Dasar-Dasar Transportasi
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Ridwan (16022300102)
1B TKS
Prodi: Teknik Sipil
Rasa syukur senantiasa kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang hingga
saat ini masih memberikan kita nikmat iman serta kesehatan, sehingga kami selaku
sebagai penulis diberi waktu dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem
Transportasi Nasional”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Makalah ini masih jauh dari
sempurna dan juga masih banyak kesalahan yang penulis yakini ada di luar batas
kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik
serta saran dari para pembaca.
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanpa sarana transportasi yang memadai maka akan sulit untuk menghubungkan
seluruh daerah di kepulauan ini. Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan
turunan (derived demand) akibat aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya. Dalam
kerangka makro-ekonomi, transportasi merupakan tulang punggung perekonomian
nasional, regional, dan lokal, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Harus dingat
bahwa sistem transportasi memiliki sifat sistem jaringan di mana kinerja pelayanan
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Pertumbuhan Transportasi
• Pengembangan kapal
Kapal, yang dulu lebih dikenal dengan sebutan perahu, sudah ditemukan sejak masa
Neolitikum, atau sekitar 10.000 tahun lalu. Pada masa itu, bahan-bahan yang
digunakan untuk membuat kapal masih dengan menggunakan kayu, bambu, atau
batang-batang papirus. Sebagai alat penggeraknya, manusia saat itu masih
menggunakan dayung, yang dibantu dengan dorongan angin melalui layar yang
dikibarkan. Selama berabad-abad ,kapal hanya dipakai oleh manusia untuk
mengarungi sungai atau lautan. Namun, setelah mesin uap ditemukan oleh James
Watt sekitar tahun 1770-an, kapal mulai mengalami perkembangan. Beberapa
penelitian kemudian mulai memunculkan kapal bermesin.
• Penggunaan kuda
Sejak tahun 2000 SM, kuda digunakan oleh manusia sebagai transportasi.Mengapa
kuda dijadikan sebagai alat transportasi? Karena kuda dikenal memiliki stamina
serta fisik yang kuat. Oleh sebab itu, pada zaman dulu, kuda kerap sebagai
transportasi untuk melakukan perjalanan jauh.
• Transportasi udara
Cikal bakal munculnya transportasi udara diawali dengan adanya balon udara. Pada
1782, Joseph dan Jacques Etienne untuk pertama kalinya berhasil menerbangkan
balon udara hingga ketinggian 300 meter. Setahun kemudian, Etienne mencoba
menaikkan bebek, domba, dan ayam ke balon udara tersebut. Hebatnya, balon udara
berhasil terbang setinggi 500 meter.
Sejak saat itu, balon udara mulai digunakan untuk membawa manusia. Setelah balon
udara, tahun 1903 Orville dan Wilbur Wright merancang sebuah pesawat terbang.
• Mobil
Mobil pertama bertenaga mesin uap pertama kali ditemukan oleh Nicolas J Cugnot
di Birmingham, Inggris, pada 1769. Masih di Birmingham, Inggris, mobil tenaga
bensin juga pertama kali dibuat pada tahun 1896 oleh Frederick William Lanchester.
Untuk di Indonesia sendiri, kendaraan bermotor pertama muncul tahun 1893.
• Sepeda
Pada 1790, untuk pertama kalinya sepeda ditemukan dan digunakan. Namun, pada
saat itu, pembuatan sepeda masih belum menggunakan besi. Modelnya juga masih
sangat primitif.
Oleh karena itu, pada 1818, Baron Karls Drais von Sauerbronn menyempurnakan
kendaraan roda dua tersebut. Akan tetapi, model yang dikembangkan oleh Baron
masih belum terlihat jelas, antara sepeda dan kereta kuda. Barulah pada 1839,
seorang pandai besi Kirkpatrick MacMillan membuat pedal khusus untuk sepeda.
