Selain dilayani oleh angkutan dalam kota, untuk kebutuhan pergerakan keluar kota,
Kota Tegal juga dilayani oleh bis AKAP, AKDP dan angkutan perbatas. Selain
menggunakan kendaraan bermotor, angkutan umum tak bermotor seperti becak
masih banyak juga ditemui di beberapa ruas jalan di Kota Tegal.Angkutan umum
dengan bus besar terdiri dari 263 armada.Untuk bus sedang terdapat 31 armadadan
mikro bus atau bus kecil terdapat 94 armada. Dan 194 armada dengan 8 trayek
yang beroperasi yang melayani angkutan kota dan angkutan perbatasan.
Di Kota Tegal pelayanan angkutan umum juga dilayani oleh taksi yang dikelolah oleh
dua perusahaan swasta dan sampai saat ini tercatat sebanyak 50 armada yang
beroperasi yaitu 25 armada di kelolah oleh Koperasi Dita Ayu Bahari dan 25 armada
dikelolah oleh PT. Citra Bregas Transtama.
Jumlah AKAP dan AKDP yang ada pada saat ini keseluruhannya berjumlah 797
armada, yaitu 586 armada untuk angkutan AKAP dan 211 armada untuk AKDP.
Jumlah
No Nama Po Trayek
Armada
1 Dewi Sri 400
2 Dedy jaya 18
3 Kurnia Jaya 9
4 Menara Jaya 27
Tegal - Jakarta
5 Putri Jaya 6
6 Asli 2
7 Sinar Jaya 10
8 Mitra Sarie 2
9 Sangkuriang 10 Tegal - Bandung
10 Mios 14
11 Sami Jaya 14
12 Good Will 4
13 Baik 10
14 Sahabat 20
Ada tiga jenis pelayanan AKAP, yaitu Patas AC, eksekutif dan ekonomi dengan
kapasitas 80 tempat duduk (seat) dan 60 tempat duduk (seat). Ketiga jenis
pelayanan tersebut memiliki fasilitas yang berbeda.Untuk bus patas AC dan
eksekutif, ada yang dilengkapi dengan SmokingArea (area untuk merokok) dan
toilet.
Jumlah
No Nama Po Trayek
Armada
1 Coyo 45
2 Adi mulia 8
3 Bonanza 4
4 Sono 4 Tegal - Semarang -
5 Maju Makmur 2
6 Patmo 6 Magelang
7 Langsung 6
8 Sabar Subur 6
9 Nusantara 6
10 Kurnia 56
11 Sami Jaya 4
12 Tresno Putra 4 Tegal - Purwokerto
13 Sinar Mas 6
14 Teguh 6 - Purbalingga
15 Jaya Sentosa 4
16 Kartika Sari 6
17 Sentosa 30
18 Teddy Putra 4 Tegal - Pemalang -
19 Sahabat Putra 2 Moga
20 Putra Mandiri 2
Total 211
Sumber : Hasil Inventarisasi Angkutan Umum Kota Tegal 2012
b. Angkutan Perbatasan
Selain AKDP di Kota Tegal juga dilayani angkutan perbatasan, jenis kendaraan
untuk angkutan perbatasan menggunakan kendaraan mini bus berkapasitas 12
penumpang. Kepemilikan kendaraan pribadi akan tetapi dikelola oleh
perkumpulan berupa koperasi pada tiap trayek angkutan perbatasan, tarif
berdasarkan jarak yang ditempuh. Untuk angkutan perbatasan yang melayani di
Kota Tegal adalah sebagai berikut :
c. Angkutan perkotaan
Jenis angkutan perkotaan yang beroperasi di Kota Tegal adalah angkutan non
bus (angkutan kota/pedesaan), becak dan taxi. Angkutan kota yang ada di Kota
Tegal tidak sepenuhnya melayani wilayah pelayanan Kota Tegal saja, akan tetapi
terdapat 6 trayek yang melayani wilyah Kabupaten Tegal yaitu Slawi, Banjaran,
Dukuhturi, Kemantran, Jatibarang, Pasar Bawang. Hanya ada 2 trayek yang di
dalam Kota Tegal, yaitu trayek A1 dan AII.Perijinan untuk trayek perbatasan
dibagi dua antara Pemerintah Kota Tegal dengan Pemerintah Kabupaten Tegal.
e. Ojek
Angkutan ojek berperan penting dalam mobilitas masyarakat trutama untuk
daerah-daerah yang tidak dilayani oleh angkutan umum.Tarif ojek sendiri
ditentukan oleh kesepakatan antara penumoang dan tukang ojek.
