Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Dasar-Dasar Transportasi

“Sistem Transportasi Nasional”

Dosen Pengajar : Wawan Handayani, MT.

Disusun Oleh :

Kelompok 1

M. Faldi Sanjaya (16022300038)

Ridwan (16022300102)

1B TKS
Prodi: Teknik Sipil

Fakultas Sains dan Teknologi

UNIVERSITAS BINA BANGSA

Tahun Ajaran 2023/2024


Kata Pengantar

Rasa syukur senantiasa kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang hingga
saat ini masih memberikan kita nikmat iman serta kesehatan, sehingga kami selaku
sebagai penulis diberi waktu dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem
Transportasi Nasional”.

Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas


mata kuliah Dasar-Dasar Transportasi. Dan pada makalah ini akan dibahas
mengenai Sistem Transportasi Nasional.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Makalah ini masih jauh dari
sempurna dan juga masih banyak kesalahan yang penulis yakini ada di luar batas
kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik
serta saran dari para pembaca.

Serang, 27 Desember 2023


Daftar Isi

Kata pengantar ................................................................................................................ i


Daftar isi ......................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Pertumbuhan Transportasi ..........................................................................


2.2 Permintaan dan Penawaran Jasa Transportasi .......................................................
2.3 Sasaran dan Fungsi Sistem Transportasi Nasional ..................................................
2.4 Komponen Sistem Transportasi Nasional .................................................................
2.5 Tatanan Transportasi .................................................................................................

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sistem transportasi nasional suatu negara mencakup infrastruktur, regulasi, dan


jaringan transportasi yang mendukung mobilitas penduduk dan barang. Faktor latar
belakangnya melibatkan pertumbuhan ekonomi, perkembangan urbanisasi, serta
kebutuhan akan konektivitas yang efisien. Dalam banyak kasus, pemerintah
memiliki peran kunci dalam merancang dan mengelola sistem transportasi nasional
guna meningkatkan konektivitas dan mendukung pembangunan ekonomi secara
keseluruhan.

Tanpa sarana transportasi yang memadai maka akan sulit untuk menghubungkan
seluruh daerah di kepulauan ini. Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan
turunan (derived demand) akibat aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya. Dalam
kerangka makro-ekonomi, transportasi merupakan tulang punggung perekonomian
nasional, regional, dan lokal, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Harus dingat
bahwa sistem transportasi memiliki sifat sistem jaringan di mana kinerja pelayanan

transportasi sangat dipengaruhi oleh integrasi dan keterpaduan jaringan. Sarana


transportasi yang ada di darat, laut, maupun udara memegang peranan vitaldalam
aspek sosial ekonomi melalui fungsi distribusi antara daerah satu dengan daerah
yang lain. Distribusi barang, manusia, dil. akan menjadi lebih mudah dan cepat bila
sarana transportasi yang ada berfungsi sebagaimana mestinya schingga transportasi
dapat menjadi salah satu sarana untuk mengintegrasikan berbagai wilayah di
Indonesia. Melalui transportasi penduduk antara wilayah satu dengan wilayah lainya
dapat ikut merasakan hasil produksi yang rata maupun hasil pembangunan yang
ada. Kebutuhan angkutan bahan-bahan pokok dan komoditas harus dapat dipenuhi
oleh sistem transportasi yang berupa jaringan jalan, kereta api, serta pelayanan
pelabuhan dan bandara yang efisien. angkutan udara, darat, dan laut.

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Pertumbuhan Transportasi

Sistem transportasi nasional merujuk pada infrastruktur, peraturan, dan layanan


yang terkait dengan transportasi di suatu negara. Ini mencakup jaringan jalan, jalan
tol, rel kereta api, pelabuhan, bandara, dan sistem transportasi umum seperti bus
dan kereta bawah tanah. Sistem transportasi nasional juga mencakup peraturan dan
kebijakan yang mengatur transportasi, termasuk perizinan, keselamatan, dan
perlindungan lingkungan.

Tujuan dari sistem transportasi nasional adalah untuk memfasilitasi pergerakan


orang dan barang dengan efisien, aman, dan berkelanjutan. Ini melibatkan
pengembangan infrastruktur yang memadai, pengaturan lalu lintas yang efektif, dan
penyediaan layanan transportasi yang andal. Sistem transportasi nasional juga
berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, menghubungkan wilayah yang
terpencil, dan mempromosikan mobilitas sosial.

