4% dijelaskan oleh faktor-faktor
lain yang tidak masuk dalam penelitiannya.

7
5.1.4 Analisis Regresi Data Panel
Tabel V.9
Regresi Data Panel

Sumber : Output Eviews 10


Berdasarkan metode estimasi regresi yang diperoleh yaitu Random Effect Model (REM)
serta pemilihan model estimasi persamaan regresi dengan Uji Chow, Uji Hausman. Dan Uji
Lagrange Multiplier maka persamaan regresi data panel yaitu : Y = 66,97111 + 0,0000519X1 +
0,0000169X2 – 0,001245X3+ 𝑒
Hasil persamaan dengan regresi linier data panel diatas menunjukan bahwa tingkat probolitas
yang diperoleh oleh Indeks Ketahanan Pangan memiliki nilai konstanta sebesar 66,89110,
artinya jika variabel independen lain nilainya tetap (konstan) maka nilai probolitas yang diukur
dengan Indeks Ketahanan Pangan sebesar 66,97111.
Hasil Nilai Indeks Ketahanan Pangan di Provinsi Sumatera Utara
Agar pangan yang disediakan mampu dikonsumsi oleh rumah tangga atau perseorangan
maka diperlukan suatu analisis terkait dengan akses atau distribusi pangan. Akses pangan
merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan yang menghubungkan antara ketersediaan
pangan dengan konsumsi/pemanfaatan pangan. Akses pangan baik apabila semua rumahtangga
atau semua anggota rumah tangga mempunyai sumber daya yang cukup untuk mendapatkan
pangan yang cukup pula baik dari segi kuantitatif, kualitatif dan keragaman pangan. Dalam
indikator akses pangan terdapat 3 variabel dalam penelitian ini yang semuanya mempunyai
keterkaitan dengan daya beli masyarakat terhadap pangan untuk dikonsumsi. Variabel pertama
produksi padi, variabel kedua produksi jagung, dan variabel ketiga produksi kedelai.
Tabel V.10
Hasil Indeks Ketahanan Pangan
Kabupaten/kota Ketersediaan Akses Pemanfaatan Persentase
Pangan Pangan Pangan (%)
Nias 88,19 67,54 46,43 65,29%
Mandailing Natal 82,59 75,91 49,40 67,31%
Tapanuli Selatan 91,45 79,43 57,25 74,16%
Tapanuli Tengan 71,97 75,14 65,15 70,19%
Tapanuli Utara 95,94 76,97 64,57 77,70%
Toba Samosir 96,32 78,97 71,70 81,27%
Labuhan Batu 74,31 84,60 67,00 74,48%
Asahan 62,78 84,96 74,46 74,10%
Simalungun 92,86 83,15 72,41 81,77%
Dairi 96,69 80,96 69,27 80,71%
Karo 98,31 77,87 75,90 83,22%
Deliserdang 86,39 91,52 80,73 85,66%

8
Langkat 82,53 82,41 73,30 78,80%
Nias Selatan 83,80 64,26 47,81 63,54%
Humbang Hasundutan 94,28 75,87 61,17 75,51%
Pakpak Barat 84,87 79,50 54,51 71,12%
Samosir 93,72 75,12 67,37 77,60%
Serdang Berdagai 98,18 83,46 71,84 83,23%
Batu Bara 83,49 79,38 68,23 76,15%
Padang Lawas Utara 76,53 77,29 56,03 68,56%
Padang Lawas 73,59 80,14 59,68 69,99%
Labuhan Batu Selatan 0,00 86,20 70,72 54,15%
Labuhan Batu Utara 76,73 83,34 66,17 74,49%
Nias Utara 87,60 57,58 57,62 66,60%
Nias Barat 88,11 55,96 45,18 61,29%
Sibolga 70,89 65,29 76,17 71,27%
Tanjung Balai 55,42 43,57 63,09 54,30%
Pematang Siantar 75,86 73,66 84,52 79,63%
Tebing Tinggi 69,43 69,72 69,15 69,41%
Medan 82,15 81,98 87,51 85,02%
Binjai 80,23 83,02 80,24 81,49%
Padang Sidempuan 65,01 66,78 55,76 60,72%
Gunung Sitoli 42,54 36,88 52,87 45,67%
Sumatera Utara 82,41 74,50 68,67 72,25%
Sumber : Data diolah 2023
Dari hasil tabel V.10 dapat disimpulkan bahwa wilayah dengan persentase terbesar yaitu
Kabupaten Deliserdang dengan persentase 85,66%, hal ini menunjukan bahwa Kabupaten
Deliserdang tergolong sangat tahan pangan. Ini terbukti dari hasil ketiga komoditi yaitu produksi
padi, jagung dan kedelai berkontribusi terhadap indeks ketahanan pangan di Provinsi Sumatera
Utara. Wilayah dengan nilai persentase terkecil berada di kota Gunung Sitoli yaitu sebesar
45,67%, hal ini mengacu pada tidak adanya kontribusi hasil komoditi produksi jagung dan
produksi kedelai di kota Gunung Sitoli. Namun walaupun produksi jagung dan kedelai tidak
berkontribusi, kota Gunung Sitoli masih dalam kategori tahan pangan. Dalam penelitian ini
Provinsi Sumatera Utara memilik point indeks ketahanan pangan sebesar 72,25% dengan urutan
peringkat ke 23 dari 34 Provinsi yang ada di Indonesia. Urutan pertama diduduki oleh Provinsi
Bali dengan point 83,82% dan diurutan ketiga diduduki oleh Provinsi Jawa Tengah dengan point
82,73%. Provinsi dengan point terendah diduduki oleh Provinsi Papua dengan jumlah sebesar
35,48%, hal ini perlu perhatian khusus oleh pemerintah agar indeks ketahanan pangan di
Indonesia meningkat. Hasil analisis menunjukan produksi padi berkontribusi sebesar 44%,
produksi jagung berkontribusi sebesar 31% dan produksi kedelai berkontribusi sebesar 25%.
Sumber data saya peroleh dari perhitungan indeks ketahanan pangan tahun 2019-2021, dengan
website resmi : http://repository.pertanian.go.id.

V. KESIMPULAN (CONCLUSIONS)
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

9
1. Potensi pertanian di Provinsi Sumatera Utara sebenarnya cukup besar untuk
diberdayakan, dan menghasilkan produksi pertanian yang dapat dimanfaatkan dari sisi
ekonominya, serta kondisi geografis di Provinsi Sumatera Utara sangat memberikan
peluang bisnis pertanian yang menjanjikan, dan untuk saat ini upaya pemerintah dalam
melihat peluang tersebut tidak ada.
2. Dari hasil uji statistik, uji t hitung sebesar 2,776 lebih besar dari t tabel yaitu 1,98 serta
nilai Probabilitas sebesar 0,0066 lebih kecil dari 0,05 yang dimana artinya produksi padi
berpengaruh dan terdapat hubungan signifikan terhadap indeks ketahanan pangan. Untuk
produksi jagung tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indeks ketahanan
pangan dikarenakan t hitung 1,75 lebih kecil dari t tabel yaitu 1,98 serta nilai Probabilitas
sebesar 0,08 lebih besar dari 0,05. Dan untuk produksi kedelai juga tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap indeks ketahanan pangan karena t hitung -1,43 lebih
kecil dari t tabel yaitu 1,98 serta nilai Probabilitas sebesar 0,156 lebih besar dari 0,05.
3. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Nilai f hitung sebesar 4,47 lebih besar dari t tabel
yaitu 2,70 dan nilai probabilitas yaitu 0,0055 lebih kecil dari 0,05 yang dimana artinya
X1 produksi padi, X2 produksi jagung dan X3 produksi kedelai berpengaruh secara
serentak atau simultan terhadap indeks ketahanan pangan (Y) serta terdapat hubungan
signifikan.
4. Dari tabel V.10 menunjukan bahwa Indeks ketahanan pangan Provinsi Sumatera Utara
sebesar 75,25% dengan nilai kontribusi produksi padi sebesar 44%, kontribusi produksi
jagung sebesar 31% dan kontribusi produksi kedelai sebesar 25%.