No Fasilitas Keterangan
1 Loket Penjualan Tiket masing-masing PO
2 Papan Informasi baik
3 Musholah baik
4 WC/Kamar Mandi 4 lokasi
5 Rambu kurang baik
6 Taman/Penghijauan kurang baik
7 Jalan Lingkungan kurang baik
8 Wartel 5 unit
9 Papan Penujuk Jurusan baik
10 Smoking Area kurang baik
11 Bak Penampung/pompa Air 1 unit
12 Penitipan Kendaraan roda 2/sepeda baik
13 Bank BPD tidak aktif
14 Genset baik
15 Pos Kesehatan baik
16 Ruang Satpam dan Petugas PAM terpadu baik
Sumber : Hasil Inventarisasi Tim PKL Tegal 2012
SEKOLAH TINGGI
TRANSPRTASI DARAT
LEGENDA
GERBANG MASUK/KELUAR
PARKIR KENDARAAN
POS PAM / RETRIBUSI
MUSHOLA
LOSS
KIOS
KANTOR
WC / KAMAR MANDI
MENARA AIR
JALUR MASUK BUS
TANPA SKALA
DI GAMBAR OLEH:
1) Trayek A1
Rute trayek
Terminal - Jl Dr Cipto Mangunkusumo - Jl Kol Sugiono - Jl. Sipelem - Jl Bawal
- Jl Hang Tuah- Jl Piere Tendean – Jl S Parman – Jl MT Haryono – Jl Yos
Sudarso – Jl Martoloyo – Pasar Anyar – Jl Perintis Kemerdekaan – Jl. Arjuna –
Jl Sumbodro – Pasar Langon – Jl. Werkudoro – Jl KS Tubun – Jl Teuku Umar
– Jl Cik Ditiro – Jl Ki Hajar Dewantara – Terminal.
Panjang Trayek : 17 Km
2) Trayek A2
Rute trayek
Terminal - Jl Dr Cipto Mangunkusumo - Jl Kol Sugiono - Jl. Kapt Sudibyo - Jl
Ks Tubun - Jl Merpati- Jl Sri Gunting – Jl AR. Hakim– Jl Kartini– Jl Menteri
Supeno – Jl Abimanyu – Jl Perintis Kemerdekaan – Jl Martoloyo – Jl. Pemuda
– Jl Proklamasi – Jl Gajah Mada – Jl. Mayjen Sutoyo – Jl Kol Sugiono – Jl Dr
Cipto Mangunkusumo – Terminal.
Panjang Treayek : 16 Km
Dari slawi
Slawi – Banjaran – Jl Sultan Agung – jl KS Tubun – Jl Kapt Sudibyo – Jl Kol
Sugiono – Jl Cipto Mangunkusumo – Terminal Tegal
Dari Banjaran
Banjaran – Jl Sultan Agung – Jl Ar Hakim – Jl Jend Sudirman – Jl Mayjend
Sotuyo – Jl kol Sugiono – Jl Cipto Mangun Kusumo – Terminal
Sumber : Hasil Survei Inventarisasi Tim PKL Kota Tegal 2012
Gambar VI.20 : Peta Jaringan Trayek Banjaran – Tegal
Dari Kemantran
Kemantran – Jl Hanoman – Jl Perintis Kemerdekaan – Jl Abimanyu – Jl
Semeru – jl Kol Sudiarto – Jl Setia Budi – Jl DI Panjaitan – jl Suprapto – Jl
Kapt Ismail – Jl DR Sutomo – Jl Kol Sugiono – Jl Cipto Mangunkusumo –
Terminal
9) Sistem Operasi
Contoh perhitungan :
Tingkat operasi kendaraan A1 = (19/22)*100%
= 86 %
Dari hasil analisis survei statis diperoleh data tingkat operasi angkutan umum
masing-masing trayek di Kota Tegal. Untuk tingkat operasi paling tinngi pada
trayek tegal – kemantran yaitu sebesar 233% hal ini dikarenakan untuk trayek
perbatasan memiliki dua izin baik di kota tegal dan di kabupaten oleh karena itu
jumlah yang beroperasi lebih banyak dari pada yang diizinkan dan yang paling
rendah trayek AI yaitu sebesar 86%.
b. Frekuensi
Frekuensi diperoleh dari menghitung banyaknya kendaraan yang masuk atau
keluar terminal pada satuan waktu tertentu, dalam hal ini frekuensi dihitung
untuk setiap jamnya.
Dapat dilihat dari hasil analisis bahwa Lay Over time Rata – rata terlama di
terminal awal yaitu 1 jam 19 menit pada trayek tegal – pasar bawang dan Lay
Over Time Rata – rata tercepat yaitu 4 menit pada trayek tegal – banjaran.
Sedangkan Lay Over time Rata – rata terlama pada terminal akhir yaitu 1 jam 12
menit pada trayek tegal pasar bawang dan Lay Over Time Rata – rata terdapat
pada trayek A2, tegal – slawi, tegal – banjaran, tegal – losari, tegal –
ketanggungan karena di terminal akhir trayek – trayek ini tidak berhenti. Waktu
perjalanan pulang pergi yang terlama adalah trayek tegal – dukuhturi yaitu 3 jam
21 menit, sedangkan tercepat adalah trayek tegal – losari dan tegal –
ketanggungan yaitu 59 menit.
Berdasarkan hasil analisis survei yang telah dilakukan diperoleh data load factor
rata-rata tiap trayek angkutan perdesaan. Untuk load factor rata -rata tertinggi
yaitu pada saat berangkat terdapat pada trayek tegal – ketanggungan yaitu
44%, dan yang terendah terdapat pada trayek tegal – losari yaitu 16%.
Sedangkan load factor tertinggi pada saat kembali terdapat pada trayek tegal –
ketanggungan yaitu 46%, dan terendah terdapat pada trayek AII yaitu 16%
karena trayek wilayahnya di pinggiran kota tegal sehinga permintaan
penumpang sepi dan trayek ini juga berhimpit dengan trayek tegal – dukuhturi.
