Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

kepada penulis, sehingga makalah Tugas Fisika 1 dapat diselesaikan dengan judul

“Percobaan Kereta Api Magnetic Levitation”.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

kelompok mata kuliah Fisika 1. Dalam penulisan makalah ini penulis banyak menemui

kesulitan. Namun berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka makalah ini

dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Rekan-

rekan kelompok kami sendiri dan pihak-pihak lainnya.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.

Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis. Untuk itu, penulis

mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca untuk dapat

penulis perbaiki dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk

kita semua.

Cilegon, 19 Januari 2020

i|Page
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................................... 3
BAB II KAJIAN TEORITIS .............................................................................................. 4
2.1 Magnet..................................................................................................................... 4
2.2 Medan Magnetik ..................................................................................................... 4
2.3 Induksi Magnetik..................................................................................................... 5
2.4 Hukum Lenz ............................................................................................................ 6
2.5 Bahan Magnetik ...................................................................................................... 7
2.6 Superkonduktivitas .................................................................................................. 9
2.7 Efek Meissner Pada Magnetic Levitation.............................................................. 10
BAB III KONSEP MAGNET PADA KERETA API MAGNETIC LEVITATION .......... 12
3.1 Sejarah Perkembangan Kereta Api........................................................................ 12
3.2 Magnetic Levitation Train..................................................................................... 12
3.3 System Kerja Magnetic Levitation Train .............................................................. 13
3.3.1 Electromagnetic Suspension (EMS)……………………………………… 14

3.3.2 Electrodinamic Suspension (EDS)………………………………………… 15

3.4 Kelebihan dan Kekurangan Magnetic Levitation Train ........................................ 19


BAB IV PELAKSANAAN PERCOBAAN ..................................................................... 20
4.1 Alat dan Bahan Percobaan .................................................................................... 20
4.1.1 Alat Percobaan ............................................................................................... 20
4.1.2 Bahan Percobaan ............................................................................................ 20
4.2 Cara Kerja ............................................................................................................. 21
4.3 Hasil Percobaan ..................................................................................................... 21
4.4 Kendala dan Catatan Percobaan ............................................................................ 19
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 20
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 23
B. Saran...................................................................................................................... 24
DAFTAR PUATAKA ....................................................................................................... 25

ii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transportasi dapat diartikan sebagai pemindahan barang atau manusia dari


suatu tempat ke tempat lain yang menjadi tujuan. Pemindahan barang atau manusia
ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara ini dapat kita sebut sebagai
sebuah sistem, dimana sistem transportasi merupakan cara-cara yang dapat
dilakukan untuk melakukan transportasi untuk tujuan tertentu. Dalam suatu sistem
transportasi dibutuhkan berbagai sarana dan prasarana yang mendukung jalannya
suatu transportasi. Sarana ini berupa kendaraan yang memindahkan barang atau
manusia. Prasarana berupa media yang dapat mendukung terjadinya suatu
transportasi yaitu jalan raya, rel, terminal, sungai dan udara. Sarana dan prasarana
transportasi ini terus mengalami perkembangan seiring berkembangnya Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memberikan kontribusi yang
besar dalam perkembangan sistem transportasi, karena sistem transportasi selalu
berkembang mengikuti perkembangan IPTEK. Dimulai dengan berjalan kaki,
menggunakan hewan, penemuan roda untuk pertama kalinya pada tahun 3500 SM
yang merupakan cikal bakal transportasi modern. Perkembangan sistem transportasi
selanjutnya ditandai dengan diciptakannya alat transportasi berupa kereta yang
ditarik oleh hewan seperti kuda, onta, sapi dan sebagainya, penemuan kapal,
lokomotif uap, mesin mobil dengan bahan bakar dan lain sebagainya.
Perkembangan sistem transportasi didukung oleh penemuan pada bergabagai
bidang ilmu sains. Fisika sebagai salah satu bagian dari ilmu sains slalu
menyumbangkan karya-karya inovatifnya dalam system transportasi. Mobil, motor,
kereta api, sepeda, kapal laut, kapal selam, perahu, pesawat, helikopter dan roket
merupakan beberapa alat transportasi yang merupakan hasil penemuan inovatif
dalam bidang fisika.
Sistem transportasi diharapkan mampu menyediakan transportasi yang aman
dan nyaman bagi penggunanya, namun saat ini perkembangan sistem transportasi di
Indonesia sangat jauh dari harapan. Berbagai masalah di bidang transportasi sangat
banyak kita temui, seperti kemacetan yang terjadi di kota-kota besar yang padat

