Anda di halaman 1dari 22

TUGAS RUTIN PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH

”ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN JALAN TOL MEDAN-TEBING TINGGI


TERHADAP PERKEMBANGAN WILAYAH DI SEKITARNYA”

Dosen Pengampuh : Dr. Darwin P Lubis S.Si, M.Si


M. Farouq G Matondang, S.Pd, M.Sc

DISUSUN OLEH :

Meysandra Maudy Denisa (3193131005)

Kelas A Pendidikan Geografi Stambuk 2019

PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas rutin berjudul “Analisis Dampak
pembangunan jalan Tol Medan - Tebing Tinggi terhadap Perkembangan Wilayah di sekitarnya”
dengan tepat waktu.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen
pada mata kuliah Perencanaan dan Pembangunan Wilayah. Adapun tujuan dari makalah ini
adalah untuk menambah wawasan bagi pembaca dan juga penulis tentang Pembangunan senagai
suatu sistem dalam geografi
.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Darwin P Lubis S.Si, M.Si dan
Bapak Farouq G Matondang, S.Pd, M.Sc yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dibidang ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini saya memohon
maaf sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.Terima kasih.

Medan, 16 Maret 2022

Meysandra Maudy Denisa


(3193131005)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................1
1.3 Tujuan Pembahasan...........................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................2
2.1 Konsep Dasar Jalan Tol.....................................................................................................................2
2.2 Wewenang Penyelenggara Jalan Tol.................................................................................................3
2.3. Tujuan Pembangunan Jalan Tol........................................................................................................4
2.4. Pembangunan Jalan Tol Medan – Tebing Tinggi..............................................................................5
2.5. Kegiatan Sentra Ekonomi Jalan Arteri Medan Tebing Tinggi..........................................................7
2.6. Dampak Pembangunan Jalan Tol Medan - Tebing Tinggi................................................................8
BAB III.......................................................................................................................................................2
PENUTUP...................................................................................................................................................2
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................2
3.2 Saran............................................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perencanaan wilayah adalah suatu proses perencanaan pembangunan yang dimaksudkan


untuk melakukan perubahan menuju arah perkembangan yang lebih baik bagi suatu komunitas
masyarakat, pemerintah, dan lingkungannya dalam wilayah tertentu, dengan memanfaatkan atau
mendayagunakan berbagai sumber daya yang ada, dan harus memiliki orientasi yang bersifat
menyeluruh, lengkap, tetap berpegang pada azas prioritas (Riyadi dan Bratakusumah, 2003).
Pelaksanaan perencanaan ruang wilayah ini disinonimkan dengan hasil akhir yang hendak
dicapai, yaitu tata ruang. Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang
wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Selain itu, penataan ruang
diharapkan dapat mengefisiensikan pembangunan dan meminimalisasi konflik kepentingan
dalam pemanfaatan ruang serta meminimalisasi dampak bencana yang akan muncul seperti
banjir, tanah longsor, dan penurunan kualitas lingkungan penduduk terutama di perkotaan akibat
ketidaksesuaian penggunaan lahan dengan rencana tata ruang (Pemendagri No. 28,2008).

Pembangunan jalan tol sangat penting bagi kemjuan dan perkembangan suatu wilayah
atau daerah, pembangunan jalan tol mendorong percepatan penyaluran dan pengiriman barang
dan manusia. Pembangunan jalan tol sedikit banyaknya berdampak terhadap pembangunan
wilayah yang dilintasi, pembangunan jalan tol yang baik tidak akan merugikan wilayah atau
kawasan yang dilintasi. Dampak yang sering terjadi dalam pembangunan jalan tol adalah
berkurangnya wilayah perkebunana atau persawahan, tidak dimanfaatkannya masyarakat
setempat dalam pembentukan umkm dalam hal ini pembangunan rest area.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, maka dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apa konsep dasar dari Jalan Tol?


2. Bagaimana Gambaran Pembangunan Jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi?
3. Bagaimana Kondisi Kegiatan Sentra Ekonomi Jalan Arteri Medan Tebing Tinggi ?

1
4. Apa saja Dampak yang ditimbulkan dari Pembangunan Jalan Tol Medan - Tebing
Tinggi?

1.3 Tujuan Pembahasan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, berdasarkan rumusan masalah di atas :
1. Mengetahui konsep dasar Jalan Tol
2. Mengetahui Gambaran Pembangunan Jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi
3. Mengetahui Kondisi Kegiatan Sentra Ekonomi Jalan Arteri Medan Tebing Tinggi
4. Mengetahui Dampak yang ditimbulkan dari Pembangunan Jalan Tol Medan - Tebing
Tinggi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Jalan Tol

Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai
jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol ( Pasal 1 UU No. 15 Tahun 2005 ).
Penyelenggaraan jalan tol sendiri dimaksudkan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan
dan hasilnya serta keseimbangan dalam pengembangan wilayah dengan memperhatikan
keadilan, yang dapat dicapai dengan membina jaringan jalan yang dananya berasal dari
pengguna jalan. Sedangkan tujuan dari jalan tol yakni untuk meningkatkan efisiensi pelayanan
jasa distribusi guna menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi terutama di wilayah yang
sudah tinggi tingkat perkembangannya ( Pasal 2 UU No. 15 Tahun 2005 ). Mengingat jalan tol
merupakan jalan umum yang mempunyai karakteristik lebih tinggi dibanding dengan
karakteristik jalan arteri serta mempunyai fungsi yang vital maka jalan tol harus memenuhi
berbagai macam spesifikasi serta persyaratan teknis. Adapun persyaratan teknis jalan tol antara
lain :

