Anda di halaman 1dari 37

I.

PENDAHULUAN

Peningkatan produksi pertanian, salah satunya


ditentukan oleh keberhasilan tindakan pengendalian hama.
Pengendalian hama yang sering dilaksanakan di Indonesia
masih mengandalkan penggunaan pestisida. Demikian pula
pada tanaman pangan, seperti tanaman jagung yang masih
menggunakan pestisida. Telah diketahui bersama bahwa
penggunaan pestisida dapat menyebabkan dampak negatif,
yang tentunya akan merugikan kesejahteraan manusia, selain
itu dampak dari penggunaan pestisida adalah terbunuhnya
musuh-musuh alami (predator dan parasit) yang berasosiasi
rapat sekali dengan hama. Biasanya musuh alami tersebut
lebih peka terhadap pestisida dibandingkan dengan inangnya.
Makhluk lain yang bukan sasarannya juga ikut
terbunuh oleh pestisida seperti serangga penyerbuk, burung,
katak dan lain-lain. Sedangkan pengaruh pestisida pada hama
seperti terjadinya resistensi. Ini berarti jumlah individu yang
mati sedikit sekali atau tidak ada yang mati, meskipun telah
disemprot oleh dosis normal atau dosis yang lebih tinggi.

1
Pestisida dapat menyebabkan ledakan hama sekunder,
atau menyebabkan munculnya jenis hama tertentu. Di
samping dapat menyebabkan resurgensi, yaitu bila suatu jenis
hama sudah dapat perlakuan pestisida berkembang menjadi
lebih banyak dibanding dengan yang tidak mendapat
perlakuan pestisida. Untuk menghindari hal-hal di atas, cara
pengendalian dalam buku ini lebih ditekankan pada
pengendalian kultur teknis atau pengendalian hayati.
Penggunaan pestisida bila terjadi ledakan hama sudah tidak
dapat dikendalikan.
Buku hama jagung dan pengendaliannya ini disusun
berdasarkan bagian-bagian tanaman dan kemungkinan hama
merusak bagian-bagian tanaman tersebut.

2
II. PERUSAK AKAR DAN PANGKAL BATANG

1. Jangkrik (Gryllus bimaculatus)


a. Tanda kerusakan
Baik yang muda maupun dewasa memakan akar atau
bagian basal (pangkal) batang tanaman jagung yang masih
muda. Serangan dapat berat, yakni pada lahan bukaan baru
dan dijumpai banyak sampah tanaman.
b. Daur hidup dan deskripsi
Gryllus bimaculatus telurnya memanjang berukuran 3
mm x 1 mm, berwarna putih dan diletakkan di tanah. Lama
penetasan telur kira-kira 14 hari. Nimfa mengalami lima
pergantian kulit, perkembangan nimfa kira-kira 24–50 hari.
Dewasa panjang kira-kira 30 mm, warna hitam kecoklatan
dengan dua bintik oranye pada bagian toraks belakang.
Sedangkan Teleogryllus testaceus yang dewasa ukurannya
sama dengan Gryllus bimaculatus hanya warnanya cokelat
cerah.

3
c. Tanaman inang lain
Kapas, tebu, padi, bayam, ketela rambat, kubis,
lombok, kacang tanah, rerumputan dan tanaman lain.
d. Pengendalian
1. Pembersihan lahan sebelum tanam
2. Perangkap cahaya karena yang dewasa tertarik pada
cahaya
3. Pengairan lahan, karena yang dewasa tidak dapat hidup
pada lahan yang berair.

2. Uret Akar (Leucopholis irrorata (Chevrolat)


a. Tanda kerusakan
Pada stadia muda atau stadia uret, beberapa jenis
kumbang biasanya memakan akar dan menyebabkan
pertumbuhan tanaman tergangu atau kerdil. Becak-becak
kuning pada tanaman merupakan gejala serangan jenis hama
ini. Apabila tidak diatasi seawal mungkin, hama ini dapat
menyebabkan kerusakan yang serius.