Pengelolaan sistem transportasi nasional melibatkan kerjasama antara pemerintah


pusat, pemerintah daerah, operator transportasi, dan pemangku kepentingan
lainnya. Ini melibatkan perencanaan jangka panjang, pengembangan infrastruktur
baru, pemeliharaan yang tepat, dan pengawasan yang ketat terhadap keselamatan
dan keandalan transportasi.

Dalam beberapa negara, sistem transportasi nasional juga mencakup penggunaan


teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan pengalaman
pengguna. Contohnya adalah penggunaan aplikasi pemesanan transportasi online,
sistem pembayaran elektronik, dan pemantauan lalu lintas secara real-time.

Secara keseluruhan, sistem transportasi nasional adalah fondasi penting bagi


pertumbuhan ekonomi, konektivitas sosial, dan pembangunan berkelanjutan suatu
negara.Transportasi dapat diartikan sebagai kegiatan pemindahan barang dan
manusia dari tempat asal (origin) ke tempat tujuan (destination). Dalam kegiatan
transportasi diperlukan empat komponen, yakni: (a) tersedianya muatan yang
diangkut, (b) terdapatnya kendaraan sebagai sarana angkutannya, (c) adanya jalan
yang dapat dilaluinya dan (d) tersedianya terminal. Proses transportasi merupakan
gerakan dari tempat asar, darimana kegiatan pengangkutandimulai, menuju ke
tempat tujuan, ke mana kegiatan pengangkutan tersebut diakhiri.Transportasi
menciptakan guna tempat (place utility)dan guna waktu (time utitity), karena nilai
barang menjadi rebih tinggi di tempat tujuan dibandingkan di tempat asal, selain
dari itu barang tersebut diangkut cepat sehingga sampai di tempat tujuan tepat
waktu untuk memenuhi kel:utuhan. Transportasi merupakan kegiatan jasa
pelayanan (service activities). Jasa transportasi diperrukan untuk membantu
kegiatan sektor-sektor lain (sektor pertanian, sektor perindustrian, sector
pertambangan, sektor perdagangan, sektor konstruksi, sektor keuangan, sektor
pemerintanahan, transmigrasi, pertahanan, keamanan dan lainnya) untuk
mengangkut barang dan manusia dalam kegiatan pada masing-masing sektor
tersebut.

1. Sejarah pertumbuhan transportasi Penemuan roda

Transportasi adalah sarana pengangkut yang berfungsi untuk memudahkan


perpindahan manusia maupun barang dari satu tempat ke tempat yang lain.Sebelum
transportasi mulai berkembang, manusia selalu melakukan aktifitasnya dengan
berjalan kaki. Seiring dengan berjalannya waktu, zaman pun semakin maju, yang
ditandai dengan ditemukannya transportasi.Sejarah berkembangnya transportasi
dimulai sejak ditemukannya roda pada sekitar 3500 SM. Namun, ada juga yang
mengatakan bahwa roda sudah ditemukan 300 tahun sebelumnya di Mesopotamia.
Pada masa itu, roda masih terbuat dari kayu yang memiliki beban sangat berat dan
digunakan untuk menggulirkan kereta troli atau kereta perang. Penemuan roda
inilah yang kemudian menjadi cikal bakal transportasi modern.Perkembangan
transportasi di dunia berjalan dengan sangat perlahan, di mana terjadi perubahan
sedikit demi sedikit hingga akhirnya tercipta alat transportasi darat, laut, dan udara
seperti sekarang ini. Sebelum alat transportasi ditemukan, manusia sejak dahulu
kala melakukan perjalanan dengan berjalan kaki, baik dalam jarak jauh ataupun
dekat. Sejarah berkembangnya transportasi di dunia dimulai sejak ditemukannya
roda pada sekitar 3500 SM.

• Pengembangan kapal

Kapal, yang dulu lebih dikenal dengan sebutan perahu, sudah ditemukan sejak masa
Neolitikum, atau sekitar 10.000 tahun lalu. Pada masa itu, bahan-bahan yang
digunakan untuk membuat kapal masih dengan menggunakan kayu, bambu, atau
batang-batang papirus. Sebagai alat penggeraknya, manusia saat itu masih
menggunakan dayung, yang dibantu dengan dorongan angin melalui layar yang
dikibarkan. Selama berabad-abad ,kapal hanya dipakai oleh manusia untuk
mengarungi sungai atau lautan. Namun, setelah mesin uap ditemukan oleh James
Watt sekitar tahun 1770-an, kapal mulai mengalami perkembangan. Beberapa
penelitian kemudian mulai memunculkan kapal bermesin.

