Anda di halaman 1dari 29

TUGAS MATA KULIAH

NTSI6304 TEKNIK LALU LINTAS

TUGAS I
“Karakteristik Lalu Lintas dan Hubungan Antara Volume,Kecepatan, dan
Kepadatan”

Kelompok 3 (Offering INN2)


1. Muhammad Wahyu : 180523630192
2. Muhammad Wildan Fachru : 180523630179
3. Septiana Dyah Sugmana Putri : 180523630189

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
September 2019

TEKNIK LALU LINTAS | 1


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya,

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Karakteristik

Lalu Lintas dan Hubungan Antara Volume, Kecepatan dan Kepadatan” tepat

pada waktunya. Penulisan makalah ini merupakan tugas yang diberikan dalam mata

kuliah Teknik Lalu Lintas di Universitas Negeri Malang.

Kami merasa masih banyak kekurangan baik dalam teknis penulisan

maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Oleh karena itu,

kami mohon kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi

penyempurnaan penulisan makalah ini.

Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat

bagi kami maupun rekan-rekan, sehingga dapat menambah pengetahuan kita

bersama.

Penulis,

Kelompok 3

TEKNIK LALU LINTAS | 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2


DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 7
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 7
1.4 Batasan Masalah ...................................................................................... 7
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 8
2.1 Karakteristik Arus Lalu Lintas.................................................................. 8
2.2 Hubungan antara Volume, Kecepatan dan Kepadatan ............................. 25
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 28
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 29

TEKNIK LALU LINTAS | 3


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jalan raya merupakan sarana atau tempat untuk dilalui kendaraan baik itu
kendaraan bermotor ataupun sejenisnya yang melalui suatu jalan tersebut
sehingga jalan raya merupakan sarana yang sangat penting yang berpengaruh
dalam segala aspek kehidupan. Dari segi manapun jalan raya merupakan
penggerak suatu ekonomi dan kemajuan dari suatu Negara. Ada tiga komponen
terjadinya lalu lintas yaitu manusia sebagai pengguna, kendaraan dan jalan yang
saling berinteraksi dalam pergerakan kendaraan yang memenuhi persyaratan
kelayakan dikemudikan oleh pengemudi mengikuti aturan lalu lintas yang
ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan yang menyangkut lalu lintas dan
angkutan jalan melalui jalan yang memenuhi persyaratan geometrik.
Seringkalinya kita melihat permasalahan lalu lintas yang ada disekitar kita
mungkin jalan banyak yang berlubang, arus kendaraan yang terlalu banyak
sehingga terjadi macet atau tidak adanya alat lalu lintas yang memadai.
Permasalahan yang sering terjadi di sekitar kita mungkin salah satunya ada yang
tadi disebut. Sehingga kita merasa kurang nyaman memakai atau melalui jalan
tersebut.
Untuk mengatasi kemacetan dan kesembrautan lalu-lintas tersebut
diperlukan suatu sistem penentuan fase dan pengaturan lalu-lintas yang baik dan
sangat berpengaruh pada kelancaran, kenyamanan, dan keselamatan bagi
kendaraan yang melewati jalan tersebut. Sistem penentuan fase dan pengaturan
lalu-lintas biasanya lebih ditekankan pada lokasi-lokasi dimana terjadi
pertemuan-pertemuan jalan atau persimpangan jalan. Karena pada pertemuan
dua jalan atau lebih ini mengakibatkan adanya titik konflik yang akhirnya
terjadi kemacetan lalu-lintas.
Sehingga untuk mengatasi segala permasalahan diatas, diperlukan suatu
ilmu yang mempelajari mengenai lalu lintas, cabang ilmu tersebut adalah
“Teknik Lalu Lintas”. Teknik lalu lintas sendiri adalah cabang ilmu teknik sipil

TEKNIK LALU LINTAS | 4


yang memanfaatkan ilmu teknik untuk keamanan dan efisiensi pergerakan serta
transportasi barang dan benda di jalan raya. Fokus utama adalah keamanan dan
efisiensi debit lalu lintas, geometri jalan, trotoar, penyebrangan, jalur
sepeda, lampu lalu lintas, dan sebagainya. Teknik lalu lintas berhubungan
dengan bagian fungsional dari sistem transportasi.

Tipikal proyek teknik lalu lintas terkait dengan desain alat kendali
lalu lintas dan modifikasinya sesuai dengan kebutuhan lalu lintas terkini.
Teknik lalu lintas juga terkait dengan investigasi jalan yang menjadi
lokasi kecelakaan lalu lintas berkali-kali. Pengaturan debit lalu lintas,
seperti pengubahan jalur, sementara maupun permanen, juga dilakukan di
dalam teknik lalu lintas dengan berbagai pertimbangan seperti adanya
konstruksi atau terkait dengan rencana pengembangan daerah pemukiman
atau komersial baru. Pengaturan lalu lintas secara otomatis banyak
membutuhkan ilmu dari bidang keteknikan lain seperti teknik
komputer dan teknik listrik.

Di dalam memecahkan permasalahan lalu lintas, para pakar teknik


lalu lintas perlu mengenali permasalahan yang terjadi dengan
mengumpulkan informasi geometrik jalan, besarnya arus lalu
lintas, kecepatan lalu lintas, hambatan/tundaan lalu lintas, data kecelakaan
lalu lintas. Seluruh data yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis untuk
kemudian direncanakan usulan perbaikan geometrik, pembangunan fasilitas
pengaman jalan, pemasangan rambu lalu lintas, marka jalan atau melakukan
pembatasan gerakan lalu lintas tertentu.

Perbaikan geometrik dapat berupa pelebaran jalan, perubahan radius


tikung, pembangunan pulau-pulau lalu lintas, mengurangi tanjakan,
membangun jalur rangkak pada tanjakan yang tinggi, memberikan prioritas
bagi angkutan umum seperti Busway dan berbagai langkah lainnya.

Perbaikan fasilitas transportasi secara periodik pernah menjadi


perhatian utama dari teknik sipil dalam menjaga lalu lintas, namun kini
dengan penggunaan sensor dan program komputer yang mengukur debit

TEKNIK LALU LINTAS | 5


lalu lintas (jumlah maupun massa kendaraan), usia pakai fasilitas
transportasi bisa ditentukan sehingga perawatan bisa dilakukan tepat waktu.

Dalam perancangan, perencanaan dan penetapan berbagai


kebijaksanaan sistem tansportasi, teori pergerakan arus lalulintas
memegang peranan yang sangat penting.Kemampuan menampung arus
lalulintas sangat bergantung pada keadaan fisik dari jalan tersebut, baik
kualitas maupun kuantitasnya serta karakteristik operasional lalulintasnya.
Teori pergerakan arus lalu lintas ini akan menjelaskan mengenai kualitas
dan kuantitas dari arus lalulintas sehingga dapat diterapkan kebijaksanaan
atau pemilihan sistem yang paling tepat untuk menampung lalulintas yang
ada. Untuk memenuhi penerapan teori pergerakan lalulintas digunakan
metode pendekatan matematis dan fisis untuk menganalisis gejala yang
berlangsung dalam arus lalulintas. Salah satu cara pendekatan untuk
memahami perilaku lalulintas tersebut adalah dengan menjabarkannya
dalam bentuk matematis dan grafis. Suatu peningkatan dalam volume lalu
lintas akan menyebabkan berubahnya perilaku lalulintas. Secara teoritis
terdapat hubungan yang mendasar antara volume dengan kecepatan serta
kepadatan. Hubungan antara kecepatan dan arus lalulintas (volume) ini
dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan nilai matematis dari
kapasitas jalan untuk kondisi yang ideal. Hubungan antara kecepatan dan
volume lalu lintas secara mendasar dapat dinyatakan sebagai berikut:
apabila arus lalulintas pada suatu ruas jalan bertambah maka kecepatan pada
ruas jalan tersebut akan berkurang. Dengan menggunakan hubungan antara
kecepatan dengan volume lalulintas, maka dapat diketahui peningkatan arus
dan hasil kecepatan kendaraan pada ruas jalan tertentu sampai terjadinya
kemacetan pada jalur tersebut. Hubungan kecepatan dengan volume
lalulintas tersebut dapat dipakai sebagai dasar dalam penerapan
“Manajemen Lalulintas”.

TEKNIK LALU LINTAS | 6


1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh arus lalu lintas terhadap karakteristik lalu lintas


yang berupa volume, kecepatan dan kepadatan?

2. Bagaimana hubungan antara volume, kecepatan dan kepadatan?

3. Bagaimana grafik hubungan antara volume, kecepatan dan kepadatan?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui karakteristik lalu lintas


2. Untuk mengetahui pengaruh arus lalu lintas terhadap volume, kecepatan
dan kepadatan.
3. Untuk mengetahui hubungan antara volume, kecepatan dan kepadatan.
4. Untuk mengetahui grafik hubungan antara volume, kecepatan dan
kepadatan

1.4 Batasan Masalah

1. Hanya membahas mengenai karakteristik lalu lintas dan hubungan


antara volume, kecepatan dan kepadatan dalam suatu grafik lalu lintas.

TEKNIK LALU LINTAS | 7


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Arus Lalu Lintas


Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala
bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.
Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, Bina Marga,
1997) mendefinisikan ruas jalan perkotaan sebagai ruas jalan yang memiliki
pengembangan permanen dan menerus sepanjang seluruh atau hampir
seluruh jalan, minimum pada satu sisi jalan, apakah berupa perkembangan
lahan atau bukan. Termasuk jalan di dekat pusat perkotaan dengan
penduduk lebih dari 100.000 jiwa , maupun jalan di daerah perkotaan
dengan penduduk kurang dari 100.000 jiwa dengan perkembangan samping
jalan yang permanen dan menerus.
Tipe jalan pada jalan perkotaan adalah sebagai berikut :
1. Jalan dua lajur dua arah tak terbagi (2/2 UD)

Gambar 2.1 Jalan dua lajur dua arah tak terbagi (2/2 UD)

TEKNIK LALU LINTAS | 8


2. Jalan empat lajur dua arah, tak terbagi

Gambar 2.2 Jalan empat lajur dua arah, tak terbagi

3. Jalan empat lajur dua arah terbagi

Gambar 2.3 Jalan empat lajur dua arah terbagi

TEKNIK LALU LINTAS | 9


4. Jalan enam lajur dua arah terbagi (6/2 D)

Gambar 2.4 Jalan enam lajur dua arah terbagi (6/2 D)

Sedangkan arus lalu lintas terbentuk dari pergerakan individu


pengendara yang melakukan interaksi antara yang satu dengan yang lainnya
pada suatu ruas jalan dan lingkungannya. Karena persepsi dan kemampuan
individu pengemudi mempunyai sifat yang berbeda maka perilaku
kendaraan arus lalu lintas tidak dapat diseragamkan lebih lanjut, arus lalu
lintas akan mengalami perbedaan karakteristik akibat dari perilaku
pengemudi yang berbeda yang dikarenakan oleh karakteristik lokal dan
kebiasaan pengemudi.
Karakteristik lalu lintas menyatakan ukuran kuantitas yang
menerangkan kondisi yang dinilai oleh pembina jalan. Karakteristik lalu
lintas menurut MKJI, Bina Marga, 1997 pada ruas jalan meliputi :
a. volume (arus)
b. kecepatan
c. kepadatan.

TEKNIK LALU LINTAS | 10


2.1.1 Volume (Q) Lalu Lintas
Menurut Bukhari (2004 : 1), volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan
yang melewati suatu penampang melintang jalan dalam satu satuan waktu.
Volume dinyatakan dalam satuan kendaraan persatuan waktu. Jumlah tersebut
terdiri dari bermacam-macam jenis kendaraan. Masing-masing kendaraan
tersebut dihitung per unit dalam aliran lalu lintas.
Menurut Morlok (1995 : 189) volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan
yang melalui suatu titik pada suatu jalur gerak persatuan waktu tertentu.
Berdasarkan definisi di atas, volume lalu lintas dapat dinyatakan dengan
persamaan :

Q = n
t

dimana :
q = volume lalu lintas yang melalui suatu titik (kend/jam/lajur)
n = jumlah kendaraan yang melintasi tampang dalam interval
waktu (kendaraan/lajur);
T = interval waktu pengamatan (jam);

Kemudian dalam pembahasannya volume dibagi menjadi:


1. Volume harian (daily volumes)
Volume harian ini digunakan sebagai dasar perencanaan jalan dan
observasi umum tentang “trend” pengukuran volume pengukuran
volume harian ini dapat dibedakan:
a. Average Annual Daily Traffic (AADT), yakni volume yang diukur
selama 24 jam dalam kurun waktu 365 hari, dengan demikian total
kendaraan yang di bagi 365 hari.
b. Average Daily traffic (ADT), yakni volume yang diukur selama 24
jam penuh dalam periode waktu tertentu yang dibagi dari
banyaknya hari tersebut.

TEKNIK LALU LINTAS | 11


2. Volume jam-an (hourly volumes)
Volume jam-an adalah suatu pengamatan terhadap arus lalu lintas untuk
untuk menentukan jam puncak selama periode pagi dan sore. Dari
pengamatan tersebut dapat diketahui arus paling besar yang disebut
arus pada jam puncak. Arus pada jam puncak ini dipakai sebagai dasar
untuk desain jalan raya dan analisis operasi lainnya yang dipergunakan
seperti untuk analisa keselamatan. Peak hour factor (PHF) merupakan
perbandingan volume lalu lintas per jam pada saat jam puncak dengan
4 kali rate of flow pada saat yang sama (jam puncak).

PHF = Volume perjam


4 x peak rate factor of flow

Rate factor of flow adalah nilai eqivalen dari volume lalu lintas per
jam, dihitung dari jumlah kendaraan yang melewati suatu titik tertentu pada
suatu lajur/segmen jalan selama interval waktu kurang dari satu jam.
Sedangkan dalam aliran lalu lintas pada suatu pias jalan terdapat
variasi komposisi aliran lalu lintas mulai dari kendaraan cepat, kendaraan
lambat, kendaraan berat, kendaraan ringan dan juga kendaraan tidak
bermotor. Hal ini sesuai dengan pendapat Bukhari, dkk (1997 : 21) yang
menyatakan bahwa komposisi lalu lintas terdiri dari :
1. Jenis sepeda motor, yaitu semua kendaraan roda dua.
2. Mobil penumpang, dalam kelompok ini termasuk semua
kendaraan dengan fasilitas tempat duduk maksimum 12, seperti
jenis: sedan, jeep, dan mini bus.
3. Kendaraan komersil, ditentukan oleh ukuran kendaraan dan bukan
fungsi kegiatannya, seperti bus dan truk;.
4. Kendaraan lain-lain, seperti becak mesin dan sepeda.

TEKNIK LALU LINTAS | 12


Gambar 2.5 Kepadatan Volume Kendaraan di Jalan Tol Cikampek

2.1.1.1 Jenis-Jenis Kendaraan


Berdasarkan jenis kendaraan, dibedakan menjadi :
a. Kendaraan Ringan (light vehicle), yaitu indeks untuk kendaraan
bermotor dengan roda 4 (yang termasuk mobil penumpang, oplet, bus
mikro, pick up, station wagon, colt jeep, dan truk mikro yang sesuai
klasifikasi Bina Marga) dengan nilai smp adalah 1,0.

Gambar 2.6 kendaraan Ringan

TEKNIK LALU LINTAS | 13


b. Kendaraan berat (heavy vehicle), yaitu indeks untuk kendaraan
bermotor dengan roda 4 atau lebih (yang termasuk bus, truk 2 gandar,
truk 3 gandar, dan kombinasi yang sesuai dengan klasifikasi Bina
Marga) dengan nilai smp adalah 1,2.

Gambar 2.7 Kendaraan Berat

c. Sepeda motor (motorcycle), yaitu indeks untuk kendaraan bermotor


dengan 2 atau 3 roda (termasuk sepeda motor dan kendaraan roda yang
memenuhi syarat klasifikasi Bina Marga) dengan nilai smp adalah 0,25.
d. Kendaraan Tak Bermotor (unmotorized), yaitu indeks untuk kendaraan
tak bermotor dengan roda (termasuk sepeda, becak, dokar, kereta
dorong yang sesuai klasifikasi Bina Marga) dengan nilai smp adalah
1,0.

Gambar 2.8 Kendaraan Tak Bermotor

TEKNIK LALU LINTAS | 14


Gambar 2.9 Peningkatan Kendaraan Bermotor di Indonesia

2.1.1.2 Satuan Mobil Penumpang (SMP)


Satuan mobil penumpang disingkat SMP adalah satuan kendaraan
di dalam arus lalu lintas yang disetarakan dengan kendaraan
ringan/mobil penumpang, dengan menggunakan ekivalensi mobil
penumpang (emp) atau faktor pengali berbagai jenis kendaraan menjadi satu
satuan yaitu SMP, dimana besaran SMP dipengaruhi oleh
tipe/jenis kendaraan, dimensi kendaraan, dan kemampuan olah gerak. SMP
digunakan dalam melakukan rekayasa lalu lintas terutama dalam desain
persimpangan, perhitungan waktu alat pengatur isyarat lalu lintas (APILL),
ataupun dalam menentukan nisbah volume per kapasitas jalan (V/C)
suatu ruas jalan. Di Amerika dan Eropa, satuan mobil penumpang dikenal
dengan istilah passenger car unit atau PCU atau passenger car
equivalent (PCE).