4
b. Daur hidup dan deskripsi
Telur berwarna putih, memanjang dengan diameter
2,5 mm, diletakkan tunggal tertutup bersama tanah pada
kedalaman sekitar 10 cm, apabila akan menetas telur akan
embengkak. Lama penetasan telur sekitar 16 hari. Uret
berdaging, mengkerut biasanya dalam bentuk kurve. Uret
yang baru menetas berwarna putih, kemudian berubah
menjadi coklat cerah. Uret yang tumbuh sempurna berwarna
kuning pucat, bagian abdomen kelihatan kehitaman dan
bagian usus tampak bening. Permukaan bagian ventral dari
sisi badannya terdapat seta yang panjang, lembek dan sangat
jarang. Uret mengalami tiga kali pergantian kulit. Lamanya
stadia uret sekitar 252 – 336 hari dengan rata-rata 289 hari.
Uret yang baru menetas biasanya memakan bahan-bahan
organik yang ada dalam tanah, kemudian memakan akar
tanaman sampai uret stadia tua. Dewasa berwarna kelabu
kehitaman mengkilap dengan warna kemerahan. Kumbang
jantan lebih kecil dibanding dengan kumbang betina. Dewasa
memakan dedaunan dari pohon maupun sayuran. Daur hidup

5
lengkap sekitar satu tahun. Telur diletakkan pada bahan-bahan
organik seperti pada reruntuhan daun atau sampah.
c. Tanaman inang lain
Padi, tebu, kacang tanah, buncis, labu air, reremputan
dari berbagai jenis dan tanaman inang lain. Khusus stadia
dewasa atau kumbang biasanya hidup pada daun mangga.
d. Pengendalian
1. Rotasi tanaman dan penggalian uret di tempat tertentu
2. Pengairan lahan
3. Secara mekanis dibunuh dengan tangan dna pencairan
langsung
4. Mengoyang-goyangkan pohon di sekitar lahan kemudian
kumbang yang didapat dibunuh.

3. Kutu akar (Geoica lucifuga)


a. Tanda kerusakan
Dalam populasi yang tinggi, kutu akar dapat
menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil. Baik
nimfa maupun dewasa menghisap cairan tanaman. Biasanya
kutu ini dalam populasi yang rendah tidak begitu penting.

6
b. Daur hidup
Geoica lucifuga : dewasa bersayap kepala dan toraks
berwarna gelap, antena enam segmen dan flagellum kira-kira
1/5 sampai 1/4 sepanjang tubuhnya. Dewasa tidak bersayap
panjangnya 2-3 mm, berwarna kuning pucat globular dan
tertutup oleh lilin, antenna biasanya 5 segmen. Tetraneura
nigriabdominalis : dewasa bersayap panjangnya 1,75
berwarna hitam, antenna 6 segmen. Dewasa tak bersayap
berwarna putih kotor sampai kuning pucat, bentuk globular.
Antenanya sepanjang badannya. Berukuran panjang kira-kira
2 mm dan berdiameter 1,5 mm. ditandai dengan rambut pada
bagian lateral abdominal yang panjang kira-kira 160 – 210
mm. Antenanya biasanya lima segmen tetapi segmen ke 3 dan
ke 5 sering lebih atau kurang berfungsi. Serangga ini
mengalami empat kali ganti kulit, sampai stadia dewasa
membutuhkan waktu 12 – 18 hari. Perkembangbiakan terjadi
melalui phartogenesis pada umur kira-kira 13 – 18 hari.
Seekor betina dapat aktif berproduksi dari 23 sampai 29 hari
sepanjang hidupnya.

7
c. Tanaman Inang
Padi gogo, tebu, shorgum dan rerumputan seperti
Panicum colonum, P. reptans.
d. Pengendalian
1. Penanaman varietas jagung yang resisten
2. Gulma sebagai tanaman inang alternatif agar
dibersihkan
3. Membiarkan semut-semut yang ada karena berguna
sebagai predator.

4. Kutu Tepung (Dysmicoccus brevipes)


a. Tanda kerusakan.
Kutu ini menghisap caiaran tanaman, atau
memasukkan substansi cairan racun kedalam tanaman,
menyebabkan tanaman terganggu pertumbuhannya,
serangannya biasanya terjadi pada musim kering.
b. Deskripsi
Dewasa kira-kira panjangnya 3 mm, badan tertutup
oleh lilin yang berwarna, filamen-filamen terdapat di sisi
badannya. Warna kuning kelabu. Betina meletakkan sejumlah

8
telur secara berkelompok. Lama penetesan telur sekitar satu
minggu. Mengalami 4 - 5 kali ganti kulit dalam empat
minggu. Beberapa generasi terjadi secara tahunan, dapat
tersebar kemana-mana karena semut.
c. Tanaman inang lain
Nenas, agave, palm, jambu biji, pisang, gabi dan
ketela rambat.
d. Pengendalian
1. Rotasi tanaman, tetapi tidak dengan tanaman yang
sejenis
2. Mengendalikan semut-semut, karena semut dapat
membantu penyebaran hama kutu daun.