• Penggunaan kuda

Sejak tahun 2000 SM, kuda digunakan oleh manusia sebagai transportasi.Mengapa
kuda dijadikan sebagai alat transportasi? Karena kuda dikenal memiliki stamina
serta fisik yang kuat. Oleh sebab itu, pada zaman dulu, kuda kerap sebagai
transportasi untuk melakukan perjalanan jauh.

• Transportasi udara

Cikal bakal munculnya transportasi udara diawali dengan adanya balon udara. Pada
1782, Joseph dan Jacques Etienne untuk pertama kalinya berhasil menerbangkan
balon udara hingga ketinggian 300 meter. Setahun kemudian, Etienne mencoba
menaikkan bebek, domba, dan ayam ke balon udara tersebut. Hebatnya, balon udara
berhasil terbang setinggi 500 meter.

Sejak saat itu, balon udara mulai digunakan untuk membawa manusia. Setelah balon
udara, tahun 1903 Orville dan Wilbur Wright merancang sebuah pesawat terbang.

• Mobil

Mobil pertama bertenaga mesin uap pertama kali ditemukan oleh Nicolas J Cugnot
di Birmingham, Inggris, pada 1769. Masih di Birmingham, Inggris, mobil tenaga
bensin juga pertama kali dibuat pada tahun 1896 oleh Frederick William Lanchester.
Untuk di Indonesia sendiri, kendaraan bermotor pertama muncul tahun 1893.

• Sepeda

Pada 1790, untuk pertama kalinya sepeda ditemukan dan digunakan. Namun, pada
saat itu, pembuatan sepeda masih belum menggunakan besi. Modelnya juga masih
sangat primitif.

Oleh karena itu, pada 1818, Baron Karls Drais von Sauerbronn menyempurnakan
kendaraan roda dua tersebut. Akan tetapi, model yang dikembangkan oleh Baron
masih belum terlihat jelas, antara sepeda dan kereta kuda. Barulah pada 1839,
seorang pandai besi Kirkpatrick MacMillan membuat pedal khusus untuk sepeda.
Selain membuat pedal, MacMillan juga membuat setang sepeda. Sejak itu,
perkembangan sepeda pun sudah jauh lebih terlihat. Misalnya, mulai ditemukan
karet sebagai bahan baku ban, teknik penyambungan besi yang jauh lebih baik,
pemasangan per, pemasangan rem, perbandingan gigi yang dapat diganti-ganti,
rantai, setang yang bisa digerakkan, dan banyak hal lainnya.

• Sepeda motor

Sepeda Motor adalah kendaraan beroda dua yang digerakkan oleh mesin. Pada 1868,
perusahaan Michaux ex Cie menjadi perusahaan pertama di dunia yang
memproduksi sepeda dalam skala besar. Perusahaan ini juga lah yang mulai
mengembangkan mesin uap untuk dijadikan sebagai tenaga penggerak sepeda.
Namun, karena masih belum berhasil, pengembangan dilanjutkan oleh Edward
Butler, seorang penemu asal Inggris. Sejak penemuan tersebut, percobaan untuk
membuat motor dan mobil pun kian meluas. Salah satunya dibuat oleh Gottlieb
Daimler dan Wilhelm Maybach dari Jerman.

• Kereta Api Listrik

Kereta Api Listrik (KRL) pertama kali ditemukan pada 1879 oleh Werner von
Siemens. Di Indonesia sendiri, KRL pertama kali dipergunakan untuk
menghubungkan Batavia dengan Jatinegara pada tahun 1925. Pada masa itu, dibuat
rangkaian kereta rel listrik sebanyak dua buah yang dapat disambung menjadi empat
kereta, dibuat oleh Werkspoor dan Heemaf Hengelo. Awalnya, KRL dapat digunakan
dengan menggunakan sumber arus searah, namun seiring berkembangnya teknologi
mulai digunakan sumber arus bolak-balik.