1) Jalan tol mempunyai tingkat pelayanan keamanan dan kenyamanan yang lebih tinggi dari
jalan umum yang ada dan dapat melayani arus lalu lintas jarak jauh dengan mobilitas
tinggi.
2) Jalan tol yang digunakan untuk lalu lintas antar kota didesain berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 80 Km/jam dan untuk jalan tol di wilayah perkotaan didesain
dengan kecepatan rencana paling rendah 60 Km/jam.
3) Jalan tol didesain untuk mampu menahan Muatan Sumbu Terberat ( MST ) paling rendah
8 Ton.
4) Setiap ruas jalan tol harus dilakukan pemagaran, dan dilengkapi dengan fasilitas
penyebrangan jalan dalam bentuk jembatan atau terowongan.
5) Pada tempat-tempat yang dapat membahayakan pengguna jalan tol, harus diberi
bangunan pengaman yang mempunyai kekuatan dan struktur yang dapat menyerap energi

2
benturan kendaraan.
6) Setiap jalan tol wajib dilengkapi dengan aturan perintah dan larangan yang dinyatakan
dengan rambu lalu lintas, marka jalan, atau alat pemberi isyarat lalu lintas.
Sedangkan untuk spesifikasi jalan tol itu sendiri antara lain :
1) Tidak ada persimpangan sebidang dengan ruas jalan lain atau dengan prasarana
transportasi lainnya.
2) Jumlah jalan masuk dan jalan keluar ke dan dari jalan tol dibatasi secara efisien dan
semua jalan masuk dan jalan keluar harus terkendali secara penuh.
3) Jarak antar simpang susun paling rendah 5 Km untuk jalan tol luar perkotaan dan paling
rendah 2 Km untuk jalan tol dalam perkotaan.
4) Jumlah lajur sekurang-kurangnya 2 lajur per arah.
5) Menggunakan pemisah tengah atau median.
6) Lebar bahu jalan sebelah luar harus dapat dipergunakan sebagai jalur lalu lintas
sementara dalam keadaan darurat.
7) Pada setiap jalan tol harus tersedia sarana komunikasi, sarana deteksi pengaman lain yang
memungkinkan pertolongan dengan segera sampai ke tempat kejadian, seta upaya
pengamanan terhadap pelanggaran, kecelakaan, dan gangguan keamanan lainnya.
8) Pada jalan tol antar kota harus tersedia tempat istirahat dan pelayanan untuk kepentingan
pengguna jalan tol.
9) Tempat istirahat serta pelayanan tersebut disediakan paling sedikit 1 untuk setiap jarak 50
Km pada setiap jurusan.
10) Setiap tempat istirahat dan pelayanan dilarang dihubungkan dengan akses apapun dari
luar jalan tol.

2.2 Wewenang Penyelenggara Jalan Tol

Didalam melaksanakan kewenangan sebagai penyelenggara jalan tol, pemerintah


menyerahkan sebagian wewenang penyelenggaraan jalan tol kepada BPJT ( Badan Pengatur
Jalan Tol ), pemerintah membentuk BPJT yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
menteri. Pembentukan BPJT dimaksudkan antara lain untuk mendorong investasi dibidang jalan
tol, sehingga pengembangan jaringan jalan tol dapat lebih cepat terwujud. Sebagian

3
penyelenggaraan jalan tol yang menjadi tugas BPJT meliputi pengaturan jalan tol yang
mencakup pemberian rekomendasi tarif awal dan penyesuaiannya kepada menteri, serta
pengambilalihan jalan tol pada akhir masa konsesi dan pemberian rekomendasi
pengoperasiannya, sedangkan pengusahaan jalan tol mencakup pembiayaan pengusahaan jalan
tol, pengadaan investasi, dan pemberian fasilitas pembebasan tanah serta pengawasan jalan tol
yang mencakup pemantauan dan evaluasi pengusahaan jalan tol dan pengawasan terhadap
pelayanan jalan tol.

2.3. Tujuan Pembangunan Jalan Tol

Pembangunan jalan tol dilakukan untuk memperlancar lalu lintas didaerah yang telah
berkembang, meningkatkan hasil guna dan daya guna pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi, meringankan beban pemerintah dan
meningkatkan pemerataan hasil pembangunan dan keadilan.64 Penyelenggaraan jalan tol
dimaksudkan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta
keseimbangan dalam pengembangan wilayah dengan memperhatikan keadilan, yang dapat
dicapai dengan membina jaringan jalan yang dananya berasal dari pengguna jalan.
Penyelenggaraan jalan tol bertujuan meningkatkan efisiensi pelayanan jasa distribusi guna
menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi terutama di wilayah yang sudah tinggi tingkat
perkembangannya. Lingkup Peraturan Pemerintah ini mencakup pengaturan penyelenggaraan
jalan tol, BPJT, serta hak dan kewajiban badan usaha dan pengguna jalan tol.65 Pembangunan
jaringan transportasi dialksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar:

1) Prinsip dasar fungsional, yaitu pengelompokan jaringa dalam berbagai tataan mempunyai
karakteristik yang berbeda.
2) Prinsip dasar struktural, yaitu setiap tataan dirumuskan susuannyayang saling terkait
namun dibedakan menurut intensitasnya.
3) Prinsip dasar keugulan karakteristik moda (alat angkut yang digunakan untuk berpindah)
dan keterpanduan yang menekankan peran masing- masing moda sedangkan
kelemahannya diantisipasi dengan memdukannya dengan moda transportasi lain.

