Puji syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis, sehingga makalah Tugas Fisika 1 dapat diselesaikan dengan judul
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Fisika 1. Dalam penulisan makalah ini penulis banyak menemui
kesulitan. Namun berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka makalah ini
dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Rekan-
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis. Untuk itu, penulis
mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca untuk dapat
penulis perbaiki dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
kita semua.
i|Page
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................................... 3
BAB II KAJIAN TEORITIS .............................................................................................. 4
2.1 Magnet..................................................................................................................... 4
2.2 Medan Magnetik ..................................................................................................... 4
2.3 Induksi Magnetik..................................................................................................... 5
2.4 Hukum Lenz ............................................................................................................ 6
2.5 Bahan Magnetik ...................................................................................................... 7
2.6 Superkonduktivitas .................................................................................................. 9
2.7 Efek Meissner Pada Magnetic Levitation.............................................................. 10
BAB III KONSEP MAGNET PADA KERETA API MAGNETIC LEVITATION .......... 12
3.1 Sejarah Perkembangan Kereta Api........................................................................ 12
3.2 Magnetic Levitation Train..................................................................................... 12
3.3 System Kerja Magnetic Levitation Train .............................................................. 13
3.3.1 Electromagnetic Suspension (EMS)……………………………………… 14
ii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
1
penduduk. Kemacetan terjadi karena pertambahan jumlah kendaraan yang tidak
sebanding dengan pertambahan jalur lalu lintas. Di Indonesia pertambahan jumlah
kendaraan berkisar antara 8%-12% per-tahun, sedangkan pertambahan jalur lalu
lintas hanya berkisar 2%-5% per-tahun dengan rata-rata jalur lalu lintas di Indonesia
kurang dari 4% dari total wilayah kota. Masyarakat masa kini yang memiliki tingkat
kesibukan yang tinggi menuntut suatu sistem transportasi yang lancar tanpa macet,
cepat dan aman, sehingga mereka tidak menghabiskan waktu berjam-jam dalam
kemacetan dan perjalanan serta tidak selalu cemas akan keamanan mereka dalam
melakukan perjalanan.
Untuk menjawab kebutuhan masyarakat masa kini, dikembangkan suatu alat
transportasi yang dapat melaju dengan sangat cepat, dengan lintasan tanpa hambatan
dan memiliki tingkat keamanan perjalanan yang cukup tinggi. Alat transportasi ini
berupa kereta api super cepat yang dikenal dengan Magnetic Levitation Train
(Maglev Train) yang menerapkan prinsip fisika dalam pergerakannya. Prinsip fisika
yang diterapkan dalam Maglev Train ini adalah konsep magnet. Berdasarkan latar
belakang tersebut maka penulis tertarik untuk membahas prinsip kerja dan membuat
percobaan dari kereta Maglev Train ini.
1. Teori fisika apa saja yang yang mendasari cara kerja Magnetic Levitation Train?
2
3. Pengertian Magnetic Levitation Train
6. Pembuktian bahwa magnet memiliki banyak manfaat bagi kehidupan serta dapat
di kembangkan
3
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Magnet
Magnet merupakan sutau objek yang memiliki medan magnet yang dapat
menarik material berjenis logam. Magnet barasal dari kata “magnesia” yang
merupakan nama suatu daerah di Asia kecil yang menjadi tempat ditemukannya
magnet untuk pertama kali. Sebuah magnet terdiri dari magnet-magnet kecil yang
tersusun teratur (disusun dengan arah yang sama), magnet-magnet kecil ini disebut
magnet elementer. Pada logam biasa (bukan magnet) magnet elementernya tersusun
sembarang atau tidak sejajar, magnet-magnet elementer tersebut bersifat saling
meniadakan, sehingga logam tidak memiliki kutub-kutub magnet. Magnet memiliki
kutub pada kedua ujung-ujungnya, yaitu kutub positif dan kutub negatif. Ujung-
ujung magnet ini memiliki sifat kemagnetan yang paling tinggi.
4
→ →
Gambar 1. Saat 𝒗 berada pada sudut 𝜙 terhadap 𝑩
→→ →→ (1)
F = |𝑞| 𝒗⊥ 𝑩 = |𝑞| 𝒗 𝑩 sin 𝜙
Dimana |q| = besarnya muatan (C) , 𝜙 = sudut yang di ukur dari arah → ke arah →.