2.2 Permintaan dan Penawaran Jasa Transportasi

A. Permintaan Jasa Transportasi

Permintaan berdasar perkiraan pembeli mengenai nilai barang atau jasa, sedangkan
penawaran berkaitan dengan perkiraan penjual mengenai biaya yang dikeluarkan
untuk membuat barang atau menyediakan jasa. Dalam menentukan harga,
permintaan mempunyai hubungan timbal balik dengan penawaran. Permintaan
membentuk batas atas (upper limit) untuk harga, dan biaya produksi (dengan situasi
permintaan tertentu) membentuk batas pada kuantitas yang akan ditawarkan.
Karena tarif angkutan barang atau tarif penumpang merupakan harga jasa
transportasi, maka generalisasi hukum permintaan dan penawaran berlaku pula
dalam sector transportasi seperti halnya di sektor-sektor ekonomi lainnya.

Istilah permintaan menunjukkan jumlah suatu barang atau jasa tertentu yang akan
diberi pada semua tingkat harga. Penawaran berarti jumlah suatu barang atau jasa
tertentu, yang akan dijual pada semua tingkat harga. Jika terdapat suatu
pertambahan permintaan berarti jumlah pembeli yang bersedia membayar akan
lebih besar dari pada sebelumnya, dan sebaliknya suatu penurunan permintaan
berarti jumlah pembeli yang bersedia membayar akan berkurang.Seringkali
terdengar bahwa suatu penurunan harga akan meningkatkan jumlah permintaan
dan sebaliknya suatu kenaikan harga akan mengurangi jumlah permintaan.
Pernyataan ini kurang tepat. Perubahan harga tidak menaikkan atau menurunkan
permintaan, tetapi yang benar adalah suatu penurunan (atau kenaikan) harga akan
meningkatkan (atau mengurangi) jumlah barang atau jasa yang oleh penduduk
bersedia membeli. Kaitan harga dan jumlah barang atau jasa ini dinyatakan dalam
konsep elastisitas atau inelastisitas permintaan.Penjual biasanya lebih tertarik
kepada pengaruh perubahan terhadap penghasilan (dan keuntungan) dari pada
pengaruh terhadap jumlah barang atau jasa yang dijual. Seringkali pernurunan
harga yang relatif kecil akan meningkatkan penjualan dan secara substansial
menambah penghasilan di atas tingkat originalnya. sebaliknya kenaikan harga
biarpun kecil saja akan mengurangi penjualan sedemikian rupa penghasilan akan
menurun sangat berarti.

• TINGKAT ELASTISITAS PERMINTAAN

Pertama-tama harus dimaklumi bahwa permintaan akan jasatransportasi


merupakan derived demand, artinya permintaan jasa transportasi itu tergantung
pada permintaan terhadap produk- produk yang diangkut. Perrnintaan akan jasa
transportasi secara agregat erat berkaitan dengan tingkat kegiatan ekonomi pada
umumnya. Dalam masa makmur, produksi, pendapatan, dan tenaga beli yang tinggi
membutuhkan jasa transportasi yang lebih besar, dan sebaliknya dalam waktu
depresi (masa lesu). Perubahan dalam kondisi ekonomi pada umumnya lebih
menentukan perubahan dalam jumlah jasa transportasi yang digunakan daripada
perubahan harga jasa transport. Hal initidak berarti bahwa perubahan tarif tidak
mempunyai pengaruh terhadap permintaan akan jasa transportasi secara agregat.

Elastisitas atau inelastisitas permintaan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan atau


kelangkaan perusahaan-perusahaan pengangkutan yang lain. Jika hanya tersedia
satu perusahaan pengangkutan untuk melayani kebutuhan pemakai jasa angkutan,
daerah, atau jenis lalu lintas, maka dapat diperkirakan tingkat inelastisitas
permintaan lebih besar dibandingkan jika terdapat lebih banyak perusahaan
pengangkutan. Tipe dan luas persaingan antar alat-alat transportasi sangat penting
diperhatikan dalam penyusunan struktur tarif angkutan suatu alat transportasi
tertentu. Misalnya, kereta api menghadapi persaingan keras dari truk untuk jarak
pendek, maka

untuk memperoleh penghasilan tambahan yang lebih besar dapat diusahakan jika
kereta api meningkatkan tarif jarak jauh, sedangkan tarif jarak dekat ditetapkan
lebih rendah.Selain dari pada fasilitas-fasilitas fisik yang disediakan oleh perusahaan
pengangkutan seperti perlengkapan, alat-alat bongkar muat, dan lain-lain, harus
diperhatikan pula faktor-faktor yang bersifat non biaya dan non rasional misalnya
kekerabatan, persaudaraan pribadi, dan sebagainya. Pada umumnya permintaan
agregat bersifat lebih inelastis atau kurang erastis dibandingkan dengan permintaan
individual.

