Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN HASIL

DAERAH RAWAN KECELAKAAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

DISUSUN OLEH :
1. ARIESTA VERY ARKADIAN (2102055)
2. MUHAMMAD PADLAN (2102256)
3. MUHAMMAD RAFIE ALHAFIDZ (2102258)
4. NI WAYAN BINDHIANI (2102288)

KELAS : MTJ 3.15

PROGRAM STUDI D-III MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN


POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA – STTD
BEKASI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan . Adapun tujuan dari penulisan dari laporan
ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Perlengkapan Jalan yang diampu oleh
Bapak Ir. Edi Santosa, MM. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
pengetahuan tentang Rambu dan Marka Jalan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- sebesarnya
kepada :
1. Bapak Ir. Edi Santosa, MM. selaku dosen pengampu mata kuliah Teknik Perlengkapan
Jalan
2. Seluruh pihak yang terkait dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari, laporan yang kami kerjakan ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
laporan ini.

Bekasi, 12 Januari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Maksud Dan Tujuan....................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
METODOLOGI.........................................................................................................................3
2.1 Bidang Keselamatan....................................................................................................3
2.2 Analisis Data Primer....................................................................................................6
BAB III.....................................................................................................................................10
PEMBAHASAN......................................................................................................................10
3.1 Analisis Daerah Rawan Kecelakaan..........................................................................10
3.2 Analisis Lokasi Rawan Kecelakaan..........................................................................12
3.3 Invetarisasi Lokasi Daerah Rawan Kecelakaan........................................................15
3.4 Rekomendasi.............................................................................................................18
3.5 Kondisi Exsisting.......................................................................................................22
3.6 Kondisi Setelah Rekomendasi...................................................................................22
BAB IV....................................................................................................................................25
PENUTUP................................................................................................................................25
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................25
4.2 Saran...............................................................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transportasi merupakan bagian yang sangat penting dari kehidupan manusia,
khususnya transportasi dengan kendaraan bermotor, baik untuk kebutuhan pergerakan
manusia maupun angkutan barang. Dalam tranportasi, keselamatan merupakan hal yang
serius dan wajib diperhitungkan oleh para pengguna jasa. Menurut Undang-undang No 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 3 huruf a, Lalu Lintas dan
angkutan Jalan diselenggarakan dengan tujuan : terwujudnya pelayanan lalu lintas dan
angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain
untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh
persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa. Ini
menjadikan aspek keselamatan harus merupakan perhatian yang utama.
Kabupaten Lampung Tengah merupakan kabupaten yang berada di Provinsi
Lampung. Secara gegografis Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 4°30’ – 4°15’ Lintang
Selatan 104°35’ - 105°50’ Bujur Timur, dengan batas-batas wilayahnya sebagai berikut:
• Sebelah Utara : berbatasan langsung dengan Kabupaten Tulang Bawang dan Kabupaten
Lampung Utara
• Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Pesawaran
• Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Lampung Timur dan Kota Metro
• Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung
Barat
Secara administratif, Kabupaten Lampung Tengah mempunyai luas 4.546 km².
Kabupaten Lampung Tengah terdiri atas 28 kecamatan 314 desa/kelurahan. Dengan
karakteristik Kabupaten Lampung Tengah saat ini, laju pertumbuhan penduduk yang cukup
pesat sehingga jumlah penduduk di Kabupaten Lampung Tengah saat ini mencapai 1.391.683
penduduk dengan kepadatan penduduk/km²nya adalah 325 orang/km² (Sumber : Kabupaten
Lampung Tengah dalam angka tahun 2021). Tentu dengan jumlah pertumbuhan penduduk
yang cukup pesat membangkitkan pergerakan baik manusia dan barang. Pergerakan manusia
dan barang yang ada dihubungkan dengan jaringan jalan yang saling terhubung satu sama
lain pada wilayah tersebut. Pergerakan yang terjadi menggunakan sarana angkut yang
melintasi jalan sebagai medium perpindahan. Transportasi yang terjadi tidak terlepas dari
faktor penting keselamatan dalam pelaksanaannya.
Keselamatan dalam berlalu lintas merupakan cerminan kondisi transportasi pada suatu
wilayah. Semakin tinggi angka kecelakaan lalu lintas berbanding lurus dengan rendahnya
tingkat keselamatan transportasi, begitu pula sebaliknya. Pemerintah melalui Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menetapkan aturan-aturan
yang mengikat dalam rangka menciptakan keselamatan berlalu lintas bagi semua unsur yang
terlibat dikarenakan kecelakaan lalu lintas merupakan suatu permasalahan yang besar pada

1
setiap daerah yang mana kecelakaan itu sendiri mengakibatkan suatu kerugian yang besar
nilainya sehingga mempengaruhi tingkat ekonomi suatu daerah.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Kabupaten Lampung Tengah tiap
tahunnya menyebabkan kebutuhan akan transportasi juga semakin meningkat, secara tidak
langsung akan memperbesar resiko tumbuhnya permasalahan lalu lintas, salah satu
permasalahan lalu lintas adalah kecelakaan yang akan berdampak pada turunnya kinerja
pelayanan jalan. Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di Jalan yang tidak diduga
dan tidak disengaja melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa Pengguna Jalan lain yang
mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda (UU NO 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 1 ayat (24)). Maka perlu dilakukannya analisis
terkait dengan daerah rawan kecelakaan di Kabupaten Lampung.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis daerah rawan kecelakaan di Kabupaten Lampung Tengah
2. Bagaimana rekomendasi daerah rawan kecelakaan di Kabupaten Lampung Tengah

1.3 Maksud Dan Tujuan


1. Mengetahui daerah rawan kecelakaan di Kabupaten Lampung Tengah
2. Memberikan rekomendasi terkait daerah rawan keelakaan di kabupaten Lampung
Tengah

