Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

GEOGRAFI PERDESAAN DAN PERKOTAAN


“Tata Ruang Kawasan Pedesaan”

Dosen Pengampu : Drs. Mbina Pinem,M.Si


KELOMPOK 8:

Fransiska Marito Br Nainggolan (3211131009)


Laurentina Putri P. Siboro (3213131013)
Tasya Hotna Parsaulina Sitinjak (3213331015)
Heny Tasya Tampubolon (3203331025)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Geografi Perdesaan dan
Perkotaan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca
dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada bpk Drs. Mbina. Pinem, M.Si.
Selaku Dosen mata kuliah Geografi Perdesaan dan Perkotaan yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang
kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 13 Maret 2023


Tim Penyusun

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 3
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 4
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4
1.3 Tujuan Makalah................................................................................................................ 4
BAB II ............................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 5
2.1 Tujuan,Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Pedesaan ................................................... 5
2.2 Tata Ruang Kawasan Pedesaan ............................................................................................ 7
2.3 Teknik Penyusunan Rencana Kawasan Pedesaan................Error! Bookmark not defined.
2.4 Pengendalian Tata Ruang ................................................................................................... 10
BAB III..........................................................................................Error! Bookmark not defined.
PENUTUP.....................................................................................Error! Bookmark not defined.
3.1 Kesimpulan ..........................................................................Error! Bookmark not defined.
3.2 Saran ....................................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Desa merupakan bagian penting dari Negara Indonesia, kedudukan desa diberikan secara
khusus dengan adanya asas rekognisi dan subsidiaritas yang diatur pada Pasal 3 Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (selanjutnya disebut UU Desa). Dengan diterapkannya asas-
asas tersebut desa memiliki kewenangan untuk mengatur dirinya sendiri berdasarkan aset dan
segala potensi yang dimilikinya. Asas rekognisi sendiri merupakan asas yang memberikan hak asal
usul desa dan memberikan perlakuan serta penghormatan pada adat istiadat yang berlaku, identitas
asli desa, pengelolaan desa, kearifan lokal, dan sistem pranata sosial yang tumbuh dalam desa.
Sedangkan asas subsidiaritas memberikan kewenangan kepada desa untuk mengelola desa secara
lokal. Dengan asas subsidiaritas ini desa dapat mengatur sendiri perencanaan dan realisasinya
berdasarkan hak asal usul. Salah satu kewenangan desa dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa adalah kewenangan untuk membuat Peraturan Desa mengenai tata ruang.
1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami paparkan sebagai berikut :
1. Apa tujuan dan Bagaimana kebijakan dan strategi penataan ruang perdesaan?
2. Bagaimana Tata ruang Kawasan perdesaan?
3. Bagaimana Teknik penyusunan rencana Kawasan perdesaan?
4. Bagaimana Pengendalian tata ruang desa?
1.3 Tujuan Makalah
Adapun tujuan pembuatan makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang perdesaan
2. Untuk Mengetahui tata ruang Kawasan perdesaan
3. Untuk mengetahui Teknik penyusunan rencana Kawasan perdesaan
4. Untuk mengetahui Pengendalian tata ruang desa

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tujuan, Kebijakan, Dan Strategi Penataan Ruang Desa


Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perde- saan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2012 secara eksplisit dirumuskan kriteria
kawasan Perdesaan yaitu:
a. berfungsi sebagai kawasan produksi pertanian kabupaten;
b. mempunyai sistem jaringan prasarana pendukung kegiatan pertanian;
c. adanya aglomerasi penduduk yang bermata pencaharian petani, nelayan, penambang
rakyat, atau pengrajin kecil;
d. mempunyai tatanan nilai budaya lokal dan berfungsi sebagai penyangga budaya dan
lingkungan hidup bagi wilayahnya;
e. kegiatan utama pertanian dan pengelolaan sumber daya alam termasuk perikanan tangkap;
f. susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan termasuk kawasan
transmigrasi, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatanekonomi;
g. kerapatan sistem permukiman dan penduduk yang rendah; dan
h. bentang alam berciri pola ruang pertanian dan lingkungan alami.
Penataan ruang kawasan perdesaan sangat dinamis terkait dengan perubahan yang cepat
dari komponen sumberdaya manusia dan interaksi serta pengaruh wilayah lain, oleh karena itu
diarahkan untuk:
• Pemberdayaan masyarakat perdesaan;
• Pertahanan kualitas lingkungan setempat dan wilayah yang didukungnya;
• Konservasi sumber daya alam;
• Pelestarian warisan budaya lokal;
• Pertahanan kawasan lahan abadi pertanian pangan untuk ketahanan pangan;
• Penjagaan keseimbangan pembangunan perdesaan-perkotaan.
Selain itu perlu perlu disadari bahwa kawasan perdesaan memiliki potensi yang besar untuk
berkembang tanpa merubah karakter dan fungsi kawasan. Untuk menjadi daerah yang maju,