4
4) Prinsip dasar optimalisasi, yang memperhatiakan keterbatasan sumberdaya yang tersedia
serta melestarikan lingkungan dalam upaya mendapatkan manfaat yang maksimal dengan
pengorbanan biaya yang maksimal.

2.4. Pembangunan Jalan Tol Medan – Tebing Tinggi

Jalan tol Medan–Kualanamu–Tebing Tinggi dengan panjang trase ± 72 Km merupakan

Jalan penghubung kota Medan menuju Tebing Tinggi. Trase jalan tol melewati dua
kabupaten yaitu Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai, sehingga kegiatan
pengadaan tanah dibagi menjadi dua seksi. Seksi I dilaksanakan oleh Pemda Kabupaten Deli
Serdang dan Seksi II dilaksanakan oleh Pemda Kabupaten Serdang Bedagai. Pendanaan kegiatan
pengadaan tanah jalan tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi berasal dari APBN. Permasalahan

5
yang terjadi di proyek jalan tol Medan–Kualanamu–Tebing Tinggi dan jalan akses Bandara
Kualanamu non tol, antara lain :

1) Ketidaksepakatan harga tanah. Terdapat 64 persen tanah di Desa Sena, untuk jalan akses
Bandara Kualanamu nontol, terkendala adanya ketidaksepakatan harga. Masyarakat
menginginkan tanah milik mereka dihargai sama dengan tanah di Desa Buntu Beribar.
Selain di DesaSena, terdapat ketidaksepakatan atas harga di Desa Buntu Beribar dan
Desa Tanjung Morawa B, karena nilai tanah lebih rendah dibandingkan harga pasar.
2) Tanah HGU. Adanya masyarakat yang menempati tanah PTPN untuk permukiman dan
tanah garapan. Mekanisme pembayaran ganti rugi hanya memungkinkan P2T
membayarkan uang ganti rugi (UGR) kepada pihak yang tercatat dalam sertifikat. Pada
Tanah HGU yang tercatat sebagai pihak yang berhak adalah PTPN, sehingga pihak yang
menandatangani penerimaan UGR adalah PTPN. P2T bermaksud menambahkan uang
kompensasi masyarakat penggarap tersebut didalam besaran UGR yang diterima PTPN
agar uang tersebut dapat diberikan kepada masyarakat penggarap yang terkena dampak
pembangunan jalan. Tetapi hal tersebut tidak dapat dilakukan karena seluruh UGR yang
diterima / ditandatangani PTPN menjadi aset PTPN yang harus dilaporkan kepada
Menteri Negara BUMN untuk tujuan pengembalian asset ke negara.
3) Tanah Eks HGU Tanah Eks HGU adalah tanah bekas perkebunan yang telah habis masa
ijin usaha.Tanah eks HGU didiami oleh masyarakat untuk keperluan permukiman,
pertanian ataupun usaha. Masyarakat berkenan pindah dari tanah tersebut dengan syarat
diberikan kompensasi atas bangunan yang telah mereka bangun dan tempati.
Permasalahan diatasi dengan Peraturan Gubernur No. 62 Tahun 2011 sebagai landasan
hukum pemberian santunan bagi masyarakat yang menempati tanah Eks HGU. Tanah
Sengketa Masyarakat dengan PT. KAI. Ditemukan permasalan masyarakat menempati
dan memiliki sertifikat (Sertifikat Hak Milik) atas tanah yang tercatat sebagai aset milik
PT. KAI berdasarkan surat ground card (peta) jaman Belanda.
4) Komitmen Pemerintah Daerah. Kurang aktifnya Pemerintah Daerah dalam melaksanakan
kegiatan pengadaan tanah menuntut Tim Pembebasan Tanah dari Pihak Kementerian
Pekerjaan Umum untuk selalu aktif berkoordinasi dan berinisiatif menyelesaikan
kelengkapan setiap tahap pengadaan tanah.

6
Jalan tol Medan-Tebing Tinggi memiliki panjang sekitar 61,72 km, menghubungkan
jalan tol yang sudah ada saat ini, yaitu: Belawan, Medan, Tanjung Morawa atau Belmera menuju
Bandara Kualanamu dan Kota Tebing Tinggi.

 Paket 1, Tanjung Morawa-Parbarakan sepanjang 10,7 KM.


 Paket 2, Parbarakan-Kualanamu sepanjang 7,1 KM.
 Paket 3, Parbarakan-Lubuk Pakam sepanjang 4.9 KM.
 Paket 4, Lubuk Pakam-Perbaungan sepanjang 12,4 KM.
 Paket 5, Perbaungan-Teluk Mengkudu sepanjang 9,6 KM.
 Paket 6, Teluk Mengku-Sei Rampah sepanjang 7,8 KM.
 Paket 7, Sei Rampah-Tebing Tinggi sepanjang 9,3 KM.