Selain membuat pedal, MacMillan juga membuat setang sepeda. Sejak itu,
perkembangan sepeda pun sudah jauh lebih terlihat. Misalnya, mulai ditemukan
karet sebagai bahan baku ban, teknik penyambungan besi yang jauh lebih baik,
pemasangan per, pemasangan rem, perbandingan gigi yang dapat diganti-ganti,
rantai, setang yang bisa digerakkan, dan banyak hal lainnya.
• Sepeda motor
Sepeda Motor adalah kendaraan beroda dua yang digerakkan oleh mesin. Pada 1868,
perusahaan Michaux ex Cie menjadi perusahaan pertama di dunia yang
memproduksi sepeda dalam skala besar. Perusahaan ini juga lah yang mulai
mengembangkan mesin uap untuk dijadikan sebagai tenaga penggerak sepeda.
Namun, karena masih belum berhasil, pengembangan dilanjutkan oleh Edward
Butler, seorang penemu asal Inggris. Sejak penemuan tersebut, percobaan untuk
membuat motor dan mobil pun kian meluas. Salah satunya dibuat oleh Gottlieb
Daimler dan Wilhelm Maybach dari Jerman.
Kereta Api Listrik (KRL) pertama kali ditemukan pada 1879 oleh Werner von
Siemens. Di Indonesia sendiri, KRL pertama kali dipergunakan untuk
menghubungkan Batavia dengan Jatinegara pada tahun 1925. Pada masa itu, dibuat
rangkaian kereta rel listrik sebanyak dua buah yang dapat disambung menjadi empat
kereta, dibuat oleh Werkspoor dan Heemaf Hengelo. Awalnya, KRL dapat digunakan
dengan menggunakan sumber arus searah, namun seiring berkembangnya teknologi
mulai digunakan sumber arus bolak-balik.
Permintaan berdasar perkiraan pembeli mengenai nilai barang atau jasa, sedangkan
penawaran berkaitan dengan perkiraan penjual mengenai biaya yang dikeluarkan
untuk membuat barang atau menyediakan jasa. Dalam menentukan harga,
permintaan mempunyai hubungan timbal balik dengan penawaran. Permintaan
membentuk batas atas (upper limit) untuk harga, dan biaya produksi (dengan situasi
permintaan tertentu) membentuk batas pada kuantitas yang akan ditawarkan.
Karena tarif angkutan barang atau tarif penumpang merupakan harga jasa
transportasi, maka generalisasi hukum permintaan dan penawaran berlaku pula
dalam sector transportasi seperti halnya di sektor-sektor ekonomi lainnya.
Istilah permintaan menunjukkan jumlah suatu barang atau jasa tertentu yang akan
diberi pada semua tingkat harga. Penawaran berarti jumlah suatu barang atau jasa
tertentu, yang akan dijual pada semua tingkat harga. Jika terdapat suatu
pertambahan permintaan berarti jumlah pembeli yang bersedia membayar akan
lebih besar dari pada sebelumnya, dan sebaliknya suatu penurunan permintaan
berarti jumlah pembeli yang bersedia membayar akan berkurang.Seringkali
terdengar bahwa suatu penurunan harga akan meningkatkan jumlah permintaan
dan sebaliknya suatu kenaikan harga akan mengurangi jumlah permintaan.
Pernyataan ini kurang tepat. Perubahan harga tidak menaikkan atau menurunkan
permintaan, tetapi yang benar adalah suatu penurunan (atau kenaikan) harga akan
meningkatkan (atau mengurangi) jumlah barang atau jasa yang oleh penduduk
bersedia membeli. Kaitan harga dan jumlah barang atau jasa ini dinyatakan dalam
konsep elastisitas atau inelastisitas permintaan.Penjual biasanya lebih tertarik
kepada pengaruh perubahan terhadap penghasilan (dan keuntungan) dari pada
pengaruh terhadap jumlah barang atau jasa yang dijual. Seringkali pernurunan
harga yang relatif kecil akan meningkatkan penjualan dan secara substansial
menambah penghasilan di atas tingkat originalnya. sebaliknya kenaikan harga
biarpun kecil saja akan mengurangi penjualan sedemikian rupa penghasilan akan
menurun sangat berarti.