2
BAB II
METODOLOGI
2.1 Bidang Keselamatan

1. TARGET DATA
Target data yang dikumpulkan untuk bidang keselamatan lalu lintas adalah sebagai
berikut :
a) Data dari instansi terkait (Kepolisian dan rumah sakit)
 Data kecelakaan lalu lintas berdasarkan waktu selama 5 tahun terakhir;
 Data kecelakaan berdasarkan factor penyebab
 Data kecelakaan berdasarkan, jenis kendaraan, tipe tabrakan, lokasi,
usia, profesi, SIM;
b) Target data dari survei inventarisasi ruas jalan rawan lalu lintas:
 Geometrik jalan;
 Prasarana jalan;
 Kondisi tata guna lahan sekitarnya.
c) Target data survei kecepatan (spot speed)
Kecepatan kendaraan yang melintas dengan dibedakan berdasarkan jenis
kendaraan.

d) Survei tingkat kedisiplinan pengguna jalan

3
 Perbandingan jumlah pengendara yang menggunakan helm dan
tidak menggunakan helm;
 Perbandingan jumlah pengendara yang menyalakan lampu sepeda
motor dan yang tidak menyalakan pada siang hari
 Perbandingan jumlah pengendara yang menggunakan sabuk
keselamatan dan yang tidak menggunakan sabuk keselamatan.
 Perbandingan jumlah pejalan kaki yang menyeberang dan meyusuri
jalan sesuai prosedur baku dan yang tidak sesuai prosedur baku.

2. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Pengumpulan data yang digunakan dalam bidang keselamatan lalu lintas yaitu
dengan pengumpulan data sekunder dan data primer. Data sekunder didapat dari
instansi terkait dalam hal ini Polres, Dinas Perhubungan dan Rumah Sakit Umum
Daerah. Sedangkan untuk data primer didapat dari survey langsung di lapangan
dan wawancara.

a. Data Sekunder
Data sekunder didapat dari instansi terkait dalam hal ini instansi yang
berpengaruh mengenai keselamatan dan kecelakaan lalu lintas, dimana instansi
– instansi tersebut antara lain :

1) Polres Kabupaten Lampung Tengah (Unit Laka Lantas)


Data yang didapat dari Polres adalah berupa data-data forensic bagian laka
lantas yang khusus menangani masalah lalu lintas baik dalam hal
kecelakaannya. Adapun data data tersebut yaitu :

a)Data kecelakaan lalu lintas selama 5 tahun terakhir (2017 - 2021).


b) Data jumlah korban kecelakaan lalu lintas dari segi usia selama 5 tahun
terakhir
(2017 - 2021).
c) Data jumlah korban kecelakaan lalu lintas berdasarkan jenis kelamin selama
5
tahun terakhir (2017 - 2021)
d) Data jumlah korban kecelakaan lalu lintas dari segi Pendidikan selama 5
tahun
terakhir (2017 - 2021).
e) Data jumlah kecelakaan lalu lintas berdasarkan jenis kendaraan yang terlibat
selama 5 tahun terakhir (2017 - 2021).
f) Data jumlah kecelakaan lalu lintas berdasarkan waktu kejadian tahun (2017
-
2021
g) Data jumlah kecelakaan lalu lintas berdasarkan tipe kecelakaan.
h) Data lokasi daerah rawan kecelakaan.
i) Data kepemilikan SIM selama 5 tahun terakhir.

2) Rumah Sakit Umum Daerah Demang Kabupaten Lampung Tengah

4
Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Demang di Kabupaten
Lampung Tengah adalah data korban kecelakaan selama 5 tahun terakhir
yaitu tahun 2017 - 2021.

3) Dinas Perhubungan Kabupaten Lampung Tengah


Data yang diperoleh dari Dinas Perhubungan Kabupaten Lampung Tengah
adalah data jumlah kendaraan wajib uji dan kendaraan yang tidak lulus uji
selama 5 tahun terakhir yaitu tahun 2017 - 2021.

4) Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah


Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik adalah data jumlah penduduk
selama 5 tahun terakhir yaitu tahun 2017 - 2021

b. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari hasil pengamatan dan pengukuran
langsung di lapangan terutama di ruas – ruas jalan rawan kecelakaan. Data yang
diperlukan, yaitu data volume ruas jalan, data kecepatan ruas rawan kecelakaan,
serta data inventarisasi ruas jalan rawan kecelakaan. Survei yang dilakukan untuk
mendapatkan data kecepatan lalu lintas adalah survei Spot Speed di area rawan
kecelakaan, sedangkan data volume ruas jalan didapat dari survei pencacahan lalu
lintas terklasifikasi atau Traffic Counting (TC) pada ruas jalan. Survei tambahan
juga dilakukan untuk mengetahui tingkat kedisiplinan pengemudi tentang
penggunaan helm dan penyalaan lampu bagi pengguna sepeda motor serta
penggunaan sabuk keselamatan bagi pengguna kendaraan roda empat. Hal ini
akan dilakukan bersamaan dengan survei wawancara rumah tangga dengan
mengajukan pertanyaan mengenai penggunaan alat keselamatan secara langsung
kepada pengguna kendaraan.

3. TEKNIK ANALISIS DATA


A. Analisis Data Sekunder
Berdasarkan data sekunder yang didapat dari pihak Kepolisian Kabupaten
Lampung Tengah maka dapat dilakukan analisis sebagai berikut :
1. Analisis pembobotan ruas jalan kecelakaan
Pemberian nilai pembobotan terhadap ruas jalan rawan kecelakaan. Untuk
menentukan daerah yang sangat rawan kecelakaan terlebih dahulu dianalisa
seluruh ruas jalan yang ada. Kemudian dilakukan perbandingan dengan
menggunakan metode pembobotan terhadap masing-masing ruas jalan yang
ada di wilayah studi Kabupaten Lampung Tengah.
Metode pembobotan dilakukan dengan cara membandingkan nilai bobot dari
masing-masing ruas jalan kecelakaan yang ada. Pembobotan ini
dimaksudkan untuk memberikan nilai yang seimbang pada setiap kejadian
kecelakaan kerena nilai bobot antara kecelakaan yang mengakibatkan
kematian dengan luka berat atau luka ringan maupun hanya kerusakan saja
tidak dapat disamakan. Pembobotan nilai sesuai dengan kriteria pembobotan
yang dapat ditetapkan.
2. Analisis tingkat kecelakaan