5. Semut
a. Tanda kerusakan
Semut dapat merusak biji, sehingga dapat mengurangi
daya tumbuh biji. Luka pada biji dapat menyebabkan
mudahnya mikroorganisme merusak biji, lebih-lebih pada
musin hujan.

9
b. Pengendalian
1. Perlakuan insektisida tanah
2. Perlakuan insektisida benih.

10
III. PERUSAK BATANG

1. Penggerek Jagung (Ostrinia furnacalis)


a. Tanda kerusakan
Infestasi biasanya dimulai pada tanaman umur tiga
sampai empat minggu setelah tanam dan berlanjut sampai
pemasakan tongkol. Ulat yang baru menetas memakan
epidermis helai daun yang lunak dekat tempat penetasan telur.
Kemudian berpindah ke tanaman lain dan menggerek batang,
dimana pelepah daun menutupnya. Beberapa ada yang masuk
kedalam kuncup bunga dan memakannya. Biasanya
serangannya pada buku-buku jaringan batang yang lunak dan
juga dapat merusak tongkol jagung.
b. Daur hidup dan deskripsi
Telur pipih agak oval, mengkilap dan diletakkan
berkelompok menyerupai sisik, biasanya dibawah daun dan
kadang di atas daun. Telur warna kuning pucat, apabila
menetas berubah menjadi hitam. Lama penetasan telur 4–5
hari. Ulat yang baru muncul berwarna keunguan dengan
warna hitam atau coklat di kepala dan berwarna gelap. Ulat

11
yang sempurna warna krem dan putih kotor dengan bintik
kecil coklat yang agak sirkuler. Mengalami lima kali
pergantian kulit selama 18-41 hari. Ulat memakan bagian
tanaman sesuai dengan perkembangan tanaman. Instar awal
biasanya memakan daun. Instar tiga dan empat mulai
menggerek batang. Ulat dapat menyebabkan kerusakan berat
adalah instar tiga sampai instar empat. Pupa menyerupai
gelondong dan meruncing pada bagian posterior, warna coklat
cerah sampai gelap. Segmen posterior dijumpai dua kremaster
yang menyerupai jarum silender. Lama stadia pupa 5–12 hari.
Dewasa jantan warna coklat pucat sampai gelap,
panjang 13,5 mm, rentangan sayap 25 mm. Ngengat betina
lebih gemuk, panjang 14,5 mm, rentangan sayap 29 mm,
warna kuning pucat sampai coklat cerah, hidupnya sekitar 10
hari, telur diletakkan secara berkelompok dari 6 – 130 butir,
ngengat biasanya hinggap di daun jagung selama seharian dan
mulai aktif saat senja hingga semalaman dengan waktu
istirahat setiap tiga jam.
c. Tanaman inang lain.
Sorghum, padi-padian dan tanaman inang lainnya.

12
d. Pengendalian
1. Tanaman yang terserang harus dicabut dan dibakar atau
untuk makanan ternak
2. Membersihkan tanaman inang alternatif yang dapat
dilakukan sesudah panen sampai jauh sebelum tanam
3. Rotasi tanaman disamping membersihkan gulma-gulma,
penanaman secara serentak.
4. Penanaman secara serentak
5. insektisida Hostation 40 EC

2. Lalat Bibit Jagung (Atherigona oryzae Malloch)


a. Tanda kerusakan
Lalat pertama-tama merusak pusat batang, kemudian
turun ke basal batang. Serangannya menyebabkan
pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, berwarna kuning dan
jaringan menjadi busuk.
b. Daur hidup dan deskripsi.
Telur memanjang berukuran 0,34x1,29 mm, warna
putih mutiara, warna menjadi gelap jika telur akan menetas,
ujung anterior membulat dan berkurve ramping. Telurnya