untuk memperoleh penghasilan tambahan yang lebih besar dapat diusahakan jika
kereta api meningkatkan tarif jarak jauh, sedangkan tarif jarak dekat ditetapkan
lebih rendah.Selain dari pada fasilitas-fasilitas fisik yang disediakan oleh perusahaan
pengangkutan seperti perlengkapan, alat-alat bongkar muat, dan lain-lain, harus
diperhatikan pula faktor-faktor yang bersifat non biaya dan non rasional misalnya
kekerabatan, persaudaraan pribadi, dan sebagainya. Pada umumnya permintaan
agregat bersifat lebih inelastis atau kurang erastis dibandingkan dengan permintaan
individual.
Permintaan jasa transportasi untuk jarak jauh cenderung menjadi lebih inelastis dari
pada jarak dekat, karena struktur tarif yang bersifat tapering, di mana harga jasa
transportasi per kilometer semakin rendah jika jarak perjalanan yang ditempuh
bertambah jauh.
Konsep elastisitas dan inelastisitas telah digunakan sebagai kriteria, meskipun surit
mengukur secara akurat. sifat permintaan menimbulkan masalah, yaitu terutama
yang berkaitan dengan penentuan harga jasa transportasi dan penyediaan jasa
transportasi yang dibutuhkan. Jadi permintaan dan biaya (suplai) itu berdiri sama
tinggi dalam menentukan tingkat tarif angkutan yang layak. Elastisitas permintaan
menggambarkan tanggapan dari kualitas permintaan terhadap perubahan harga
pasar secara kualitatif. Elastisitas dikategorikan dalam tiga alternatif, yaitu:
Biaya untuk menyediakan jasa angkutan (penawaran) merupakan dasar yang sehat
secara ekonomi untuk menentukan tarif angkutan yang wajar. Kapasitas fasilitas
transportasi yang tersedia (penawaran) harus mampu melayani perminiaan yang
tertinggi pada suatu saat (peak times) agar supaya tidak teriarli ekses permintaan
yang mengakibatkan kemacetan lau lintas, tetapi kapasitas dari alat-alat transportasi
yangtersedia tersebut harus dimanfaatkan secara maksimum dengan menerapkan
metode konsolidasi lalulintas yang tepat.
• ELASTISITAS PENAWARAN
Sebagaimana halnya dengan permintaan hal yang sama juga dapat dilakukan pada
penawaran. Konsep elastisitas penawaran merupakan gambaran perubahan
persentase dalam kuantitas yang ditawarkan sebagai tanggapan terhadap suatu
kenaikan persentase pada harga P. Perubahan yang biasanya menimbulkan dampak
yang lebih panjang dibandingkan dengan jangka waktu yang lebih pendek.
Semua komponen ini bekerja bersama untuk mencapai tujuan dan fungsi sistem
transportasi nasional yang telah dijelaskan sebelumnya.
Tatanan transportasi yang efektif membutuhkan kerjasama dan koordinasi yang baik
antara pemerintah, operator transportasi, dan masyarakat untuk mencapai tujuan
mobilitas yang efisien, aman, dan berkelanjutan.
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem transportasi nasional suatu negara mencakup infrastruktur, sarana, dan
prasarana yang mendukung pergerakan barang dan manusia. Latar belakangnya
melibatkan pertumbuhan ekonomi, konektivitas wilayah, dan peningkatan mobilitas
penduduk. Faktor geografis, demografis, dan ekonomi memainkan peran penting
dalam perancangan sistem transportasi nasional untuk memastikan efisiensi dan
keberlanjutan.
Sistem transportasi nasional suatu negara mencakup infrastruktur, regulasi, dan
jaringan transportasi yang mendukung mobilitas penduduk dan barang. Faktor latar
belakangnya melibatkan pertumbuhan ekonomi, perkembangan urbanisasi, serta
kebutuhan akan konektivitas yang efisien. Dalam banyak kasus, pemerintah
memiliki peran kunci dalam merancang dan mengelola sistem transportasi nasional
guna meningkatkan konektivitas dan mendukung pembangunan ekonomi secara
keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA