Anda di halaman 1dari 32

DAMPAK KEPADATAN PENDUDUK TERHADAP SARANA DAN

PRASARANA TRANSPORTASI DI JAKARTA

Mata Kuliah : Dasar-Dasar Rekayasa Transportas

Dosen Pengampu : Ria Miftakhul Jannah, S.T., M.T.

Disusun Oleh Kelompok 4 :

1. Afra Andiryan 2220503090


2. Talitha Salma Azaria M. 2220503099
3. Abednego Junisco Manik 2230503092
4. Clarissa Putri Nareswari 2240503116
5. Ganendra Andito Dion P. 2240503120

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS TIDAR

MAGELANG 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Dampak Kepadatan Penduduk Terhadap Sarana dan
Prasarana Transportasi di Jakarta” untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi. Kami mengucapkan terima kasih kepada
dosen mata kuliah Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi, Ria Miftakhul Jannah,
S.T., M.T. yang telah membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh Ibu
Ria Miftakhul Jannah, S.T., M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah Dasar-
Dasar Rekayasa Transportasi. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada para pembaca untuk mengetahui tentang permasalahan
transportasi apa saja yang ada di Jakarta. Kami sangat menyadari jika makalah ini
jauh dari kata sempurna dan masih banyak kesalahan. Maka dari itu, kami
berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah kami.

Magelang, 25 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................3

2.1 Sistem Trasnportasi........................................................................................3

2.2 Hubungan Kepadatan Penduduk dengan Permasalahan Transportasi...........4

2.3 Permasalahan Transportasi di Jakarta............................................................5

2.3.1 Kemacetan...............................................................................................5

2.3.2 Transportasi Umum.................................................................................9

2.3.3 Kerusakan Prasarana Jalan Raya...........................................................13

2.3.4 Banjir Yang Menghambat Kegiatan Transportasi.................................15

2.3.5 Kecelakaan Lalu Lintas.........................................................................18

BAB III..................................................................................................................24

3.1 Kesimpulan...................................................................................................24

3.2 Saran.............................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kemacetan di Jakarta..........................................................................6


Gambar 2. 2 Kemacetan fly over Jakarta.................................................................7
Gambar 2. 3 Kepadatan penumpang KRL.............................................................10
Gambar 2. 4 Halte Harmoni...................................................................................11
Gambar 2. 5 Stasiun Manggarai.............................................................................11
Gambar 2. 6 Jalan akses Marunda di Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara rusak
dan berlubang.........................................................................................................13
Gambar 2. 7 Motor terendam banjir.......................................................................16
Gambar 2. 8 Banjir menggenangi rel kereta..........................................................17
Gambar 2. 9 Penumpang KRL...............................................................................17
Gambar 2. 10 Jalan tol terendam banjir.................................................................17
Gambar 2. 11 Kecelakaan di Sudirman, Jakarta Pusat..........................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transportasi dapat diartikan sebagai pemindahan manusia atau barang dari
satu tempat ke tempat lainnya atau dari tempat asal ke tempat tujuan.
Sedangkan sistem transportasi adalah suatu bentuk yang saling berkaitan
antara penumpang, barang, prasarana dan sarana yang saling berinteraksi
dalam suatu proses perpindahan yang tercakup dalam suatu tatanan, baik
secara alami ataupun buatan. Tujuan dari sistem transportasi ialah supaya
pergerakan penumpang dan barang dapat terkordinasi dengan cara mengatur
komponen-komponen yang terdapat di dalamnya seperti prasarana sebagai
media dan sarana sebagai alat yang dugynakan dalam proses transportasi.
Trasnportasi secara garis besar dibagi menjadi 3, yaitu transportasi udara,
transportasi darat, dan transportasi laut.
Dewasa ini kita sering melihat banyaknya permasalahan transportasi yang
ada di Indonesia, khususnya Provinsi Jakarta. Mulai dari kemacetan,
kecelakaan, kurangnya transportasi umum dan permasalahan lainnya.
Permasalahan ini dikarenakan Provinsi Jakarta yang memiliki total penduduk
sekitar 11.249.585 jiwa dengan luas hanya 661,23 km 2 menjadikan sarana dan
prasarana transportasi yang ada di Jakarta tidak mencukupi dengan kebutuhan
masyarakatnya. Ditambah lagi dengan masyarakat yang tinggal di luar Jakarta
dan bekerja di Jakarta. Oleh karena itu, permasalahan transportasi di Jakarta
sangatlah kompleks.

1.2 Rumusan Masalah


1.1.1 Apa yang dimaksud dengan sistem transportasi perkotaan?
1.1.2 Bagaimana hubungan permasalahan transportasi dengan kepadatan
penduduk?
1.1.3 Apa saja permasalahan transportasi yang ada di Jakarta?

1
1.1.4 Bagaimana solusi untuk mengatasi permasalahan transportasi yang ada di
Jakarta?

1.3 Tujuan Penulisan


1.1.5 Untuk mengetahui definisi dan penjelasan mengenai sistem transportasi
perkotaan
1.1.6 Untuk mengetahui hubungan permasalahan transportasi dengan kepadatan
penduduk
1.1.7 Untuk mengetahui berbagai macam permasalahn transportasi yang ada di
Jakarta
1.1.8 Untuk mengetahui solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi
permasalahan transportasi yang ada di Jakarta

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Trasnportasi


Transportasi adalah suatu kegiatan yang melibatkan perpindahan orang, barang,
atau informasi dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan berbagai jenis
kendaraan dan infrastruktur transportasi. Tujuan dari transportasi adalah untuk
menghubungkan berbagai tempat dan memudahkan mobilitas manusia serta barang,
sehingga memungkinkan manusia untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam
kehidupan sehari-hari.

Transportasi dapat melibatkan berbagai jenis kendaraan, seperti kendaraan


pribadi, kendaraan umum, kapal, pesawat, kereta, dan sepeda. Transportasi juga
melibatkan infrastruktur transportasi, seperti jalan raya, jembatan, rel kereta, bandara,
dan pelabuhan.

Selain itu, transportasi juga dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu
transportasi orang dan transportasi barang. Transportasi orang digunakan untuk
memindahkan orang dari satu tempat ke tempat lain, seperti dalam perjalanan ke
sekolah, tempat kerja, atau kegiatan sosial. Sementara itu, transportasi barang
digunakan untuk memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lain, seperti dalam
distribusi barang atau pindah rumah.

Dalam kehidupan modern, transportasi sangat penting dalam memfasilitasi


perdagangan, pariwisata, dan kegiatan sosial. Oleh karena itu, pengembangan sistem
transportasi yang efektif dan efisien sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat.

Sistem transportasi merupakan suatu sistem yang melibatkan berbagai jenis


infrastruktur, kendaraan, dan kegiatan untuk memindahkan orang, barang, dan
informasi dari satu tempat ke tempat lain. Sistem ini merupakan bagian penting dari
kehidupan sehari-hari dan memiliki peran yang krusial dalam menggerakkan ekonomi
dan kegiatan sosial masyarakat.

3
Sistem transportasi mencakup berbagai jenis mode transportasi, seperti kendaraan
pribadi, kendaraan umum, kapal, pesawat, kereta, dan lain-lain. Sistem ini juga
melibatkan infrastruktur transportasi, seperti jalan raya, jembatan, rel kereta, bandara,
dan pelabuhan.

Selain itu, sistem transportasi juga mencakup berbagai jenis kegiatan dan layanan
pendukung, seperti manajemen lalu lintas, logistik, perawatan kendaraan, dan
informasi transportasi. Semua ini dikelola dan diatur oleh pemerintah, organisasi
swasta, dan masyarakat untuk memastikan transportasi yang aman, efisien, dan
handal.

Dalam konteks globalisasi dan perdagangan internasional, sistem transportasi


juga sangat penting dalam memfasilitasi perdagangan barang dan jasa di seluruh
dunia. Oleh karena itu, pengembangan sistem transportasi yang baik sangat penting
bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

2.2 Hubungan Kepadatan Penduduk dengan Permasalahan Transportasi


Kepadatan penduduk dapat berdampak pada permasalahan transportasi di
berbagai cara. Berikut beberapa dampak yang mungkin terjadi:

 Kemacetan: Kepadatan penduduk yang tinggi dapat menyebabkan kemacetan di


jalan-jalan. Jumlah kendaraan yang meningkat akibat jumlah penduduk yang
banyak dan aktivitas kegiatan yang tinggi dapat mengakibatkan kemacetan yang
parah. Hal ini dapat berdampak pada waktu tempuh yang lama, meningkatkan
biaya bahan bakar, dan memperburuk polusi udara.
 Kurangnya aksesibilitas: Kepadatan penduduk yang tinggi juga dapat
menyebabkan kurangnya aksesibilitas bagi beberapa orang untuk menggunakan
transportasi umum atau jalan-jalan yang ramai. Hal ini dapat mengakibatkan
kemacetan di jalan raya dan meningkatkan risiko kecelakaan.
 Peningkatan polusi: Kepadatan penduduk yang tinggi juga dapat meningkatkan
polusi udara. Jumlah kendaraan yang banyak dan aktivitas manusia yang tinggi
akan meningkatkan emisi gas buang dan menghasilkan polusi yang berbahaya bagi
kesehatan manusia dan lingkungan.

4
 Keterbatasan infrastruktur transportasi: Kepadatan penduduk yang tinggi dapat
mengakibatkan keterbatasan infrastruktur transportasi, termasuk jalan-jalan,
jembatan, dan stasiun. Hal ini dapat mengakibatkan masalah dalam mengelola
aliran lalu lintas dan meningkatkan waktu tempuh.

Oleh karena itu, penting untuk merencanakan dan mengembangkan infrastruktur


transportasi yang efektif dan efisien untuk mengatasi dampak kepadatan penduduk
pada permasalahan transportasi. Ini dapat mencakup pengembangan transportasi
umum, jalan raya yang lebih luas, pembatasan kendaraan, dan pengembangan
teknologi transportasi yang lebih canggih.

2.3 Permasalahan Transportasi di Jakarta


Jakarta, sebagai ibu kota Indonesia, memiliki sejumlah permasalahan
transportasi yang kompleks dan multifaset. Beberapa permasalahan transportasi di
Jakarta adalah sebagai berikut:

2.3.1 Kemacetan
Jakarta adalah ibu kota dan kota terbesar Indonesia. Terletak di estuari Sungai
Ciliwung, di bagian barat laut Jawa. Jumlah penduduk yang terus meningkat juga
berakibat terhadap meningkatnya jumlah pergerakan atau mobilititas masyarakat. Jika
terjadi kesendatan dalam lalu lintas yang ditandai dengan tidak bergeraknya
kendaraan maka itu dikatakan terjadi kemacetan. Kemacetan di Jakarta sudah menjadi
momok, bukan hanya bagi masyarakat Jakarta saja namun juga bagi seluruh
masyarakat Indonesia. Dibandingkan dengan kota di negara lain, angkutan umum di
negara kita sangat tertinggal. Di negara maju masyarakatnya lebih bnyak
menggunakan kendaraan umum daripada kendaraan pribadi. Sedangkan di Jakarta
masyarakatnya lebih banyak menggunakan kendaraan pribadi alih-alih menggunakan
kendaraan umum dengan alasan seperti tidak nyaman, waktu tempuh perjalanan yang
lebih lama, kapasitas angkutan umum tidak memadai sehingga keamanan tidak dapat
diperoleh dan alasan lain. Jumlah penunggang kendaraan pribadi semakin meningkat
dari tahun ke tahun yang tidak didukung oleh pembangunan infrastruktur yang
memadai dan akan menyebabkan kemacetan semakin meningkat.

5
Berikut adalah faktor faktor yang menyebabkan terjadinya kemacetan di kota Jakarta:

 Faktor Penggunaan Kendaraan Pribadi


Faktor utama penyebab
kemacetan lalu lintas adalah
tingginya jumlah kendaraan
pribadi baikkendaraan roda empat
maupun kendaraan roda dua yang
tidak sebanding dengan
infrastrukturnya. Jumlah
kendaraan bermotor di Jakarta dan Gambar 2. 1 Kemacetan di Jakarta

sekitarnya bertambah sebanyak 5.500 hingga 6.000 unit per hari. Dengan terus
bertambahnya volume kendaraan di jakarta tanpa adanya pembangunan infrastruktur
yang memadai tentu hal ini patut disebut sebagai penyebab utama kemacetan di
Jakarta. Kemacetan di jalan tol luar dan dalam kota didominasi oleh kendaraan
pribadi, begitu juga disetiap lampu lalulintas jumlah kendaraan roda dua sangat
mendominasi. Kendaraan roda empat yang memiliki ukuran besar yang seharusnya
dikendarai oleh 3 atau 4 orang bahkan hanya dikendarai oleh pengemudi saja.
Bisa dibayangkan bagaimana pemborosan ruas yang terjadi. Disamping pengguna
kendaraan roda empat, disetiap lampu merah kendaraan roda dua bisa berjumlah
ratusan. Meningkatnya pengguna sepeda motor umumnya dkarenakan lebih banyak
keuntungan yang dirasakan diantaranya harga relative lebih murah, bahan bakar lebih
irit, waktu tempuh jadi lebih cepat, tidak perlu menunggu, dan dapat menunjang
segala aktifitas manusia. Tapi hal ini menyebabkan masalah karena kurangnya
kedisiplinan pengguna sepeda motor dan juga tidak ada jalur khusus kendaraan roda
dua yang menyebabkan motor seringkali menempati jalur untuk mobil sehingga
menyebabkan kemacetan. Mereka enggan menggunakan kendaraan umum itu
disebabkan karena fasilitas kendaraan umum dianggap masih sangat kurang nyaman.
Menggunakan kendaraan umum dirasakan membuang waktu dengan siasia dan
seringkali menimbulkan kekesalan, karena kendaraan umum sering ngetem terlalu
lama sehingga penumpang yang terburu-buru terlambat sampai ditujuan merasa

6
khawatir dimana akhir-akhir ini kita sering mendengar berita kriminalitas yang terjadi
di angkutan umum. alasan lebih praktis, hemat dan lebih cepat sampai di tujuan.