Permintaan jasa transportasi untuk jarak jauh cenderung menjadi lebih inelastis dari
pada jarak dekat, karena struktur tarif yang bersifat tapering, di mana harga jasa
transportasi per kilometer semakin rendah jika jarak perjalanan yang ditempuh
bertambah jauh.

Konsep elastisitas dan inelastisitas telah digunakan sebagai kriteria, meskipun surit
mengukur secara akurat. sifat permintaan menimbulkan masalah, yaitu terutama
yang berkaitan dengan penentuan harga jasa transportasi dan penyediaan jasa
transportasi yang dibutuhkan. Jadi permintaan dan biaya (suplai) itu berdiri sama
tinggi dalam menentukan tingkat tarif angkutan yang layak. Elastisitas permintaan
menggambarkan tanggapan dari kualitas permintaan terhadap perubahan harga
pasar secara kualitatif. Elastisitas dikategorikan dalam tiga alternatif, yaitu:

1. Bila penurunan persentase P (tarif angkutan) menimbulkan persentase yang sama


pada Q (permintaan jasa transportasi), sehingga penjualan (P x Q) tetap tidak
berubah, maka situasi seperti ini dikategorikan sebagai erastisitas permintaan uniter
(E =1).

2. Dalam hal ini penurunan persentase F menimbulkan kenaikan persentase yang


lebih kecil pada Q sehingga hasil penjualannya (P x Q) menurun, hal ini
dikategorikan sebagai permintaan inelastis (E < 1).

3. Kalau penurunan persentase P menimbulkan kenaikan persentase yang besar


dalam Q sehingga hasil penjualan P x Q) juga meningkat, maka hal ini dikatakan
sebagai permintaan yang elastis (E > 1).

Permintaan menunjukkan response pola waktu sebagaimana halnya pada


penawaran. Misalkan anda sedang melakukan perjalanan jauh ketika itu tibatiba
harga bensin dinaikkan, tidak mungkin Anda mengatasi hai itu dengan cara menjual
mobil anda atau membatalkan perjalanan piknik anda sehingga dalam sesaat itu
elastisitas permintaan mendekati nihil. Dalam jangka panjang terdapat lebih banyak
fleksibilitas, terdapat pilihan naik sepeda, kereta api, atau memakai mobil yang lebih
kecil yang lebih hemat bensin. Elastisitas permintaan bensin dalam jangka waktu
pendek sekitar 1,0. Dalam jangka panjang ternyata elastisitas harga bensin cukup
besar, yaitu lebih dari 1,0, karena tingginya harga bensin akan mendorong orang
membeli mobil yang lebih kecil yang lebih hemat pemakaian bensinnya. Pemakaian
kendaraan yang lebih kecil akan mengurangi permintaannya akan bensin.

B. PENAWARAN JASA TRANSPORTASI

Biaya untuk menyediakan jasa angkutan (penawaran) merupakan dasar yang sehat
secara ekonomi untuk menentukan tarif angkutan yang wajar. Kapasitas fasilitas
transportasi yang tersedia (penawaran) harus mampu melayani perminiaan yang
tertinggi pada suatu saat (peak times) agar supaya tidak teriarli ekses permintaan
yang mengakibatkan kemacetan lau lintas, tetapi kapasitas dari alat-alat transportasi
yangtersedia tersebut harus dimanfaatkan secara maksimum dengan menerapkan
metode konsolidasi lalulintas yang tepat.

Karena transportasi itu mempunyai peranan yang sangat penting dalam


pembangunan, maka fasilitas transportasi dapat dibangun mendahului, dengan
harapan bahwa jasa angkutan tersebut akan menciptakan permintaannya sendiri"
Meskipun kondisi untuk strategi penawaran (supply strategy) tersebut tidak
selamanya tepat penggunaan fasilitas transportasi untuk pembangunan utamanya
dilaksanakan sebagai tangkah untuk mengatasi persoalan daerah- daerah yang
terbelakang atau untuk membuka daerah-daerah perbatasan.