13
secara tunggal dibawah permukaan daun dan lama penetasan
2-3 hari. Ulat berwarna putih krem dan transparan, bentuk
memanjang dan meruncing pada ujung anterior, panjang kira-
kira 1,8 mm. Pada instar terakhir berwarna kuning gelap,
panjangnya 2,2 mm dan mengalami tiga instar selama 8
sampai 18 hari. Pupa berbentuk tong, warna coklat
kemerahan, berubah warna menjadi coklat gelap bila dewasa.
Pupa terdapat dalam tanah, namun kadang-kadang terdapat
dalam batang tanaman. Lama stadia 5 - 11 hari dengan rata-
rata 8 hari. Dewasa betina hitam kelabu ukuran 0,5 x 0,3 mm
dengan tiga strip hitam pada bagian belakang toraks, dan tiga
pasang becak hitam pada akhir segmen abdomen ketiga.
Jantan hampir sama dengan betina berukuran 0,45 mm x 0,30
mm.
c. Tanaman inang lain
Padi, beberapa jenis rumput liar.
d. Pengendalian
1. Membersihkan tanaman inang alternative
2. Insektisida Dursban 20 EC, Hostation 40 EC, Marshal 25
ST.

14
Berdasarkan pengalaman penyadur lalat bibit juga
bisa dikendalikan dengan Cruiser 350 FS, dengan cara
benih yang akan ditanam diberi perlakuan dengan Cruiser
350 FS dosisnya 4 ml/ 10 – 20 ml air/ 1 kg benih jagung
masukan kedalam kantong plastik kemudian dicampurkan,
setelah itu dikeringkan dan siap ditanam.

15
IV. PERUSAK DAUN

1. Belalang (Locusta migratoria Manilensis)


a. Tanda kerusakan
Baik nimfa maupun dewasa memakan daun dan dapat
menyebabkan gundulnya daun. Kelompok kawanan belalang
dalam waktu beberapa jam saja dapat menyebabkan binasanya
tanaman.
b. Daur hidup dan deskripsi.
Telur berkelompok, diletakkan dalam tanah yang
dalamnya kira-kira 6 cm dari permukaan tanah, ditutupi oleh
buih berwarna putih yang berfungsi melindungi telur, warna
coklat kekuningan, bentuk sosis, panjang 5-8 mm dengan
diameter berkisar 1 mm dan lama penetasan telur 12-25 hari.
Nimfa mengalami lima kali instar, lamamnya 48-57 hari,
panjang nimfa berkisar 8 mm dan lebar 3 mm, warna putih
kemudian berubah gelap. Setelah mengalami perubahan
beberapa instar, warna berubah menjadi merah orange atau
merah bata. Nimfa yang sempurna panjangnya 35 mm dan
lebar 28 mm. Dewasa lamanya 22-34 hari. Peletakan telur

16
terjadi satu atau dua minggu setelah pemasakan telur. Satu
kelompok telur berisi tujuh butir. Sepanjang hidup dapat
bertelur samapi 500 butir.
c. Tanaman inang lain
Kapas, padi, pisang, sereh, bambu, apel, tebu, rumput
dan tanaman inang lainnya.
d. Pengendalian
Bila populasi tinggi pengendalian dapat dilakukan
dengan jaring atau net serangga.
Cara pengendalian lain yang juga bisa dilakukan,
yaitu menggunakan insektisida, berdasarkan buku pestisida
yang pernah penyadur baca bisa dikendalikan dengan
insektisida sevin 85 S dan decis 2,5 EC.

2. Ulat Grayak (Spodoptera maurita)


a. Tanda kerusakan
Luka karena hama ini tergantung pada umur dan
tinggi populasi ulat. Serangan berat dapat memusnahkan
populasi tanaman muda. Batang dipotongnya dan semua

17
bagian tanaman dapat dimakan. Tanaman yang tua biasanya
lebih tahan dibandingkan dengan tanaman muda.
b. Daur hidup dan deskripsi
Telur warnanya kekuningan, bentuk agak membulat,
pipih ramping, berkelompok dan ditutupi oleh bulu-bulu yang
berwarna kekuningan. Satu kelompok telur berisi 200-300
butir dan lama penetasan telur 2-4 hari. Ulat mengalami enam
kali instar, ulat yang baru menetas dari telur panjangnya
sekitar 2 mm, sedangkan ulat yang tumbuh sempurna
berukuran 50 mm, warna coklat cerah sampai gelap dengan
strip pucat disepanjang tubuhnya. lama stadia ulat 14-23 hari.
Pupa warna cokelat kemerahan, panjang sekitar 1,3 cm
terdapat di tanah dan lama stadia 7-16 hari. Dewasa
panjangnya sekitar 1,5 cm, rentangan sayap 3,4 cm, sayap
depan berwarna coklat keabuan dan terdapat becak warna
gelap pada bagian tengah sayap. Sayap belakang warna
keputihan, dengan tepi yang tampak gelap atau suram, daur
hidup dari telur sampai dewasa sekitar 23-43 hari.