5
Dari hasil data kecelakaan yang didapat, maka dilakukan pembobotan
terhadap tiap – tiap tingkat keparahan yang terjadi. Pembobotan dilakukan
untuk menyeimbangkan nilai tiap kejadian kecelakaan.
3. Analisis bulan kejadian
Analisis berdasarkan bulan kejadian selama 5 tahun kejadian (tahun 2017-
2021), didapat jumlah kecelakaan tertinggi yang terjadi tiap bulan.
4. Analisis jam kejadian
Analisis yang dilakukan menurut jam kejadian adalah untuk mengetahui
waktu yang paling rentan terjadinya kecelakaan selama 5 tahun terakhir.
Selama 5 tahun terakhir itu akan diketahui kapan waktu yang paling sering
terjadi kecelakaan sehingga dapatdilakukan penanggulangan lebih lanjut.
5. Analisis menurut usia
Tingkat kecelakaan juga dapat dibedakan menurut usia korban yang terlibat
kecelakaan. Analisis kecelakaan menurut usia korban, didapat berapa banyak
korban kecelakaan menurut usia anak – anak, usia produktif dan usia
tua/lanjutan. Hal ini akan sangat mempengaruhi tingkat kedisiplinan
pengemudi terutama mengenai produksi SIM.
6. Analisis menurut profesi
Menurut profesi, tingkat kecelakaan yang terjadi wilayah studi Kabupaten
Lampung Tengah dibedakan menjadi sepuluh (10) jenis, yaitu PNS,
Karyawan Swasta, Mahasiswa, Pelajar, Pengemudi, TNI/Polri, dan Lain-lain.
7. Analisis menurut jenis kendaraan yang terlibat
Menurut jenis kendaraan yang terlibat, tingkat kecelakaan dapat diketahui dari
seberapa banyak kecelakaan yang terjadi pada tiap–tiap jenis kendaraan.
Sehingga diketahui jenis kendaraan yang paling mempengaruhi tingkat
kecelakaan yang terjadi di wilayah studi Kabupaten Lampung Tengah.

2.2 Analisis Data Primer

Data primer didapat dari pengamatan langsung di lapangan, baik melalui survei
langsung maupun dengan pengamatan sehari-hari, serta dengan wawancara. Survei
dilakukan untuk menginventarisasi ruas jalan dan kecepatan ruas jalan sehingga
nantinya dapat ditentukan tingkat kecelakaan per kilometer serta peluang kejadian
kecelakaan. Sedangkan pengamatan sehari – hari dilakukan untuk mengetahui
tingkat kedisiplinan peggunaan helm dan penyalaan lampu pada pengemudi sepeda
motor dan penggunaan sabuk keselamatan pada pengemudi mobil penumpang serta
faktor – faktor penyebab terjadinya kecelakaan yang meliputi faktor manusia, faktor
sarana dan prasarana serta faktor lingkungan.

6
7
7) Peluang kejadian kecelakaan menggunakan Distribusi Poisson
Metode peluang kejadian kecelakaan dengan Distribusi Poisson digunakan
untuk mengetahui besarnya peluang kejadian kecelakaan pada ruas jalan yang
dimaksud per satu satuan waktu. Distribusi poisson dalam analisa ini
dipergunakan untuk mengetahui besarnya peluang terjadinya kejadian
kecelakaan. Perhitungan analisis ini menggunakan persamaan sebagai berikut:
Pr(x) = x . e- / !
Keterangan :
Pr(x) = probabilitas terjadinya kecelakaan
8
= rata-rata hitung
e = bilangan napier = 2,71828
Analisis tingkat penggunaan helm dan penyalaan lampu pada pengendara dan
penumpang sepeda motor. Tingkat kedisiplinan pengemudi dapat dilihat dari
tinggi rendahnya penggunaan helm dan penyalaan lampu di ruas–ruas jalan
khususnya di jalan–jalan dengan tingkat kepadatan yang tinggi.

1) Analisis tingkat penggunaan sabuk keselamatan


Tingkat kedisiplinan pengemudi dapat dilihat dari tinggi rendahnya
penggunaan
sabuk keselamatan di ruas–ruas jalan khususnya di jalan–jalan dengan tingkat
kepadatan yang tinggi.

2) Diagram collision
Analisis kejadian kecelakaan tertentu dapat juga ditampilkan pada diagram
collision pada suatu kejadian kecelakaan. Dengan diagram collision akan lebih
mudah memahami kronologis kejadian kecelakaan

BAB III

9
PEMBAHASAN
3.1 Analisis Daerah Rawan Kecelakaan
Kecelakaan lalu lintas umumnya terjadi karena berbagai faktor penyebab seperti: perilaku
tidak disiplin atau tindakan tidak hati-hati para pengguna jalan (pengemudi dan pejalan kaki),
kondisi jalan, kondisi kendaraan, cuaca dan pandangan yang terhalang. Pelanggaran lalu
lintas yang cukup tinggi serta kepemilikan kendaraan pribadi yang semakin hari semakin
meningkat, hal ini secara tidak langsung akan memicu terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Kecelakaan lalu lintas berkaitan erat dengan keselamatan. Menurut UndangUndang Lalu
Lintas Dan Angkutan Jalan, Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu
keadaan terhindarnya setiap orang dari risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang
disebabkan oleh manusia, Kendaraan, Jalan, dan/atau lingkungan (UU No 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 1 ayat (31)). Berdasarkan petikan pasal
tersebut dapat disimpulkan bahwa kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh 4 (empat) faktor
yaitu:
1. Faktor Manusia

Sumber: Tim PKL Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2022 Gambar VII. 1
Visualisasi Perilaku Pengguna Jalan Kabupaten Lampung Tengah Dari data Polres
Kabupaten Lampung Tengah tahun 2017-2021 didapatkan bahwa tingginya angka
kecelakaan disebabkan oleh manusia yaitu perilaku tidak disiplin dari pengguna jalan,
kurangnya kehati-hatian, serta rendahnya pengetahuan masyarakat tentang aturan
berlalu lintas. Dari hasil analisis yang dilakukan diketahui masih banyak pelanggaran
yang dilakukan pengguna jalan sehingga hal ini akan berakibat terhadap keselamatan
serta tingkat fatalitas terutama pada pengendara sepeda motor.