1
penduduk. Kemacetan terjadi karena pertambahan jumlah kendaraan yang tidak
sebanding dengan pertambahan jalur lalu lintas. Di Indonesia pertambahan jumlah
kendaraan berkisar antara 8%-12% per-tahun, sedangkan pertambahan jalur lalu
lintas hanya berkisar 2%-5% per-tahun dengan rata-rata jalur lalu lintas di Indonesia
kurang dari 4% dari total wilayah kota. Masyarakat masa kini yang memiliki tingkat
kesibukan yang tinggi menuntut suatu sistem transportasi yang lancar tanpa macet,
cepat dan aman, sehingga mereka tidak menghabiskan waktu berjam-jam dalam
kemacetan dan perjalanan serta tidak selalu cemas akan keamanan mereka dalam
melakukan perjalanan.
Untuk menjawab kebutuhan masyarakat masa kini, dikembangkan suatu alat
transportasi yang dapat melaju dengan sangat cepat, dengan lintasan tanpa hambatan
dan memiliki tingkat keamanan perjalanan yang cukup tinggi. Alat transportasi ini
berupa kereta api super cepat yang dikenal dengan Magnetic Levitation Train
(Maglev Train) yang menerapkan prinsip fisika dalam pergerakannya. Prinsip fisika
yang diterapkan dalam Maglev Train ini adalah konsep magnet. Berdasarkan latar
belakang tersebut maka penulis tertarik untuk membahas prinsip kerja dan membuat
percobaan dari kereta Maglev Train ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah adalah sebagai
berikut :

1. Teori fisika apa saja yang yang mendasari cara kerja Magnetic Levitation Train?

2. Bagaimana sejarah perkembangan kereta api?

3. Apa pengertian Magnetic Levitation Train?

4. Bagaimana sistem kerja Magnetic Levitation Train?

5. Apa kelebihan dan kekurangan Magnetic Levitation Train?

6. Apa saja kendala dalam membuat percobaan Magnetic Levitation Train?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui

1. Teori fisika yang terkait dengan Magnetic Levitation Train

2. Sejarah perkembangan kereta api

2
3. Pengertian Magnetic Levitation Train

4. Sistem kerja Magnetic Levitation Train

5. Kelebihan dan kekurangan Magnetic Levitation Train

6. Pembuktian bahwa magnet memiliki banyak manfaat bagi kehidupan serta dapat
di kembangkan

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :

1. Bagi penulis, menambah ilmu pengetahuan tentang konsep magnet pada


Magnetic Levitation Train.

2. Bagi pembaca, menambah pengetahuan tentang konsep magnet pada Magnetic


Levitation Train.

3
BAB II
KAJIAN TEORITIS

Magnetic Levitation Train sebagai salah satu alat transportasi modern


memanfaatkan magnet dalam pergerakannya. Disini akan dijelaskan teori-teori yang
terkait dengan prinsip kerja dari Magnetic Levitation Train.

2.1 Magnet
Magnet merupakan sutau objek yang memiliki medan magnet yang dapat
menarik material berjenis logam. Magnet barasal dari kata “magnesia” yang
merupakan nama suatu daerah di Asia kecil yang menjadi tempat ditemukannya
magnet untuk pertama kali. Sebuah magnet terdiri dari magnet-magnet kecil yang
tersusun teratur (disusun dengan arah yang sama), magnet-magnet kecil ini disebut
magnet elementer. Pada logam biasa (bukan magnet) magnet elementernya tersusun
sembarang atau tidak sejajar, magnet-magnet elementer tersebut bersifat saling
meniadakan, sehingga logam tidak memiliki kutub-kutub magnet. Magnet memiliki
kutub pada kedua ujung-ujungnya, yaitu kutub positif dan kutub negatif. Ujung-
ujung magnet ini memiliki sifat kemagnetan yang paling tinggi.

2.2 Medan Magnetik


Medan magnet merupakan daerah disekitar magnet yang dipengaruhi oleh
gaya-gaya magnet. Young & Freedman (2001) menyatakan :
Medan magnetic adalah sebuah medan vektor, yakni, sebuah kuantitas vektor
yang di asosiasikan dengan setiap titik dalam ruang. Kita akan menggunakan
symbol → untuk medan magnetic. Di sembarang posisi, arah →
𝑩 𝑩
didefenisikan sebagai arah yang cenderung ditunjuk oleh kutub utara sebuah
magnet kompas.
Sebuah partikel yang tidak bergerak tidak memiliki gaya magnetic. Dalam suatu
medan magnet, gaya magnetic F selalu tegak lurus terhadap → maupun →.
𝑩 𝒗

4
→ →
Gambar 1. Saat 𝒗 berada pada sudut 𝜙 terhadap 𝑩
→→ →→ (1)
F = |𝑞| 𝒗⊥ 𝑩 = |𝑞| 𝒗 𝑩 sin 𝜙

Dimana |q| = besarnya muatan (C) , 𝜙 = sudut yang di ukur dari arah → ke arah →.
𝒗 𝑩

Dan gaya magnetic pada sebuah partikel bermuatan yang bergerak :


→ →
F= 𝑞𝒗 𝑥 𝑩 (2)

Satuan SI dari → adalah equivalen dengan 1N . s/C . m, atau karena 1 A adalah satu
𝑩

coulomb per detik (1A=1C/s), 1 N/A.m. satuan ini dinamakan tesla (disingkat T),
untuk menghormati Nikola Tesla(1857-1943), seorang ilmuwan keturunan Amerika-
Serbia dan seorang penemu :

1 tesla = 1 T =1 N/A.m

Satuan cgs dari →, yakni gauss (1 G = 10-4 T).