18
c. Tanaman Inang Lain
Tebu, sorghum, rumput liar dan tanaman inang
lainnya.
d. Pengendalian
Insektisida Sevin 85 S, Nogos 50 EC

3. Ulat Pemotong (Spodoptera litura)

Gambar 1. Spodoptera litura


a. Daur hidup dan deskripsi
Telur diletakkan secara kelompok pada daun, bagian
tanaman bawah, kelompok telur ditutupi oleh rambut-rambut
cokelat kekuningan, lama penetasan telur 2-4 hari. Ulat
biasanya bergerombol, warna kehijauan dengan garis-garis
gelap, tumbuh sempurna kira-kira 20-46 hari, warna hijau
gelap dengan garis punggung kuning cerah. Pupa warna
cokelat kemerahan, panjangnya 1,6 cm dan lama stadia pupa

19
8-11 hari dan pupa berada dalam tanah. Dewasa sayap
depannya cokelat keunguan dengan pola yang terdiri dari
garis atau becak. Sayap belakang lebih sempit dan berwarna
keputihan, lama hidupnya 30-61 hari.
b. Tanaman inang lain
Rumput liar, padi, tebu, tembakau, tomat, kapas,
kacang tanah, buncis, kubis, blewah dan tanaman inang
lainnya.
c. Pengendalian
Insektisida hostathion 40 EC dan Nogos 50 EC.
Selain insektisida tersebut berdasarkan pengalaman
penyadur spodoptera litura juga bisa dikendalikan dengan
Sevin 85 S, Atabron 50 EC dengan dosis 1 – 2 ml/ltr air..

4. Ulat Lompat (Chrydeixis chalcites)


a. Tanda kerusakan
Ulat memakan daun yang lunak dari tanaman daun
yang muda atau jaringan-jaringan tanaman yang lunak dan
kadangkala memakan tongkolnya.

20
b. Daur hidup dan deskripsi
Telur berwarna putih mutiara, berbetuk menyerupai
bola dan diletakkan tunggal pada daun. Lama penetesan 3
hari. Ulat seperti melompat bila berjalan, punggungnya
menjulang ke atas, warna kehijauan, dengan strep lateral
dibagian dorsal warna cerah, ulatnya sering bersembunyi
dalam tanah dekat basal bagian batang tanaman. Mengalami
enam kali instar dan lama stadia 11-13 hari. Pupa diletakkan
dalam tanah, lama stadia pupa sekitar 7 hari. Dewasa warna
kecokelatan dengan sayap belakang warna lebih cokelat
kehijauan, sayap depan warna kuning dan terlihat seperti
warna emas. Rentangan sayap sekitar 35-40 mm dan daur
hidupnya sekitar 21 hari.
c. Tanaman inang lain
Padi, tebu, tembakau, terong, tomat, kacang, buncis
dan tanaman inang lain.
d. Pengendalian
1. Penggunaan insektisida disarankan apabila serangannya
sangat serius.

21
2. Bila tanaman muda sudah terserang, disarankan untuk
melakukan pemupukan secukupnya agar pertumbuhan
selanjutnya cepat dan akan memperkecil kerusakan.

5. Ulat Pemakan Daun (Phalera combusta)


Panjang sekitar 70 mm, kelihatan licin, warna hijau
pucat dengan sisi belakang warna putih, basal kaki depan
warna hitam, kepala warna hitam. Rentangan sayap sekitar
45-55 mm, sayap depan berwarna kuning tua dengan lapisan
gelap sepanjang anterior dan tepi dalam pada sayap bagian
tengah, abdomennya berwarna cokelat merah cerah.

6. Ulat Penggulung Daun (Parnara guttatus)


Ulat warna hijau, panjang sekitar 30 mm, kepala
warna cokelat. Ulat menggulung daun dan biasanya merusak
tanaman muda. Ngengatnya kecil, rentangan sayap 30 mm.
sayap depan ditandai dengan 5-6 bintik kecil dan 4-5 bintik
pada sayap belakangnya.