2. Faktor Prasarana

10
Kecelakaan yang disebakan oleh faktor Prasarana antara lain kondisi prasarana
yang kurang baik, seperti perkerasan jalan yang rusak, alinyemen vertical dan
horizontal jalan yang tidak berkeselamatan,marka jalan yang pudar, minimnya
perawatan jalan, alat penerangan jalan yang tidak merata bahkan tidak berfungsi,
kondisi fisik rambu yang sudah tidak memenuhi standar, serta fasilitas pejalan
kaki yang kurang memadai. Hal ini mengakibatkan pengguna jalan tidak aman
dan menimbulkan kecelakaan.
3. Faktor Sarana
Kecelakaan yang disebabkan oleh faktor sarana diantaranya kendaraan yang tidak
dilengkapi dengan perlengkapan kendaraan (UU No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan pasal 57 ayat (3)), penerangan kendaraan dan mesin
kendaraan yang tidak sesuai standar, kendaraan dengan muatan lebih, serta
penggunaan kendaraan yang tidak sesuai peruntukan seperti mobil barang yang
digunakan untuk angkutan orang, sehingga dapat membahayakan penumpang.
Pada wilayah studi yang kami lakukan di Kabupaten Lampung Tengah, jenis
kendaraan yang sering terlibat kecelakaan yaitu sepeda motor, ini disebabkan
karena tingkat keselamatan sepeda motor sangat rendah. Sepeda motor memiliki
tingkat stabilitas yang rendah tetapi manuver yang sangat tinggi dibandingkan
jenis kendaraan lainnya di jalan, hal ini menjadikan sepeda motor sangat rentan
terhadap kecelakaan. Dimensi sepeda motor yang kecil membuatnya dapat
bermanuver bebas di jalan, ini tentunya sangat berbahaya mengingat sepeda motor
sering melakukan gerakan-gerakan yang tidak terduga oleh pengendara lain.
Setiap tahunnya volume kendaraan bermotor khususnya sepeda motor terus
meningkat, ini menyebabkan peluang terjadinya kecelakaan yang melibatkan
sepeda motor juga meningkat.
4. Faktor Lingkungan
Kecelakaan yang disebabkan oleh faktor lingkungan seperti kondisi hujan. Hujan
dapat menyebabkan jarak pandang pengemudi menjadi terbatas, jalan menjadi
lebih licin, serta menyebabkan terjadinya aquaplaning yang membuat pengendara
kesulitan melakukan pengereman dan mengendalikan kendaraannya. Kondisi lain
seperti asap yang tebal dan kabut juga dapat membuat jarak pandang menjadi
terbatas.
Daerah rawan kecelakaan adalah daerah yang mempunyai angka kecelakaan
tertinggi, resiko kecelakaan tertinggi dan potensi kecelakaan tertinggi pada suatu
ruas jalan. Daerah rawan kecelakaan ini dapat diidentifikasi pada lokasi jalan
tertentu (blackspot) maupun pada ruas jalan tertentu (blacksite).

11
1. Lokasi rawan kecelakaan (hazardous sites) Lokasi atau site merupakan daerah–
daerah tertentu yang meliputi pertemuan jalan, acces point serta ruas jalan yang
pendek. Lokasi rawan kecelakaan dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a. Blacksite/section merupakan ruas daerah rawan kecelakaan lalu lintas
b. Blackspot merupakan titik pada ruas daerah rawan kecelakaan lalu lintas.
2. Rute rawan kecelakaan (hazardous routes) Panjang pada rute suatu kecelakaan
biasanya ditetapkan lebih dari 1 kilometer.
3. Wilayah rawan kecelakaan (hazardous area) Luas wilayah rawan kecelakaan
(hazardous area) biasanya ditetapkan berkisaran antara 5 km².
3.2 Analisis Lokasi Rawan Kecelakaan
a. Penentuan Lokasi Rawan Kecelakaan Berdasarkan data dari
Satlantas Kabupaten Lampung Tengah untuk menentukan Lokasi
Rawan Kecelakaan diperoleh dari data jumlah kejadian
kecelakaan lalu lintas di beberapa wilayah di Kabupaten
Lampung Tengah serta jumlah korban meninggal dunia di
beberapa titik yang sering terjadi kecelakaan. Dari data yang
diperoleh kemudian dilakukan metode pembobotan dengan
masing masing nilai bobot berdasarkan kriteria dapat dilihat pada

1. Black Area Balck Area adalah wilayah dimana jaringan jalan mengalami
frekuensi kecelakaan atau kematian atau kriteria kecelakaan lain pertahun
yang lebih besar dari jumlah minimal yang ditentukan. Berdasarkan data
sekunder yang diperoleh dari Satlantas Polres Kabupaten Lampung
Tengah, wilayah kerja yang sering terjadi kecelakaan adalah Kecamatan
Way Pangubuan.

12
2. Black Link Black Link adalah panjang jalan yang mengalami tingkat
kecelakaan atau kematian atau kecelakaan dengan kriteria lain per
kilometer per tahun atau per kilometer kendaraan yang lebih besar
daripada jumlah minimal yang telah ditentukan. Berdasarkan data dari
Satlantas Polres Kabupaten Lampung Tengah dan pembobotan yang telah
dilakukan, ruas jalan yang sering terjadi kecelakaan adalah ruas Jalan
Lintas Sumatra Km 79- Km 83 Way Pangubuan.

3. Black Spot
Black Spot adalah lokasi pada jaringan jalan dimana frekuensi kecelakaan atau
jumlah kecelakaan lalu lintas dengan korban meninggal dunia atau kriteria
lainnya per tahun lebih besar darpada jumlah minimal yang ditentukan.
Berdasarkan data dari Satlantas Polres Kabupaten Lampung Tengah dan
Investigasi di daerah rawan kecelakaan, ditetapkan beberapa titik untuk
menjadi Black Spot yang memiliki potensi untuk terjadinya kecelakaan.