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa jarak dari satu kendaraan ke kendaraan
lainnya yang tercepat adalah trayek Tegal - Banjaran dengan waktu ± 2 menit
dan yang terlama adalah trayek Tegal - Jatibarang dengan waktu ± 21 menit hal
ini dipengaruhi oleh jumlah armada Trayek ini hanya sedikit yang beroperai yaitu
sebanyak 8 armada.
Dari Gambar dan diagram Peta Loading Profile Trayek A1 di atas, dapat diketahui bahwa persentase perbandingan penumpang
dengan kapasitas kendaraan (Load Factor) terbesar terjadi pada ruas Jl. Perintis kemerdekaan ( simpang pasar martoloyo)
hingga Jl. hanoman (90 – 100%). Sedangkan load factor terkecil (0%) ruas Jl. Khi hajar dewantara (kalinyamat) hingga
terminal(jl.ciptomangunkusumo).
Dari Gambar dan diagram Peta Loading Profile Trayek a2 di atas, dapat diketahui bahwa persentase perbandingan penumpang
dengan kapasitas kendaraan (Load Factor) terbesar terjadi pada ruas Jl. Perintis kemerdekaan (simpang hanoman) hingga
simpang Surabaya (31 – 45%). Sedangkan load factor terkecil (1% - 15%) pada pasuruan kidul hingga terminal (Jalan Cipto
Mangun Kusumo).
Dari Gambar dan diagram Peta Loading Profile Trayek tegal – Slawi di atas, dapat diketahui bahwa persentase perbandingan
penumpang dengan kapasitas kendaraan (Load Factor) terbesar terjadi pada ruas Jl. Raya karang anyar hingga pasar
kagongan (46% – 60%). Sedangkan load factor terkecil (15% – 30%)terminal (jl.ciptomangunkusumo) hingga simpang pacific
mall.
Dari Gambar dan diagram Peta Loading Profile trayek Slawi - Tegal di atas, dapat diketahui bahwa persentase perbandingan
penumpang dengan kapasitas kendaraan (Load Factor) terbesar terjadi pada bundaran padmakusuma hingga simpang tiga
pasar bawang (30% – 45%). Sedangkan load factor terkecil (1%-15%) pasar kagongan hingga jalan raya karang anyar
Dari Gambar dan diagram Peta Loading Profile Trayek Tegal - banjaran di atas, dapat diketahui bahwa persentase perbandingan
penumpang dengan kapasitas kendaraan (Load Factor) terbesar terjadi pada simpang teban hingga simpang nanas (46 – 60%).
Sedangkan load factor terkecil (1% - 15%) pagongan hingga banjaran.
Dari Gambar dan diagram Peta Loading Profile Trayek Banjaran - Tegal di atas, dapat diketahui bahwa persentase perbandingan
penumpang dengan kapasitas kendaraan (Load Factor) terbesar terjadi pada ruas Jl. Raya karang anyar hingga Jl. Sultan
agung (31% – 45%). Sedangkan load factor terkecil (0%) pada kp. samadukun hingga terminal (jl.ciptomangunkusumo).
Dari Gambar dan diagram Peta Loading Profile Trayek Tegal -Dukuhturi di samping, dapat diketahui bahwa persentase
perbandingan penumpang dengan kapasitas kendaraan (Load Factor) terbesar terjadi pada simpang sumbodoro hingga Jl.
arjuna (61% – 75%). Sedangkan load factor terkecil (1%-15%) terminal (jl.cipto mangunkusumo) simpang sumur panggang.
Dari Gambar dan diagram Peta Loading Profile Trayek Tegal – Kemantran di
atas, dapat diketahui bahwa persentase perbandingan penumpang dengan
kapasitas kendaraan (Load Factor) terbesar terjadi pada ruas Jl. hanoman hingga
palaraya (46% – 6100%). Sedangkan load factor terkecil (0simpang pacific mall
hingga terminal (jl.ciptomangunkusumo).
Dari Gambar dan diagram Peta Loading Profile Trayek Tegal - Jatibarang di
atas, dapat diketahui bahwa persentase perbandingan penumpang dengan
kapasitas kendaraan (Load Factor) terbesar terjadi pada simpang abdul ghani
– simpang madura hingga Jl. hanoman (46 – 60%). Sedangkan load factor
terkecil (16 - 30%) pada simpang gumalar hingga terminal jati barang.
Dari Gambar dan diagram Peta Loading Profile Trayek Slawi - pasarbawang di atas, dapat diketahui bahwa persentase
perbandingan penumpang dengan kapasitas kendaraan (Load Factor) terbesar terjadi pada adiwerna hingga pasar bawang
(46% – 60%). Sedangkan load factor terkecil (0%) pada terminal (jl.ciptomangunkusumo) hingga sumur panggang
Dari hasil survei dinamis diperoleh data kecepatan rata-rata tertinggi untuk
Angkutan Kota di Kota Tegal adalah pada Tegal - Slawi yaitu sebesar 36.77
d. Penyimpangan Trayek
2) Trayek AII
Contoh perhitungan :
Tingkat penyinpangan trayek AII =(1,6 Km/16 Km)*100%
= 10,00 %
jumlah jumlah
Jumlah perpindahan perpindahan
Prosentase
No Trayek sampel sebelumnya sesudahnya
Perpindahan
1 2 3 1 2 3
Pindah Tidak
kali kali kali kali kali kali
1 A1 37 15 22 12 4 15 41%
2 A2 32 11 21 10 6 34%
3 TEGAL - SLAWI 225 189 36 162 31 156 84%
4 TEGAL - BANJARAN 205 85 120 77 25 41%
TEGAL -
5 KEMANTRAN 48 8 40 3 8 17%
TEGAL -
6 DUKUHTURI 66 24 42 19 5 36%
TEGAL - PASAR
7 BAWANG 22 0 22 0%
TEGAL - JATI
8 BARANG 53 14 39 14 2 26%
Sumber : Hasil AnalisisTim PKL Kota Tegal 2012
Dari survei wawancara penumpang yang telah dilakukan, dapat dilihat prosentase
perpindahan masyarakat di Kota Tegal hanya sedikit yang mencapai 2 kali
perpindahan. Hal ini disebabkan rute perjalanan di kota Tegal yang tidak terlalu
jauh, sehingga masyarakat maksimal hanya melakukan perpindahan sebanyak 1 kali
baik itu sebelum maupun setelah menggunakan angkutan.