DAFTAR PUSTAKA (REFERENCES)

Anonim, (1996). Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang
Pangan. Kantor Menteri Negara Pangan RI.
Azwar A. (2004). Aspek Kesehatan dan Gizi dalam Ketahanan Pangan. Dalam Prosiding
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII: Ketahanan Pangan dan Gizi di Era
Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta: BPS, Departemen Kesehatan, Badan POM,
Bappenas, Departemen Pertanian dan Ristek
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara (BPS), (2021). Data tentang pangan dan Indeks
Ketahanan Pangan.
Badan Ketahanan Pangan (BKP), (2021). Publikasi, Indeks Ketahanan Pangan, Jakarta
Indonesia.
Carla Poli (2003) “Pengantar Ilmu Ekonomi”, Jakarta : PT Prenhallindo.
Dodik Sanjaya, (2016) “Ketersediaan Pangan Bergizi Menghadapi Tingginya Pertumbuhan Dan
Jumlah Penduduk Di Indonesia”, Yongyakarta : UGM
Heni Susilowati, (2016) “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Rumah
Tangga Miskin Di Kecamatan Srandakan Bantul”, Yongyakarta : UGM.
Hernandez (2013) “Pengantar Tata Niaga Pertanian” Bogor : Lembaga Penerbit Institut
Pertanian Bogor
Kaman Nainggolan Dkk (2005) “Teori Ekonomi MikroPendekatan Grafis dan Matematika”,
Jakarta : Pondok Edukasi.
Lien Damayanti (2011) “Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Ketahanan Pangan Desa
Siderejo”, Yongyakarta.
Purnama Sari dan Nuraini (2006), “Ketahanan Pangan dalam Produksi Kedelai” Jurnal
Ekonomi Pangan 27-28.

10
Rahaviana (2001) “Analisa kerawanan pangan di Kabupaten Gunung Kidul Derah Istimewa
Yongyakarta”, Yongyakarta
Republik Indonesia. (2012), Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Kebijakan Pangan
Nasional.
Republik Indonesia (2015), Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2015 Tentang Ketahanan Pangan
dan Gizi.
Rossi Prabowo (2010), Kebijakan Pemerintah Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan di
Indonesia. Jurnal Ilmu Pertanian.
Sugiono (2015) “Metodologi Penelitian Sosial Kuantitatif, Kualitatif R dan D”. Bandung : CV
Alfabeta.
Suherman Rosyidi (2005) “Pengantar Teori Ekonomi”, Pendekatan Kepada Teori
Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta : Rajawali Pers
Suhardjo. 1996. Pengertian dan kerangka pikir ketahanan pangan rumah tangga. Makalah
disampaikan pada Lokakarya Ketahanan Pangan Rumah Tangga, 20 – 30 Mei 1996,
Yogyakarta.
Sukirno (2005) “Teori Mikro Ekonomi”,cetakan ke empat belas. Jakarta : Rajawali Pers
Suryana, (2014) “Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan” Yongyakarta : Lembaga
Penerbit BPFE.
Soeratno Josohardjono, (1994) “Ekonomi Produksi”. Yongyakarta : GMU Press.
Soekartiwi, (1987) “Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian teori dan aplikasi. Jakarta : Rajawali
pers.
Teguh Supriyanto, (2015) “Analisis Tingkat Ketahanan Rumah Tamgga Tani Desa Mandiri
Pangan Di Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali”, Yongyakarta
Yan Kristian Alim, (2013) “Analisis pengaruh ketersediaan pangan terhadap stabilitas ekonomi
di Indoneia periode tahun 2011-2013”, Yongyakarta.
Food and Agriculture Organization (FAO), (2017). Data Production, Data Trade Internet.
Global Food Security Index (GFSI), (2022). Data Production, Data Trade Internet.

11

Anda mungkin juga menyukai