13
b. Diagram collison
Diagram Colilision atau Diagram Tabrakan merupakan sketsa titik rawan
kecelakaan yang memeperlihatkan arah pergerakan kendaraan atau pejalan kaki
pada saat terjadi tabrakan. Diagram ini digunakan untuk mencari pola tabrakan.
Dalam diagram Collision kita dapat mengetahui pola yang jelas dari berbagai tipe
tabrakan seperti, tabrakan depan-depan, depan-samping, depan-belakang,
samping-samping, tabrakan beruntun, ataupun hilang kendali. Sebuah diagram
tidak memberikan petunjuk apapun mengenai pola lain seperti cuaca, orang yang
terlibat kecelakaan, maupun pola lainnya. Untuk menemukan pola lain digunkaan
matrik factor kecelakaan. Matrik factor kecelakaan adalah tabel yang merangkum
fakta setiap tabrakan. Setiap kolom didalam tabel menampilkan satu
tabrakan.Diagram didapat dari data sekunder kecelakaan lalu lintas yang diperoleh
dari Satlantas Polres Kabupaten Lampung Tengah. Dibawah ini merupakan
diagram collision yang menggambarkan titik tabrakan pada setiap lokasi rawan
kecelakan per ruas jalan yang terjadi pada wilayah Kabupaten Lampung Tengah.

14
3.3 Invetarisasi Lokasi Daerah Rawan Kecelakaan
A. KONDISI EXIXTING
Dari data jumlah kecelakaan TIM PKL KAB. Lampung Tengah maka kelompok kami
memilih Jalan Lintas Sumatra Km 79-Km 83 Way Pangubuan untuk di analisis menjadi
daerah rawan kecelakaan mengingat memiliki frekuensi dan tangka fatalistas yang tinggi
di bandingkan jalan lainnya yang masuk ke dalam perangkingan.
Dari survei inventarisasi Jalan Lintas Sumatera 1 memiliki tipe jalan 2/2 UD, dengan
lebar jalur efektif 6,5 m, tata guna lahan daerah ruas jalan adalah Pemukiman dengan
hambatan samping rendah. Diketahui persentase arus lalu lintas per arah adalah 50%:50%
dan diketahui dari data sekunder penduduk Kabupaten Lampung Tengah adalah
1.452.640 jiwa. Inventarisasi dilakukan untuk mengetahui gambaran umum terkait ruas
jalan yang termasuk dalam lokasi rawan kecelakaan. Berikut merupakan analisis
inventarisasi jalan pada lokasi daerah rawan kecelakaan di Kabupaten Lampung Tengah.

15
Gambar 1 1 Jalan Lintas Sumatra Km 79-Km 83 Way Pangubuan

Jalan Lintas Sumatra Km 79-Km 83 Way Pangubuan


Jalan Lintas Sumatra Km 79-Km 83 Way Pangubuan merupakan jalan arteri
dengan status jalan Nasional di Kabupaten Lampung Tengah. Jalan ini banyak
berdiri pabrik sehingga ruas jalan ini sering dilalui oleh kendaraan berat yang
keluar masuk pabrik. Kondisi Prasarana lalu lintas di Jalan Lintas Sumatra Km
79-Km 83 Way Pangubuan sebagai berikut :
1. Kondisi Perkerasan Jalan Perkerasan jalan pada ruas jalan ini berupa aspal dengan
kondisi yang cukup baik baik dilihat dari alinyemen vertikal maupun horizontal.

2. Kondisi Rambu Secara umum kondisi rambu pada ruas Jalan Lintas Sumatra Km
79-Km 83 Way Pangubuan cukup baik, namun pada beberapa titik masih ditemukan
rambu yang sudah rusak sehingga mengurangi dapat mengurangi fungsi rambu

16
3. Kondisi Marka Jalan Kondisi marka pada ruas Jalan Lintas Sumatra Km 79-Km 83
Way Pangubuan secara umum sudah cukup baik dan pada malam hari pun tetap bisa
berfungsi karena memiliki sifat reflektor, walaupun dibeberapa titik masih
ditemukan marka yang sudah pudar dan tidak dilengkapi paku jalan pada marka
tengah jalan yang berfungsi memandu pengendara ketika malam hari agar tetap di
lajur yang benar.

4. Kondisi Darinase dan Bahu Jalan Kondisi drainase dan bahu jalan pada Jalan Lintas
Sumatra Km 79-Km 83 Way Pangubuan sudah cukup baik, bahu jalan pada ruas
Jalan Lintas Sumatra Km 79-Km 83 Way Pangubuan terbuat dari aspal dan
memiliki lebar yang cukup mumpuni untuk digunakan oleh kendaraan yang
mengalami keadaan darurat.

17
5. Kondisi Median Tidak ada median pada ruas Jalan Lintas Sumatra Km 79-Km 83
Way Pangubuan
6. Kondisi Fasilitas Pejalan Kaki Pada ruas Jalan Lintas Sumatra Km 79-Km 83 Way
Pangubuan tidak memiliki trotoar sebagai tempat berjalan bagi pejalan kaki,
sehingga pejalan kaki disana menggunakan bahu jalan sebagai tempat berjalan, ini
tentunya kurang aman mengingat tidak adanya pembatas langsung antara pejlana
kaki dengan kendaraan di jalan. Untuk zebra cross kondisinya sudah cukup baik dan
dapat terlihat baik oleh pejalan kaki maupun pengendara di Jalan Lintas Sumatra
Km 79-Km 83 Way Pangubuan sehingga diharapkan pengendara dapat mengurangi
kecepatannya ketika melewati titik yang terdapat fasilitas penyeberangan ini yaitu
zebra cross.
7. Kondisi Penerangan Jalan Penerangan jalan pada ruas Jalan Lintas Sumatra Km 79-
Km 83 Way Pangubuan dibeberapa titik tidak berfungsi serta terhalang oleh
pepohonan.
8. Fasilitas Kendaraan Bermotor Tidak ada lajur khusus baik untuk kendaraan roda
dua maupun untuk kendaraan tidak bermotor pada ruas jalan raya Jalan Lintas
Sumatra Km 79-Km 83 Way Pangubuan
Penyebab daerah ini menjadi daerah rawan kecelakaan karena memiliki ruas jalan atau
wilayah yang paling sering terjadi insiden kecelakaan baik itu antar kendaraan berat
mengingat daerah ini terdapat banyak pabrik sehingga banyak di lalui oleh kendaraan
berat .Kondisi penerangan jalan yang tidak memadai terutama ketika berkendara di malam
hari menambah resiko kecelakaan di daerah ini terlebih lagi debeberapa titik pada Jalan
Lintas Sumatra Km 79- Km 83 Way Pangubuan tidak berfungsi sesuai tugasnya.Pengendara
kendaraan yang ngebut dan tidak memperhatikan kondisi lalu lintas juga merupakan
penyebab terjadinya kecelakaan pada daerah ini dengan prilaku pengendara yang tidak taat
pada tata tertib berlalu lintas ini juga menambah resiko terjadinya kecelakaan.Jalan yang