• ELASTISITAS PENAWARAN

Sebagaimana halnya dengan permintaan hal yang sama juga dapat dilakukan pada
penawaran. Konsep elastisitas penawaran merupakan gambaran perubahan
persentase dalam kuantitas yang ditawarkan sebagai tanggapan terhadap suatu
kenaikan persentase pada harga P. Perubahan yang biasanya menimbulkan dampak
yang lebih panjang dibandingkan dengan jangka waktu yang lebih pendek.

2.3 Sasaran dan Fungsi Sistem Transportasi Nasional

Sasaran sistem transportasi nasional adalah untuk menyediakan konektivitas yang


efisien dan aman antara berbagai wilayah di negara tersebut. Fungsi utama sistem
transportasi nasional adalah:

1. Mobilitas: Sistem transportasi nasional memungkinkan mobilitas penduduk dan


barang dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat dan efisien. Ini memungkinkan
aksesibilitas yang lebih baik ke pekerjaan, pendidikan, layanan kesehatan, dan
rekreasi.

2. Perdagangan dan Ekonomi: Sistem transportasi nasional memfasilitasi


pergerakan barang dan jasa antara produsen, distributor, dan konsumen. Ini
mendukung pertumbuhan ekonomi dengan memungkinkan perdagangan domestik
dan internasional yang lancar.

3. Integrasi Regional: Sistem transportasi nasional memainkan peran penting dalam


mengintegrasikan wilayah-wilayah yang terpencil atau terisolasi dengan wilayah-
wilayah yang lebih maju. Ini membantu mengurangi kesenjangan pembangunan
antar wilayah dan meningkatkan aksesibilitas ke layanan dan peluang ekonomi.

4. Keamanan dan Pertahanan: Sistem transportasi nasional juga memiliki peran


penting dalam keamanan dan pertahanan negara. Ini melibatkan transportasi
personel militer, peralatan, dan logistik dalam situasi darurat atau konflik.

5. Lingkungan: Sistem transportasi nasional juga harus mempertimbangkan dampak


lingkungan. Fungsi sistem transportasi nasional adalah untuk mengurangi emisi gas
rumah kaca dan polusi udara dengan mendorong penggunaan transportasi yang
lebih ramah lingkungan, seperti transportasi umum dan kendaraan listrik.

Sasaran sistem transportasi nasional yaitu:

- Memfasilitasi mobilitas penduduk dan barang dengan cepat dan efisien.

- Mendukung pertumbuhan ekonomi melalui perdagangan domestik dan


internasional yang lancar.

- Mengintegrasikan wilayah-wilayah terpencil dengan wilayah yang lebih maju.

- Memainkan peran penting dalam keamanan dan pertahanan negara.

- Memperhatikan dampak lingkungan dan mendorong penggunaan transportasi


yang ramah lingkungan.

2.4 Komponen Sistem Transportasi Nasional

Komponen utama dari sistem transportasi nasional melibatkan:


1. Jalur Transportasi:
- Jalan raya
- Kereta api
- Penerbangan
- Jalur air (pelabuhan dan sungai)
2. Infrastruktur:
- Jembatan, terowongan, dan jalan layang
- Bandara dan landasan pacu
- Pelabuhan dan dermaga
- Stasiun kereta api
3. Fasilitas Pendukung:
- Terminal transportasi
- Terminal logistik dan gudang
- Sistem informasi dan manajemen lalu lintas
4. Kendaraan dan Armada:
- Kendaraan bermotor (mobil, truk)
- Kereta api dan gerbong
- Pesawat dan armada penerbangan
- Kapal dan perahu

5. Teknologi dan Sistem Pemantauan:


- Sistem navigasi dan kontrol lalu lintas udara
- Sistem manajemen lalu lintas darat
- Teknologi otomatisasi untuk efisiensi operasional
6. Kebijakan dan Regulasi:
- Standar keselamatan
- Kebijakan tarif dan regulasi perdagangan
- Kebijakan lingkungan dan pengelolaan lalu lintas

Semua komponen ini bekerja bersama untuk mencapai tujuan dan fungsi sistem
transportasi nasional yang telah dijelaskan sebelumnya.