TEKNIK LALU LINTAS | 15


2.1.1.3 Besaran SMP

Besaran satuan mobil penumpang bervariasi menurut lokasi apakah itu


di perkotaan atau di jalan raya, ataupun di persimpangan. Jenis kendaraan
dibagi atas beberapa kategori yaitu

 Kendaraan Ringan (LV): Mobil Penumpang, Oplet, Mikrobis, Pick up,


sedan dan kendaraan bermotor ber as 2 dengan jarak antar as 2-3m
 Kendaraan Berat (HV) : Bis, Truk 2 As, Truk 3 As, dan kendaraan
bermotor lebih dari 4 roda
 Sepeda Motor (MC) : kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 roda.
 Kendaraan tak Bermotor (UM) : segala jenis kendaraan yang digerakan
oleh orang atau hewan seperti becak, sepeda, kereta kuda dan
sebagainya.

a. Pada Persimpangan Bersignal


Pada persimpangan bersignal (terdapat lampu pengaturan lalu lintas) nilai
faktor pengali SMP (emp) suatu kendaraan tergantung dari tipe pendekat
jalan. yaitu pendekat terlindung (pergerakan kendaraan tidak ada gangguan
dari arah pendekat/jalan yang lain) dan pendekat terlawan (pergerakan
kendaraan yang mendapat gangguan dari arah pendekat lain).

Gambar 2.10 Persimpangan Bersignal

TEKNIK LALU LINTAS | 16


Jenis SMP
Kendaraan
Terlidung Terlawan

LV 1,0 1,0

HV 1,3 1,3

MC 0,2 0,4

Tabel 2.1 SMP Pada Persimpangan Jalan

b. Pada Persimpangan Tak Bersignal


Pada persimpangan tak bersignal (tidak terdapat lampu pengaturan lalu
lintas) nilai faktor pengali SMP (emp) suatu kendaraan untuk semua
pendekat sama.
 Kendaraan Ringan (Light Vehicles - LV) = 1,0
 Kendaraan Berat (Heavy Vehicles - HV) = 1,3
 Sepeda Motor (Motorcycle - MC) = 0,5

Gambar 2.11 Persimpangan Tak Bersignal

TEKNIK LALU LINTAS | 17


c. Pada Jalinan Jalan

Bagian jalinan berfungsi untuk memberikan ruang gerak lebih pada sisi kiri
jalan, bagian jalinan jalan terdiri dari dua tipe yaitu jalinan tunggal dan
jalinan bundaran. nilai faktor pengali (emp) pada jalinan jalan sama seperti
pada persimpangan tak bersignal yaitu :

 Kendaraan Ringan (LV) = 1,0


 Kendaraan Berat (HV) = 1,3
 Sepeda Motor (MC) = 0,5
d. Jalan Perkotaan

Pada jalan perkotaan faktor pengali tergantung dari fungsi dan kondisi jalan
serta jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan pada satu
satuan periode waktu (jam) yaitu

1. Jalan perkotaan yang tidak terbagi (tidak mempunyai median


jalan)
Tipe Jalan Arus lalu lintas SMP
total 2 arah LV HV MC
(kend/jam) Lebar Jalur Lalu
Lintas
≤6m >6m
Dua Lajur tak 0 1,0 1,3 0,5 0,4
terbagi ≥ 1800 1,2 0,35 0,25
(2/2) UD
Empat Lajur tak 0 1,3 0,4
terbagi ≥ 1800 1,2
(4/2) UD
Tabel 2.2 SMP Pada Jalan Perkotaan Yang Tidak Terbagi

TEKNIK LALU LINTAS | 18


2. Jalan perkotaan terbagi atau jalur satu arah/jalan satu arah

Tipe Jalan Arus Lalu Lintas LV HV MC


per jalur
(kend/jam)

Dua lajur satu arah (2/1) 0 1,3 0,4

Empat lajur dua arah (4/2)D 1050 1,2 0,25


1,0
Tiga lajur satu arah (3/1) 0 1,3 0,4

Enam lajur dua arah (6/2)D 1100 1,2 0,25

Tabel 2.3 SMP Pada Jalan Perkotaan Terbagi

Pada Jalan perkotaan Penentuan faktor pengali menggunakan


cara interpolasi nilai, sebagai contoh untuk tipe jalan 2/2 UD dan lebar jalur
lalu lintas kurang dari 6 meter serta jumlah kendaraan yang melintas pada
satu titik pengamatan selama satu jam yaitu 900 kendaraan maka faktor
pengali yang didapat berturut-turut untuk LV, HV dan MC yaitu 1,0, 1,25
dan 0,425.