 Faktor Kapasitas Jalan


Kapasitas jalan yang tidak sebanding dengan
volume kendaraan seringkali menjadi penyebab
kemacetan lalulinas di Jakarta karena kapasitas
jalan tidak bisa menampung semua kendaraan
yang ada sehingga kemacetan pun tak
terhindarkan.berikut adalah beberapa faktor jalan
Gambar 2. 2 Kemacetan fly over Jakarta
yang menyebabkan kemacetan di Jakarta:
1. Kurangnya ruas jalan yang tersedia
2. Lebar jalan yang kurang maksimal
3. Rancangan jalan untuk berputar balik yang tidak tepat
4. Banyaknya persimpangan sebidang yang menggunakan aturan lampu llulintas
menyebabkan banyak kendaraan terhenti dan menyebabkan macet karena
tumpukan kendaraan.
5. Banyaknya persimpangan dengan rel kereta api yang tidak lancer
6. Kemacetan pada pintu tol karena kurangnya jumlah loket yang tersedia
7. Setting durasi lampu merah yang tidak sesuai
8. Banyak orang berjualan dan pengemis di lampu merah

 Faktor Manusia
Manusia sebagai pengguna jalan baik sebagai pengendara ataupun pejalan kaki
yang tidak taat aturan menjadi salah satu penyebab kemacetan di Jakarta. Pejalan kaki
yang menyebrang tidak melalui jembatan penyebrangan, angkutan umum yang
ngetem disembarang tempat, pengendara yang melawan arus, angkutan umum yang
menaik turunkan penumpang disembarang tempat, melanggar aturan lalu lintas, juga
para pengendara yang menyerobot jalur busway yang tentunya menyebabkan
terganggunya hak transportasi tersebut, dsb. Disamping itu penumpang juga memiliki
andil dalam menciptakan kemacetan, misalnya menghentikan kendaraan disembarang
tempat yang menybabkan angkutan berhenti secara mendadak sehingga akan
menggangu kendaraan yang lain atau bahkan kecelakaan.

7
Pedagang kaki lima juga salah satu penyebab terjadinya kemacetan. Banyak
pedagang kaki lima yang mengunakan trotoar sebagai tempat berjualan mereka dan
mengganggu pejalan kaki sehingga pejalan kaki lebih memilih turun ke jalan yang
dapat mengganggu lalulintas. Hal lain yang membuat pedagang kaki lima menjadi
penyebab kemacetan karena banyak pengendara yang akan berhenti untuk membeli
dagangan mereka dan memarkirkannya di pinggir jalan raya yang menyebabkan
terganggunya arus lalu lintas dan menyebabkan kemacetan. Tidak jarang juga
kendaraan pejabat yang lewat dengan patroli menyebabkan kemacetan karena banyak
kendaraan yang menepi ataupun diberhentikan yang menyebabkan kemacetan terjadi.

 Faktor Pengembangan Infrastruktur


Adanya pembangunan infrastruktur menjadi penyebab kemacetan di Jakarta,
misalnya pembangunan underpass, flyover, ataupun trotoar. Kemacetan terjadi bukan
hanya pada lokasi tempat proyek underpass atau infrastruktur tersebut dikerjakan,
tetapi juga berdampak ke jalan lainnya di luar pembangunan proyek infrastruktur
tersebut. Proyek galian kabel listrik milik PLN dan galian air di sepanjang jalan raya
yang belum rampung juga merupakan salah satu penyebab kemacetan di Jakarta.
Proyek galian yang pengerjaannya dengan cara manual menggunakan alat kerja
seadanya dan dilakukan dari pagi hingga sore dan terkadang lobang-lobang galian
dibiarkan begitu sangat berpotensi untuk menyebabkan kemacetan.

Masalah kemacetan juga memiliki dampak yang signifikan bagi masyarakat


Jakarta khususnya pada para pengguna jalan. Dampak yang ditimbulkan akibat
kemacetan secara umum dapat dibagi menjadi dua yaitu dampak ekonomi dan
dampak sosial. enelitian Aris (2012) menyatakan bahwa dampak sosial akibat
kemacetan lalu lintas adalah tidak nyaman, stres, lelah, emosi, terlambat ke tempat
tujuan, dan polusi udara. Sementara itu, dampak ekonomi akibat kemacetan lalu lintas
terlihat dari sisi manfaat yang hilang dan biaya tambahan yang dikeluarkan. Dampak
ekonomi yang ditimbulkan akibat kemacetan yaitu pemborosan BBM, biaya
operasional kendaraan, dan pemborosan energi. Kemacetan juga berdampak pada
lingkungan seperti pencemaran udara, akibat buangan gas dari kendaraan. Selain itu
kemacetan juga menyebabkan banyak terjadi kecelakaan lalulintas. Kemacetan juga
berdampak pada fisik dan psikis, Dampak secara fisik berupa kelelahan, sedangkan

8
dampak secara psikis bisa berupa stres, kesal, dan rasa tidak nyaman karena
dikelilingi oleh polusi, penurunan kualitas lingkungan akibat polusi, dan sebagainya.

Dalam suatu permasalahan tentu ada suatu usaha untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Berikut adalah beberapa cara yang dilakukan untuk mengatasi masalah
kemacetan di kota Jakarta :

1. Mengoptimalkan angkutan trans Jakarta dengan jalur khusus busway.


2. Mengoptimalkan rambu-rambu lalu lintas dan kinerja polisi yang melayani
masyarakat sehingga tercipta kelancaran di jalan raya.
3. Mendorong masyarakatnya untuk lebih memilih naik kendaraan umum dibanding
kendaraan pribadi
4. Menambah kapasitas kendaraan umum seperti penambahan jumlah busway dan
penambahan gerbong kereta ataupun menambah jumlah mereka
5. Penambahan jalan agar banyak alternatif untuk menuju suatu lokasi
6. Pembatasan kendaraan yang melintas di jalan raya seperti system ganjil genap
yang sudah diberlakukan
7. Pembatasan jumlah kepemilikan kendaraan pada satu keluarga, atau boleh
memiliki mobil apabila benar-benar membutuhkan, bukan hanya sekedar gengsi
atau ingin dianggap wah.
8. Mengoptimalkan rambu-rambu lalu lintas dan kinerja polisi yang melayani
masyarakat sehingga tercipta kelancaran di jalan raya.
9. Pemindahan ibu kota ke wilayah lain yang sudah direncanakan agar Jakarta
berfokus menjadi kota bisnis
10. Mengoptimalkan rambu-rambu lalu lintas dan kinerja polisi yang melayani
masyarakat sehingga tercipta kelancaran di jalan raya.

2.3.2 Transportasi Umum


Permasalahan transportasi memang sering kali muncul di tengah-tengah
pesatnya perkembangan suatu wilayah, baik di sektor infrastruktur, kesediaan sarana
dan prasarana, serta perilaku masyarakat. Transportasi umum di Jakarta masih
mempunyai permasalahab, salah satunya ialah masih kalah bersaing dengan
kendaraan pribadi. Hal ini terlihat dari minat masyarakat Jakarta yang kurang

9
terhadap penggunaan kendaraan umum. Ini dikarenakan masih banyaknya
permasalahan yang terjadi ketika menggunakan kendaraan umum sehingga lebih
memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi. Fasilitas yang kurang memadai
menjadikan masyarakat enggan untuk menggunakan kendaraan umum. Halte-halte
transjakarta yang sulit terjangkau dan juga KRL yang belum ada tambahan jalur atau
gerbong menjadi alasan masyarakat Jakarta malas menggunakan kendaraan umum.

Permasalahan transportasi umum di Jakarta sangatlah kompleks. Ini


dikarenakan beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut :

1. Sarana yang terbatas dibandingkan banyaknya pengguna transportasi umum


Sudah banyak sarana kendaraan umum yang ada di Jakarta, seperti commuterline
(KRL), Transjakarta, angkot, dan ojek/taksi online. Tetapi dari banyaknya sarana
yang ada, masih banyak permasalahan yang ada pada masing-masing transportasi
umum di Jakarta.
 Commuterline (KRL)
Tidak dapat dipungkiri KRL menjadi transportasi
umum yang paling banyak penggunanya. Karena
rute KRL ini yang sangat luas mengelilingi
Jabodetabek dan stasiun yang mudah dijangkau.
Tetapi sangat disayangkan, dengan minat pengguna
Gambar 2. 3 Kepadatan penumpang KRL
yang besar, tetapi jumlah kereta yang kurang.
Sehingga menyebabkan penumpang KRL membeludak. Walaupun jeda waktu setiap
kereta 10 menit, pengguna bahkan sampai berdesak-desakan di dalam kereta. Tentu
saja ini dikarenakan jumlah kereta yang kurang. Hal ini membuat kenyamanan
pengguna menjadi terganggu. Bahkan karena berdesak-desakan ada manusia yang
secara sengaja memanfaatkan keadaan untuk berbuat mesum.
 Transjakarta
Sama halnya dengan KRL, Transjakarta juga menjadi moda transportasi umum yang
banyak digunakan oleh warga Jakarta. Permasalahannya pun juga sama dengan KRL.
Jumlah Transjakarta yang kurang dibanding dengan penggunanya. Yang membedakan
hanya terdapat di waktu tempuh. Jika KRL memiliki waktu yang pasti, Transjakarta
waktu tempuhnya tidak pasti. Ini disebabkan transjakarta biasnya terjebak macet.
Walaupun memiliki jalur sendiri, tetapi masih banyak orang yang membawa

10
kendaraan pribadi memasuki jalur transjakarta. Tentunya ini mengganggu perjalanan
transjakarta.

 Angkot
Seiring perkembangan zaman, masyarakat Jakarta sudah jarang menggunakan
angkot untuk berpergian. Dikarenakan sudah banyak yang memiliki kendaraan pribadi
dan juga sudah ada ojek/taksi online yang lebih mudah dan praktis. Akan tetapi
angkot masih menjadi permasalahan transportasi umum. Ini dikarenakan angkot yang
sering berhenti di sembarang tempat sehingga terjadi kemacetan. Selain itu
masyarakat sudah jarang menggunakan angkot dikarenakan fasilitas dari angkot
sendiri sudah ketinggalan dan tidak memberikan kenyamanan. Selain itu supir angkot
juga banyak yang seenaknya dalam berkendara seperti kebut-kebutan sesama angkot
untuk memperebutkan penumpang.
2. Fasilitas dari prasarana yang tidak memadai

Gambar 2. 4 Stasiun Manggarai Gambar 2. 5 Halte Harmoni

Selain sarana yang menjadi faktor permasalahan transportasi umum. Prasarana


juga menjadi salah satu faktornya. Prasarana yang ada di Jakarta masih belum bisa
menampung banyaknya pengguna transportasi umum. Misalnya seperti halte busway
dan juga stasiun KRL, prasarana yang ada tidak bisa menampung para pengguna.
Contohnya seperti di Stasiun Manggarai yang menjadi stasiun transit dan juga halte
harmoni yang digunakan sebagai halte transit. Kedua prasarana tersebut selalu
membeludak ketika jam kerja dan jam pulang kerja. Selain halte dan stasiun, terminal
juga menjadi permasalahan prasarana. Karena masih banyak terminal di Jakarta yang
kondisinya sangat tidak layak. Banyak sampah dan genangan air di terminal.

Dampak dari permasalahan transportasi umum ini sangat banyak, diantaranya adalah :

1. Terganggunya kenyamanan pengguna transportasi umum

11
Transportasi umum seharusnya memberikan kenyamanan kepada penggunanya.
Masyarakat tentu berharap dengan menggunakan kendaraan umum dapat menghemat
biaya dan lebih efisien waktunya. Namun dikarenakan sarana yang ada di Jakarta
kurang, maka yang terjadi adalah menambah waktu perjalanan. Disamping itu juga
masyarakat harus berdesak-desakan di dalam kendaraan umum. Sudah pasti ini sangat
mengganggu kenyamanan para pengguna kendaraan umum. Banyak juga yang berdiri
di dalam kendaraan umum untuk waktu yang lama dikarenakan tidak mendapat kursi.

2. Memakan waktu para pengguna transportasi umum


Transportasi umum diharapkan dapat menyingkat waktu dan terhindar dari
kemacetan. Namun sangat disayangkan, sarana trasnportasi yang kurang
menyebabkan antrean yang sangat panjang. Selain itu, lamanya menunggu kendaraan
umum datang juga menjadi masalah. Karena bukannya mempersingkat waktu
perjalanan, justru memperpanjang waktu perjalanan. Selain sarana transportasi, masih
ada faktor luar lainnya. Seperti pengguna kendaraan pribadi yang sering kali
menggunakan jalur transjakarta sehingga menyebabkan kemacetan. Padahal
transjakarta diberikan jalur khusus supaya terbebas dari kemacetan. Akan tetapi masih
banyak yang menggunakan jalur transjakarta yang menyebabkan kemacetan.
3. Membahayakan keselamatan pengguna transportasi umum
Keselamatan menjadi prioritas semua orang dalam berkendara. Lebih khusus lagi
untuk pengguna transportasi umum. Karena menyangkut banyak nyawa orang. Untuk
transportasi umum dibawah pengawasan pemerintah seperti KRL dan Trasnjakarta
keamanan sudah menjadi prioritas. Tetapi, untuk ankutan umum (angkot) ini masih
menjadi masalah. Banyaknya supir angkot yang ugal-ugalan sangat membahayakan
penumpang. Tidak hanya penumpang, mereka juga membahayakan pengguna jalan
lainnya. Selain angkot, KRL dan Transjakarta juga mempunyai permasalahan.

Solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi permasalahan transportasi umum yang
ada di Jakarta yaitu :

1. Penambahan armada transjakarta dan juga gerbong KRL


Jumlah armada transjakarta dan juga KRL sekarang belum bisa sebanding dengan
penggunanya. Penambahan jumlah armada transjakarta dan juga KRL mungkin
menjadi salah satu solusi untuk menyelesaikan permasalahan transportasi umum.
Akan tetapi diperlukan biaya yang besar untuk menambah armada transjakarta dan

12
juga KRL. Selain itu, melihat dari jam kerja masyarakat Jakarta, transportasi umum
menjadi padat ketika jam berangkat dan jam pulang kerja. Penambahan armada
transjakarta dan juga KRL perlu pertimbangan yang lebih matang. Karena selain pada
waktu jam kerja masyarakat Jakarta pengguna transportasi umum menjadi berkurang.
2. Peluasan prasarana
Banyaknya pengguna transportasi umum di Jakarta tidak seimbang dengan
prasarana yang ada. Antrean yang panjang sering kali terjadi, bahkan sampai keluar
stasiun atau halte. Mungkin untuk mengurangi antrean solusinya yaitu memperluas
prasarana yang ada. Seperti yang kita tahu, Jakarta merupakan kota yang padat.
Sehingga perluasan prasarana menjadi hal yang sulit. Tetapi perluasan prasarana bisa
dilakukan dengan mengikuti jalur kendaraan umum seperti halte-halte transajakarta
yang menyambung dengan JPO (Jembatan Penyeberangan Orang). Ini dilakukan
supaya antrean tidak melebihi dari prasarana yang tersedia.
3. Meningkatkan fasilitas yang ada
Fasilitas yang tersedia dalam sarana dan prasarana transportasi umum masih
belum maksimal. Peningkatan fasilitas diharapkan bisa memberikan kenyaman
kepada para penggunanya. Misalkan seperti menambah kursi di halte ataupun stasiun
untuk menunggu kedatangan transjakarta ataupun kereta dan menyediakan toilet di
halte transjakarta.

2.3.3 Kerusakan Prasarana Jalan Raya


Jalan merupakan sarana transportasi
terpenting dalam masyarakat karena sangat
berpengaruh dalam aktivitas dan kegiatan sehari-
hari. Jalan sebagai prasarana yang mampu
memberikan pelayanan penunjang di bidang
Pendidikan, perdagangan, pekerjaan dan lain-
Gambar 2. 6 Jalan akses Marunda di
lain. Saat ini masih banyak jalan rusak akibat Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara rusak
dan berlubang
dampak banjir yang menggenangi Ibu Kota sejak awal 2021, dan Sebagian di antara
titik jalan ada pula yang rusak karena umur jalan sudah terlalu lama. Jalan rusak di
Jakarta sudah tidak mendapatkan perhatian khusus, dan menurut temuan Dinas Bina
Marga DKI Jakarta melakukan perbaikan hanya dengan tambal sulam saja. Kerusakan
jalan yang terjadi di berbagai daerah saat ini merupakan yang kompleks dan kerugian

13
yang diderita sungguh besar terutama bagi pengguna jalan, seperti terjadinya waktu
tempuh yang lama, kemacetan, kecelakaan lalu lintas dan lain-lain.

Faktor penyebab terjadinya kerusakan jalan :

1. Tidak adanya drainase / saluran air


Salah satu poin terpenting dari setiap proyek jalan adalah drainase atau saluran.
Jalan yang tidak memiliki drainase atau drainase yang tersumbat akan mengakibatkan
genangan air di jalan. Air pada aspal akan mengurangi daya lekat aspal sehingga jalan
akan mudah terjadi kerusakan.
2. Overtonase (kelebihan beban tonase) kendaraan
Beban sumbu suatu kendaraan yang melintasi jalan raya harus sesuai dengan
ketentuan yang telah dipersyaratkan oleh pemerintah melalui Dinas Perhubungan,
Oleh karena itu, diperlukan peran fungsi dari jembatan timbang, dan jenis kendaraan
melewati jalan sesuai dengan kapasitas dan tipe yang kendaraan yang dipersyaratkan.
3. Faktor bencana alam
Untuk faktor bencana alam memang sulit kita hindari, seperti kerusakan jalan
akibat gempa bumi atau bencana banjir dan lainnya. Namun kita perlu mengambil
pelajaran yang terjadi dengan beupaya membuat konstruksi jalan yang lebih pada
daerah yang rawan bencana alam.
4. Tidak dilakukan perawatan jalan secara berkala
Jalan yang telah mulai mengalami kerusakan apabila ditangani dengan segera
akan menyebabkan kerusakannya semakin parah. Oleh karena itu diperlukan
perawatan jalan secara berkala oleh instansi terkait agar tidak membahayakan
masyarakat pengguna transportasi terutama pengendara sepeda motor.
5. Faktor Konstruksi
Faktor ini berkaitan dengan unsur perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan di
lapangan. Perencana harus menghitung dengan tepat beban sumbu kendaraan yang
akan melintas di atas jalan tersebut. Dengan mengetahui itu, maka perencana akan
menghitung ketebalan lapisan konstruksi mulai dari pondasi, batu pengisi dan lapisan
atas. Sehinga dengan perhitungan tersebut diprediksi lapisan jalan akan kuat menahan
beban sumbu kenaraan yang melintas. Perlu pengawasan yang ketat saat pelaksanaan
di lapangan. Jika pelaksana membangun konstruksi jalan sesuai dengan rencana maka
dipastikan jalan akan bertahan lama.
6. Faktor kondisi setempat

14
Situasi-sistuasi yang dikategorikan faktor setempat itu adalah seperti daya
dukung tanah di tempat itu memang sangat rendah. Dibutuhkan perbaikan daya
dukung tanah dengan cara menggantinya dengan tanah yang memiliki daya dukung
yang baik kemudian dipadatkan. Kemudian dilakukan pekerjaan konstruksi lapisan
jalan.

Dampak dari kerusakan Jalan :

Kerusakan jalan sangat mengganggu kenyamanan pengguna jalan. Jalan yang


rusak apabila pada musim kemarau akan berdebu dan debu sebagai polusi udara akan
dapat merusak lingkungan hidup, sebaliknya apabila musim hujan air akan
menggenang dan menutupi jalan rusak sehingga akan membahayakan keselamatan
pengguna jalan (kecelakaan).

Solusi dari kerusakan Jalan :

a. Membatasi kendaraan merupakan upaya yang efektif untuk merawat dan


mencegah jalan dari kerusakan.
b. Pemerintah harus tetap mengupayakan jaringan jalan yang menjadi
tanggungjawab agar dalam kondisi baik.
c. Pembuatan drainase atau saluran di samping jalan raya untuk menghindari air
yang menggenang.
d. Memilih aspal dengan kualitas yang bagus agar tidak mudah rusak.
e. Melakukan pengawasan dan pemeliharaan aspal untuk menghindarkan jalan dari
lubang atau rusak.
f. Kendaraan berat sebaiknya diarahkan untuk melintasi jalan-jalan beton yang
memiliki struktur lebih kuat dibandingkan jalan-jalan dengan perkerasan aspal.
g. Menghamparkan atau menaburkan agregat panas yan kemudian dipadatkan. Atau
bisa juga dilakukan pengangkatan lapisan aspal dan lantas diberi lapisan penutup.
h. Menutup area permukaan jalan aspal yang rusak dengan buras, latasir atau
latasbun.
i. Sistem drainase perlu dibersihkan secara berkala dari sampah dan rumput agar
tetap bisa mengalirkan air dengan lancar.

15
2.3.4 Banjir Yang Menghambat Kegiatan Transportasi
Banjir merupakan bencana alam yang palig sering terjadi di Indonesia, terutama
di daerah Ibu Kota. Banjir merupakan keadaan dimana suatu daerah tergenang oleh
air dalam jumlah yang besar. Kedatangan banjir dapat diprediksi dengan
memperhatikan curah hujan dan aliran ait. Namun terkadang banjir dapat datang tiba-
tiba akibat dari angin badai atau kebocoran tanggul yang biasa disebut banjir bandang.

Jakarta merupakan kota yang selalu terkena bencana banjir. Kita tidak dapat
menghilangkannya. Tetapi yang bisa kita lakukan adalah dengan mengurangi risiko
yang diakibatkan dari bencana banjir. Banyak cara yang dilakukan, baik dalam jangka
pendek, menengah, maupun panjang, termasuk normalisasi dan naturalisasi. Proses
normalisasi bisa dilakukan di hilir, sedangkan naturalisasi dilakukan di tengah dan
hulu.

Terganggunya transportasi dan distribusi logistik akibat tingginya curah hujan


dan banjir berisiko mengerek tingkat inflasi mendekati 1%. Hujan dan banjir dapat
mengganggu kelancaran transportasi dan berisiko mengerek harga barang konsumsi.
Meski sudah diantisipasi, pentingnya koordinasi yang baik antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah untuk mengatasi masalah banjir dan terhambatnya jalur
transportasi.

Terjadinya banjir menimbulkan kerugian secara material dan non material bagi
masyarakat. Berikut dampak banjir :

a) Menimbulkan Kerugian Ekonomi

Banjir bisa mengakibatkan kerusakan rumah dan isi barang dalam rumah ataupun
sarana prasarana umum lainnya. Selain itu, masyarakat terdampak banjir juga akan
sulit untuk bekerja selama banjir terjadi. Hal ini tentu membuat masyarakat rugi dari
sisi ekonomi.

b) Melumpuhkan Aktivitas Masyarakat

Tenggelamnya pemukiman karena banjir yang cukup besar mengharuskan


masyarakat korban untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Pakaian seadanya
dan tidak adanya tempat tinggal membuat masyarakat menjadi sulit untuk melakukan

16
aktivitas seperti biasa. Terlebih bencana banjir juga membuat kesulitan dalam akses
dan transportasi. Tidak hanya rumah warga saja yang terjkena banjir. Namun
beberapa jalur transportasi di Ibu Kota juga terganggu. Mulai dari kendaraan pribadi,
transjakarta, hingga kereta, baik commuterline maupun kereta jarak jauh.

 Pengendara sepeda motor melintasi banjir yang


menggenangi jalan. Ketika dilanda hujan dengan
intensitas tinggi di Jakerta membuat sejumlah wilayah di
Ibu Kota terendam banjir.
Gambar 2. 7 Motor terendam
banjir

 Sejumlah petugas menyedot air dengan pompa yang


merendam bantalan rel di stasiun. Hal ini bertujuan agar
jalan rel kereta api tidak terganggu.

Gambar 2. 8 Banjir menggenangi


rel kereta

 Kereta listrik menerobos rel yang terendam air di stasiun. Saat hujan lebat dan
mengakibatkan genangan air yang merendam jalur rel, untuk antisipasi PT Kereta
Commuter Indonesia melakukan rekayasa pola oprasi.

 Warga menunggu bus Transjakarta saat banjir di halte.

 Warga menunggu KRL di stasiun. Adanya banjir


yang menggenangi sejumlah stasiun di Jakarta,
mengakibatkan keterlambatan keberangkatan KRL,
sehingga terjadi penumpukan penumpang.
Gambar 2. 9 Penumpang KRL

17
 Beberapa kendaraan menerobos banjir di ruas
tol Jakarta. Drainase yang buruk membuat ruas tol
terendam banjir, sehingga menyebabkan kemacetan
parah di kedua arah.

Gambar 2. 10 Jalan tol terendam


banjir

Penyebab

Pada awal 2021, jaringan drainase kota sudah kewalahan menampung air hujan


yang turun hingga menimbulkan genangan di berbagai lokasi. Namun, secara garis
besar, selain drainase ada tiga faktor utama yang kerap dianggap sebagai penyebab
banjir di Jakarta:

Pertama, curah hujan ekstrem. Tren curah hujan ekstrem dengan intensitas tinggi


dan durasi singkat semakin sering terjadi. Curah hujan ekstrem adalah dampak nyata
dari krisis iklim.

Kedua, perubahan tutupan lahan. Analisis data tutupan lahan KLHK tahun 2000
dan 2019 menunjukkan peningkatan luas hutan tanaman hingga 117.7% di kawasan
hulu sungai yang mengalir menuju Jakarta, menggantikan dominasi lahan pertanian.
Luas permukiman juga tumbuh pesat hingga 47.4%, menggantikan lahan pertanian
dan ruang terbuka hijau di kawasan tengah dan hilir. Di Jakarta sendiri, luas ruang
terbuka hijau hanya 9.8% di tahun 2019. Hal ini meningkatkan peluang meluapnya
sungai dan jaringan drainase akibat besarnya air limpasan permukaan (runoff), belum
lagi ancaman sedimentasi di sungai akibat laju erosi yang besar di kawasan hulu.

Ketiga, penurunan permukaan tanah. Penurunan permukaan tanah Jakarta


mencapai rata-rata 12 cm/tahun, dan terjadi dengan lebih ekstrem di bagian pesisir
utara Jakarta dengan laju penurunan hingga 25cm/tahun. Menurut Takagi et al.
(2015), hingga tahun 2050 diproyeksikan luasan banjir akibat penurunan tanah
bertambah hingga 110.5 km2, setara dengan 75% luas wilayah Jakarta Utara. Beban
bangunan di permukaan dan ekstraksi air tanah berlebih turut mempercepat laju
penurunan tanah. Saat ini masih ada 35% warga Jakarta yang menggunakan air tanah

18
untuk kebutuhan harian. Akibatnya, tinggi muka air tanah di Jakarta semakin dangkal
dan kapasitas simpan air menjadi lebih rendah.

Solusi

Sampai sekarang, upaya Jakarta dalam pengendalian banjir dilakukan dengan


basis infrastruktur fisik (grey infrastructure) berupa pembangunan dan
perluasan waduk/situ, pompa air, polder, dan pemeliharaan kanal.

Solusi adaptif berupa hybrid infrastructure dapat menjadi pendekatan yang


cocok diaplikasikan di Jakarta karena pendekatan ini bukan hanya dapat diterapkan
pada daerah sungai, tapi juga bisa diterapkan pada daerah permukiman untuk
memperluas kapasitas pengendalian runoff sehingga mencegah banjir lokal.

Pemerintah Jakarta di dalam Instruksi Gubernur No.52 Tahun 2020 memang


telah mulai berupaya mengadaptasi pendekatan Nature-based Solution (NbS) melalui
beberapa rencana intervensi seperti penambahan fungsi RTH, drainase vertikal
ataupun sumur resapan dengan pola kerjasama antar dinas terkait.

2.3.5 Kecelakaan Lalu Lintas


Di wilayah kota Jakarta, kecelakaan dalam berlalu lintas masuk kedalam
masalah yang hampir sering terjadi setiap saat. Tidak sedikit korban mengalami
kerugian harta benda, tetapi korban juga mengalami luka ringan, luka berat bahkan
sampai kehilangan nyawa. Kecelakaan lalu lintas di Jakarta patut diperhatikan secara
serius, kecelakaan tersebut dapat disebabkan oleh faktor pelanggaran pengguna jalan,
fasilitas sarana dan prasarana jalan. Hal tersebut bisa dilihat dari angka kecelakaan
lalu lintas yang terus meningkat setiap tahunnya. Jakarta sebagai ibu kota selayaknya
sebagai percontohan keamanan dan keselamatan bagi pengguna jalan di Indonesia.

Secara umum ada beberapa jenis kecelakaan lalu lintas, diantaranya Yaitu:
jenis kecelakaan dan penyebab kecelakaan. jenis kecelakaan Dipandu oleh pedoman
untuk menangani lokasi rawan kecelakaan Lalu lintas yang diterbitkan oleh
departemen. permukiman dan infrastruktur Region (Pd T-09-2004-B) fokus pada
penelitian antar tipe Insiden dikelompokkan berdasarkan jenis utama. Analisis data

19
kecelakaan dapat dilakukan dengan cara menganalisis Metode "5W+1H", yaitu Why
(penyebab kecelakaan), What (jenis kecelakaan), Where (lokasi kecelakaan),
Who(pengguna jalan), When (waktu kejadian) dan How (jenis pergerakan
kendaraan).

1. Why (faktor penyebab kecelakaan)

Analisis bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan sebab akibat utama dalam


kecelakaan, faktor-faktor ini termasuk jarak pandang yang terbatas pengemudi,
pelanggaran rambu lalu lintas, kecepatan tinggi misalnya melebihi batas kecepatan
yang diizinkan, kurangnya antisipasi untuk kondisi lalu lintas yang tidak aman seperti
menyalip, kurang sulit konsentrasi, salah tempat parkir, penerangan kurang, tidak ada
Sinyal kendaraan lain, dll.

2. What (tipe tabrakan)

Analisis bertujuan untuk mengetahui jenis tumbukan yang terjadi


mendominasi di lokasi kecelakaan, jenis ini termasuk tabrakan pejalan kaki, tabrak
depan-depan, tabrak depan-belakang, tabrak frontal, lepas kendali.

3. Who (keterlibatan pengguna jalan)

Keterlibatan pengguna jalan dalam kecelakaan dikelompokkan sesuai dengan itu jenis
pengguna jalan atau jenis kendaraan, termasuk pejalan kaki, bus, truk, bus, sepeda
motor, kendaraan tidak bermotor (sepeda, becak, kereta bayi, dll.)

4. Where

Lokasi kecelakaan mengacu pada lingkungan tempat kejadian kecelakaan, seperti


lingkungan perumahan, kantor atau sekolah, lingkungan perbelanjaan, lingkungan
pedesaan, lingkungan pembangunan, dll.

5. When (waktu terjadinya kecelakaan)

Waktu terjadinya kecelakaan dapat dilihat dari kondisi pencahayaan pada mobil Di
mana atau kapan kecelakaan itu terjadi.

 Jika dilihat dari kondisi cahaya, waktu terjadinya terbagi menjadi Malam
Gelap/Tanpa Cahaya, Malam Cerah, Siang Terang, hari gelap (hujan, kabut, asap),
fajar atau senja.

20
 Jika mengacu pada jangka waktu dalam hal waktu terjadinya Ditemukan di tabel
kejadian.

6. How (kejadian kecelakaan)

Sebelum kecelakaan, pada dasarnya olahraga tertentu. Aksi olahraga khas, dll. Jalan
lurus, potong atau siapkan kendaraan, belok (kiri atau kanan), berbalik, berhenti (tiba-
tiba, atas dan bawah Penumpang) masuk dan keluar tempat parkir. Menurut Austroad
(2002), Warpani (1999) dan Pignataro (1973)

Faktor penyebab kecelakaan lalu lintas yang paling umum tidak termasuk
faktor manusia (pengemudi dan pejalan kaki), kendaraan, jalan dan lingkungan jalan.
Pignataro juga mengatakan kecelakaan itu karena perilaku pengemudi yang buruk
atau kombinasi faktor pejalan kaki, jalan raya, kendaraan, cuaca buruk atau jarak
pandang yang buruk. Kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh pergerakan kendaraan,
kebutuhan untuk memindahkan orang dan/atau barang dan lingkungan, sehingga
dapat disimpulkan bahwa kecelakaan terjadi karena efek gabungan dari satu atau dua
faktor menyebabkan satu atau lebih banyak kecelakaan.

Faktor penyebab kecelakaan dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok,


yaitu faktor manusia, faktor infrastruktur (jalan), fasilitas (kendaraan) dan faktor
lingkungan atau cuaca.

1. Faktor Manusia

Sebagian besar penyebab kecelakaan lalu lintas di


Indonesia adalah karena faktor manusia yaitu
91% (Departemen Keselamatan Lalu Lintas Darat
atau DKTD (2006) Faktor manusia dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu kondisi
keselamatan jalan pengemudi dan usia pengemudi
Gambar 2. 11 Kecelakaan di Sudirman,
a. Kondisi pengemudi Jakarta Pusat

Lima penyebab kecelakaan yaitu fisik pengemudi,


kedisiplinan dan kesadaran berlalu lintas yang masih rendah, keterampilan
pengemudi, jarak pandang yang buruk (jarak aman kendaraan dalam frame) dan
maksimal kecepatan kendaraa (Kecepatan)

21
b. Usia pengemudi

Berdasarkan usia pelaku kecelakaan lalu lintas mayoritas adalah 22s.d30 tahun,
kemudian 31s.d 40 tahun, dimana pada kelompok usia ini tingkat emosi paling stabil
yaitu tingkat kelincahan dan refleksnya bagus dibandingkan dengan kelompok umur
lainnya, namun secara umum disini pada kelompok umur mobilitasnya juga sangat
tinggi di jalan raya.

2. Faktor Sarana (kendaraan)

Jenis kendaraan yang terlibat kecelakaan lalu lintas terbanyak adalah sepeda motor
yang pangsanya rata-rata 62,62% dalam empat tahun terakhir, diikuti jenis mobil
pengemudi 36%. barang kendaraan 29% dan bus 10 ,56%. Risiko kecelakaan akibat
tidak beroperasinya kendaraan cukup tinggi, sehingga aparat penegak hukum harus
tegas dalam memberantas pelanggaran lalu lintas.

3. Faktor Prasarana (Jalan)

Faktor yang disebabkan oleh faktor jalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a.Kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh perkerasan

Kondisi perkerasan dalam hal ini berkaitan dengan keamanan dan


kenyamanan erat kaitannya dengan aspek kelancaran dan kecepatan. Mampu
menambah tingkat resiko kecelakaan lalu lintas. Selip dapat terjadi karena
berkurangnya koefisien gesek, yang dapat disebabkan terutama oleh cuaca, tetapi juga
oleh kotoran, lumpur, dan tumpahan minyak.

b. Kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh jalan raya.

c. Kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh pemeliharaan jalan.

d. Kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh penerangan jalan.

e Kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh rambu-rambu lalu lintas

4. Faktor lingkungan

22
Faktor lingkungan jalan sangat mempengaruhi lalu lintas. Hal ini mempengaruhi
pengemudi saat mengatur kecepatan (percepatan, konstan, perlambatan atau
berhenti). faktor yang mempengaruhi kondisi lingkungan, faktor tersebut adalah:

a. Lokasi Jalan

1) Di dalam batas kota, misalnya di kawasan pasar, pertokoan, perkantoran, sekolah,


apartemen, dll.

2) Di luar kota, misalnya di daerah datar, pedesaan, pegunungan, dst.

b. Di tempat-tempat khusus, misalnya di depan tempat ibadah, rumah sakit, tempat


wisata, dll. Iklim dan cuaca di Indonesia memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan
musim kemarau, yang menjadi perhatian para pengemudi saat mengendarai
kendaraan.

c. Volume Lalu Lintas (Sifat Arus Lalu Lintas)

Volume lalu lintas merupakan variabel terpenting dalam rekayasa lalu lintas dan pada
dasarnya merupakan proses perhitungan yang berkaitan dengan jumlah pergerakan
per satuan waktu pada suatu lokasi tertentu.

d. Geometri jalan

Geometri jalan adalah fasilitas jalan yang menggambarkan hubungan bentuk/ukuran


jalan dalam penampang, arah memanjang dan aspek lain yang berkaitan dengan
bantuan fisik.

Akibat Kecelakaan Lalu Lintas

Menurut Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana Jalan


Raya dan Lalu Lintas, dampak kecelakaan lalu lintas dapat dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu:

1. Meninggal dunia, adalah korban kecelakaan yang ditetapkan sebagai akibat


kecelakaan lalu lintas dalam waktu 30 hari atau kurang. setelah kecelakaan itu.
2. Orang luka berat adalah korban kecelakaan yang menderita cacat tetap karena
lukanya atau harus tinggal di rumah sakit lebih dari 30 hari setelah kecelakaan
itu. Cacat tetap digolongkan sebagai kasus dimana salah satu anggota tubuh

23
hilang atau tidak dapat digunakan sama sekali dan tidak dapat dipulihkan atau
diregenerasi untuk selama-lamanya.
3. Luka ringan adalah korban kecelakaan yang mengalami luka yang tidak
memerlukan rawat inap atau memerlukan rawat inap lebih dari 30 hari.

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Transportasi adalah suatu kegiatan yang melibatkan perpindahan orang,
barang, atau informasi dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan
berbagai jenis kendaraan dan infrastruktur transportasi. Tujuan dari transportasi
adalah untuk menghubungkan berbagai tempat dan memudahkan mobilitas
manusia serta barang, sehingga memungkinkan manusia untuk memenuhi
kebutuhan mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Sistem transportasi merupakan suatu sistem yang melibatkan berbagai jenis


infrastruktur, kendaraan, dan kegiatan untuk memindahkan orang, barang, dan
informasi dari satu tempat ke tempat lain. Sistem ini merupakan bagian penting
dari kehidupan sehari-hari dan memiliki peran yang krusial dalam menggerakkan
ekonomi dan kegiatan sosial masyarakat.

Kepadatan penduduk menimbulkan mobilitas yang tinggi. Meningkatnya


kepadatan penduduk ini juga meningkatkan angka kendaraan pribadi. Tercatat
oleh BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2021
kendaraan pribadi sebanyak 21.758.695. Dengan jumlah yang sebanyak itu
menimbulkan berbagai macam permasalahan transportasi di Kota Jakarta.

Jakarta merupakan kota yang memiliki permasalahan transportasi yang sangat


kompleks. Diantaranya yaitu :

 Kemacetan
 Transportasi umum
 Kerusakan prasarana jalan raya
 Banjir yang menghambat kegiatan transportasi
 Kecelakaan lalu lintas

Permasalahan transportasi ini disebabkan oleh faktor alam dan juga faktor
manusia. Begitu juga dampak-dampak dari banyaknya permasalahan transportasi

25
yang ada sangatlah bermasalah bagi masyarakat dan juga alam. Bagi masyarakat
akan kehilangan waktu dan juga berpengaruh pada ekonomi mereka. Sedangkan
dampak terhadap alam yaitu polusi yang sangat tebal di Jakarta.

Solusi dari permasalahan transportasi ini bisa diatasi dengan kerja sama
masyarakat. Solusi yang digunakan juga harus terintegritas dan berkelanjutan.
Diantaranya yaitu investasi dalam infrastruktur transportasi, mendorong
transportasi berkelanjutan, penerapan teknologi transportasi, pendidikan
kesadaran publik, dan regulasi lalu lintas.

3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai hasil diskusi kami tentang
“Dampak Kepadatan Penduduk Terhadap Sarana dan Prasarana Transportasi di
Jakarta” yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini. Kami menyadari masih
sangat banyak kekurangan dan kelemahan dalam makalah ini. Karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya referensi yang berhubungan dengan makalah kami.

Kami sebagai penulis berharap kepada para pembaca untuk memberikan


kritik dan saran yang membangun kepada kami, supaya dapat memaksimalkan
makalah ini dan juga penulisan makalah di kesempatan berikutnya.

Semoga makalah mengenai “Dampak Kepadatan Penduduk Jakarta


Terhadap Sarana dan Prasarana Transportasi di Jakarta” bisa berguna bagi penulis
dan juga khususnya para pembaca.

26
DAFTAR PUSTAKA
Abigail, T. T. (2022, November 2). 19 Cara Mengatasi Kemacetan di Jakarta. Retrieved
from Pinhome: https://www.pinhome.id/blog/cara-mengatasi-kemacetan-di-
jakarta/#:~:text=Cara%20Mengatasi%20Kemacetan%20di%20Jakarta
%20Membuat%20sistem%20transportasi,Mengoptimalkan%20angkutan
%20trans%20Jakarta%20dengan%20jalur%20khusus%20busway

Ali, M. I., & Abidin, M. R. (2019). Pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap intensitas
kemaceta lalu lintas di Kecamatan Rappocini Makassar. PROSIDING SEMINAR
NASIONAL LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR, 68-73.

Azzam, A. (2020, Februari 25). BERITA FOTO : Ketika Banjir Melumpuhkan Transportasi
Ibu Kota. Retrieved from Bisnis.com:
https://jakarta.bisnis.com/read/20200225/383/1205611/berita-foto-ketika-
banjir-melumpuhkan-transportasi-ibu-kota-

B1. (2013, Januari 25). Pengamat: Kerusakan Jalan di Jakarta Sudah Parah. Retrieved
from BERITASATU: https://www.beritasatu.com/news/93568/pengamat-
kerusakan-jalan-di-jakarta-sudah-parah

BANJIR JAKARTA: Transportasi & Distribusi Terganggu, Inflasi Terkerek. (2013, Januari
17). Retrieved from EKONOMI BISNIS:
https://ekonomi.bisnis.com/read/20130117/9/131701/banjir-jakarta-
transportasi-and-distribusi-terganggu-inflasi-terkerek

Banyak Masalah, KRL Commuter Line Sudah Uzur. (2019, April 5). Retrieved from
Okezone.com:
https://economy.okezone.com/read/2019/04/05/320/2039378/banyak-
masalah-krl-commuter-line-sudah-uzur?page=2

Dampak Jalan Rusak terhadap Aktivitas Masyarakat. (2019, Juni 22). Retrieved from
kompasiana:
https://www.kompasiana.com/dimas95061/5d0e0aee0d82307f980c1434/damp
ak-jalan-rusak-terhadap-aktivitas-masyarakat

Hidayanti, I. (2019, Januari 3). Urbanisasi dan Transportasi Masal di Jakarta. Retrieved
from LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA:
http://lipi.go.id/publikasi/urbanisasi-dan-transportasi-masal-di-jakarta/27088

Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Kendaraan (unit) di Provinsi DKI Jakarta
2019-2021. (2021). Retrieved from jakarta.bps:
https://jakarta.bps.go.id/indicator/17/786/1/jumlah-kendaraan-bermotor-
menurut-jenis-kendaraan-unit-di-provinsi-dki-jakarta.html

Khisty, C. J. (2005). Edisi Ketiga Dasar-dasar Rekayasa Transportasi Jilid 1. Jakarta:


Erlangga.

Masalah Transportasi Umum di Jakarta: Dari Fasilitas Hingga Sistem Integrasi. (2021,
Maret 27). Retrieved from Info indonesia: https://www.infoindonesia.id/info-

27
warna-warni/pr-9617009463/Masalah-Transportasi-Umum-di-Jakarta-Dari-
Fasilitas-Hingga-Sistem-Integrasi

Menuju Transportasi Perkotaan yang Ramah dan Nyaman. (2021, Juni 15). Retrieved
from Kementerian Perhubungan Republik Indonesia:
https://dephub.go.id/post/read/menuju-transportasi-perkotaan-yang-ramah-
dan-nyaman

Mu'allimah, & Mashpufah. (2022). ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI


JAKARTA DALAM MENGATASI PERMASALAHAN TRANSPORTASI DI PERKOTAAN.
Jurnal Manajemen dan Ilmu Administrasi Publik, 291-296.

Normalisasi vs Naturalisasi dalam Penanganan Banjir Jakarta Menurut Balitek DAS-BLI


KLHK. (2020, Januari 9). Retrieved from KEMENTRIAN LINGKUNGAN HIDUP &
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA:
https://www.menlhk.go.id/site/single_post/2651/normalisasi-vs-naturalisasi-
dalam-penanganan-banjir-jakarta-menurut-balitek-das-bli-klhk

Pribadi, Y. S., & Wihanesta, R. (2021, Agustus 3). Mengapa Jakarta Sering Mengalami
Banjir dan Bagaimana Adaptasi Nature-based Solutions (NbS) dapat Membantu
Mengurangi Risikonya. Retrieved from WRI INDONESIA: https://wri-
indonesia.org/id/wawasan/mengapa-jakarta-sering-mengalami-banjir-dan-
bagaimana-adaptasi-nature-based-solutions-nbs

Setiawan, A. (2005). Pengaruh Permasalahan Transportasi Terhadap Ruang Publik. 11-


15.

Tamara, S., & Sasana, H. (2017, Desember 13). ANALISIS DAMPAK EKONOMI DAN SOSIAL
AKIBAT KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN RAYA BOGOR-JAKARTA. Retrieved
from http://jurnal.untidar.ac.id/index.php/REP/article/view/529/425

Zulfikar, F. (2022, Juli 16). 5 Dampak Banjir bagi Masyarakat dan Lingkungan. Retrieved
from detikedu: https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6182544/5-dampak-
banjir-bagi-masyarakat-dan-lingkungan

28

Anda mungkin juga menyukai