2.5 Tatanan Transportasi


Tatanan transportasi merujuk pada organisasi dan pengelolaan sistem transportasi
nasional. Ini melibatkan koordinasi antara berbagai komponen, pihak terkait, dan
kebijakan untuk mencapai efisiensi dan keberlanjutan. Beberapa aspek tatanan
transportasi meliputi:
1. Perencanaan dan Pengembangan Infrastruktur:
- Identifikasi kebutuhan infrastruktur transportasi.
- Perencanaan jaringan transportasi yang mencakup jalan raya, rel kereta api,
bandara, pelabuhan, dan sebagainya.
- Pengembangan proyek infrastruktur sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi.
2. Manajemen Lalu Lintas:
- Pengelolaan lalu lintas untuk mengoptimalkan aliran kendaraan dan mencegah
kemacetan.
- Implementasi sistem manajemen lalu lintas yang cerdas, seperti penggunaan
sensor dan teknologi informasi.
3. Keamanan Transportasi:
- Pengembangan kebijakan dan tindakan keamanan untuk melindungi pengguna
transportasi dan infrastruktur.
- Pelaksanaan standar keselamatan yang ketat untuk moda transportasi berbeda.
4. Koordinasi Antar Moda Transportasi:
- Integrasi antara berbagai moda transportasi untuk memfasilitasi perpindahan yang
mulus antar jenis transportasi.
- Peningkatan transfer dan konektivitas antara stasiun kereta, terminal bus, dan
bandara.
5. Pengelolaan Krisis dan Darurat:
- Pengembangan rencana darurat untuk mengatasi kejadian darurat atau bencana
alam.
- Koordinasi antara berbagai lembaga dan badan terkait dalam situasi krisis.
6. Kebijakan Lingkungan dan Keberlanjutan:
- Implementasi kebijakan untuk mengurangi dampak lingkungan transportasi.
- Inovasi dalam penggunaan teknologi ramah lingkungan dan transportasi
berkelanjutan.
7. Kebijakan Tarif dan Pendanaan:
- Penetapan tarif yang adil dan berkelanjutan bagi pengguna transportasi.
- Penyusunan strategi pendanaan untuk membiayai perawatan, pengembangan, dan
operasional sistem transportasi.
8. Kemitraan Publik-Privat:
- Mendorong kemitraan antara sektor publik dan swasta dalam pengembangan dan
pengoperasian infrastruktur transportasi.

Tatanan transportasi yang efektif membutuhkan kerjasama dan koordinasi yang baik
antara pemerintah, operator transportasi, dan masyarakat untuk mencapai tujuan
mobilitas yang efisien, aman, dan berkelanjutan.

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem transportasi nasional suatu negara mencakup infrastruktur, sarana, dan
prasarana yang mendukung pergerakan barang dan manusia. Latar belakangnya
melibatkan pertumbuhan ekonomi, konektivitas wilayah, dan peningkatan mobilitas
penduduk. Faktor geografis, demografis, dan ekonomi memainkan peran penting
dalam perancangan sistem transportasi nasional untuk memastikan efisiensi dan
keberlanjutan.
Sistem transportasi nasional suatu negara mencakup infrastruktur, regulasi, dan
jaringan transportasi yang mendukung mobilitas penduduk dan barang. Faktor latar
belakangnya melibatkan pertumbuhan ekonomi, perkembangan urbanisasi, serta
kebutuhan akan konektivitas yang efisien. Dalam banyak kasus, pemerintah
memiliki peran kunci dalam merancang dan mengelola sistem transportasi nasional
guna meningkatkan konektivitas dan mendukung pembangunan ekonomi secara
keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Papacostas, C. S., & Prevedouros, P. D. (2013).


Transportation Engineering and Planning. CRC Press.
2. Ortúzar, J. de D., & Willumsen, L. G. (2011).
Modeling Transport. John Wiley & Sons.
3. Ceder, A. (2015). Sustainable Transportation
Planning: Tools for Creating Vibrant, Healthy, and Resilient Communities. Wiley.
4. Newman, P., & Kenworthy, J. (2015). The End of Automobile Dependence: How
Cities are
Moving Beyond Car-Based Planning. Island Press.

Anda mungkin juga menyukai