TEKNIK LALU LINTAS | 19


2.1.2 Kecepatan (V)
Kecepatan didefinisikan sebagai laju dari suatu pergerakan kendaraan
dihitung dalam jarak per satuan waktu. Dalam pergerakan arus lalu lintas, tiap
kendaraan berjalan pada jalan yang berbeda. Dengan demikian dalam arus lalu
lintas tidak dikenal karakteristik kecepatan kendaraan tunggal. Dari distribusi
tersebut, jumlah rata-rata atau nilai tipikal dapat digunakan untuk mengetahui
karakteristik dari arus lalu lintas.
MKJI 1997 menggunakan kecepatan tempuh sebagai ukuran utama kinerja
segmen jalan, karena mudah dimengerti dan diukur dan merupakan masukan
yang penting untuk biaya pemakai jalan dalam analisa ekonomi. Kecepatan
tempuh didefinisikan dalam MKJI 1997 sebagai kecepatan rata – rata ruang dari
kendaraan ringan (LV) sepanjang segmen jalan. Persamaaan untuk menentukan
kecepatan:

V = L
TT

dimana:
V : Kecepatan tempuh yaitu kecepatan rata – rata (km/jam) arus lalu
lintas dihitung dari panjang jalan dibagi waktu tempuh rata – rata
kendaraan yang melalui segmen jalan,
L : Panjang jalan yang diamati,
TT : Waktu tempuh yaitu waktu rata – rata yang digunakan kendaraan
menempuh segmen jalan dengan panjang tertentu (detik).

Dalam suatu aliran lalu lintas yang bergerak setiap kendaraan mempunyai
kecepatan yang berbeda sehingga aliran lalu lintas tidak mempunyai sifat
kecepatan yag tunggal akan tetapi dalam bentuk distribusi kecepatan kendaraan
individual. Dari distribusi kecepatan kendaraan secara diskrit, suatu nilai rata –
rata atau tipikal digunakan untuk mengidentifikasikan aliran lalu lintas secara
menyeluruh.

TEKNIK LALU LINTAS | 20


Ada dua jenis analisis kecepatan yang dipakai pada studi kecepatan arus lalu-
lintas yaitu :
a) Time mean speed (TMS), yaitu rata-rata kecepatan dari seluruh kendaraan
yang melewati suatu titik pada jalan selama periode waktu tertentu.
b) Space mean speed (SMS), yaitu rata-rata kecepatan kendaraan yang
menempati suatu segmen atau bagian jalan pada interval waktu tertentu.

Terdapat 3 jenis klasifikasi utama kecepatan yang digunakan yaitu :


a) Kecepatan setempat (Spot Speed), yaitu kecepatan kendaraan pada suatu saat
diukur dari suatu tempat yang ditentukan.
b) Kecepatan bergerak (Running Speed), yaitu kecepatan kendaraan rata-rata pada
suatu jalur pada saat kendaraan bergerak (tidak termasuk waktu berhenti ) yang
didapatkan dengan membagi panjang jalur yang ditempuh dengan waktu
kendaraan bergerak menempuh jalur tersebut.
c) Kecepatan perjalanan (Jeourney Speed), yaitu kecepatan efektif kendaraan yang
sedang dalam perjalanan antara dua tempat, yang merupakan jarak antara dua
tempat dibagi dengan lama waktu bagi kendaraan untuk menyelesaikan
perjalanan antara dua tempat tersebut, dengan lama waktu ini mencakup setiap
waktu berhenti yang ditimbulkan oleh hambatan lalu lintas.
Perbedaan analisis dari kedua jenis kecepatan di atas adalah bahwa TMS
adalah pengukuran titik, sementara SMS pengukuran berkenaan dengan panjang
jalan atau lajur.

Gambar 2.12 Kondisi kendaraan yang relatif lengang

TEKNIK LALU LINTAS | 21


2.1.3 Kepadatan (D)
Kepadatan (density) didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang
menempati suatu panjang tertentu dari lajur atau jalan, dirata – ratakan
terhadap waktu, biasanya dinyatakan dengan kendaraan per mil (Khisty, 2005).
Sedangkan menurut (Tamin, 2003), kepadatan lalu lintas dinyatakan dengan
notasi D adalah jumlah kendaraan yang berada dalam satu satuan panjang
jalan tertentu, biasanya dinyatakan dalam satuan kendaraan/km.
Sedangkan Kapasitas Jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk
menampung arus atau volume lalu lintas yang ideal dalam satuan waktu
tertentu, dinyatakan dalam jumlah kendaraan yang melewati potongan jalan
tertentu dalam satu jam (kend/jam), atau dengan mempertimbangan berbagai
jenis kendaraan yang melalui suatu jalan digunakan satuan mobil
penumpang sebagai satuan kendaraan dalam perhitungan kapasitas maka
kapasitas menggunakan satuan satuan mobil penumpangper jam atau
(smp)/jam.
Pada saat arus rendah kecepatan lalu lintas kendaraan bebas tidak ada
gangguan dari kendaraan lain, semakin banyak kendaraan yang melewati ruas
jalan, kecepatan akan semakin turun sampai suatu saat tidak bisa lagi
arus/volume lalu lintas bertambah, di sinilah kapasitas terjadi. Setelah itu arus
akan berkurang terus dalam kondisi arus yang dipaksakan sampai suatu saat
kondisi macet total, arus tidak bergerak dan kepadatan tinggi.

Gambar 2.13 Grafik hubungan antara kecepatan dan volume dengan kapasitas jalan

TEKNIK LALU LINTAS | 22


Gambar 2.14 Volume Lalu Lintas Sangat padat

Gambar 2.15 Volume Lalu Lintas Padat

Gambar 2.16 Volume Lalu Lintas Sepi

TEKNIK LALU LINTAS | 23


Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia dari tahun ke tahun semakin
bertambah. Sementara peningkatan panjang jalan kabupaten tidak sebanding
dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor. Akibatnya kualitas kepadatan lalu
lintasnya semakin bertambah padat. Kepadatan lalu lintas ini didominasi oleh
kendaraan bermotor roda yang menunjukkan bahwa jumlah kendaraan bermotor
roda dua mendominasi 87,85% dari total jumlah kendaraan pada tahun 2019
Sedangkan untuk kendaraan bermotor roda empat dominasinya terhadap
jumlah total kendaraan adalah rendah, tetapi secara kuantitas jumlahnya terus
meningkat kecuali kendaraan truk dan pick up mengalami penurunan dari tahun
2015 ke tahun 2019. Sementara kendaraan bermotor sedan, jeep, station wagon,
bus, dan alat-alat berat mengalami peningkatan jumlah. Kondisi jumlah kendaraan
yang terus meningkat dari tahun ke tahun tersebut menyebabkan lalu lintas harian
(LHR) di ruas ruas jalan tertentu menjadi meningkat dan tinggi.

Gambar 2.17 Kondisi Tunda-tundaan di Persimpangan Jalan Yang di Dominasi


Kendaraan Bermotor Roda Dua

TEKNIK LALU LINTAS | 24


2.2 Hubungan Antara Volume (Q), Kecepatan (V) Dan Kepadatan (D)

Volume, kecepatan dan kepadatan merupakan 3 (tiga) variable atau parameter


utama (makroskopis) dalam aliran lalu lintas yang digunakan untuk mengetahui
karakteristik arus lalu lintas.

a. Volume (flow), merupakan jumlah kendaraan yang melewati suatu titik tertentu
pada suatu ruas jalan per satuan waktu tertentu yang dinyatakan dalam
kendaraan/jam.

b. Kecepatan (speed), adalah tingkat gerakan di dalam suatu jarak tertentu dalam
satu satuan waktu yang dinyatakan dengan kilometer/jam.

c. Kepadatan (density), merupakan jumlah kendaraan yang menempati suatu ruas


atau segmen jalan tertentu yang dinyatakan dalam kendaraan/kilometer.
Hubungan antara ketiga parameter tersebut menggambarkan tentang aliran lalu
lintas tak terinterupsi (uninterrupted traffic stream) dimana volume merupakan
hasil dari kecepatan dan kepadatan. Sementara itu hubungan tersebut untuk lalu
lintas yang stabil, kombinasi variabel yang menghasilkan hubungan dua
dimensi. Gambar di bawah mengilustrasikan tentang bentuk umum hubungan
tersebut.

Gambar 2.18 Hubungan volume, kecepatan dan kepadatan

TEKNIK LALU LINTAS | 25


1. Hubungan Antara Kecepatan dan Kepadatan
Hubungan kecepatan dan kepadatan adalah linier yang berarti bahwa
semakin tinggi kecepatan lalu lintas dibutuhkan ruang bebas yang lebih
besar antar kendaraan yang mengakibatkan jumlah kendaraan perkilometer
menjadi lebih kecil.

Gambar 2.19 Hubungan kecepatan dan kepadatan

2. Hubungan Antara Kecepatan dan Volume (Arus)


Hubungan kecepatan dan volume (arus) adalah parabolik yang
menunjukkan bahwa semakin besar volume (arus) maka kecepatan akan
turun sampai suatu titik yang menjadi puncak parabola tercapai kapasitas
setelah itu kecepatan akan semakin rendah lagi dan volume (arus) juga akan
semakin mengecil.

Gambar 2.20 Hubungan kecepatan dan volume (arus)

TEKNIK LALU LINTAS | 26


3. Hubungan Volume (Arus) dan Kepadatan
Hubungan antara volume (arus) dengan kepadatan juga parabolik semakin
tinggi kepadatan maka volume (arus) akan semakin tinggi sampai suatu
titik dimana kapasitas terjadi, setelah itu semakin padat maka volume (arus)
akan semakin kecil.

Gambar 2.21 Hubungan antara volume (arus) dengan kepadatan

TEKNIK LALU LINTAS | 27


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Arus lalu lintas terbentuk dari pergerakan individu pengendara yang
melakukan interaksi antara yang satu dengan yang lainnya pada suatu
ruas jalan dan lingkungannya. Karena persepsi dan kemampuan individu
pengemudi mempunyai sifat yang berbeda maka perilaku kendaraan
arus lalu lintas tidak dapat diseragamkan lebih lanjut, arus lalu lintas
akan mengalami perbedaan karakteristik akibat dari perilaku pengemudi
yang berbeda yang dikarenakan oleh karakteristik lokal dan kebiasaan
pengemudi. Arus lalu lintas pada suatu ruas jalan karakteristiknya akan
bervariasi baik berdasar waktunya.
Karakteristik utama arus lalu lintas yang digunakan untuk menjelaskan
karakteristik lalu lintas adalah sebagai berikut:
a. Volume (q)
b. Kecepatan (v)
c. Kerapatan (k)

2. Volume, kecepatan dan kepadatan merupakan 3 (tiga) variable atau


parameter utama (makroskopis) dalam aliran lalu lintas yang digunakan
untuk mengetahui karakteristik arus lalu lintas.

a. Volume (flow), merupakan jumlah kendaraan yang melewati suatu


titik tertentu pada suatu ruas jalan per satuan waktu tertentu yang
dinyatakan dalam kendaraan/jam.

b. Kecepatan (speed), adalah tingkat gerakan di dalam suatu jarak


tertentu dalam satu satuan waktu yang dinyatakan dengan
kilometer/jam.

c. Kepadatan (density), merupakan jumlah kendaraan yang menempati


suatu ruas atau segmen jalan tertentu yang dinyatakan dalam
kendaraan/kilometer.

TEKNIK LALU LINTAS | 28


DAFTAR PUSTAKA

E Journal Unsyiah. Studi Hubungan Antara Volume, Kecepatan Dan Kepadatan


Pada Ruas Jalan Slamet Riyadi Samarinda. Dikutip 1 September 2019
dari Menilik Teknik Lalu Lintas:
http://jurnal.unsyiah.ac.id/JTS/article/view/9281.

E Journal Untag. Studi Hubungan Antara Volume, Kecepatan Dan Kepadatan Pada
Ruas Jalan Slamet Riyadi Samarinda. Dikutip 1 September 2019 dari
Menilik Teknik Lalu Lintas: http://ejurnal.untag-
smd.ac.id/index.php/TEK/article/download/3257/3160

E Journal Uma. Hubungan Volume, Kecepatan dan Kepadatan terhadap Kinerja


Ruas Jalan. Dikutip 1 September 2019 dari Menilik Teknik Lalu Lintas:
http://ejurnal.uma-smd.ac.id/

E Journal Unnes.Hubungan Antara Kecepatan, Volume,dan Kepadatan Lalu


Lintas Ruas Jalan Siliwangi Semarang. Dikutip 1 September 2019 dari
Menilik Teknik Lalu
Lintas:https://www.academia.edu/7726984/Hubungan_HUBUNGAN_AN
TARA_KECEPATAN_VOLUME_DAN_KEPADATAN_LALU_LINTA
S_RUAS_JALAN_SILIWANGI_SEMARANG.

Wikipedia Ensiklopedia Bebas. Tekmik Lalu Lintas. Dikutip 1 September 2019


dari Menilik Teknik Lalu Lintas:
https://id.wikipedia.org/wiki/Teknik_lalu_lintas.

Wikipedia Ensiklopedia Bebas. Kapasitas Jalan. Dikutip 1 September 2019 dari


Menilik Kapasitas Jalan: https://id.wikipedia.org/wiki/Kapasitas_jalan/

TEKNIK LALU LINTAS | 29

Anda mungkin juga menyukai