𝒗 𝑩
Satuan SI dari → adalah equivalen dengan 1N . s/C . m, atau karena 1 A adalah satu
𝑩
coulomb per detik (1A=1C/s), 1 N/A.m. satuan ini dinamakan tesla (disingkat T),
untuk menghormati Nikola Tesla(1857-1943), seorang ilmuwan keturunan Amerika-
Serbia dan seorang penemu :
1 tesla = 1 T =1 N/A.m
5
Gambar 2. Kaidah tangan kanan
̅ , makan akan
Jika suatu bahan magnetic diletakkan dalam medan luar 𝐻
dihasilkan medan tersendiri sebesar ̅̅̅
𝐻′ yang meningkatkan nilai total medan
magnetik bahan tersebut. Induksi magnetic yang didefenisikan sebagai medan total
bahan ditulis sebagai
̅= 𝑯
𝑩 ̅̅̅
̅ +𝑯′ (3)
Hubungan medan sekunder ̅̅̅
𝐻′ = 4ᴨM, satuan 𝐵̅ dalam cgs adalah gauss dan dalam
SI adalah tesla (T).
6
Jika perubahan fluks ditimbulkan oleh gerak konduktor, maka arus induksi dalam
konduktor yang bergerak adalah sedemikian rupa sehingga arah gaya medan
magnetik pada konduktor berlawanan dengan gerak konduktor tersebut. Jadi, gerak
konduktor yang menyebabkan arus induksi akan di tentang.
Hukum lenz juga secara langsung dikaitkan dengan kekekalan energi
seandainya arus induksi berada dalam arah yang berlawanan dengan arah yang
diberikan oleh hukum lenz, maka gaya magnetik pada batang itu akan mempercepat
batang ke laju yang terus bertambah tanpa ada sumber energi luar, walaupun energi
listrik disisipkan dalam rangkaian itu. Ini jelas merupakan pelanggaran kekekalan
energi dan tidak terjadi di alam.
1. Paramagnetisme
Bahan ini jika diberi medan magnet luar, maka elektron-elektronnya akan
berusaha sedemikian rupa sehingga resultan medan magnet atomisnya searah
dengan medan magnet luar. Sifat paramagnetik ditimbulkan oleh momen
7
magnetik spin yang menjadi terarah oleh medan magnet luar. Pada bahan ini,
efek diamagnetik (efek timbulnya medan magnet yang melawan medan magnet
penyebabnya) dapat timbul, tetapi pengaruhnya sangat kecil.
2. Diamagnetisme
Jika bahan diamagnetik diberi medan magnet luar, maka elektron-elektron dalam
atom akan berubah gerakannya sedemikian hingga menghasilkan resultan medan
magnet atomis yang arahnya berlawanan.
8
3. Feromagnetisme
2.6 Superkonduktivitas
Sifat superkonduktor yang paling dikenal yaitu hilangnya semua resistansi
pada material jika material didinginkan hingga mencapai suhu dibawah suhu kritis
(Tc). Pada tahun 1933 Walter Meissner dan Robert Ochsenfeld menemukan bahwa
suatu superkonduktor akan menolak medan magnet. Sebagaimana diketahui, apabila
suatu konduktor digerakkan dalam medan magnet, suatu arus induksi akan mengalir
dalam konduktor tersebut. Prinsip inilah yang kemudian diterapkan dalam generator.
Akan tetapi, dalam superkonduktor arus yang dihasilkan tepat berlawanan dengan
medan tersebut sehingga medan tersebut tidak dapat menembus material
superkonduktor tersebut. Hal ini akan menyebabkan magnet tersebut ditolak.
Fenomena ini dikenal dengan istilah diamagnetisme dan efek ini kemudian dikenal
dengan efek Meissner. Efek Meissner ini sedemikian kuatnya sehingga sebuah
magnet dapat melayang karena ditolak oleh superkonduktor.