5
kawasan perdesaan Tidak usah berubah fungsi meniru kawasan kota yang cepat tumbuh, tetapi
berkembang sesuai dengan karakter dan fungsinya yang khas. Kekhasan ini tidak boleh hilang,
karena kekhasan adalah salah satu bagian dari kekayaan daerah yang harus dipertahankan. Oleh
karena itu tujuan penataan ruang kawasan perdesaan itu sendiri adalah untuk:
1. Mengatur pemanfaatan ruang kawasan perdesaan guna mening- katkan kemakmuran
rakyat dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif pada lingkungan alam,
lingkungan buatan, dan sosialbudaya.
2. Meningkatkan fungsi kawasan perdesaan sesuai dengan rencana tata ruang yang telah
ditetapkan.
3. Menciptakan keterkaitan fungsional dan keserasian pertumbuhan antara kawasan
perdesaan dengan kawasan perkotaan.
4. Mencapai keserasian perkembangan kegiatan pertanian dikawasan perdesaan dalam
menunjang pengembangan wilayah perdesaan secara terpadu.
5. Mengendalikan konversi pemanfaatan ruang berskala besar, khususnya yang dapat
mengganggu kelestarian fungsi dan tatanan lingkungan hidup serta keberlanjutan
pemenuhan kebutuhan hidup seperti udara, air, dan pangan dengan mempertahankan
kepentingan masyarakat.
6. Memberikan arahan untuk pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan secara
berdaya guna, berhasil guna, dan tepat guna.
Posisi kebijakan tata ruang desa di UU 26/2007 di pemberdayaan masyarakat untuk
pertanian, perikanan, perkebunan, hingga kehutanan. Pertahanan kualitas lingkungan berupa
konservasi, budaya, ketahanan pangan, serta keseimbangan desa dan kota.
Permendagri 51/2007 juga mengamanatkan, jelasnya, ekonomi kerakyatan, desa fondasi
pembangunan, roda ekonomi rill, kewirausahaan desa, sinergisitas pemangku kepentingan, dan
koperasi desa. Sedangkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum 16/2009 menyangkut tata ruang
pertanian, pengelolaan sumber daya alam (SDA), pemukiman, pelayanan jasa pemerintah,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi .Penataan ruang kawasan perdesaan, diselenggarakan pada
kawasan perdesaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten, atau kawasan secara fungsional
berciri perdesaan yang mencakup dua atau lebih wilayah kabupaten pada satu atau lebih wilayah
provinsi. Disebut juga sebagai kawasan agropolitan.

6
2.2 Tata Ruang Kawasan Pedesaan
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang yang tertuang pada pasal 1 ayat 2 mengartikan bahwa tata ruang adalah wujud struktur
ruang dan pola ruang. Dan pada penjelasan yang selanjutnya mengatakan bahwa struktur ruang
adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi
sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan
fungsional. Sementara pada pola tata ruang adalah distribusi penentuan ruang dalam suatu wilayah
yang meliputi peruntukan ruang sebagai fungsi lindung dan fungsi budidaya.
Kawasan lindung, wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
Kawasan budi daya, wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar
kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
Kawasan perdesaan, wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan
sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan,
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Adapun tujuan dari
penataan ruang kawasan pedesaan diantaranya,
1. Mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pengembangan ekonomi, dan
pemberdayaan masyarakat desa,
2. Mengintegrasikan berbagai kebijakan, rencana, program, dan kegiatan para pihak.
Pengaturan tata ruang desa menjadi sangat penting karena beberapa alasan diantaranya:
Pertama, Pada penyusunan RPJM Desa pengaturan tata ruang desa sangat sangat dibutuhkan untuk
menjamin keberlanjutan serta manfaat dari hasil pembangunan desa membutuhkan rencana
pengembangan tata ruang. Kedua, Pembangunan yang tidak disertai perencanaan yang jelas dapat
menimbulkan konflik kepentingan antar daerah, desa, warga masyarakat maupun pihak swasta
yang memiliki kepentingan. Ketiga, Penyusunan tata ruang yang dibuat secara langsung oleh desa
dapat menjadi solusi untuk memaksimalkan pembangunan tingkat daerah. Rencana tata ruang
yang disusun oleh pemerintah kabupaten sejauh ini hanya membagi pembangunan berdasarkan
wilayah perkotaan dan pedesaan. Pengembangan wilayah pedesaan tidak dikembangkan pada
setiap kaster atau unit teritorial desa yang memiliki keadaan ekonomi, geografis, dan sosial budaya
yang sama.

7
2.3 Teknik Penyusunan Rencana Kawasan Perdesaan
Pembangunan perdesaan selalu menjadi fokus perhatian pemerintah sejak awal
kemerdekaan sampai sekarang ini. Namun, sering kali strategi pembangunan perdesaan
selalu berubah-ubah seiring dengan perubahan rezim. Hal ini dapat dilihat dimana setiap
rezim berusaha mencari strategi pembangunan perdesaan yang dipandang paling efektif
untuk jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, dalam mengkaji pembangunan di kawasan
perdesaan di Indonesia dikenal beberapa varian strategi pembangunan perdesaan.
Strategi yang sering berubah-ubah antara satu rezim dengan rezim yang lain
menimbulkan kondisi yang kurang menguntungkan bagi masyarakat di perdesaan. Hal ini
dapat dilihat dari tidak tercapainya tujuan dari pembangunan itu sendiri, yang pada
hakikatnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan.
Sebagian besar penduduk Indonesia saat ini masih bertempat tinggal di kawasan
pemukiman perdesaan (sekitar 60 persen, data Sensus Penduduk Tahun 2000). Selama ini
kawasan perdesaan dicirikan antara lain oleh rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja,
masih tingginya tingkat kemiskinan, dan rendahnya kualitas lingkungan permukiman
perdesaan. Rendahnya produktivitas tenaga kerja di perdesaan bisa dilihat dari besarnya
tenaga kerja yang ditampung sektor pertanian (46,26 persen dari 90,8 juta penduduk yang
bekerja), padahal sumbangan sektor pertanian dalam perekonomian nasional menurun
menjadi 15,9 persen (Susenas, 2003). Sementara itu tingginya tingkat kemiskinan di
perdesaan bisa ditinjau baik dari indikator jumlah dan persentase penduduk miskin (head
count), maupun tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Pada Tahun 2003, jumlah
penduduk miskin adalah 37,3 juta jiwa (17,4 persen), di mana persentase penduduk miskin
di perdesaan 20,2 persen, lebih tinggi dari perkotaan yang mencapai 13,6 persen.
Dengan penduduk dan angkatan kerja perdesaan yang akan terus bertambah sementara
pertumbuhan luas lahan pertanian relatif tidak meningkat secara signifikan maka
penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian relatif tidak meningkat secara produktif. Oleh
karena itu, sangat penting untuk mengembangkan lapangan tenaga non pertanian (nonfarm
activities) guna menekan angka kemiskinan dan migrasi ke perkotaan yang terus
meningkat. Pengembangan ekonomi lokal yang bertumpu pada Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM), dan Koperasi, yang berbasis sumber daya perdesaan serta terkait

8
dengan kegiatan di kawasan perkotaan berpotensi menyediakan lapangan kerja berkualitas
bagi penduduk perdesaan.
Menurut dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2004-2009, dalam lima tahun mendatang, sasaran yang hendak dicapai dalam
pembangunan perdesaan sebagai berikut.
1. Meningkatnya peran dan kontribusi kawasan perdesaan sebagai basis pertumbuhan
ekonomi yang diukur dari meningkatnya peran sektor pertanian dan non pertanian yang
terkait dalam mata rantai pengolahan produk-produk berbasis Perdesaan.
2. Terciptanya lapangan kerja berkualitas di perdesaan, khususnya lapangan kerja non
pertanian, yang ditandai dengan berkurangnya angka pengangguran terbuka dan setengah
pengangguran.
3. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat perdesaan yang ditandai dengan berkurangnya
jumlah penduduk miskin serta meningkatnya taraf pendidikan dan kesehatan, terutama
perempuan dan anak.
4. Meningkatnya kualitas dan kuantitas infrastruktur di kawasan permukiman di perdesaan
yang ditandai dengan: (i) selesainya pembangunan fasilitas telekomunikasi perdesaan
sekurang-kurangnya 43 ribu sambungan baru di 43 ribu desa dan community access point
di 45 ribu desa; (ii) meningkatnya persentase desa yang mendapat aliran listrik dari 94
persen pada tahun 2004 menjadi 97 persen pada tahun 2009; (iii) meningkatnya persentase
rumah tangga perdesaan yang memiliki akses terhadap pelayanan air minum hingga 30
persen; dan (iv) seluruh rumah tangga telah memiliki jamban sehingga tidak ada lagi yang
melakukan open defecation (pembuangan di tempat terbuka).
5. Meningkatnya akses, kontrol, dan partisipasi seluruh elemen masyarakat dalam kegiatan
pembangunan perdesaan yang ditandai dengan terwakilinya aspirasi semua kelompok
masyarakat dan meningkatnya kesetaraan antara perempuan dan laki-laki dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan pembangunan.

9
2.4. Pengendalian Tata Ruang Desa
Pengendalian merupakan salah satu fungsi manajemen yang memegang peranan penting
dalam pelaksanaan pencapaian tujuan organisasi, karena fungsi inilah yang mengendalikan usaha-
usaha atau kegiatan dalam rangka mencapai tujuan organisasi agar tidak keluar dari perencanaan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan bagian dari kegiatan penataan ruang yang
dipersiapkan sejak awal proses perencanaan tata ruang. Konsep pengendalian dimulai sebelum
rencana tata ruang diimplementasikan dengan memasukkan indikator pencapaian hasil, sebagai
dasar-dasar kriteria yang diperlukan, pada saat rencana dilaksanakan dan sesudah implementasi.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Pasal 148 pelaksanaan pengendalian
Pemanfaatan ruang dilaksanakan melalui :
a. Pengaturan zonasi; Peraturan zonasi adalah aturan yang digunakan untuk mengendalikan
pemanfaatan ruang dan unsur-unsur pengaturan yang dibuat pada tiap zona sesuai dengan
rencana rinci tata ruang. Selain itu, peraturan zonasi juga dapat diartikan sebagai instrumen
untuk mengatur klasifikasi zona, pemanfaatan lahan, dan prosedur pelaksanaan
pembangunan
b. Perizinan; Izin yang dimaksud dalam konteks ini adalah izin pemanfaatan ruang, yaitu
sebuah izin yang perlu dimiliki sebelum melaksanakan pemanfaatan ruang (Sugiarto,
2017). Izin pemanfaatan ruang dapat berupa izin lokasi ataupun Persetujuan Pemanfaatan
Ruang (P2R).
c. Pemberian insentif dan disinsentif; Pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa
ruang, urun saham, pembangunan, serta pengadaan (insentif). Pembatasan penyedian
infrastruktur, pengenaan kompensasi, persyaratan khusus dalam perizinan, dan penalti
(disinsentif)
d. Pengenaan sanksi. Pemberlakukan sanksi diberikan kepada pelaku yang memanfaatkan
ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dan juga kepada pemerintah berwenang
yang menerbitkan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Berdasarkan bentuknya, sanksi yang diberikan dapat berbentuk sanki administratif dan
sanksi pidana.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan adanya RTRW Desa juga memberikan kemudahan bagi pemerintah dalam
melakukan pengembangan dan pembangunan kawasan strategis baik dan pemerintah desa juga
dapat membantu mengendalikan terjadinya alih fungsi lahan atau melakukan pemanfaatan lahan
sesuai dengan fungsinya dan RTRW yang telah ditetapkan, kualitas lingkungan menjadi lebih
terjaga, menekan terjadinya konflik antar kepentingan dan lain sebagainya.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa Makalah yang kami buat ini jauh dari kata sempurna, kami
berharap kepada setiap pembaca akan memberikan kritik yang bersifat membangun dengan
bertujuan untuk memperbaiki kekurangan yang ada di dalam makalah yang kami buat ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Lutfi Muta Ali, S. (2021). PENGEMBANGAN WILAYAH PERDESAAN (PRESPEKTIF


KERUANGAN). Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG).
https://pwd.pasca.untad.ac.id/2017/05/10/tata-ruang-desa-yang-ditetapkan-oleh-desa-adalah-
strategis-perdesaansehat-com/

Gemawan. 2017. TATA RUANG DESA YANG DITETAPKAN OLEH DESA ADALAH
STRATEGIS – PERDESAANSEHAT.COM. MAGISTER PEMBANGUNAN WILAYAH
PEDESAAN. Diakses pada 10 Mei 2017. https://pwd.pasca.untad.ac.id/2017/05/10/tata-ruang-
desa-yang-ditetapkan-oleh-desa-adalah-strategis-perdesaansehat-com/
Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
Muhajir, Ahmad. 2017. Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dalam Pelaksanaan
Ketentuan Penataan Ruang di Kota Baubau Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Renaissance.
volume 2 No. 02. Agustus 2017, hlm: 184-19. http://www.ejournal-
academia.org/index.php/renaissance
Portal Tata Ruang. 2021. Mengenal RTRW sebagai Pengendali Pemanfaatan Ruang. Tata
Ruang.id. https://www.tataruang.id/2021/07/31/mengenal-rtrw-sebagai-pengendali-pemanfaatan-
ruang/#:~:text=Menurut%20UU%20No%2026%20Tahun%202007%20tentang%20Penataan%2
0Ruang%2C%20dalam,dan%20disinsentif%2C%20serta%20pemberlakuan%20sanksi. Diakses
pada Juli 2021.

12

Anda mungkin juga menyukai