22
7. Ulat Hijau (Melanitis leda)
Jenis hama ini juga merupakan hama pada tanaman
padi. Telur berbentuk membulat, kekuningan dan diletakkan
tunggal pada daun. Ulatnya berwarna hiaju, panjang sekitar 33
mm. Pupanya menggantung dengan bagian kepala terdapat
bangunan menyerupai ekor, berwarna hijau. Dewasa berwarna
macam-macam tetapi dasarnya dengan suatu bintik mata yang
jumlahnya sedikit yang terdapat pada sayap depan maupun
belakang.

8. Ulat Peluru (Parasa lepida)


Telur diletakkan pada daun, dimana setelah telur
menetas menjadi ulat. Ulat yang tumbuh sempurna terdapat
duri-duri pada tubuhnya, kokon kelihatan kompak. Ulatnya
berwarna hijau, dan terdapat bulu-bulu yang dapat menyengat.
Biasanya terdapat pada tanaman jagung pada fase pemasakan
tongkol, tidak terlalu merusak tanaman hanya memakan
bagian tanaman yang muda dan hijau saja.

23
9. Thrips (Frankliniella williamst)
a. Tanda kerusakan
Stadia muda dan dewasa dapat menyebabkan
perubahan warna daun karena menghisap cairan daun. Dapat
menyebabkan pertumbuhan jagung jadi terhambat.
b. Daur hidup dan deskripsi
Telur berukuran mikroskopik, bentuk seperti buncis,
putih bening, membulat, memantulkan sinar bila terkena sinar
matahari, panjang 0,11-0,33 mm dan lebar 0,09-0,13 mm,
lama penetasan telur 3-5 hari dimana telur diletakkan tunggal
pada bagian atas daun. Ulat yang sudah tumbuh sempurna
warna transparan putih, ukuran kira-kira 1,3 mm dan 0,26-
0,33 mm lebarnya, lama hidup stadia ulat 5-8 hari. Pre Pupa
warna kuning keputihan, antena putih transparan, dilengkapi
sayap untuk berjalan, panjangnya 1,3-1,5 mm dan lebarnya
0,25-0,33 mm, lamanya 2-3 hari. Pupa warna kuning
keputihan, tubuhnya pendek, sayap untuk berjalan berwarna
putih transparan, panjangnya 1,2-1,4 mm dan lebarnya 0,24-
0,32 mm, pupanya terdapat dalam tanah dan lamanya 2-3 hari.
Dewasa warna cokelat cerah, panjang 1,4-1,74 mm, lebar

24
0,31-0,36 mm, sayap panjang 0,77 mm sedangkan sayap
belakang 0,71 mm.
c. Pengendalian
Menanam varietas jagung yang resisten, mendorong
perkembangan musuh alami.

10. Kepik Hijau (Nezera viridula)


a. Tanda kerusakan
Hama ini polifagus dan menyebabkan pertumbuhan
yang kerdil, hama ini mengeluarkan racun ludah yang
ditusukkan dalam jaringan tanaman.
b. Daur hidup dan deskripsi
Badannya besar warna hijau, betina meletakkan telur
berkelompok rata-rata terdiri dari 300 butir. Lama penetasan
telur 4-6 hari dan mengalami ganti kulit sebanyak lima kali.
Stadia nimfa lamanya 18-28 hari, dewasa dapat hidup sekitar
100 hari namun biasanya hanya 30 hari.

25
Gambar 2. Kepik Hijau

11. Lalat Lentera (Peregrinus maidis)


a. Tanda kerusakan
Baik nimfa maupun dewasa menghisap cairan
tanaman, baik pada daun muda maupun pelepah daun.
Peletakan telur karena ditusukkan pada jaringan daun tentunya
dapat menyebabkan kerusakan pada daun, lalat dapat
menyebabkan penyebaran penyakit seperti virus mozaik pada
jagung dan menyebabkan bintik-bintik kuning pada sorghum.
b. Daur hidup dan deskripsi
Telur kecil, putih dan bentuk menyerupai botol tetapi
kecil, panjang 0,7-0.8 dan lebar 0,16-0,25 mm, telur
diletakkan berkelompok, longitudinal terpisah pada
permukaan daun bagian atas, dan biasanya dekat dengan

26
cabang, atau pada cabang yang lunak, lama penetasan telur 5-
10 hari. Nimfa yang baru menetas dari telur, biasanya berjalan
kebawah melalui daun menuju tangkai dan berkembang pada
bagian basal daun. Biasanya berwarna kekuningan dan warna
hitam. Matanya berwarna merah, antena aristanya pendek.
Mengalami lima kali ganti kulit, lama hidup stadia nimfa 14-
25 hari. Dewasa yang baru keluar dari nimfa biasanya masih
lemah dan warna kekuningan. Sayap warna keputihan, jantan
panjangnya 2,2 – 3,6 mm sedangkan yang betina 3-3,84.
c. Tanaman inang lain
Sorghum, tebu, padi, dan tanaman inang lainnya.
d. Pengendalian
Biasanya populasinya dapat ditekan oleh keberadaan
musuh alami.

12. Pelompat Sayap Panjang (Proutista moesta)


a. Daur hidup dan Deskripsi
Telur bentuk oval, kuning kecokelatan, menyerupai
jala, panjang 1,3 mm dan lebar 0,9 mm, lama penetasan telur
5-15 hari. Nimfa mengalami empat kali stadia, warna coklat,

27
mata bagian dalam merah yang berkolasi pada sisi dorso-
lateral kepala. Kepala tumpul pada bagian ujung, posterior
abdomen meruncing, total perkembangan dari telur sampai
muncul dewasa 23-64 hari. Di lapangan nimfa bersembunyi
pada pelepah daun rumput-rumput, kulit kayu pohon yang
mati dimana mereka dapat memamfaatkan sebagai makanan.
Dewasa kelihatan sangat menarik sekali, karena bagian
vertikal sayap depan bila beristirahat berwarna hitam biru
dengan bintik-bintik yang cerah dan sayap belakang warna
gelap. Telur diletakkan di tanah, dan satu betina rata-rata
meletakkan telur 30 butir.
b. Tanaman inang lain
Tebu, padi, kelapa, dan rerumputan dan kemungkinan
sebagai pembawa penyakit pada tanaman tebu dan jagung.
c. Pengendalian
Biasanya populasinya dapat ditekan oleh musuh
alami.

28
13. Kutu daun (Rophalossiphum maidis)
a. Deskripsi
Dewasa tanpa sayap tubuhnya panjang sekitar 1,46 mm
dan lebarnya sekitar 0,61 mm, warnanya hijau gelap sampai
pucat. Dewasa bersayap memiliki tubuh panjangnya 1,3 mm,
biasanya berwarna hijau pucat, tinggalnya pada daun tetapi
biasanya merusak daun pelindung (bunga) yang masih muda
atau merusak tongkol.
b. Tanaman inang lain
Tebu, rerumputan.
c. Pengendalian
Mendorong perkembangan musush alami.

Gambar 3. Kutu daun

29
14. Lalat Pengorok daun
Lalat berwarna hitam kebiruan, ulatnya memakan daun
atau mengorok daun. Pengendalianya menggunakan parasit
hymemoptera.

30
V. PERUSAK BUAH (TONGKOL)

1. Ulat Jagung (Helicoverpa armigera)

Gambar 4 . Ulat Jagung (Helicoverpa armigera)


a. Tanda kerusakan
Ulat muda memakan daun dan pelepah, selanjutnya
memakan buah dan biji. Kadang-kadang juga menggerek
batang tanaman yang muda atau daun pucuk tanaman.
b. Daur hidup dan deskripsi
Telur bentuk agak bulat, panjang 0,49 dan lebar 0,47
mm, diletakkan tunggal pada daun tanaman jagung yang
sudah tua. Warna krem, kemudian berubah menjadi warna
gelap bila akan menetas, lama penetasan telur 2-5 hari. Ulat
yang baru keluar panjangnya 1,44 mm, warna putih
kekuningan pucat dengan kepala warna hitam, mengalami

31
enam kali ganti kulit, dengan lama hidup 17-24 hari. Pupa
diletakkan di tanah, warna kemerahan atau cokelat cerah,
gemuk dan mengkilap, lama stadia pupa 12-14 hari. Dewasa
jantan berwarna cerah sampai suram, sayap depan yang jantan
mempunyai bintik gelap, bulat yang terdapat pada pusat sayap
dan tidak dijumpai pada sayap betina, rentang sayap 30-40
mm, betina dapat meletakkan telur 200-2000 butir telur
sampai ngengat muncul 34-45 hari.
c. Tanaman inang lain
Buncis, tomat, tembakau, kapas, sorghum, asparagus,
mawar, lobak, dan kacang-kacangan dan tanaman inang
lainnya.
d. Pengendalian
1. Penanaman varietas jagung yang resisten yang pelepah
buahnya panjang dan kuat.
2. Rotasi tanaman untuk memutus siklus alam.

32
2. Kumbang Jagung (Monolepta Bifasciata)
a. Tanda kerusakan
Kumbang jagung ini serangannya dapat menyebabkan
kurang sempurnanya pertumbuhan biji jagung. Daur hidupnya
belum diketahui dengan pasti, diperkirakan kumbang betina
meletakkan telur dalam tanah, kemudian ulatnya akan
memakan akar-akar jagung yang halus dan rerumputan. Di
laboratorium telurnya diletakkan tunggal, kemudian telur
setelah menetas menjadi ulat, ulatnya memakan akar-akar
jagung yang halus.
b. Daur hidup dan deskripsi
Kumbang betina meletakkan telur dalam tanah,
dewasa ukuran panjang 4-6 mm, sayap luar atau elitra warna
kuning, dengan satu bintik gelap pada bagian basal, pasangan
bintik-bintik yang lain yang bentuk dan warnanya sama
terdapat pada bagian depan ujung sayap-sayap luar.
c. Tanaman inang lain
Ubi kayu, mangga, jambu mete, jarak, dan tanaman
inang lainnya.

33
d. Pengendalian
1. Pengaturan waktu tanam dihubungkan dengan
kelimpahan populasi kumbang.
2. Pemasangan perangkap cahaya, dipasang sebelum
terbentuknya biji.
3. Penggunaan tanaman perangkap ubi kayu.

34
VI. HAMA GUDANG

1. Doloessa viridis
Larva berwarna ungu, kuning atau cokelat cerah,
warna larva sangat dipengaruhi oleh jenis makanannya,
panjang larva sekitar 16 mm, pupa terbungkus oleh kokon,
sedangkan ngengatnya aktif pada malam hari, ngengat betina
dapat menghasilkan telur sekitar 250 butir, total
perkembangannya berkisar 40 - 46 hari.

2. Carpophilus spp.
Kumbang berukuran 2-3,5 mm berwarna kecokelatan
dengan perkembangan sejak dari telur sampai menjadi
kumbang dewasa sekitar 26 hari, kumbang ini dapat tahan
hidup sampai 10 bulan.

3. Sitophilus zeamays Motsch


Kumbang berwarna cokelat sampai hitam kecoklatan,
sering dijumpai warna merah pada sayapnya, ukurannya 2-5

35
mm. Kumbang betina meletakkan telur dalam biji jagung yang
disimpan.

4. Trogoderma granarium Everts


Kumbang ini merupakan hama gudang yang dianggap
penting. Dalam lingkungan yang tidak menguntungkan
kumbang ini akan mengalami diapause (tidak aktif) sampai 8
tahun lamanya. Apabila kondisi memungkinkan maka
larvanya akan mengakhiri diapause.

Pengendalian Hama Gudang


1. Menjemur biji sampai kering betul sebelum biji
disimpan
2. secara kimiawi, yaitu dengan fumigan (insektisida
khusus untuk hama gudang).
Insektisida lain yang penyadur ketahui yang bisa
mengendalikan hama gudang Sitophilus zeamays,
yaitu Indogran 500 EC.

36
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1986. Pestisida untuk pertanian dan kehutanan.


Diterbitkan oleh Direktorat Perlindungan Tanaman
Pangan. Diperbanyak oleh Koperasi Daya Guna. 182
p.

Esguerra, N.M. and B.P. Gabriel. 1969. Insect pest of


vegetables. Departement of Entomology. Collage of
Agriculture University of the philipines Technology
Bull. 25:105 p.

Gabriel, B.P. 1971. Insect pests of field corn in the


Philippines. Departement of Entomology. Collage of
Agriculture University of the philipines Technology
Bull.25:59 p.

Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of crops in Indonesia. Rev. by


van der laan. PT. Ichtiar Baru van Hoeve. Jakarta.
701 p.

37

Anda mungkin juga menyukai