9
Dari persamaan di atas dapat medan magnet dari luar (Bac) yaitu :
1. Superkonduktor Tipe I
2. Superkonduktor Tipe II
Superkonduktor tipe ini memiliki suhu kritis (Tc) yang lebih tinggi dan
memiliki nilai Bac yang jauh lebih besar daripada nilai Bac superkonduktor tipe
I, yang mengirimkan medan magnetic jauh lebih besar tanpa merusak keadaan
superkonduksi itu. Superkonduktor tipe II memiliki dua medan magnet kritis
yaitu Bac1 dan Bac2.
10
sampai kedalaman London (London depth). London depth merupakan jarak yang
ditimbulkan pada saat medan magnet akan menembus superkonduktor, jarak ini
sangat kecil pada umumnya beriksar 100 nm.
Efek Meissner ini sangat kuat sehingga magnet dapat melayang karena
ditolak oleh superkonduktor. Medan magnet ini tidak boleh terlalu besar, jika medan
magnetnya terlalu besar maka efek meissner ini akan hilang dan material akan hilang
sifat superkonduktifitasnya.
11
BAB III
KONSEP MAGNET PADA KERETA API MAGNETIC LEVITATION
Berikut ini merupakan pembahasan dari kereta api Magnetic Levitation, yaitu
dimulai dengan sejarah perkembengan kereta api, pengertian dari Magnetic
Levitation Train, sitem kerja Magnetic Levitation Train dan kelebihan dan kekurang
dari Magnetic Levitation Train. Pembahasan Magnetic Levitation Train ini didasari
oleh penelitian dari Hamid Yaghoubi (2012) tentang Magnetic Levitation Train.
12
Gambar 7. Magnetic Levitation Train
13
3.3.1 Electromagnetic Suspension (EMS)
System kerja dari Electromagnetic Suspension (EMS) memanfaatkan gaya
tarik magnet. Dimana bagian-bagian pada rel kereta yaitu beam (balok rel) dan
levitations rails yang merupakan bagian rel penuntun. Bagian-bagian pada gerbong
kereta yaitu support magnet (magnet pendukung), guidance magnets (magnet
penuntun), dan vehicle (gerbong kereta). Antara rel dengan gerbong terdapat air gap
vertical dan air gap horizontal.
14
Gambar 9. Maglev Train dengan EMS sistem
15
Pada gerbong kereta bagian bawah terdapa Levitation Magnets yang berhadapan
dengan magnet yang terdapat pada rel, magnet ini saling tolak-menolak sehingga
membuat kereta melayang di atas relnya.
Hamid (2012) menyatakan: pada bagian rel kereta terdapat beam sebagai
dinding pemandu, levitation and guidance coil (kumparan penuntun kereta),
propulsion coil (kumparan penggerak kereta) dan wheel support path (bagian rel
pendukung).
Pada saat diam kereta magnet ini tidak melayang di atas rel melainkan
diam berdiri di atas rel nya. Saat akan bergerak magnet superkonduktor
dinyalakan, kemudian kereta mulai mengambang sekitar 100 mm di atas rel.
Magnet superkonduktor mengatur posisi kereta agar tepat berada di tengah jalur
guideway nya kemudian computer pada sistem kontrol mengunci posisi kereta
dan mengstabilkan magnet superkonduktor agar posisi kereta tidak berubah.
Kemudian daya listrik diberikan ke kumparan dalam dinding-dinding jalur
pemandu yang menciptakan medan magnet yang dapat menarik dan mendorong
kereta sepanjang jalur pemandu.
16
Gambar 12.Sistem control EDS system
17
Kecepatan kereta Maglev ini dari awal bergerak hingga akhir memiliki
kecepatan yang bervariasi. Variasi kecepatan ini diatur dengan mengatur
frekuensi dari arus bolak-balikyang melalui kumparan.
Cara penghentian dari kedua sistem kereta maglev ini sama seperti dengan
cara ia bergerak yaitu menggunakan induksi magnetic pada kumparan dengan
memberikan tolakan antara kutub yang sama. Pada saat akan berhenti medan magnet
dari kumparan ini dirubah atau dibalik, sehingga akan menimbulkan efek
pengereman dan kereta akan berhenti. Maglev train memiliki system control (control
room) yang terhubung dengan control pusat melalui system transmisi radio yang
berfungsi menjaga keselamatan kereta, mengatur perpindahan jalur rel. Kereta
maglev ini memiliki sistem rem dinamis, dengan bantalan rem untuk berhenti, untuk
kebutuhan darurat setiap gerbong dilengkapi dengan empat cakram per sebagai
rodanya, dan bantalan rem cadangan. Struktur atau bentuk dari bagian depan kereta
ini dirancang seperti mulut lumba-lumba yang ramping untuk mengurangi hambatan
udara (drag udara), sehingga maglev train dapat meluncur seperti peluru.