Penumpang tertarik pada pelayanan yang mempunyai kualitas baik dan sesuai
dengan kebutuhannya sehingga memberikan kepuasan terhadap masyarakat
sebagai pengguna jasa. Dari survei statis, dapat diketahui mengenai data kualitas
pelayanan angkutan umum.
Peringkatan Kinerja Pelayanan Angkutan Umum dari yang terburuk (segi
penumpang).
Tabel VI.19 : Perangkingan Dari Sisi Pengguna Jasa Pada Angkutan Kota
Untuk angkutan kota Tegal, analisis dari segi pengguna jasa yang di dapat adalah
sebagai berikut :
c. Perangkingan Terbaik yaitu trayek Tegal – Kemantran dan trayek AII dengan :
1) Load factor rata-rata yaitu 30,38% untuk tegal – kemantran dan 20,46%
untuk trayek AII, yang cukup rendah sehingga disukai oleh penumpang
karna tidak perlu berdesak-desakan pada waktu didalam kendaraan dan
penumpang akan merasa nyaman.
2) Frekuensi 5 kendaraan/jam untuk tegal – kemantran dan 4 kendaraan/jam
untuk trayek AII, hal ini tidak di inginkan oleh penumpang. Karna
penumpang akan membutuhkan waktu yang lama untuk menunggu
kendaraannya, sebab headway kendaraan tersebut akan lama dikarenakan
frekuensi kendaraan yang lewat rendah.
3) Tingkat perpindahan moda yang dilakukan penumpang sebesar17% dan
41%, dengan angka ini berarti dari segi tingkat perpindahan moda cukup
baik sehingga menguntungkan penumpang. Hal ini dikarenakan trayek
tegal –kemantran dan AII memiliki rute trayek hingga ke daerah pelosok
sehingga dapat menjangkau tempat tujuan penumpang yang terpencil dan
akhirnya penumpang tidak perlu berganti moda dan mengeluarkan biaya
yang besar untuk mencapai ke tempat tujuan.
4) Umur rata – rata kendaraan19tahun dan 17 tahun. Dengan umur rata-rata
secara keseluruhan trayek diatas 7 tahun, maka umur kendaraan untuk
trayek ini masih dapat dikatakan baik dan masih cukup bisa memberikan
kenyamanan dan keselamatan bagi para penumpang.
d. Perengkingan Terburuk yaitu trayek Tegal – Ketanggungan
= 6 pnp
= 0,50
Dari hasil analisa survei diperoleh data mengenai penumpang tiap perjalanan
dari masing-masing trayek angkutan kota di Kota Tegal. Penumpang tiap
perjalanan tertinggi adalah trayek tegal - slawi yaitu sebesar 3,13 dan
penumpang tiap perjalanan terendah adalah A2 dan trayek tegal – jatibarang
yaitu sebesar 0,31
b) KEMERATAAN PENUMPANG
Pendapatan operator didapat dari perolehan penumpang di sepanjang trayek
angkutannya. Trayek-trayek yang permintaannnya stabil sepanjang hari dimana
tidak dipengaruhi oleh waktu sibuk maupun waktu di luar sibuk dianggap lebih
menguntungkan bagi operator. Hal inilah yang diharapkan oleh pihak operator
untuk mandapatkan keuntungan yang lebih besar.
PENDAPATAN PENUMPANG – KM
Tabel VI.23 : Pendapatan Rata-rata Pnp-Km Angkutan Kota
Dari hasil survei diperoleh data mengenai pendapatan penumpang per kilometer
dari masing-masing trayek angkutan kota di Kota Tegal. Pendapatan
penumpang per kilometer tertinggi adalah trayek tegal – slawi yaitu sebesar Rp.
790.583,27pnp/km dan pendapatan penumpang per kilometer terendah adalah
trayek tegal - kemantran yaitu sebesar Rp. 8.625,89 pnp/km.