2.5. Kegiatan Sentra Ekonomi Jalan Arteri Medan Tebing Tinggi

Kemudian hal ini ditunjukan dengan adanya kegiatan sentra ekonomi di jalan arteri
Medan Tebing tinggi yang ada di Pasar Bengkel. Pasar Bengkel sudah ada sejak tahun 1973,
terletak di kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), daerah kabupaten yang baru dimekarkan pada
tahun 2003 lalu dari kabupaten Deli Serdang ini merupakan pasar yang sangat dikenal oleh
pendudukSumatera Utara karena berbagai pelancong yang melewati pasar ini selalu singgah
untuk membeli sekedar jajanan atau oleh-oleh untuk keluarga. Bahkan ketenaran Pasar Bengkel
(yang notabene hanya sebuah desa di pinggir jalan lintas Sumatera) ini, mengalahkan ketenaran
Kota Sei Rampah, sebagai ibukota Kabupaten Serdang Bedagai.

Tidak kurang dari 99 pedagang dengan menggunakan kios kecil di pinggir kanan kiri
jalan menyemarakkan Pasar Bengkel dengan dagangan hampir sejenis, artinya semua jenis
dagangan (seperti yang disebut diatas) yang ada pada satu kios hampir dipastikan ada di kios
lain. Karena Pasar Bengkel merupakan pusat jajanan dan oleh- oleh. Aneka jajanan tersebut
antara lain: keripik ubi, rengginang, mie yeye, opak, keripik pedas, keripik ubi rambat/ubi jalar,
dan berbagai macam jajanan lain, sebahagian khas dari daerah setempat dan sebahagian lain
adalah jajanan umum, namun tetap buatan asli pengrajin setempat. Aneka jajanan dan oleh-oleh
tersebut sebahagian besar terbuat dari ubi kayu (secara nasional biasa disebut singkong). Jajanan

7
yang sangat terkenal dan menjadi semacam trade mark, sudah terharum namanya di se-antero
Sumatera Utara dari Pasar bengkel ini adalah Dodol Pasar Bengkel yang terbuat dari ketan (atau
istilah setempat dikenal dengan beras pulut). Dodol pasar bengkel terdiridari berbagai rasa, ada
rasa original, nanas, durian, pandan dan lainya.

Tidak heran jika pada pertengahan tahun 1990-an Pemerintah Deli Serdang mendirikan
Pusat Promosi Industri dan Pariwisata Kabupaten Deli Serdang (saat itu wilayah ini belum mekar
menjadi Kabupaten Serdang Bedagai) di lokasi Pasar Bengkel ini. Namun sangat disayangkan,
lembaga yang bertujuan sangat bagus dan didirikan dengan dana milyaran rupiah ini kini tidak
berfungsi. Multiplier effect yang ditimbulkan dengan keberadaan Pasar Bengkel ini adalah, kini
banyak bermunculan bus angkutan antar kota, antar kabupaten, bahkan antar provinsi di pulau
Sumatera yang menjadikan Pasar Bengkel sebagai tempat rehat (pemberhentian untuk istirahat).
Hal ini terjadi awalnya karena setiap penumpang bus selalu memohon pada pak sopir untuk
berhenti sejenak ketika bus melintas di Pasar Bengkel, para penumpang ingin membeli jajanan
untuk sekedar dimakan dalam perjalanan atau oleh- oleh untuk dibawa pulang. Ratusan jenis
makanan kuliner tersedia di Pasar Bengkel baik yang siap santap maupun yang masih butuh
pengolahan lagi. Terserah kepada pengunjung. Apakah mau membeli yang langsung bisa
dimakan, atau diolah lagi dengan dimasak di rumah. Tidak kurang dari 5 perusahaan angkutan
yang kini menjadikan Pasar Bengkel sebagai tempat rehat sekitar 1 jam atau 30 menit saja.
Kesan yang muncul terhadap Pasar Bengkel kini menjadi pusat jajanan perjalanan dan wisata
kuliner khusus untuk jajajan atau makanan ringan.

2.6. Dampak Pembangunan Jalan Tol Medan - Tebing Tinggi

Salah satu akses pintu keluar dan masuk ke Tol Medan-Tebing Tinggi ada di kota Tebing
Tinggi, sehingga kota itu menjadi daerah perlintasan menuju sejumlah daerah dan akibatnya arus
lalu lintas yang masuk dan keluar Kota Tebing Tinggi juga meningkat.

2.6.1. Kondisi Aksesibilitas

Black (1981) mengatakan bahwa aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan


sistem pengaturan tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang
8
menghubungkannya. Dalam Hurst (1974) dikatakan bahwa aksesibilitas adalah ukuran dari
kemudahan (waktu, biaya, atau usaha) dalam melakukan perpindahan antara tempat-tempat atau
kawasan dalam sebuah sistem. Sementara itu, Edmonds (1994) menyampaikan bahwa indikator
aksesibilitas adalah nilai numerik, yang mengindikasikan mudah atau sulitnya untuk
mendapatkan akses ke barang-barang dan pelayanan. Kondisi aksesibiltas sebagai dampak dari
pembangunan jalan tol Medan-Tebing Tinggi yakni sebagai berikut:

1) Tingkat aksesibilitas menurut persepsi responden sangat meningkat terdapat 16


responden dibawahnya (kedudukan mudah dan sama sebelum adanya jalan tol Medan-
Tebing Tinggi) dan tidak ada responden di atasnya. Sehingga angka (skornya) adalah 16
dibawah dan 0 di atas.
2) Tingkat aksesibilitas menurut persepsi responden mudah terdapat 7 responden
dibawahnya (kedudukan sama dengan sebelum adanya jalan tol Medan-Tebing Tinggi)
dan terdapat 14 responden di atasnya (kedudukan Sangat Meningkat). Sehingga angka
(skornya) adalah 7 dibawah dan 14 di atas.
3) Tingkat aksesibiltas menurut persepsi responden sama dengan sebelum adanya jalantol
MedanTebing Tinggi tidak terdapat responden dibawahnya (kedudukan tidak ada
perubahan dan mengalami penurunan) dan terdapat 23 responden di atasnya (kedudukan
sangat meningkat dan Mudah). Sehingga angka (skornya) adalah 0 dibawah dan 23 di
atas.
4) Tingkat aksesibiltas menurut persepsi responden tidak ada perubahan tidak terdapat
responden dibawahnya (kedudukan mengalami penurunan) dan terdapat 30 responden di
atasnya (kedudukan sangat meningkat, mudah dan sama dengan sebelum adanya tol).
Sehingga angka (skornya) adalah 0 dibawah dan 30 di atas.
5) Tingkat aksesibilitas menurut persepsi responden mengalami penurunan tidak terdapat
responden dibawahnya (kedudukan tidak ada perubahan) dan terdapat 30 responden di
atasnya (kedudukan sangat meningkat, mudah dan sama dengan sebelum adanya tol).
Sehingga angka (skornya) adalah 0 dibawah dan 30 di atas.

Dengan tingkat hubungan yang kuat, ini menunjukkan bahwa persepsi masyarakat atas
adanya pembangunan jalan tol Medan-Tebing Tinggi mempunyai korelasi kuat terhadap aspek
aksesibilitas.

9
2.6.2. Pola Hidup Sosial Ekonomi Masyarakat

Konsep status sosial ekonomi berkaitan erat dengan sistem pelapisan di dalam
masyarakat. Soleman mendefinisikan status sebagai posisi seseorang dalam suatu kelompok
sehubungan dengan orang lain dalam kelompok tersebut (Soleman, 1987).Sedangkan yang
dimaksud dengan status sosial ekonomi ialah tempat atau posisi seseorang secara umum dalam
masyarakatnya sehubungan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya,
serta hak dan kewajibannya (Soekanto, 2006). Status sosial ekonomi tersebut mempengaruhi
posisi sosial seseorang dalam stratifikasi sosial masyarakatnya. Stratifikasi didefinisikan sebagai
perbedaan anggota masyarakat baik dari jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, penghasilan, serta
kekayaan yangdimilikinya berdasarkan status yang dimiliki, baik status utama, status yang diraih
maupun status yang diperoleh (Soemarjan & Soemardi). Kondisi pola hidup sosial ekonomi
sebagai dampak dari pembangunan jalan tol MedanTebing Tinggi yakni sebagai berikut:

1) Pola hidup sosial ekonomi menurut persepsi responden sangat berubah terdapat 18
responden dibawahnya (kedudukan berubah dan sama sebelum adanya jalan tol Medan-
Tebing Tinggi) dan tidak ada responden di atasnya. Sehingga angka (skornya) adalah 18
dibawah dan 0 di atas.
2) Pola hidup sosial ekonomi menurut persepsi responden berubah terdapat 8 responden
dibawahnya (kedudukan sama dengan sebelum adanya jalan tol Medan-Tebing Tinggi)
dan terdapat 12 responden di atasnya (kedudukan Sangat berubah). Sehingga angka
(skornya) adalah 8 dibawah dan 12 di atas.
3) Pola hidup sosial ekonomi menurut persepsi responden sama dengan sebelum adanya
jalan tol Medan-Tebing Tinggi tidak terdapat responden dibawahnya (kedudukan tidak
ada perubahan dan mengalami penurunan) dan terdapat 22 responden di atasnya
(kedudukan sangat berubah dan berubah). Sehingga angka (skornya) adalah 0 dibawah
dan 22 di atas.
4) Pola hidup sosial ekonomi menurut persepsi responden tidak ada perubahan tidak
terdapat responden dibawahnya (kedudukan mengalami penurunan) dan terdapat 30
responden di atasnya (kedudukan sangat berubah, berubah dan sama dengan sebelum
adanya tol). Sehingga angka (skornya) adalah 0 dibawah dan 30 di atas.

10
5) Pola hidup sosial ekonomi menurut persepsi responden mengalami penurunan tidak
terdapat responden dibawahnya (kedudukan tidak ada perubahan) dan terdapat 30
responden di atasnya (kedudukan sangat berubah, berubah dan sama dengan sebelum
adanya tol). Sehingga angka (skornya) adalah 0 dibawah dan 30 di atas.

Hal ini menunjukkan bahwa dampak pembangunan jalan tol Medan-Tebing Tinggi
dipersepsikan memiliki hubungan yang kuat dengan pola hidup sosial ekonomi.

Ramainya pengendara yang melintas juga dirasakan dampaknya pada perkembangan


UMKM di daerah tersebut. salah satunya berkembangnya coffee shop yang sekaligus juga
bberdampak pada penyerapan tenaga kerja. Dampak lainnya juga dirasakan pengusaha lemang
yang dikenal sebagai makanan khas Kota Tebing Tinggi. Di Pintu masuk tol Tebing Tinggi
banyak bermunculan penjual lemang yang menyajikan hasil produksi.

2.6.3. Perumahan dan Pemanfaatan Sarana Prasarana

Pembangunan yang tepat tentunya akan memberikan dampak yang positifapabila dikelola
dengan baik, akan tetapi pembangunan yang berjalan seringkaliterkendala terhadap ketersediaan
lahan khususnya lahan perkotaan. Pendekatan kawasanberorientasi pada pencapaian atau
terwujudnya fungsi tertentu dari suatu kawasan,sedangkan pendekatan tata ruang mengarah pada
penentuan lokasi pembangunan yangtepat. Kedua pendekatan tersebut mengarah kepada
pencapaian efektivitas dan efisiensi pembangunan. Fenomena perubahan tata guna lahan sebagai
dampak dari pembangunan jalan tol sering kali dapat diamati secara langsung. Seiring dengan
proses pembangunan dan peningkatan akibat adanya perkembangan penduduk, maka permintaan
akan lahan semakin tinggi sedangkan lahan semakin menurun, akibatnya banyak terjadi
perubahan- perubahan pemanfaatan lahan baik yang sesuai maupun menyimpang dari rencana
tata ruang yang ada dalam proses pembangunan perumahan dan pemanfaatan sarana prasarana
yang ada. Dengan adanya pembangunan jalan tol, sektor perumahan dan pemanfaatan sarana
prasarana tentu mengalami perubahan. Tidak terkecuali perubahan dari daerah yang terkena
dampak negatif akan mengalami perubahan. Persepsi masyarakat di wilayah jalan arteri sebagai
akibat pembangunan jalan tol MedanTebing Tinggi yakni sebagai berikut:

1) Perumahan dan pemanfaatan sarana prasarana menurut persepsi responden sangat


berubah terdapat 15 responden dibawahnya (kedudukan berubah dan sama sebelum
11
adanya jalan tol Medan-Tebing Tinggi, tidak ada perubahan, dan mengalami penurunan)
dan tidak ada responden di atasnya. Sehingga angka (skornya) adalah 15 dibawah dan 0
di atas.
2) Perumahan dan pemanfaatan sarana prasarana menurut persepsi responden berubah
terdapat 7 responden dibawahnya (kedudukan sama dengan sebelum adanya jalan tol
Medan-Tebing Tinggi, tidak ada perubahan dan mengalami penurunan) dan terdapat 15
responden di atasnya (kedudukan Sangat berubah). Sehingga angka (skornya) adalah 7
dibawah dan 15 di atas.
3) Perumahan dan pemanfaatan sarana prasarana menurut persepsi responden sama dengan
sebelum adanya jalan tol Medan-Tebing Tinggi terdapat 5 responden dibawahnya
(kedudukan tidak ada perubahan dan mengalami penurunan) dan terdapat 23 responden
di atasnya (kedudukan sangat berubah dan berubah).Sehingga angka (skornya) adalah 5
dibawah dan 23 di atas.
4) Perumahan dan pemanfaatan sarana prasarana menurut persepsi responden tidak ada
perubahan terdapat 3 responden dibawahnya (kedudukan mengalami penurunan) dan
terdapat 25 responden di atasnya (kedudukan sangat berubah, berubah dan sama dengan
sebelum adanya tol). Sehingga angka (skornya) adalah 3 dibawah dan 25 di atas.
5) Perumahan dan pemanfaatan sarana prasarana menurut menurut persepsi responden
mengalami penurunan 0 terdapat responden dibawahnya (kedudukan tidak ada
perubahan) dan terdapat 30 responden di atasnya (kedudukan sangat berubah, berubah
dan sama dengan sebelum adanya tol). Sehingga angka (skornya) adalah 0 dibawah dan
27 di atas.

Hal ini menunjukkan bahwa dampak pembangunan jalan tol Medan-Tebing Tinggi
dipersepsikan memiliki hubungan yang kuat dengan perubahan konsep perumahan dan
pemanfaatan sarana dan prasarana.

2.6.4. Pemanfaatan Teknologi

Teknologi menyebabkan perubahan mendasar pada masyarakat dan organisasi yang telah
menjadi kenyataan, dan budaya E-Life Style sebagai realita kehidupan bahwa hampir setiap
aspek kehidupan manusia telah dipengaruhi oleh media elektronik (komputer). Perkembangan

12
teknologi informasi telah merambah ke berbagai bidang dan pada kenyataannya perkembangan
teknologi informasi dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi suatu pekerjaan.Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi merupakan satu hal yang tidak dapat dihindari oleh seluruh
aspek kehidupan masyarakat. Saat ini teknologi informasi sudah banyak digunakan sebagai
pendukung proses bisnis di berbagai instansi. Selama dua puluh tahun terakhir perubahan untuk
implementasi sistem informasi dalam organisasi telah meningkat (Oudahi, 2008). Modernisasi
teknologi informasi dan komunikasi sebagai pendukung proses bisnis juga berdampak pada
kemajuan suatu organisasi. Namun dalam praktiknya, implementasi dan pembaharuan teknologi
informasi bukan berarti berlangsung tanpa masalah. Persepsi masyarakat di wilayah arteri jalan
sebagai akibat pembangunan jalan tolmedan tebing yakni sebagai berikut:

1) Pemanfaatan Teknologi menurut persepsi responden sangat berubah terdapat 12


responden dibawahnya (kedudukan berubah dan sama sebelum adanya jalan tol Medan-
Tebing Tinggi, tidak ada perubahan, dan mengalami penurunan) dan tidak ada responden
di atasnya. Sehingga angka (skornya) adalah 18 dibawah dan 0 diatas.
2) Pemanfaatan Teknologi menurut persepsi responden berubah terdapat 2 responden
dibawahnya (kedudukan sama dengan sebelum adanya jalan tol Medan-Tebing Tinggi,
tidak ada perubahan dan mengalami penurunan) dan terdapat 18 responden di atasnya
(kedudukan Sangat berubah). Sehingga angka (skornya) adalah 2 dibawah dan 18 di atas.
3) Pemanfaatan Teknologi menurut persepsi responden sama dengan sebelum adanya jalan
tol Medan-Tebing Tinggi tidak terdapat responden dibawahnya (kedudukan tidak ada
perubahan dan mengalami penurunan) dan terdapat 28 responden di atasnya (kedudukan
sangat berubah dan berubah). Sehingga angka (skornya) adalah 0 dibawah dan 28 di atas.
4) Pemanfaatan Teknologi menurut persepsi responden tidak ada perubahan tidak terdapat
responden dibawahnya (kedudukan mengalami penurunan) dan terdapat 30 responden di
atasnya (kedudukan sangat berubah, berubah dan sama dengan sebelum adanya tol).
Sehingga angka (skornya) adalah 0 dibawah dan 30 di atas.

Hal ini menunjukkan bahwa dampak pembangunan jalan tol Medan-Tebing Tinggi
dipersepsikan memiliki hubungan yang kuat dengan perubahan pemanfaatan teknologi.

2.6.5. Infrastruktur

13
Selain memberikan dampak positif pada efisiensi waktu jarak tempuh, JALAN TOL
MEDAN-KUALANAMU-TEBING TINGGI juga memberi dampak positif pada akses
infrastruktur lainnya seperti layanan masyarakat, lembaga pendidikan, lembaga keuangan dan
sebagainya. Akses untuk menjangkau layanan publik lebih dimudahkan dengan dibangunnya
JALAN TOL MEDAN-KUALANAMU-TEBING TINGGI. Pembangunan jalan tol juga
memberikan dorongan untuk dibangunnya infrastruktur pendukung lainnya. Hal ini memberikan
dampak positif pada pemerataan pembangunan infrastruktur untuk pelayanan masyarakat
Indonesia, khususnya di Pulau wilayah Sumatera Utara. Infrastruktur fasilitas umum seperti
rumah sakit, bandara, stasiun kereta api, sekolah, universitas dan fasilitas umum lainnya
mendapatkan kemudahan akses setelah dibangunnya JALAN TOL MEDAN-KUALANAMU-
TEBING TINGGI.

Tidak hanya kemudahan akses untuk fasilitas umum, fasilitas khusus seperti sektor
pembangkit listrik juga merasakan dampak positifnya. Pembangunan sektor-sektor pembangkit
listrik serta gardu-gardu listrik lebih mudah dilakukan dengan adanya JALAN TOL MEDAN-
KUALANAMU-TEBING TINGGI karena memberikan kemudahan akses menuju tempattempat
yang dituju. Pemerataan pembangunan infrastruktur juga akan memberikan dampak positif pada
sektor pertumbuhan ekonomi disekitar ruas jalan tol. JALAN TOL MEDAN-KUALANAMU-
TEBING TINGGI memberikan dampak yang positif pada aspek infrastruktur karena
meningkatkan mobilitas masyarakat serta memberikan kemudahan akses menuju tempat atau
daerah yang sebelumnya susah untuk dijangkau. Selain itu, dengan dibangunnya JALAN TOL
MEDAN-KUALANAMU-TEBING TINGGI pelaku usaha juga merasakan dampak positif yakni
kemudahan untuk mendistribusikan produk yang juga berpengaruh terhadap meningkatnya
perputaran ekonomi disekitar JALAN TOL MEDAN-KUALANAMU-TEBING TINGGI

2.6.6. Kondisi Lingkungan

Selain manfaat yang dirasakan dari pembangunan JALAN TOL MEDAN-


KUALANAMU-TEBING TINGGI, dampak negatif juga terasa dari pembangunan jalan tol ini.
Salah satu yang dapat diperhatikan ialah dampak terhadap lingkungan sekitar ruas jalan tol.
Pembangunan JALAN TOL MEDAN-KUALANAMU-TEBING TINGGI sepanjang 61,72 km
memerlukan lahan yang sangat luas. Lahan yang dijadikan sebagai tempat pembangunan JALAN

14
TOL MEDAN-KUALANAMU-TEBING TINGGI akan mengalami penurunan kemampuan
resapan air hujan.

Daerah resapan air merupakan daerah yang disediakan sebagai jalur masuknya air hujan atau air
permukaan tanah menuju zona jenuh air dan akan membentuk aliran air yang berada didalam
tanah. Daerah resapan air berperan penting sebagai salah satu faktor pengendali banjir ketika
musim penghujan dan kekeringan ketika musim kemarau. Menurunnya kemampuan resapan air
disekitar

Ruas jalan tol akan menyebabkan potensi terjadinya banjir meningkat. Banjir terjadi
karena air hujan atau air permukaan tidak dapat masuk kedalam zona jenuh air sehingga
tertampung dipermukaan tanah. Banjir dapat memberikan beberapa dampak negatif bagi
lingkungan terdampak. Salah satu dampak negatif banjir ialah merusak sarana dan prasarana.
Banjir dapat merusak rumah penduduk, gedung, fasilitas umum, sawah, kebun, dan sebagainya.
Banjir juga dapat melumpuhkan jalur transportasi. Banjir yang meluap menyebabkan
terendamnya jalur transportasi yang akan memunculkan permasalahan lain seperti kemacetan
ataupun kecelakaan lalu lintas. Selain itu, banjir juga menyebabkan pencemaran lingkungan.
Selain air yang meluap lalu menghanyutkan sampah, air banjir juga menjadi sarang
perkembangnya berbagai penyakit.

Tidak hanya banjir, potensi dampak negatif yang timbul dari pembangunan JALAN TOL
MEDAN-KUALANAMU-TEBING TINGGI adalah hilangnya lahan perkebunan dan pertanian.
Lahan perkebunan dan pertanian dapat hilang tidak hanya karena digunakan sebagai tempat
dibangunnya JALAN TOL MEDAN-KUALANAMU-TEBING TINGGI, akna tetapi juga
karena menjadi tempat relokasi tempat tinggal bagi warga yang tempat tinggal tergusur karena
pembagunan JALAN TOL MEDAN-KUALANAMU-TEBING TINGGI. Hal ini menyebabkan
menurunnya tingkat ketahanan pangan didaerah terdampak, sehingga harus mendatangkan
sumber pangan dari daerah lain.

Selain itu, pembangunan JALAN TOL MEDAN-KUALANAMU-TEBING TINGGI juga


akan berimbas kepada hilangnya daerah hijau disekitar JALAN TOL MEDAN-KUALANAMU-
TEBING TINGGI. Hilangnya daerah hijau dan pepohonan akan mempengaruhi kualitas udara
disekitar JALAN TOL MEDAN-KUALANAMU-TEBING TINGGI. Daerah hijau berfungsi

15
untuk menetralkan kondisi udara dari berbagai pencemaran udara yang terjadi. Dengan volume
kendaraan yang terus meningkat, maka volume gas karbondioksida (CO2) juga mengalami
peningkatan. Keadaan ini menyebabkan buruknya kualitas udara karena akumulasi dari gas
karbondioksida (CO2). Hal ini akan mempengaruhi tingkat kesehatan pengguna kendaraan
bermotor yang sering melalui JTSS. Potensi penyakit maupun gangguan pernapasan akan
mengalami kenaikan.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Geografi pembangunan merupakan cabang ilmu geografi yang mengatur dan


merencanakan pembangunan di suatu wilayah. Sedangkan menurut Bintarto Geografi
Pembangunan adalah suatu studi yang memperhatikan aspek-aspek geografi yang menunjang
sesuatu pembangunan wilayah. Geografi pembangunan diperlukan untuk menyusun rancangan
atau perencanaan pembangunan suatu wilayah. Memperhatikan aspek geografi dalam
pembangunan berarti memperhatikan keselarasan kebijakan mengelola alam dan hubungannya
dengan manusia sehingga tidak terjadi kerusakan alam yang justru merugikan manusia.

Terdapat dua aspek dalam Geografi Pembangunan dan perencanaan yakni antara lin
aspek social dan aspek lingkungan. Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan
infrastruktur kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca
pembangunan/pengelolaan. Sedangkan aspek lingkungan Kajian lingkungan dibutuhkan untuk
memastikan bahwa dalampenyusunan perencanaan pembangunan oleh pemerintah
kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

3.2 Saran

Pembuatan makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan maka dari itu tim penyusun
meminta kritik dan saran dari para pembaca kepada tim penyusun agar tim penyusun dapat
menyempurnakan makalah ini dan sangat berguna bagi pembuatan makalah di masa
mendatang.

2
DAFTAR PUSTAKA

Tim kelitbang Bidang Pengembangan wilayah, f. d. (2017). Studi Dampak Pembangunan Jalan
Tol Medan-Tebing Tinggi Terhadap Sentra Ekonomi Di Jalan Arteri Medan-Tebing
Tinggi. Medan: Badan Litbang Sumut.

Nasrudin, M. R. (2019). ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN JALAN TOL TRANS


SUMATERA TERHADAP ALIH FUNGSI LAHAN PERMUKIMAN DAN PERSAWAHAN
MASYARAKAT DITINJAU DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi di Desa
Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan) (Doctoral dissertation,
UIN Raden Intan Lampung).

Manullang, J., & Samosir, H. (2019). Pengaruh Pembangunan Jalan Tol Medan-Tebing Tinggi
Terhadap Usaha Mikro Kecil Dan Menengah. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Finansial
Indonesia, 3(1), 45-54.

Sumaryoto, S. (2010). Dampak keberadaan jalan tol terhadap kondisi fisik, sosial, dan ekonomi
lingkungannya. Journal of Rural and Development, 1(2).

http://eprints.undip.ac.id/34634/5/2069_chapter_II.pdf

iii

Anda mungkin juga menyukai