18
3.4 Kelebihan dan Kekurangan Magnetic Levitation Train
19
BAB IV
PELAKSANAAN PERCOBAAN
4.1.2 Bahan :
1) Baterai
2) Magnet
3) Kawat tembaga (non pelapis)
4) Amplas
5) Papan kayu
6) Busi
7) Spidol
20
4.2 Cara Kerja
1. Magnet
Magnet digunakan sebagai penghasil gaya tarik dan menolak untuk
membuat batterai dan magnet yang di hubungkan bergerak seperti kereta di
dalam kumparan kawat tembaga.
2. Batterai
Batterai digunakan sebagai sumber listrik untuk memperkuat gaya yang di
hasilkan magnet.
21
tersedia di pasaran (kawat tembaga berpelapis enamel) kemungkinan di
karenakan pengupasan pelapis yang tidak terlalu bersih menyebabkan tidak
dapat membuat feedback dari gaya magnet yang dihasilkan, yang kedua
pemilihan magnet yang kurang tepat dan belum cukup kuat. Walaupun begitu
miniatur kereta kami telah berhasil menciptakan medan magnet di sekitar
kawat tembaga dan membuatnya berjalan walaupun berjalan lambat.
22
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori fisika yang terkait dengan prinsip kerja dari maglev train ini
secara garis besar yaitu: medan magnetik, induksi magnetik, hukum Lenz,
superkonduktivitas bahan dan efek meissner.
Sejarah perkembangan kereta api dimulai dengan ditemukannya
lokomotif uap oleh Richard Trevithick, yang kemudian lokomotif ini
mengalami perkembangan dan modernisasi sehingga menjadi kereta api.
Kereta api juga mengalami perkembangan mulai dari kereta api yang
pertama yaitu kereta api dengan bahan bakar batu bara yang kemudian
berkembang menjadi kereta api listrik yang menggunakan tenaga listrik
dalam perkembangannya dan sekarang berkembang sebuah kereta api yang
dapat melayang di atas relnya yang dikenal dengan nama Magnetic
Levitation Train.
Magnetic Levitation Train ini merupakan kerete api super cepat
tanpa roda yang dapat melayang atau mengambang kira-kira 10 cm di atas
relnya dengan memanfaatkan gaya magnet untuk melayang,
menggerakkanya dan mengontrol jalannya kereta.
Sistem kerja Maglev Train memanfaatkan sifat gaya magnet yaitu
gaya terik magnet dan gaya tolak magnet. Ada dua buah pengembangan
sistem kerja dari Maglev Train ini, yang pertama yaitu : Elektromagnetic
Suspension (EMS) yang memanfaatkan gaya tarik magnet dan yang kedua
yaitu : Elektrodinamik Suspension (EDS) yang memanfaatkan gaya tolak
magnet.
Maglev Train ini memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan
kereta api konvensional yaitu: dalam pergerakannya Maglev Train ini tidak
bersentuhan dengan relnya (melayang), sehingga tidak ada gaya gesek yang
terjadi antara kereta dengan rel nya yang mengakibatkan kereta dapat
melaju dengan sangat cepat yaitu mencapai 500 km/jam, tidak
23
menggunakan bahan bakar fosil. Penghematan biaya perawatan karena tidak
akan ada penggantian rel. Namun ada beberapa kelemahan dari Maglev
Train ini yaitu kebisingan yang dihasilkannya saat bergerak hampir sama
dengan kebisingan yang di timbulkan oleh sebuah pesawat jet dan mahalnya
investasi terutama dalam hal pengadaan rel.
Dalam hal percobaan yang di lakukan harap di perhatikan beberapa
poin agar percobaaan nantinya berhasil dan sukses tanpa adanya masalah
yang timbul.
B. Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
25