18
kurang dilengkapi dengan perlengkapan jalan juga menambah resiko kecelakaan dan
menjadikan jalan ini menjadi daerah rawan kecelakaan karena pengendara terutama yang
baru melintasi di jalan ini belum mengetahuai medan jalan ini karena jalannya sendiri tidak
memberikan rambu atau perlengkapan jalan lain yang memeberikan informasi sehingga
informasi bagi pengendara terkesan minim dan menambah resiko terjadinya kecelakaan.

B. Rekomendasi
Rekomendasi penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Lintas Sumatra Km 79- Km 83
Way Pangubuan
1. Revitalisasi marka yang sudah pudar
Revitalisasi marka jalan adalah kegiatan perbaikan marka jalan yang meliputi marka
membujur utuh dan marka membujur putus-putus di dua sisi jalan. Revitalisasi marka jalan
juga mencakup rambu petunjuk, zebra cross, dan lampu peringatan kuning.
Revitalisasi marka jalan dan rambu lalu lintas bertujuan untuk mendukung keamanan bagi
seluruh pengguna jalan raya. Marka jalan dan rambu lalu lintas merupakan hal yang penting
sebagai penunjuk bagi pengguna jalan raya. Marka sendiri berfungsi untuk mengarahkan arus
lalu lintas serta membatasi daerah kepentingan lalu lintas. Marka jalan memiliki berbagai
bentuk, ada yang membentuk garis lurus, garis membujur, garis melintang hingga
membentuk garis serong.Revitalisasi marka di perlukan karena pada beberapa titik ditemukan
marka yang telah pudar dan perlu di revitalisasi untuk meningkatkan keselamatan berkendara.
2. Pemberian dan perbaikan lampu penerangan jalan

19
Penerangan Jalan Umum adalah hal penting demi keselamatan dan kenyamanan pengguna
jalan. Jalan tanpa lampu penerangan merupakan jalan yang berbahaya dan lebih beresiko.
Sebagaimana maksud Permenhub PM 27 tahun 2018 tentang Alat Penerangan Jalan.
Peraturan Menteri tentang Alat Penerangan Jalan ini memiliki pertimbangan utama di
dalamnya yaitu untuk mengoptimalkan fasilitas perlengkapan jalan berupa alat penerangan
jalan guna mewujudkan keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas serta
kemudahan bagi pengguna jalan dalam berlalu lintas.

Pasal 44

a) Alat penerangan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf d merupakan


lampu penerangan jalan yang berfungsi untuk memberi penerangan pada Ruang Lalu
Lintas.
b) Lampu penerangan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
persyaratan teknis dan persyaratan keselamatan.
c) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis dan persyaratan keselamatan
lampu penerangan jalan diatur dengan Peraturan Menteri.

3. Memberikan rambu batas kecepatan sesuai dengan fungsi dan kelas jalan Lintas
Sumatra Km 79- Km 83 Way Pangubuan
Batas kecepatan adalah batasan maksimal kecepatan kendaraan bermotor saat berada di
jalan. Batas kecepatan ini ditetapkan oleh pemerintah untuk menjaga keselamatan dan
keamanan pengguna jalan serta mengatur lalu lintas agar tetap teratur. Batas kecepatan
maksimum untuk jalan arteri adalah 57 km/jam. Batas kecepatan ini ditentukan menggunakan
kecepatan 85th percentile.
Jalan arteri adalah jalan umum yang melayani angkutan utama untuk perjalanan jarak jauh.

Batas kecepatan di jalan arteri ditetapkan secara nasional dan dinyatakan dengan rambu lalu
lintas.
 Jalan bebas hambatan: Batas minimal 60 km/jam dan maksimal 100 km/jam
 Jalan antarkota: Batas maksimal 80 km/jam
 Kawasan perkotaan: Batas maksimal 50 km/jam
 Kawasan permukiman: Batas maksimal 30 km/jam
Peraturan mengenai batas kecepatan kendaraan tertuang dalam Undang-undang Nomor 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) serta Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 79 tahun 2013. Kecepatan mobil yang dianjurkan di jalan raya juga bergantung pada
kondisi jalan dan lalu lintas. Namun, umumnya batas kecepatan maksimum di jalan raya
adalah 40 km/jam hingga 60 km/jam.
Pada PP Nomor 79 tahun 2013
Pasal 23
(1) Setiap jalan memiliki batas kecepatan paling tinggi yang ditetapkan secara nasional.
(2) Batas kecepatan paling tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

20
a. batas kecepatan jalan bebas hambatan;
b. batas kecepatan jalan antarkota;
c. batas kecepatan jalan pada kawasan perkotaan; dan
d. batas kecepatan jalan pada kawasan permukiman.
(3) Untuk jalan bebas hambatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a ditetapkan
batas kecepatan paling rendah.
(4) Batas kecepatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan:
a. paling rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam dalam kondisi arus bebas dan paling
tinggi 100 (seratus) kilometer per jam untuk jalan bebas hambatan;
b. paling tinggi 80 (delapan puluh) kilometer per jam untuk jalan antarkota;
c. paling tinggi 50 (lima puluh) kilometer per jam untuk kawasan perkotaan; dan
d. paling tinggi 30 (tiga puluh) kilometer per jam untuk kawasan permukiman.
(5) Batas kecepatan paling tinggi dan batas kecepatan paling rendah sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) harus dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas.
4. Pemberian rambu lalu lintas sebagai alat kelengkapan jalan dan pemberi informasi
bagi pengguna jalan
Rambu Lalu Lintas adalah bagian perlengkapan Jalan yang berupa lambang, huruf, angka,
kalimat, dan/atau perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah, atau
petunjuk bagi Pengguna Jalan.
Pada PM 13 Tahun 2014 tentang Rambu Lalu Lintas
Pasal 3
Rambu Lalu Lintas berdasarkan jenisnya terdiri atas:
a. rambu peringatan;
b. rambu larangan;
c. rambu perintah; dan
d. rambu petunjuk.
Pasal 7
(1) Rambu peringatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a digunakan
untuk memberi peringatan kemungkinan ada bahaya di jalan atau tempat
berbahaya pada jalan dan menginformasikan tentang sifat bahaya.
(2) Kemungkinan ada bahaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
suatu kondisi atau keadaan yang membutuhkan suatu kewaspadaan dari
pengguna jalan.
(3) Keadaan yang membutuhkan suatu kewaspadaan dari pengguna jalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) antara lain:

21
a. kondisi prasarana jalan;
b. kondisi alam;
c. kondisi cuaca;
d. kondisi lingkungan; atau
e. lokasi rawan kecelakaan.

Pasal 11
(1) Rambu larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b digunakan untuk
menyatakan perbuatan yang dilarang dilakukan oleh Pengguna Jalan.
Pasal 15
(1) Rambu perintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c digunakan untuk
menyatakan perintah yang wajib dilakukan oleh Pengguna Jalan.
Pasal 18
(1) Rambu petunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d digunakan untuk
memandu Pengguna Jalan saat melakukan perjalanan atau untuk memberikan
informasi lain kepada Pengguna Jalan.

Ukuran dan sfesifikasi rambu


Rambu dengan alumunium tebal 1,4 mm dan 1,8 mm;
Rambu dengan plat galvalum tebal 0,8 mm;
Rambu dengan plat besi biasa tebal 0,8 mm;
LEMBARAN REFLEKTIF Lembaran retroflektif memiliki ketentuan sebagai berikut :

22
TIANG RAMBU
a. Bahan Tiang Rambu bahan logam dengan syarat :
a) berbentuk pipa bulat;
b) tahan terhadap proses korosi dan oksidasi, dengan atau tanpa lapisan anti karat
pencegah korosi dan oksidasi, termasuk bagian berlubang untuk sambungan baut;
c) harus berbentuk batangan utuh tanpa sambungan.
b. Jenis konstruksi tiang rambu dengan bahan logam terdiri dari:
Tiang Tunggal
1) Jenis dan Ukuran :
a) Pipa bulat diameter minimal 55 mm (2”), dengan tebal minimal 1.8mm,
b) Besi siku.
2) Pipa bulat dapat diisi cor beton praktis 1 : 2 : 3 (sesuai standar konstruksi Indonesia)
3) Angkur bawah terdiri dari minimal 2 batang besi siku 3x30x30 mm yang dilas pada tiang
rambu dengan bersilang atau besi beton yang masuk menyilang ke pipa.
4) Rangka rambu tempat menempelkan daun rambu:
Menggunakan besi strip minimal 4x30 mm yang dilas pada tiang rambu melingkar
menyesuaikan bentuk profil tiang rambu atau besi siku yang satu sisinya vertikal menghadap
ke depan, dan sisi lainya horizontal masuk ke tiang dan dilas rapat.
5) Ketinggian rambu (dari bagian daun rambu paling bawah sampai ke permukaan aspal)
minimal 2,1m dan tidak terpengaruh oleh kerataan (countur) permukaan tanah. Bentuk dan
ukuran rambu standar sebagaimana gambar terlampir.
TATA CARA PENEMPATAN
a) Daerah
Daerah tempat dipasangnya rambu dihitung dengan cara mengaitkan jarak kebebasan
pandangan terhadap waktu alih gerak (manuver) kendaraan yang diperlukan. Kecepatan yang
digunakan dapat berupa kecepatan rencana, batas kecepatan atau jika suatu masalah yang
bersifat praktis telah diidentifikasikan maka berdasarkan survai dapat ditetapkan kecepatan
setempat atas dasar presentile ke 85.
b) Penempatan

23
Rambu ditempatkan di sebelah kiri menurut arah lalu lintas, di luar jarak tertentu dari tepi
paling luar bahu jalan atau jalur lalu lintas kendaraan dan tidak merintangi lalu lintas
kendaraan atau pejalan kaki serta dapat dilihat dengan jelas oleh pemakai jalan. Dalam
keadaan tertentu dengan mempertimbangkan lokasi dan kondisi lalu lintas, rambu dapat
ditempatkan di sebelah kanan atau di atas daerah manfaat jalan. Jarak penempatan antara
rambu yang terdekat dengan bagian tepi paling luar bahu jalan atau jalur lalu lintas kendaraan
minimal 0,60 meter, sedangkan rambu yang dipasang pada pemisah jalan (median)
ditempatkan dengan jarak 0,30 m dari bagian paling luar dari pemisah jalan. Penempatan
rambu di sebelah kanan jalan atau di atas daerah manfaat jalan harus mempertimbangkan
faktor – faktor antara lain geografis, geometris jalan, kondisi lalu lintas, jarak pandang dan
kecepatan rencana.
c) Tinggi
Rambu ditempatkan paling tinggi 265 cm dan paling rendah 175 cm diukur dari permukaan
jalan tertinggi sampai dengan sisi daun rambu bagian bawah atau papan tambahan bagian
bawah jika rambu dilengkapi dengan papan tambahan.
Ukuran daun rambu pada umumnya ada tiga macam yaitu:
a. Ukuran besar (diameter 80 cm), ditempatkan pada ruas jalan dengan kecepatan
rencana lebih dari 80 km/jam, contoh jalan toll
b. Ukuran sedang (diameter 60), ditempatkan pada ruas jalan dengan kecepatan
rencana 60-80 km/jam
c. Ukuran kecil (diameter 40 cm), ditempatkan pada ruas jalan dengan kecepatan
rencana kurang dari 60 km/jam
d. Ukuran Sangat kecil (diameter 20 cm), ditempatkan dalam keadaan tertentu
sesuai dengan situasi lalu lintas, contoh pada median yang lebarnya tidak
mecukupi.
e. Untuk ukuran rambu petunjuk disesuaikan dengan kondisi lalu lintas, jarak
pandang pengemudi dan kecepatan rencana ruas jalan tersebut.
5. Pemberian pita penggaduh untuk mengontrol kecepatan kendaraan
Pita penggaduh adalah alat pengaman jalan yang berfungsi untuk meningkatkan
kewaspadaan pengemudi menjelang lokasi yang berpotensi kecelakaan. Pita penggaduh
berupa gundukan kecil yang dipasang melintang di jalan. Pita penggaduh memiliki
ketebalan 4 cm, lebar 25 cm, dan jarak antar garis 50 cm. Saat melintasi pita penggaduh,
pengendara akan merasakan guncangan kecil-kecil yang membuat tidak
nyaman. Sehingga pengendara akan mengurangi laju kecepatannya. Pita penggaduh juga
merupakan penambahan tinggi perkerasan jalan dan memiliki ketinggian tertentu antara
10 hingga 13 mm. Tujuan dibuat pita itu adalah untuk menyadarkan pengemudi sehingga
kecepatan kendaraan dapat dikurangi demi meningkatkan keselamatan lalu lintas.
6. Pemberian paku jalan
Adalah salah satu perlengkapan jalan yang dilengkapi dengan reflektor (pemantul cahaya)
berwarna kuning, merah atau putih yang dapat berfungsi dalam kondisi permukaan jalan
kering ataupun basah. Paku jalan dapat berfungsi sebagai reflektor marka jalan khususnya
pada cuaca gelap dan malam hari. Selain itu paku marka juga dapat memberikan efek

24
audible bagi pengendara yang menandakan bahwa pengendara telah melewati batas lajur
aman pada jalan yang dilaluinya.

3.4 Kondisi Setelah Rekomendasi

Perlengkapan jalan yang di tambahkan Keterangan


Rambu larangan parkir

25
Rambu batas kecepatan

Lampu penerangan jalan

Pita penggaduh

Paku jalan

Rambu peringatan tikungan ke


kiri

26
Rambu peringatan tikungan ke
kanan

27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Daerah rawan kecelakaan adalah daerah yang mempunyai angka kecelakaan tertinggi,
resiko kecelakaan tertinggi dan potensi kecelakaan tertinggi pada suatu ruas jalan. Daerah
rawan kecelakaan ini dapat diidentifikasi pada lokasi jalan tertentu (blackspot) maupun pada
ruas jalan tertentu (blacksite). Kecelakaan lalu lintas ini dapat disebabkan oleh 4 faktor yaitu
faktor manusia, faktor sarana, faktor prasarana, dan faktor lingkungan.
Berdasarkan data dari Satlantas Kabupaten Lampung Tengah lokasi rawan kecelakaan
diperoleh dari data jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas dibeberapa wilayah serta jumlah
korban meninggal dunia di beberapa titik yang sering terjadi kecelakaan. Dari data tersebut
kemudian di lakukan metode pembobotan dengan masing masing nilai bobot berdasarkan
kriterianya dengan meninggal dunia bobot 6, luka berat bobot 3, luka ringan bobot 1.
Kemudian diperoleh data 4 lokasi yang menjadi daerah rawan kecelakaan yaitu :
1. Jalan Lintas Sumatera Km 79-Km 83 Way Pangubuan dengan tingkat keparahan
korban, MD : 6; LB : 19; LR : 9, dengan jumlah bobot 102
2. Jalan Lintas Sumatera Km 80-Km 86 Terusan Nunyai dengan tingkat keparahan
korban, MD:3;LB:16;LR:12, dengan jumlah bobot 78
3. Jalan Lintas Sumatera Km 41-Km 45 Bumi Ratu Nuban dengan tingkat keparahan
korban, MD:4;LB:8;LR:7, dengan jumlah bobot 55
4. Jalan Lintas Sumatera Km 70-Km 78 Terbanggi Besar dengan tingkat keparahan
korban, MD:4;LB:9;LR:2, dengan jumlah bobot 53
Kemudian kelompok kami menganalisis perlengkapan Jalan yang menjadi DRK
paling parah Kabupaten Lampung Tengah yaitu Jalan Lintas Sumatera Km79-Km83 Way
Pangubuan, diperoleh beberapa temuan yaitu :
1. Kondisi rambu di beberapa titik sudah ada yang rusak atau tidak terlihat jelas
sehingga mengurangi fungsi rambu
2. Kondisi marka ada di beberapa titik yang sudah memudar dan tidak dilengkapi
dengan paku jalan pada marka tengah jalan
3. Tidak ada median pada ruas jalan ini
4. Kondisi penerangan jalan dibeberapa titik tidak berfungsi dengan baik dan ada juga
yang terhalang oleh pepohonan
5. Tidak ada lajur khusus kendaraan roda dua ataupun kendaraan tidak bermotor

4.2 Saran
Dengan adanya beberapa temuan perlengkapan jalan yang tidak berfungsi secara
maksimal ataupun rusak maka dapat di usulkan beberapa saran dari kelompok kami yaitu
1. Merevitalisasi marka yang sudah pudar
Revitalisasi marka jalan yaitu kegiatan perbaikan marka jalan yang meliputi marka
membujur utuh dan marka membujur putus-putus di dua sisi jalan. Revitalisasi marka
jalan juga mencakup rambu petunjuk, zebra cross, dan lampu peringatan kuning. Hal

28
ini bertujuan untuk mendukung keamanan bagi seluruh pengguna jalan raya. Marka
jalan dan rambu lalu lintas merupakan hal yang penting sebagai penunjuk bagi
pengguna jalan raya.
2. Pemberian dan perbaikan lampu jalan
Penerangan Jalan Umum adalah hal penting demi keselamatan dan kenyamanan
pengguna jalan. Jalan tanpa lampu penerangan merupakan jalan yang berbahaya dan
lebih beresiko
3. Memberikan rambu batas kecepatan sesuai dengan fungsi dan kelas jalan Lintas
Sumatra Km 79- Km 83 Way Pangubuan
4. Pemberian rambu lalu lintas sebagai alat kelengkapan jalan dan pemberi informasi
bagi pengguna jalan
5. Pemberian paku jalan

29

Anda mungkin juga menyukai