𝑩

2.3 Induksi Magnetik


Dhina (2013) menyatakan bahwa:
Jika sebuah penghantar dialiri arus listrik maka disekitar kawat penghantar
akan timbul medan magnet. Hal ini dikemukakan oleh Hans Christian
Oersted (1777-1851) melalui percobaannya yang dikenal dengan percobaan
Oersted. Oersted menyimpulkan bahwa disekitar arus listrik terdapat medan
magnet atau perpindahan muatan listrik menimbulkan medan magnet.
Arah garis-garis medan magnet atau arah induksi magnet yang ditimbulkan
oleh arus listrik tersebut dapat ditentukan dengan kaidah tangan kanan. Jika
arah ibu jari menunjukkan arah arus listrik maka arah lipatan jari lainnya
menunjukkan arah medan magnet atau arah induksi magnetik.

5
Gambar 2. Kaidah tangan kanan

̅ , makan akan
Jika suatu bahan magnetic diletakkan dalam medan luar 𝐻
dihasilkan medan tersendiri sebesar ̅̅̅
𝐻′ yang meningkatkan nilai total medan
magnetik bahan tersebut. Induksi magnetic yang didefenisikan sebagai medan total
bahan ditulis sebagai

̅= 𝑯
𝑩 ̅̅̅
̅ +𝑯′ (3)
Hubungan medan sekunder ̅̅̅
𝐻′ = 4ᴨM, satuan 𝐵̅ dalam cgs adalah gauss dan dalam
SI adalah tesla (T).

2.4 Hukum Lenz


Hukum Lenz menyatakan : Arah sembarang efek induksi magnetik adalah
sedemikian rupa sehingga menentang penyebab efek itu.
Penyebab efek induksi dapat berupa fluks yang berubah-ubah melalui sebuah
rangkaian stasioner yang ditimbulkan oleh sebuah medan magnetik yang berubah-
ubah, atau dapat berupa fluks yang berubah-ubah yang ditimbulkan oleh gerak
konduktor yang membentuk rangkaian, atau dapat berupa gabungan dari keduanya.
Jika fluks dalam sebuah rangkaian stasioner berubah, maka arus induksi itu
menimbulkan medan magnetiknya sendiri. Di dalam luas yang di batasi oleh
rangkaian itu, medan ini berlawanan dengan medan yang semula jika medan yang
semula itu semakin bertambah, tetapi mempunyai arah yang sama seperti medan
medan yang semula jika medan yang semula semakin berkurang. Yakni, arus induksi
menentang perubahan fluks yang melalui rangkaian tersebut (bukan fluks itu
sendiri).

6
Jika perubahan fluks ditimbulkan oleh gerak konduktor, maka arus induksi dalam
konduktor yang bergerak adalah sedemikian rupa sehingga arah gaya medan
magnetik pada konduktor berlawanan dengan gerak konduktor tersebut. Jadi, gerak
konduktor yang menyebabkan arus induksi akan di tentang.
Hukum lenz juga secara langsung dikaitkan dengan kekekalan energi
seandainya arus induksi berada dalam arah yang berlawanan dengan arah yang
diberikan oleh hukum lenz, maka gaya magnetik pada batang itu akan mempercepat
batang ke laju yang terus bertambah tanpa ada sumber energi luar, walaupun energi
listrik disisipkan dalam rangkaian itu. Ini jelas merupakan pelanggaran kekekalan
energi dan tidak terjadi di alam.

2.5 Bahan Magnetik


Magnetic materials atau bahan magnetik merupakan suatu bahan yang
memiliki sifat kemagnetan dalam bahan penyusunnya. Berdasarkan perilaku
molekulnya di dalam medan magnetik luar, bahan magnetik dibedakan menjadi tiga
yaitu paramagnetisme, diamagnetisme dan feromagnetisme.

1. Paramagnetisme

Menurut Halliday & Resnick (1989) : bahan paramagnetik adalah bahan


yang resultan medan magnet atomis total seluruh atom/molekulnya tidak nol,
hal ini disebabkan karena gerakan atom/molekul acak, sehingga resultan medan
magnet atomis masing-masing atom saling meniadakan.

Gambar 3. Arah domain-domain dalam bahan paramagnetic sebelum diberi


medan magnet luar

Bahan ini jika diberi medan magnet luar, maka elektron-elektronnya akan
berusaha sedemikian rupa sehingga resultan medan magnet atomisnya searah
dengan medan magnet luar. Sifat paramagnetik ditimbulkan oleh momen

7
magnetik spin yang menjadi terarah oleh medan magnet luar. Pada bahan ini,
efek diamagnetik (efek timbulnya medan magnet yang melawan medan magnet
penyebabnya) dapat timbul, tetapi pengaruhnya sangat kecil.

Gambar 4. Arah domain dalam bahan paramagnetik setelah diberi medan


magnet luar

Pada umumnya tarikan dari zat paramagnetik sangat lemah karena


pengacakan termal dari momen magnetic atom tersebut. Medan magnetic di
sembarang titik dalam material paramagnetic lebih besar oleh sebuah factor tak
berdimensi Km, yang dinamakan permebilitas relatif dari material itu,
dibandingkan dengan medan magnetic di titik itu jika material tersebut
digantikan dengan ruang hampa. Km umumnya bernilai 1,00001 sampai 1,003.
Contoh dari bahan paramagnetic adalah aluminium, magnesium dan wolfram.

2. Diamagnetisme

Young & Freedman (2001) menyatakan : momen magnetik total dari


semua simpal arus-arus atom adalah nol bila tidak ada medan magnetic yang
hadir. Tetapi medan magnet akibat orbit dan spin electron tidak nol.

Jika bahan diamagnetik diberi medan magnet luar, maka elektron-elektron dalam
atom akan berubah gerakannya sedemikian hingga menghasilkan resultan medan
magnet atomis yang arahnya berlawanan.

Material diamagnetik selalu memiliki suseptibilitas negatif,


permeabilitas relative Km umumnya berorde 0,99990 sampai 0,99999 untuk
benda padat an cairan. Suseptibilitas diamagnetik hampir tidak bergantung pada
suhu. Contoh dari bahan diamagnetik yaitu: bismuth, perak, emas, tembaga dan
seng.

8
3. Feromagnetisme

Menurut Halliday & Resnick,1989 : Bahan ferromagnetik adalah bahan


yang mempunyai resultan medan atomis besar. Hal ini terutama disebabkan oleh
momen magnetik spin elektron. Pada bahan ferromagnetik banyak spin elektron
yang tidak berpasangan, misalnya pada atom besi terdapat empat buah spin
elektron yang tidak berpasangan. Masing-masing spin elektron yang tidak
berpasangan ini akan memberikan medan magnetik, sehingga total medan
magnetik yang dihasilkan oleh suatu atom lebih besar.

Material ferromagnetik memiliki permeabilitas relatif Km yang jauh


lebih besar daripada satu satuan, yaitu berorde sebesar 1.000 sampai 100.000.
contoh dari bahan ferromagnetik yaitu: besi, baja, besi silicon, dll.

2.6 Superkonduktivitas
Sifat superkonduktor yang paling dikenal yaitu hilangnya semua resistansi
pada material jika material didinginkan hingga mencapai suhu dibawah suhu kritis
(Tc). Pada tahun 1933 Walter Meissner dan Robert Ochsenfeld menemukan bahwa
suatu superkonduktor akan menolak medan magnet. Sebagaimana diketahui, apabila
suatu konduktor digerakkan dalam medan magnet, suatu arus induksi akan mengalir
dalam konduktor tersebut. Prinsip inilah yang kemudian diterapkan dalam generator.
Akan tetapi, dalam superkonduktor arus yang dihasilkan tepat berlawanan dengan
medan tersebut sehingga medan tersebut tidak dapat menembus material
superkonduktor tersebut. Hal ini akan menyebabkan magnet tersebut ditolak.
Fenomena ini dikenal dengan istilah diamagnetisme dan efek ini kemudian dikenal
dengan efek Meissner. Efek Meissner ini sedemikian kuatnya sehingga sebuah
magnet dapat melayang karena ditolak oleh superkonduktor.

Efek Meissner menunjukkan bahwa medan magnet di dalam sebuah logam


superkonduktor seolah-olah sama dengan nol. Oleh karena itu, kita dapat menuliskan
persamaan untuk medan magnet dalam logam superkonduktor sebagai berikut :

B = Bac + 4ᴨM = 0 (dalam system satuan CGS) atau


(4)
B = Bac + µ0M = 0 (dalam system msatuan SI)

Dengan Bac = medan magnet kritis dan M= magnetisasi.

9
Dari persamaan di atas dapat medan magnet dari luar (Bac) yaitu :

Bac = - 4 ᴨM (dalam system satuan CGS) atau


(5)
Bac = - µ0M (dalam system satuan SI)

Dimana µ0 = permeabilitas ruang hampa = 4 ᴨ x 10-7 Wb/A.m dan 𝜀0 = permitivitas


ruang hampa = 8,854 x 10-12 F/m.

Berdasarkan sifat magnetisasi bahan superkonduktor dapat dibedakan menjadi dua


yaitu

1. Superkonduktor Tipe I

Tipe superkonduktor ini sering disebut sebagai superkonduktor lunak.


Memiliki kharakteristik efek meissner secara utuh, yaitu pada saat suhu
superkonduktor lebih kecil dari suhu kritisnya, maka superkonduktor memiliki
resistansi nol dan menolak semua medan magnet luar. Tetapi jika medan magnet
itu diperbesar sampai tepat sama dengan medan magnet kritisnya (Bac), maka
sifat superkonduktivitasnya langsung rusak atau hilang. Sehingga magnetisasi
(M) dari superkonduktor langsung jatuh ke nol. Nilai Bac superkonduktor ini
sangat kecil yaitu sekitar 0,1 Tesla. Bahan superkonduktor tipe I ini kebanyakan
adalah unsur tunggal.

2. Superkonduktor Tipe II

Superkonduktor tipe ini memiliki suhu kritis (Tc) yang lebih tinggi dan
memiliki nilai Bac yang jauh lebih besar daripada nilai Bac superkonduktor tipe
I, yang mengirimkan medan magnetic jauh lebih besar tanpa merusak keadaan
superkonduksi itu. Superkonduktor tipe II memiliki dua medan magnet kritis
yaitu Bac1 dan Bac2.

2.7 Efek Meissner Pada Magnetic Levitation


Magnetic Levitation berkaitan erat dengan efek meissner, Efek meissner
yang ditemukan pada tahun 1933 oleh Meissner merupakan efek yang terjadi dalam
superkonduktor yakni material yang memiliki resistansi nol pada suhu di bawah suhu
kritisnya. Medan magnet eksternal yang seharusnya melakukan penetrasi dalam
bahan menjadi terblokade dan mengalir diluar bahan dan dekat ke permukaan bahan

10
sampai kedalaman London (London depth). London depth merupakan jarak yang
ditimbulkan pada saat medan magnet akan menembus superkonduktor, jarak ini
sangat kecil pada umumnya beriksar 100 nm.

Gambar 5. Efek Meissner

Efek Meissner ini sangat kuat sehingga magnet dapat melayang karena
ditolak oleh superkonduktor. Medan magnet ini tidak boleh terlalu besar, jika medan
magnetnya terlalu besar maka efek meissner ini akan hilang dan material akan hilang
sifat superkonduktifitasnya.

11
BAB III
KONSEP MAGNET PADA KERETA API MAGNETIC LEVITATION

Berikut ini merupakan pembahasan dari kereta api Magnetic Levitation, yaitu
dimulai dengan sejarah perkembengan kereta api, pengertian dari Magnetic
Levitation Train, sitem kerja Magnetic Levitation Train dan kelebihan dan kekurang
dari Magnetic Levitation Train. Pembahasan Magnetic Levitation Train ini didasari
oleh penelitian dari Hamid Yaghoubi (2012) tentang Magnetic Levitation Train.

3.1 Sejarah Perkembangan Kereta Api


Kereta api merupakan suatu alat transportasi masal yang secara umum terdiri
dari lokomotif dan serangkaian gerbong-gerbong yang luas yang dapat mengangkut
banyak penumpang dan barang. Perkembangan kereta api tak lepas dari
perkembangan mesin lokomotif yang merupakan tempat mesin penggerak kereta api.
Lokomotif uap mengalami penyempurnaan seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, penyempurnaan dari lokomotif inilah yang membuat
lokomotif berubah menjadi kereta api.
Saat ini ada beberapa kereta api yang dikenal oleh masyarakat yaitu: kereta
api rel konvensional (kereta yang umum dijumpai dengan dua batang besi sebagai
rel yang diletakkan di bantalan), kereta api monorel(terdiri dari satu batang besi
sebagai rel), kereta api permukaan atau sufcace (yang berjalan di atas permukaan
tanah), kereta api layang atau elevated (berjalan di atas dengan bantuan tiang-tiang)
kereta api bawah tanah (subway), dan akhir-akhir ini dikembangkan teknologi kereta
apai terbaru yaitu kereta api Magnetically levitation yang dapat menempuh
kecepatan hingga 500 km/jam (311 mph).

3.2 Magnetic Levitation Train


Magnetic leviatation merupakan sebuah metode yang digunakan untuk
membuat sebuah objek melayang di udara tanpa bantuan selain medan magnet.
Medan ini digunakan untuk menolak atau meniadakan gaya tarik gravitasi. Magnetic
levitation train atau yang sering disebut dengan Maglev train adalah kereta api super
cepat tanpa roda yang memanfaatkan gaya magnet untuk melayang,
menggerakkannya dan mengontrol jalannya kereta.

12
Gambar 7. Magnetic Levitation Train

Kereta magnetic levitatation ini melayang sekitar 10 cm -15 cm di atas


relnya. Hal ini menyebabkan tidak adanya gaya gesek antara rel dengan kereta yang
dapat menghambat pergerakan kereta sehingga kereta dapat melaju dengan cepat
mencapai 500 km/jam (310 mph).

3.3 System Kerja Magnetic Levitation Train

Sistem kereta api Maglev memiliki tiga kompenen utama yaitu:


1. Sumber daya listrik
2. Kumparan logam
3. Guideway
Sistem kerja Magnetic Levitation Train memanfaatkan 2 prinsip magnet
yaitu gaya tarik magnet dan gaya tolak magnet. Ada dua buah sistem kerja dari
maglev train ini sehingga ia dapat mengambang atau melayang di atas rel nya yaitu:
Electromagnetic Suspension (EMS) yang dikembangkan di Negara Jerman dan
Electrodinamic Suspension (EDS) yang dikembangkankan di Negara Jepang. Pada
saat sekarang ini ada sebuah sistem baru yang sedang dikembangkan yaitu sistem
Inductrack, yaitu menggunakan magnet tetap, namun cara ini belum diterapkan.
Yang banyak dikembangkan dan digunakan saat ini yaitu system EDS karena lebih
stabil, sehingga disini sistem EDS akan dibahas lebih rinci.

13
3.3.1 Electromagnetic Suspension (EMS)
System kerja dari Electromagnetic Suspension (EMS) memanfaatkan gaya
tarik magnet. Dimana bagian-bagian pada rel kereta yaitu beam (balok rel) dan
levitations rails yang merupakan bagian rel penuntun. Bagian-bagian pada gerbong
kereta yaitu support magnet (magnet pendukung), guidance magnets (magnet
penuntun), dan vehicle (gerbong kereta). Antara rel dengan gerbong terdapat air gap
vertical dan air gap horizontal.

Gambar 8. Schematic diagram of EMS Maglev system

Pada Electromagnetic suspension (EMS) magnet berada pada badan kereta.


Elektromagnet pada badan kereta berintekasi dan menarik levitation rails pada
guideway (jalur pemandu), hal ini mempertahankan posisi kereta secara horizontal.
Electromagnet pada bagian bawah kereta dipasang mengarah langsung ke jalur
pemandu, yang mengambangkan kereta sekitar 1 cm di atas jalur pemandu dan
menjaga kereta agar tetap mengambang bahkan di saat kereta tidak bergerak. Saat
bergerak dorongan kedepan didapatkan melalui interaksi antara rel magnetik dengan
mesin induksi. Namun cara ini kurang stabil sehingga jarak antara rel dengan
gerbong harus selalu di control kerena ketika daya magnet berkurang gerbong dapat
turun dan menabrak rel.

14
Gambar 9. Maglev Train dengan EMS sistem

Magnetic Levitation Train dengan sistem EMS ini dikembangkan di Negara


Jerman.

3.3.2 Electrodinamic Suspension (EDS)


EDS (electrodinamic suspension) memanfaatkan gaya tolak magnet.
System ini menggunakan magnet superkonduktor. Superkonduktor memiliki
sifat yang menarik yaitu sifat Efek Meissner, yaitu efek pada bahan
superkonduktor yang berada dibawah suhu kritisnya (Tc). Bahan superkonduktor
menjadi bagian pada badan kereta sedangkan magnet terdapat pada relnya.
Sistem EDS ini menggunakan nitrogen cair yang digunakan untuk mendinginkan
bahan superkonduktor sehingga bahan superkonduktor mencapai suhu di bawah
suhu kritis (Tc). Pada saat suhu bahan superkonduktor berada dibawah suhu
kritisnya, maka bahan superkonduktor akan memiliki resistansi nol (0) dan akan
menolak medan magnet disekitarnya

Gambar 10. Elektrodinamik Suspension Sistem

15
Pada gerbong kereta bagian bawah terdapa Levitation Magnets yang berhadapan
dengan magnet yang terdapat pada rel, magnet ini saling tolak-menolak sehingga
membuat kereta melayang di atas relnya.

Hamid (2012) menyatakan: pada bagian rel kereta terdapat beam sebagai
dinding pemandu, levitation and guidance coil (kumparan penuntun kereta),
propulsion coil (kumparan penggerak kereta) dan wheel support path (bagian rel
pendukung).

Gambar 11. Schematic diagram of EDS Maglev system

Pada saat diam kereta magnet ini tidak melayang di atas rel melainkan
diam berdiri di atas rel nya. Saat akan bergerak magnet superkonduktor
dinyalakan, kemudian kereta mulai mengambang sekitar 100 mm di atas rel.
Magnet superkonduktor mengatur posisi kereta agar tepat berada di tengah jalur
guideway nya kemudian computer pada sistem kontrol mengunci posisi kereta
dan mengstabilkan magnet superkonduktor agar posisi kereta tidak berubah.
Kemudian daya listrik diberikan ke kumparan dalam dinding-dinding jalur
pemandu yang menciptakan medan magnet yang dapat menarik dan mendorong
kereta sepanjang jalur pemandu.

Arus listrik yang diberikan ke kumparan pada dinding jalur pemandu


secara berganti-ganti mengubah polaritas kumparan magnet. Perubahan polaritas
ini menyebabkan medan magnetik di depan kereta menarik kereta ke depan,
sementara medan magnet di belakang kereta menambahkan gaya dorong ke
depan.

16
Gambar 12.Sistem control EDS system

Polaritas kumparan yang berubah menghasilkan gaya megnet yang saling


tarik menarik dan saling tolak menolak, seperti pada gambar A di atas interaksi
antara magnet pada rel dengan kereta menghasilkan gaya tarik oleh magnet tidak
sejenis di bagian depan terhadap gerbong yang menarik kereta ka arah depan
(ditunjukkan oleh garis hijau) dan magnet di bagian belakang menghasilkan
gaya tolak terhadap megnet sejenis pada gerbong yang menjadi gaya dorong
dalam pergerakan kereta (ditunjukkan oleh garis biru). Pada gambar B
ditunjukkan system yang membuat kereta tetap melayang di atas rel nya dengan
gaya tolak yang dihasikan oleh magnet superkonduktor dari bagian badan kereta
terhadap guideway nya, magnet pada sisi jalur pemandu menjaga agar kereta
tetap melayang, apabila posisi kereta turun maka magnet berlawan pada sisi
dinding pemadu bagian atas dengan magnet pada sisi gerbong akan menarik
gerbong ke atas (ditunjukkan oleh garis hijau) dan magnet bagian bawah dinding
pemandu yang sejenis dengan magnet pada sisi gerbong akan menolaknya
(ditunjukkan oleh garis biru) sehingga posisi gerbong akan tetap terangkat atau
melayang di atas rel nya. Selain itu dinding jalur pemandu ini juga berfungsi
mempertahankan posisi kereta di jalur guideway nya, saat kereta oleng ke kiri
maka dinding pemandu sebelah kiri akan memiliki sifat magnet yang akan
menolak kereta dan sifat magnet pada dinding sebelah kanan akan menarik
kereta, sehingga posisi kereta selalu dipertahankan. Sistem ini lebih stabil karena
daya angkat pada sistem tidak hanya dihasilkan dari rel atau guideway nya saja
tetapi juga dihasilkan dari gerbong kereta itu sendiri.

17
Kecepatan kereta Maglev ini dari awal bergerak hingga akhir memiliki
kecepatan yang bervariasi. Variasi kecepatan ini diatur dengan mengatur
frekuensi dari arus bolak-balikyang melalui kumparan.

Gambar 13. Maglev Train dengan EDS sistem saat bergerak

Cara penghentian dari kedua sistem kereta maglev ini sama seperti dengan
cara ia bergerak yaitu menggunakan induksi magnetic pada kumparan dengan
memberikan tolakan antara kutub yang sama. Pada saat akan berhenti medan magnet
dari kumparan ini dirubah atau dibalik, sehingga akan menimbulkan efek
pengereman dan kereta akan berhenti. Maglev train memiliki system control (control
room) yang terhubung dengan control pusat melalui system transmisi radio yang
berfungsi menjaga keselamatan kereta, mengatur perpindahan jalur rel. Kereta
maglev ini memiliki sistem rem dinamis, dengan bantalan rem untuk berhenti, untuk
kebutuhan darurat setiap gerbong dilengkapi dengan empat cakram per sebagai
rodanya, dan bantalan rem cadangan. Struktur atau bentuk dari bagian depan kereta
ini dirancang seperti mulut lumba-lumba yang ramping untuk mengurangi hambatan
udara (drag udara), sehingga maglev train dapat meluncur seperti peluru.

18
3.4 Kelebihan dan Kekurangan Magnetic Levitation Train

1. Kelebihan maglev train

a. Mampu melayang di atas rel


b. Kecepatannya yang sangat tinggi mencapai 500 km/jam (310mph)
c. Penghematan biaya perawatan karena tidak akan ada pergantian rel
d. Tidak adanya gaya resistansi akibat gesekan
e. Tidak membutuhkan bahan bakar fosil

2. Kekurangan maglev train


a. Kebisingan yang ditimbulkan saat bergerak hampir sama dengan sebuah jet
(lebih bising sekitar 5 dB dari kereta konvensioanl biasa)
b. Mahalnya investasi terutama pada pengadaan rel

19
BAB IV
PELAKSANAAN PERCOBAAN

4.1 Alat dan Bahan Pengamatan


4.1.1 Alat :
1) Bor kecil
2) Lem tembak
3) Pisau cutter
4) Gunting
5) Paralon PVC
6) Gergaji besi
7) Penggaris
8) Multimeter

4.1.2 Bahan :
1) Baterai
2) Magnet
3) Kawat tembaga (non pelapis)
4) Amplas
5) Papan kayu
6) Busi
7) Spidol

20
4.2 Cara Kerja
1. Magnet
Magnet digunakan sebagai penghasil gaya tarik dan menolak untuk
membuat batterai dan magnet yang di hubungkan bergerak seperti kereta di
dalam kumparan kawat tembaga.

2. Batterai
Batterai digunakan sebagai sumber listrik untuk memperkuat gaya yang di
hasilkan magnet.

3. Kumparan Kawat Tembaga


Kumparan kawat tembaga digunakan sebagai feedback dari gaya magnet itu
sendiri sehingga batterai yang di hubungkan dengan magnet dapat bergerak
melaju seperti kereta.

Ketika batterai di hubungkan dengan magnet, batterai akan


mengalirkan arus listriknya terhadap magnet dan membuat gaya tarik dan
menolak magnet semakin kuat, semakin besar kapasitas batterai akan semakin
baik karena nantinya gaya magnet yang di hasilkan akan semakin besar dan
laju miniature kereta ini akan semakin kuat dan cepat. Pemilihan jenis magnet
pun sangat berpengaruh pada percobaan ini karena magnet yang lemah akan
menghasilkan gaya magnet yang lemah pula. Serta pemilihan kawat tembaga
tanpa pelapis (non enamel) pun sangat berpengaruh karena jika memakai kawat
tembaga yang memiliki pelapis percobaan ini akan gagal. Akibat yang di
hasilkan jika memenuhi kriteria di atas miniatur kereta (batterai & magnet)
akan berjalan layaknya kereta di karenakan gaya yang dihasilkan oleh magnet.

4.3 Hasil Percobaan


Dari percobaan yang telah kami lakukan, Percobaan kereta magnet
sederhana kami telah berhasil berjalan tetapi dengan sangat lambat di
karenakan 2 faktor, yang pertama di karenakan ketersediaan kawat tembaga
tanpa pelapis maka kami melakukan pengupasan terhadap kawat tembaga yang

21
tersedia di pasaran (kawat tembaga berpelapis enamel) kemungkinan di
karenakan pengupasan pelapis yang tidak terlalu bersih menyebabkan tidak
dapat membuat feedback dari gaya magnet yang dihasilkan, yang kedua
pemilihan magnet yang kurang tepat dan belum cukup kuat. Walaupun begitu
miniatur kereta kami telah berhasil menciptakan medan magnet di sekitar
kawat tembaga dan membuatnya berjalan walaupun berjalan lambat.

4.4 Kendala dan Catatan Percobaan


Banyak sekali kendala dan catatan yang kami dapatkan dari hasil
percobaan kami ini, untuk itu kami ingin berbagi informasi agar pada saat nanti
khalayak di luar sana ingin melakukan percobaan ini tidak mengalami
kegagalan. Beberapa kendala dan catatan yang kami dapatkan adalah sebagai
berikut :
- Ketersediaan kawat tembaga tanpa pelapis, magnet serta batterai
berkapasitas tinggi.
- Kurangnya informasi detail untuk melakukan percobaan ini.
- Spesifikasi detail untuk alat dan bahan dalam melakukan percobaan ini.

22
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori fisika yang terkait dengan prinsip kerja dari maglev train ini
secara garis besar yaitu: medan magnetik, induksi magnetik, hukum Lenz,
superkonduktivitas bahan dan efek meissner.
Sejarah perkembangan kereta api dimulai dengan ditemukannya
lokomotif uap oleh Richard Trevithick, yang kemudian lokomotif ini
mengalami perkembangan dan modernisasi sehingga menjadi kereta api.
Kereta api juga mengalami perkembangan mulai dari kereta api yang
pertama yaitu kereta api dengan bahan bakar batu bara yang kemudian
berkembang menjadi kereta api listrik yang menggunakan tenaga listrik
dalam perkembangannya dan sekarang berkembang sebuah kereta api yang
dapat melayang di atas relnya yang dikenal dengan nama Magnetic
Levitation Train.
Magnetic Levitation Train ini merupakan kerete api super cepat
tanpa roda yang dapat melayang atau mengambang kira-kira 10 cm di atas
relnya dengan memanfaatkan gaya magnet untuk melayang,
menggerakkanya dan mengontrol jalannya kereta.
Sistem kerja Maglev Train memanfaatkan sifat gaya magnet yaitu
gaya terik magnet dan gaya tolak magnet. Ada dua buah pengembangan
sistem kerja dari Maglev Train ini, yang pertama yaitu : Elektromagnetic
Suspension (EMS) yang memanfaatkan gaya tarik magnet dan yang kedua
yaitu : Elektrodinamik Suspension (EDS) yang memanfaatkan gaya tolak
magnet.
Maglev Train ini memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan
kereta api konvensional yaitu: dalam pergerakannya Maglev Train ini tidak
bersentuhan dengan relnya (melayang), sehingga tidak ada gaya gesek yang
terjadi antara kereta dengan rel nya yang mengakibatkan kereta dapat
melaju dengan sangat cepat yaitu mencapai 500 km/jam, tidak

23
menggunakan bahan bakar fosil. Penghematan biaya perawatan karena tidak
akan ada penggantian rel. Namun ada beberapa kelemahan dari Maglev
Train ini yaitu kebisingan yang dihasilkannya saat bergerak hampir sama
dengan kebisingan yang di timbulkan oleh sebuah pesawat jet dan mahalnya
investasi terutama dalam hal pengadaan rel.
Dalam hal percobaan yang di lakukan harap di perhatikan beberapa
poin agar percobaaan nantinya berhasil dan sukses tanpa adanya masalah
yang timbul.

B. Saran

1. Bagi pemerintah agar dapat mengambangkan dan memberdayakan


Magnetic Levitation Train di Indonesia sehingga sistem transportasi di
Indonesia menjadi lebih baik, tanpa macet, aman dan tempat tujuan
dapat dicapai dengan lebih cepat.
2. Bagi pembaca umum dan pelajar agar dapat dijadikan sebagai ilmu
pengetahuan, sumber referensi dan dikembangkan dalam bentuk
perwujudan teknologi transportasi secara nyata.

24
DAFTAR PUSTAKA

Medan Magnet Disekitar Arus Listrik Induksi. Diakses dari


http://perpustakaancyber.blogspot.com.
Induksi Magnetik. Diakses dari
http://ivaradhin.blogspot.com
Sensasi Melayang di Kereta Maglev. Diakses dari
http://ilmuumum.blogspot.com.
Fisika Terapan Kereta Maglev. Diakses dari
http:// irhamdoank.blogspot.com/2013/02/fisika-terapan-kereta-maglev_7.
Dasar Magnetic Levitation Train. Diakses dari
http://maglevworld.wordpress.com.
Tentang Sistem Transportasi. Diakses dari
http://ovantheman.blog.co.uk.
Practical Aplications of Magnetic Levitation Technologi.
Youtube : AmazingScience (How to make Simplest Electromagnetic Train)
Youtube : Physics Girl (World’s Easiest DIY Electric Train)

25

Anda mungkin juga menyukai