Tabel VI.24 : Perangkingan Sederhana dari segi penyedia jasa angkutan kota
1) Perengkingan terbaik pada angkutan kota yaitu trayek tegal - slawi dengan :
a. Faktor muat 34,04%, dalam hal ini walaupun bukan yang tertinggi,
namun dengan faktor muat tersebut menguntungkan operator
dikarenakan banyaknya penumpang yang naik.
b. Tingkat Kemerataan Penumpang adalah 2,77, tingkat kemerataan untuk
trayek tegal – slawi ini cukup bagus dibanding trayek angkutan kota
lainnya karena perbedaan penumpang pada jam sibuk dan jam tidak
terlalu tinggi dimana operator menginginkan kemerataan penumpang
baik pada jam sibuk maupun jam tidak sibuk.
c. Penumpang rata – rata tiap perjalanan yaitu sebesar 3,13, merupakan
yang tertinggi. Semakin tinggi nilai penumpang tiap perjalanan maka
semakin banyak penghasilan yang didapat oleh operator. Sehingga hal ini
menguntungkan dari sisi operator.
d. Pendapatan rata-rata penumpang – km sebesar Rp 790.583,27, ini
merupakan pendapatan tertinggi diantara trayek lainnya, semakin tinggi
pendapatan yang diperoleh semakin menguntungkan bagi operator.
Untuk tingkat operasi kendaraan angkutan kota Tegal yang tertinggi adalah
angkutan kota dengan trayek tegal – kemntran yaitu 233% dan yang terendah
adalah angkutan kota dengan trayk AI yaitu sebesar 86%. Berikut adalah
prosentase tingkat operasi angkutan umum kota Tegal.
Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa penumpukan tumpang tindih trayek
terbesar terdapat pada trayek tegal – losari dan tegal – ketangungan.
Sebenarnya kedua trayek ini tidak berhimpit 100%, tapi kami hanya melakukan
survei sampai perbatasan Kota Tegal dengan Kabupaten Brebes sehingga trayek
ini berhimpit 100%.
Dari hasil analisis survei diperoleh data mengenai tingkat penyimpangan trayek
dari masing-masing trayek di Kota Tegal yang mempunyai penyimpangan trayek
adalah trayek tegal – banjaran, trayek A2 dan trayek tegal – dukuhturi.Tingkat
penyimpangan tertingggi yaitu pada trayek A2.
Tabel VI. 29 : Perangkingan sederhana pada angkutan kota dari segi pemerintah
Tabel VI. 30 : Perangkingan Proporsional pada angkutan kota dari segi pemerintah
1) Perangkingan terbaik pada angkutan kota dari segi pemerintah yaitutrayek tegal –
jatibarang dengan :
a) Tingkat operasi kendaraan 114%, walaupun trayek tertinggi kedua yang
beroperasi, namun termasuk baik dari segi pemerintah, walaupun tidak
semuanya beroperasi karena tidak mencapai 100 %.
b) Tingkat penyimpangan0%, berarti tidak melakukan penyimpangan trayek.
c) Tingkat tumpang tindih trayek 15%, merupakan trayek tertinggi dengan ini
berarti hanya sedikit tingkat tumpang tindih trayek pada trayek tegal -
jatibarang ini.
Dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa untuk Bus AKAP Dewi Sri, dimana disurvei 10
Bus AKAP Dewi Sri. Untuk segi penumpang yang terdiri dari indikator-indikator
mempunyai nilai sebagai berikut :
1) Kebersihan bus : yang bernilai baik ada 8 bus, sedang 2 bus, dan buruk 0 bus.
2) Penerangan bus : yang bernilai baik ada 10 bus, sedang 0 bus, dan buruk 0 bus.
3) Keamanan bus : yang bernilai baik ada 10 bus, sedang 0 bus, dan buruk 0 bus.
4) Keselamatan bus : yang bernilai baik ada 10 bus, sedang 0 bus, dan buruk 0
bus.
5) Penggunaan ruang di bus : yang bernilai baik ada 10 bus, sedang 0 bus, dan
buruk 0 bus.
6) Keterjangkauan bus : yang bernilai baik ada 10 bus, sedang 0 bus, dan buruk 0
bus.
7) Ketepatan bus : yang bernilai baik ada 6 bus, sedang 4 bus, dan buruk 0 bus.
GAMBAR VI.59 : Grafik SPM dari Segi Penumpang (AKAP Deddy Jaya)
Dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa untuk Bus AKAP Sahabat, dimana disurvei
10 Bus AKAP Sahabat. Untuk segi penumpang yang terdiri dari indicator-indikator
mempunyai nilai sebagai berikut :
1) Kebersihan bus : yang bernilai baik ada 8 bus, sedang 2 bus, dan buruk 0 bus.
2) Penerangan bus : yang bernilai baik ada 10 bus, sedang 0 bus, dan buruk 0 bus.
3) Keamanan bus : yang bernilai baik ada 10 bus, sedang 0 bus, dan buruk 0 bus.
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa untuk Bus AKAP Dewi Sri dan Deddy Jaya,
dimana disurvei 10 Bus AKAP Dewi Sri dan Deddy Jaya. Pada kedua bus tersebut
tidak tersedia fasilitas penyandang cacat, orang hamil, dan manula. Untuk kedua Bus
di halte juga tidak mempunyai jadwal keberangkatan, peta rute, informasi halte, dan
time table. Sedangkan di terminal sendiri kedua bus tersebut mempunyai jadwal
keberangkatan, informasi terminal, dan time table, hanya peta rute saja yang tidak
ada. Hal ini merupakan hal yang perlu diperhatikan operator dan penanganan dari
pemerintah karena tidak sesuai dengan standar SPM yang ada.
Dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa untuk Bus AKAP Dewi Sri dan Deddy Jaya,
dimana disurvei 20 penumpang Bus AKAP Dewi Sri dan Deddy Jaya. Dari kualitas
Dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa untuk Bus AKAP Dewi Sri dan Deddy Jaya,
dimana disurvei 20 penumpang Bus AKAP Dewi Sri dan Deddy Jaya. Dari waktu
menunggu AKAP di terminal, untuk Bus Dewi Sri waktu menunggu tertinggi adalah
10 menit, sedangkan untuk Bus Deddy Jaya waktu menunggu tertinggi adalah 10
menit.
Dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa untuk Bus AKAP Dewi Sri dan Deddy Jaya,
dimana disurvei 20 penumpang Bus AKAPDewi Sri dan Deddy Jaya. Dari waktu
berjalan kaki menuju AKAP di terminal, untuk Bus Dewi Sri dan Deddy Jaya
penumpang mempunyai waktu berjalan kaki adalah 5 sampai 10 menit.
Dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa untuk Bus AKAP Dewi Sri dan Deddy Jaya,
dimana disurvei 20 penumpang Bus AKAP Dewi Sri dan Deddy Jaya. Dari tindak
pidana di terminal, menurut hasil wawancara penumpang Bus Dewi Sri tindak
pidana di terminal tidak pernah terjadi, sedangkan untuk penumpang Bus Deddy
Jaya juga lebih banyak berpendapat tindak pidana di terminal juga tidak pernah
terjadi.
Dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa untuk Bus AKAP Dewi Sri dan Deddy Jaya,
dimana disurvei 20 penumpang Bus AKAP Dewi Sri dan Deddy Jaya. Dari tindak
pidana di AKAP, menurut hasil wawancara penumpang Bus Dewi Sri dan Deddy Jaya
bahwa banyak yang berpendapat tindak pidana di AKAP tidak pernah terjadi.
Dari Survei SPM diatas dilihat dari segi penumpang, untuk Bus AKAP Dewi Sri dan
Deddy Jaya sudah memenuhi standar SPM yang berlaku, dapat dikatakan baik untuk
keduanya walaupun ada beberapa indikator-indikator yang perlu diperhatikan seperti
fasilitas penyandang cacat,manula,dan orang hamil. Untuk itu diperlukan perhatian
yang khusus dari operator dan penanganan dari pemerintah.
Dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa untuk angkutan kota, dimana masing-
masing disurvei 20 penumpang. Dari kualitas pelayanan angkutan umum, angkutan
kota tersebut rata-rata sudah memenuhi standar SPM yaitu keduanya memiliki
kualitas pelayanan AU yang baik.
Dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa untuk angkutan kota, dimana masing-
masing disurvei 20 penumpang. Dari waktu berjalan kaki menuju angkutan umum,
untuk angkutan kotatersebut rata-rata mempunyai waktu berjalan kaki adalah 5
menit.
Dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa untuk angkutan kota, dimana masing-
masing disurvei 20 penumpang. Dari tindak pidana di halte, menurut hasil
wawancara penumpang angkutan kota bahwa tindak pidana di halte tidak pernah
terjadi.
Dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa untuk angkutan kota, dimana masing-
masing disurvei 20 penumpang. Dari tindak pidana di angkutan umum, menurut
hasil wawancara penumpang angkutan kota bahwa tindak pidana di angkutan umum
rata-rata lebih banyak berpendapat tidak pernah terjadi tindak pidana di angkutan
umum.
Dari Survei SPM diatas dilihat dari segi penumpang, untuk angkutan kota sudah
memenuhi standar SPM yang berlaku, dapat dikatakan baik. Walaupun ada beberapa
indikator-indikator yang perlu ditingkatkan kembali agar angkutan perkotaan
tersebut semakin baik dari waktu ke waktu.
2. Segi Operator
TABEL VI.32 : SPM Segi Operator AKAP
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari segi operator yang terdiri dari indikator-
indikator tersebut Bus mempunyai tiga rute yaitu Tegal – Jakarta, Tegal – Bandung
dan Tegal – Yogyakrat dimana ketiganya mempunyai indikator-indikator pada masing-
masing rute, untuk jumlah penumpang terangkut dalam sekali perjalanan yang
tertinggi adalah Tegal - Yogyakarta yaitu 38 orang, kendaraan realisasi tertinggi yaitu
Tegal - Jakarta yaitu 474 unit, jarak tempuh tertinggi Tegal – Jakarta yaitu 4 20 KM,
kondisi bbm dalam sekali perjalanan tertinggi yaitu Tegal - Jakarta yaitu 240 liter,
jumlah karyawan ada 500 orang, tingkat kecelakaan jarang terjadi, dan untuk % biaya
operasi dari pendapatan tertinggi Tegal - Yogyakarta yaitu 37 %.
RUTE
TEG
INDIKATO TEGA TEGAL TEGAL
TEGAL- AL- TEGAL-
R L- - -
A1 AII KEMAN PS. JATIBA
SLAW BANJA DUKU
TRAN BAW RANG
I RAN HTURI
ANG
JUMLAH
PNP
TERANGKU 12 11 25 11
20 19 13 12
T DALAM ORAN 0RAN 0RAN ORAN
ORANG ORANG ORANG ORANG
SEKALI G G G G
PERJALANA
N
KENDARAA
19 23 33 81 17 8
N 35 UNIT 8 UNIT
UNIT UNIT UNIT UNIT UNIT UNIT
REALISASI
JARAK 17 15
16 KM 23 KM 13 KM 17 KM 17 KM 21 KM
TEMPUH KM KM
KONSUMSI
BBM DLM
1,5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
SEKALI
LITER LITER LITER LITER LITER LITER LITER LITER
PERJALANA
N
TINGKAT
JARA JARAN JARAN JARAN JARA
KECELAKAA JARANG JARANG JARANG
NG G G G NG
N
Dari Survei SPM diatas dilihat dari segi operator, untuk angkutan kota sudah
memenuhi standar SPM yang berlaku, dapat dikatakan baik. Walaupun ada beberapa
indikator-indikator yang perlu ditingkatkan kembali agar angkutan kota tersebut
semakin baik dari waktu ke waktu.
Dalam pembuatan peta kontur waktu ada beberapa variabel yang perlu diperhatikan
seperti :
1. Waktu berjalan kaki
Yaitu waktu berjalan kaki menuju halte atau tempat angkutan umum.
2. Waktu menunggu angkutan
Yaitu waktu yang digunakan pada saat menunggu angkutan umum. Waktu
menunggu angkutan umum diperoleh dari ½ headway.
3. Waktu didalam kendaraan
Yaitu waktu pada saat penumpang didalam kendaraan sampai dengan menuju CBD
yang diperoleh dari survei dalam kendaraan (On Bus).
Dari tiga variabel diatas dapat dibuat peta kontur waktu total perjalanan yang
masuk CBD dan keluar CBD. Dapat dilihat sebagai berikut:
= 6pnp
= 0,50
Dari hasil analisa survei diperoleh data mengenai penumpang tiap perjalanan
dari masing-masing trayek angkutan kota di Kota Tegal. Penumpang tiap
Yang diharapkan oleh pihak operator untuk mandapatkan keuntungan yang lebih
besar.
Dari hasil survei diperoleh data mengenai pendapatan penumpang per kilometer
dari masing-masing trayek angkutan kota di Kota Tegal. Pendapatan
penumpang per kilometer tertinggi adalah trayek tegal – slawi yaitu sebesar Rp.
790.583,27pnp/km dan pendapatan penumpang per kilometer terendah adalah
trayek tegal - kemantran yaitu sebesar Rp. 8.625,89 pnp/km.
a. Perengkingan terbaik pada angkutan kota yaitu trayek tegal - slawi dengan :
1) Faktor muat 34,04%, dalam hal ini walaupun bukan yang tertinggi, namun
dengan faktor muat tersebut menguntungkan operator dikarenakan
banyaknya penumpang yang naik.
2) Tingkat Kemerataan Penumpang adalah 2,77, tingkat kemerataan untuk
trayek tegal – slawi ini cukup bagus dibanding trayek angkutan kota lainnya
karena perbedaan penumpang pada jam sibuk dan jam tidak terlalu tinggi
dimana operator menginginkan kemerataan penumpang baik pada jam
sibuk maupun jam tidak sibuk.
3) Penumpang rata – rata tiap perjalanan yaitu sebesar 3,13, merupakan yang
tertinggi. Semakin tinggi nilai penumpang tiap perjalanan maka semakin
banyak penghasilan yang didapat oleh operator. Sehingga hal ini
menguntungkan dari sisi operator.
4) Pendapatan rata-rata penumpang – km sebesar Rp 790.583,27, ini
merupakan pendapatan tertinggi diantara trayek lainnya, semakin tinggi
pendapatan yang diperoleh semakin menguntungkan bagi operator.
b. Perangkingan terburuk dari segi operator yaitu trayek tegal - kemantran dengan:
1) Faktor muat untuk trayek tegal - kemantransebesar30,38%, dalam hal ini
walaupun bukan faktor muat yang terendah, namun dengan faktor muat
tersebut merugikan operator dikarenakan sedikitnya penumpang yang naik.
2) Tingkat Kemerataan Penumpang adalah sebesar 2,13, tingkat kemerataan
untuk trayek ini cukup buruk karena perbedaan penumpang pada jam sibuk
dan jam tidak sibuk terlalu tinggi, itu berarti perolehan yang yang didapat
tidak merata.
3) Penumpang rata – rata tiap perjalanan untuk trayek tegal - kemantran
sebesar 0,67. Semakin tinggi nilai penumpang tiap perjalanan maka
semakin banyak penghasilan yang didapat oleh operator. Dalam hal ini
kurang menguntungkan dari sisi operator.
4) Pendapatan rata-rata penumpang–km untuk trayek tegal - kemantran
sebesar Rp 8.626,89, ini merupakan pendapatan yang kecil dibanding
trayek lainnya, sehingga sangat tidak menguntungkan bagi operator itu
sendiri.
3. Sudut Pandang Pemerintah
a. Perangkingan terbaik pada angkutan kota dari segi pemerintah yaitutrayek tegal
– jatibarang dengan :
1) Tingkat operasi kendaraan 114%, walaupun trayek tertinggi kedua yang
beroperasi, namun termasuk baik dari segi pemerintah, walaupun tidak
semuanya beroperasi karena tidak mencapai 100 %.
2) Tingkat penyimpangan0%, berarti tidak melakukan penyimpangan trayek.
3) Tingkat tumpang tindih trayek 15%, merupakan trayek tertinggi dengan ini
berarti hanya sedikit tingkat tumpang tindih trayek pada trayek tegal -
jatibarang ini.
b. Perangkingan terburuk yaitu trayek A1 dengan :
1) Tingkat operasi kendaraan 86%, merupakan trayek terendah yang
beroperasi.
2) Tingkat penyimpangan trayek0%, tidak melakukan penyimpangan.
3) Tingkat tumpang tindih trayek 74%, walaupun bukan merupakan trayek
dengan tumpang tindih tertinggi namun perlu penanganan dari pemerintah.
a. Frekuensi (Kend/jam)
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai frekuensi trayek angkutan kota di
Kota Tegalmasih banyak yang belum memenuhi standar Bank Dunia yaitu 12
kendaraan/jam untuk jam sibuk dan 6 kendaraan/jam untuk jam tidak sibuk.
b. Faktor Muat
POLA UMUM TRANSPORTASI DARAT KOTA TEGAL
TIM PKL KOTA TEGAL 2012/STTD/ANGK.XXXI VI-86
TABEL VI.41 : Perbandingan Faktor Muat
Faktor Standar
No Kode Trayek
Muat (%) Bank Dunia
1 A1 31 12
2 A2 20 12
3 TEGAL-SLAWI 34 12
4 TEGAL-BANJARAN 36 12
5 TEGAL-KEMANTRAN 30 12
6 TEGAL-DUKUHTURI 26 12
7 TEGAL-JATIBARANG 29 12
8 TEGAL-PS. BAWANG 17 12
Sumber : Hasil Analisis TIM PKL Kota Tegal 2012
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai factor muat semua trayek
angkutan kota di Kota Tegalbelum memenuhi standar Bank Dunia yaitu di
bawah 90%.
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa tingkat perpindahan trayek angkutan
kota di Kota Tegal hanya terdapat 2 trayek yang melebihi standar Bank Dunia
yaitu trayek Tegal-Banjaran sebesar 84 % dan Tegal-Pasar Bawang sebesar 55
%, kedua trayek tersebut memiliki nilai lebih dari 50 %.
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai umur rata-rata kendaraan semua
trayek angkutan kota di Kota Tegal melebihi standar Bank Dunia yaitu 5 tahun.
e. Tingkat Kemerataan
Tingkat Standar
No Kode Trayek
Kemerataan Bank Dunia
1 A1 0,98 1
2 A2 1,22 1
3 TEGAL-SLAWI 2,77 1
4 TEGAL-BANJARAN 2,79 1
5 TEGAL-KEMANTRAN 2,13 1
6 TEGAL-DUKUHTURI 1,89 1
7 TEGAL-JATIBARANG 1,73 1
8 TEGAL-PS. BAWANG 4,00 1
Sumber : Hasil Analisis TIM PKL Kota Tegal 2012
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa tingkat kemerataan yang paling
mendekati dari nilai standar yaitu trayek AI sebesar 0,98 sedangkan untuk yang
paling melebihi dari nilai standar yaitu trayek Tegal-Pasar Bawang sebesar 4.
f. Pnp / perjalanan
Pnp / Standar
No Kode Trayek
perjalanan Bank Dunia
1 A1 0,50 1
2 A2 0,31 1
3 TEGAL-SLAWI 3,13 1
4 TEGAL-BANJARAN 2,85 1
5 TEGAL-KEMANTRAN 0,67 1
6 TEGAL-DUKUHTURI 0,92 1
7 TEGAL-JATIBARANG 0,31 1
8 TEGAL-PS. BAWANG 0,74 1
Sumber : Hasil Analisis TIM PKL Kota Tegal 2012
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai pendapatan Pnp-Km untuk
angkutan di Kota Tegal belum memenuhi standar.
Dari hasil analisis tersebut dapat dinilai trayek yang memiliki kinerja terbaik dan
terburuk. Diharapkan dengan adanya data ini Dinas Perhubungan dan Informatika Kota
Tegal dapat melakukan evaluasi terhadap pelayanan angkutan umum.
Dapat disimpulkan dari hasil survei yang kami lakukan selama 3 (tiga) bulan khususnya
di bidang Angkutan Umum (Public Transport) dimana hal ini bertujuan untuk
mengetahui unjuk kinerja pelayanan angkutan umum di wilayah studi Kota Tegal, maka
permasalahan yang ada di Kota Tegal, yaitu:
1. Sarana
a. Tidak semua kendaraan yang beroperasi sesuai dengan izin yang telah
diberikan oleh Pemerintah.
b. Umur rata-rata kendaraan melebihi batas ekonomis angkutan (lebih dari 5
tahun)
2. Prasarana
a. Tidak optimalnya operasional Terminal kota Tegal sebagai tempat naik
turunnya angkutan kota.
b. Kurangnya tempat naik turun penumpang pada lintasan trayek.
3. Operasional
a. Adanya trayek yang tumpang tindih dan melakukan penyimpangan.
b. Tidak semua kendaraan yang beroperasi sesuai dengan izin yang telah
diberikan oleh Pemerintah.
c. Rata-rata load factor rendah bagi angkutan kota.
POLA UMUM TRANSPORTASI DARAT KOTA TEGAL
TIM PKL KOTA TEGAL 2012/STTD/ANGK.XXXI VI-89
d. Masih adanya wilayah yang belum terlewati angkutan umum.