Anda di halaman 1dari 21

TUGAS SISTEM TRANSPORTASI MAKRO

TRANSPORTASI UNIMODA
(TRANSPORTASI LAUT)

OLEH :

I Putu Aditya Pramana Yoga 1881511011


Komang Gede Ardi Sukma Wiguna 1881511028

PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
karunia-Nyalah, kami dapat menyelesaikan tugas Perencanaan dan Pemodelan
Transportasi ini tepat pada waktunya.
Tujuan dari pembuatan tugas ini adalah untuk mengetahui lebih dalam
mengenai mata kuliah Sistem Transportasi Makro dan untuk memenuhi
persyaratan dalam mengikuti perkuliahan Perencanaan dan Pemodelan
Transportasi.
Ucapan terima kasih kepada Dr. I Made Agus Ariawan, ST, MT selaku
dosen yang telah memberikan materi dari tugas yang akan dibuat serta
membimbing kami dalam pengerjaan tugas ini.
Telah disadari bahwa dalam pembuatan tugas ini masih jauh dari kata
sempurna. Karena itu permohonan maaf diucapkan apabila terdapat kesalahan di
dalam tugas ini.
Harapannya semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua
kedepannya.

Denpasar, November 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ............................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 1
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 1
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 2
1.5 Batasan Masalah ............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3
2.1 Penegrtian Transportasi .................................................................... 3
2.2 Sistem Transportasi ........................................................................... 3
2.3 Transportasi Unimoda ...................................................................... 4
2.4 Transportasi Laut .............................................................................. 5
2.4.1 Jenis – Jenis Transportasi Laut .............................................. 5
2.5 Sistem Jaringan Transportasi Laut ................................................... 6
BAB III LANDASAN TEORI......................................................................... 10
3.1 Pola Angkutan Laut .......................................................................... 10
3.1.1 Jaringan Trayek Tetap dan Teratur .......................................... 10
3.1.2 Jaringan Trayek Tidak Tetap dan Tidak Teratur ..................... 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 11
4.1 Jaringan Angkutan Laut .................................................................... 11
4.2 Jaringan Tol Laut .............................................................................. 13
4.2.1 Alur Pelayaran Utama ............................................................ 14
4.2.2 Hierarki Pelabuhan Utama Tol Laut....................................... 15
4.2.3 Implementasi Tol Laut ........................................................... 15
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 16
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 16
5.2 Saran ................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Gambar 2.1 Sistem Transportasi Makro.......................................................... 4


Tabel 4.1 Jumlah pelabuhan singgah dan daerah tempatnya dalam
jaringan trayek tetap dan teratur angkutan laut dalam negeri
untuk ........................................................................................... 11
Gambar 4.1 Skenario Dasar Tol Laut .............................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem transportasi adalah suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara
penumpang, barang, prasarana dan sarana yang berinteraksi dalam rangka
perpindahan orang atau barang, yang tercakup dalam suatu tatanan, baik secara
alami ataupun buatan/rekayasa dengan bertujuan untuk mencapai proses
transportasi penumpang dan barang secara efektif dan efisien. Macam – macam
transportasi terdiri dari transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi udara.
Sektor transportasi yang tersbesar dan termurah saat ini adalah transportasi laut
baik di Indonesia maupun di dunia. Hal ini dikarenakan, selain murah, Sektor
transportasi juga aman dan dapat melakukan pengiriman dalam jumlah besar. Dan
juga, di Indonesia khususnya sebagian besar dikelilingi oleh laut. Maka dari itu,
kami mengambil transportasi laut sebagai materi pembahasan pada tugas ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dapat diuraikan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kinerja transpotasi laut saat ini?
2. Bagaimanakah kinerja transportasi laut dengan Tol Laut?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan permasalahan di atas maka dibuat beberapa tujuan penelitian,
sebagai berikut:
1. Untuk memahami kinerja transportasi laut saat ini.
2. Untuk mengetahui peningkatan pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah pada transportasi laut .

1
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebgai berikut:
1. Untuk memahami lebih dalam materi Unimoda sektor transportasi laut.
2. Untuk memberikan gambaran pada pembaca tentang peningkatan
pelayanan yang diberikan pemerintah pada transportasi laut saat ini

1.5 Batasan Masalah


Agar penulisan penelitian ini dapat terarah dan terencana dengan baik,
maka penulis membuat suatu batasan masalah sebagai berikut:
1. Wilayah yang akan dikaji adalah wilayah Indonesia.
2. Transportasi laut yang diteliti adalah angkutan barang atau peti kemas
yang beroprasi di wilayah Indonesia).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Transportasi


Pengertian transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu
tempat ke tempat lain menggunakan atau digerakkan oleh manusia, hewan atau
mesin. Transportasi dibagi menjadi tiga yaitu transportasi darat, transportasi laut
dan transportasi udara. Menurut beberapa ahli transportasi dapat didefinisikan
sebagai berikut:
1. Menurut Hadihardaja dkk, dalam buku Sistem Transportasi (1997),
transportasi adalah pemindahan penumpang dan barang dari satu tempat ke
tempat lain. Transportasi ada dua unsur yang terpenting yaitu pergerakan
(movement) dan secara fisik terjadi perpindahan tempat atas barang atau
penumpang dengan atau tanpa alat angkut ke tempat lain.
2. Menurut Kamaludin (1986) dalam Musa dan Setiono (2012),
transportasi adalah mengangkut atau membawa suatu barang dari suatu
tempat ke tempat lainnya atau dengan kata lain yaitu merupakan suatu
gerakan pemindahan barang-barang atau orang dari suatu tempat ke tempat
yang lain.

2.2 Sistem Transportasi


Sistem Transportasi adalah gabungan dari beberapa komponen atau objek
yang saling berkaitan. Dalam setiap organisasi, perubahan pada satu komponen
akan memberikan perubahan pada komponen lainya (Tamin, 2008). Sistem
Transportasi secara menyeluruh (makro) dapat dipecahkan menjadi sistem yang
lebih kecil (mikro) yang masing-masng saling berkaitan untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar pada gambar 2.1 berikut ini:

3
Gambar 2.1 Sistem Transportasi Makro
Sumber: Tamin, 2008
Sistem tersebut merupakan sistem pola kegiatan tata guna lahan yang
terdiri dari pola kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan dan lain - lain. Interaksi
yang terjadi antara sistem kegiatan dengan sistem jaringan menghasilkan
manusiadan/atau barang dalam Sistem Kegiatan Sistem Jaringan Sistem
Pergerakan Sistem Kelembagaan bentuk pergerakan kendaraan dan/atau orang
(pejalan kaki). Sistem pergerakan yang aman, cepat, nyaman, murah, handal dan
sesuai dengan lingkungannya dapat tercipta jika pergerakan tersebut diatur oleh
sistem rekayasa dan manajemen lalu lintas yang baik (Tamin, 2008).
Sistem pergerakan yang aman, nyaman, lancar, murah, handal, dan sesuai
dengan lingkungannya, maka dalam sistem transportasi makro terdapat sistem
mikro tambahan lainnya yang disebut sistem kelembagaan yang meliputi individu,
kelompok, lembaga, dan instansi pemerintah serta swasta yang terlibat secara
langsung maupun tidak langsung dalam setiap sistem mikro tersebut (Tamin
2008).
2.3 Transportasi Unimoda
Transportasi Unimoda adalah pengangkutan barang oleh lebih dari
satu moda transportasi, misalnya oleh angkutan darat, kereta api (rel), angkutan
dari laut ke darat, udara, dan pipa.

4
2.4 Transportasi Laut
suatu sistem pemindahan manusia atau barang yang beroperasi dilaut
dengan menggunakan alat sebagai kendaraan dengan bantuan tenaga manusia atau
mesin.
2.4.1 Jenis – Jenis Transportasi Laut
Ada bebrapa alat yang digunakan sebagai transportasi di laut yaitu:
a. Kapal Feri
Kapal feri adalah jenis transportasi laut yang berfungsi sebagai alat
penyeberangan untuk melintasi selat atau laut diantara dua pulau.
Kapal feri dapat mengangkut penumpang sekaligus kendaraan –
kendaraan seperti mobil, bus, dan truk.
b. Kapal Pesiar
Kapal pesiar merupakan jenis transportasi laut yang bertujuan
untuk mengantarkan banyak orang ke suatu tujuan. Kapal pesiar
digunakan untuk berwisata atau bepergian ke tempat yang jaraknya
cukup jauh. Kapal jenis ini dilengkapi berbagai fasilitas yang
dibutuhkan orang di kehidupan sehari-hari.
c. Kapal Tanker
Kapal tanker merupakan jenis kapan yang digunakan untuk
mengangkut minyak, yang dikendalikan dengan computer dengan
sistem navigasi yang canggih melalui satelit.
d. Kapal Kargo Barang
Kapal kargo barang merupakan kapal yang bertujuan untukuntuk
mengirim banyak kargo yang berisi barang dangan berbagai jenis dan
macamnya. Kapal kargo memiliki ukuran yang besar karena bisa
menyimpan barang dan mengantarkannya sekali jalan.
e. Kapal Kargo Countainer
Kapal kargo container merupakan kapal dengan ukuran yang lebih
besar dari kapal cargo barang. Pasalnya, kapal ini tidak mengangkut
barang-barang lagi, tetapi sudah berama kontainernya. Oleh karena
itu, jangan heran jika kapal ini ukurannya sangat besar.

5
f. Kapal Tunda
Kapal tunda digunakan untuk menarik kapal lain yang lebih besar
ketika akan merapat atau meninggalkan pelabuhan yang sempit.
Meski ukurannya kecil, tenaganya cukup besar untuk menarik kapal-
kapal besar. Kadang-kadang, untuk menarik kapal yang berukuran
super seperti kapal induk, diperlukan beberapa kapal tunda untuk
menariknya.
g. Kapal Tongkang
Tongkang atau Ponton adalah suatu jenis kapal yang dengan
lambung datar atau suatu kotak besar yang mengapung, digunakan
untuk mengangkut barang dan ditarik dengan kapal tunda atau
digunakan untuk mengakomodasi pasang-surut seperti pada dermaga
apung.

2.5 Sistem Jaringan Trasnportasi Laut


Jaringan transportasi laut sebagai salah satu bagian dari jaringan moda
transportasi air mempunyai perbedaan karakteristik dibandingkan moda
transportasi lain yaitu mampu mengangkut penumpang dan barang dalam jumlah
besar dan jarak jauh antar pulau dan antar negara.
1. Jaringan Prasarana
Jaringan prasarana transportasi laut terdiri dari simpul yang berwujud
pelabuhan laut dan ruang lalu lintas yang berwujud alur pelayaran.
Pelabuhan laut dibedakan berdasarkan peran, fungsi dan klarifikasi serta
jenis. Berdasarkan jenisnya pelabuhan dibedakan atas:
Hirarki berdasarkan peran dan fungsi pelabuhan laut terdiri dari:
a. Pelabuhan internasional hub (utama primer)
adalah pelabuhan utama yang memiliki peran dan fungsi melayani
kegiatan bongkar muat penumpang dan barang internasional dalam volume
besar karena kedekatan dengan pasar dan jalur pelayaran internasionalserta
berdekatan dengan jalur lautt kepulauan Indonesia.

6
b. Pelabuhan lnternasional (utama sekunder)
adalah pelabuhan utama yang memiliki peran dan fungsi melayani
kegiatan bongkar muat penumpang dan barang nasional dalam volume
yang relatif besar karena kedekatan dengan jalur pelayaran nasional dan
internasional serta mempunyai jarak tertentu dengan pelabuhan
internasional lainya.
c. Pelabuhan nasional (utama tersier)
adalah pelabuhan utama memiliki peran dan fungsi melayani kegiatan
bongkar muat penumpang dan barang nasional dengan volume sedang
dengan memperhatikan kebijakan pemerintah dalam pemerataan
pembangunan nasional dan meningkatkan pertumbuhan wilayah,
mempunyai jarak tertentu dengan jalur/rute lintas pelayaran nasional dan
antar pulau serta berada (dekat) dengan pusat pertumbuhan wilayah
ibukota kabupaten/kota dan kawasan pertumbuhan nasional.
d. Pelabuhan regional
adalah pelabuhan pengumpan yang berfungsi untuk melayani kegiatan
bongkar muat penumpang dan barang dalam jumlah kecil dan jangkauan
pelayanan antar kabupaten/kota serta merupakan pengumpan kepada
pelabuhan utama.
e. Pelabuhan lokal
adalah pelabuhan pengumpan yang berfungsi khususnya untuk
melayani kegiatan bongkar muat penumpang dan barang dalam jumlah
kecil dan jangkau pelayanannya antar kecamatan dalam kabupaten/kota
serta merupakan pengumpan kepada pelabuhan utama dan pelabuhan
regional.

Berdasarkan peran dan fungsi pelabuhan khusus yang bersifat


nasional/internasional yang melayani kegiatan bongkar muat barang
berbahaya dan beracun (B3) dengan lingkup pelayanan yang bersifat lintas
provinsi dan internasional. Penyelenggaraan pelabuhan umum dapat
dibedakan atas pelabuhan umum yang diselenggarakan oleh Pemerintah
Pusat atau dapat dilimpahkan pada BUMN, dan pelabuhan umum yang

7
diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/kota atau dapat
dilimpahkan pada BUMD.
Ruang lalu lintas laut (seaways) adalah bagian dari ruang perairan yang
ditetapkan untuk menampung kapal lautyang berlayar atau berolah gerak
pada satu lokasi/pelabuhan lainnya melalui arah dan posisi tertentu.
Alur pelayaran adalah bagian dari ruang lalu lintas laut yang alami
maupun buatan yang dari segi kedalaman, lebar dan hambatan
pelayaranlainnya dianggap layak untuk dilayari. Alur pelayaran
dicantumkan dalam peta laut dan buku petunjuk pelayaran serta
diumumkan oleh instansi yang berwenang. Berdasarkan fungsi ruang lalu
lintas laut dikelompokkan atas:
a. Ruang lintas laut dimana pada lokasi tersebut instruksi secara positif
diberikan dari pemandu (sea traffic controller) kepada nahkoda, contoh :
alur masuk pelabuhan, daerah labuh/anchorage area, kolam pelabuhan,
daerah bandar dan sebagainya;
b. Ruang lalu lintas laut dimana pada lokasi tersebut hanya diberikan
informasi tentang lalu lintas yang diperlukan meliputi antara lain informasi
tentang cuaca, kedalaman, pasang surut, arus, gelombang dan lain-lain.

2. Jaringan Pelayanan
Jaringan pelayanan transportasi laut dibedakan menurut kegiatan
dan sifat pelayanannya.Berdasarkan kegiatannya,jaringan transportasi laut
terdiri dari:
a. Jaringan transportasi laut dalam negeri
b. Jaringan transportasi laut luar negeri
Selanjutnya jaringan transportasi laut dalam negeri terdiri dari:
a. Jaringan transportasi laut utama yang menghubungkan antar
pelabuhan yang berfungsi sebagai pusat akumulasi dan distribusi
b. Jaringan transportasi laut pengumpan yaitu yang menghubungkan
pelabuhan yang berfungsi sebagai pusat akumulasi dan distribusi dengan
pelabuhan yang bukan berfungsi sebagai pusat akumulasi dan distribusi.

8
Disamping itu, jaringan ini juga menghubungkan pelabuhan-pelabuhan
yang berfungsi sebagai pusat akumulasi dan distribusi
c. Jaringan transportasi laut perintis yaitu menghubungkan daerah
terpencil atau daerah yang belum berkembang dengan pelabuhan yang
berfungsi sebagai pusat akumulasi dan distribusi atau pelabuhan yang
bukan berfungsi sebagai pusat akumulasi dan distribusi
Jaringan transportasi laut luar negeri ditetapkan dengan memperhatikan
perkembangan pusat industri, perdagangan dan pariwisata pengembangan daerah,
keterpaduan intra dan antar moda transportasi dan perwujudan kesatuan Wawasan
Nusantara. Berdasarkan sifat pelayanannya jaringan pelayanan transportasi laut
terdiri atas :
a. Jaringan pelayanan transportasi laut tetap dan teratur yaitu
jaringan pelayanan dengan rute dan jadwal yang telah ditetapkan
b. Jaringan pelayanan transportasi laut tidak tetap dan tidak teratur
yaitu jaringan pelayanan dengan rute dan jadwal yang tidak
ditetapkan.

9
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Pola Angkutan Laut


Angkutan laut memiliki jenis trayek pelayanan yang dijabarkan sebagai
berikut:
3.1.1 Jaringan Trayek Tetap dan Teratur

Trayek Tetap dan Teratur atau Liner adalah pelayanan


angkutan laut yang dilakukan secara tetap dan teratur dengan berjadwal
menyebutkan pelabuhan singgah.
3.1.2 Jaringan Trayek Tidak Tetap dan Tidak Teratur
Trayek Tidak Tetap dan Tidak Teratur atau Tramper adalah pelayanan
angkutan laut dilakukan secara tidak tetap dan tidak teratur

10
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Jaringan Angkutan Laut

Jaringan trayek tetap dan teratur untuk muatan petikemas yang


diberlakukan berdasarkan pada Rencana Pola Trayek (RPT). Sesuai dengan
laporan potensi dan muatan angkutan laut nasional yang dikeluarkan oleh
Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut
Kementrian Perhubungan, rencana pola trayek angkutan petikemas berjumlah
201 jaringan trayek dengan dukungan armada sebanyak 218 kapal. Setiap
jaringan trayek mencakup beberapa pelabuhan singgah. Variasi jumlah
pelabuhan singgah dari 201 jaringan trayek itu adalah mulai dari 2 hingga 18
pelabuhan. Jumlah gabungan pelabuhan singgah dari keseluruhan jaringan
trayek itu adalah 158 pelabuhan. Namun, jumlah pelabuhan singgah
sesungguhnya hanya 79 pelabuhan.
Berdasarkan hirarkinya, dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 4.1. Jumlah pelabuhan singgah dan daerah tempatnya dalam jaringan
trayek tetap dan teratur angkutan laut dalam negeri untuk muatan petikemas
dirinci menurut koridor ekonomi

(Sumber: Mappangara,2012)

11
dimana
PU = Pelabuhan Utama PKN = Pusat Kegiatan Nasional
PPK = pelabuhan pengumpul PKW = Pusat Kegiatan Wilayah
PPU = pelabuhan pengumpang PKL = Pusat Kegiatan Lokal
PKSN= Pusat Kegiatan Strategis Nasional

Semua jaringan trayek angkutan laut petikemas tertera pada tabel adalah
jaringan trayek antar koridor ekonomi. Jika dikelompokan berdasarkan jumlah
koridor yang terkoneksi, 201 jaringan jaringan trayek angkutan peti kemas itu
terjumlah dari: 66 jaringan trayek antar dua koridor ekonomi, 41 jaringan trayek
antar tiga koridor ekonomi, 34 aringan trayek antar empat koridor ekonomi, 57
jaringan trayek antar lima koridor ekonomi, dan 3 jaringan trayek antar enam
koridor ekonomi.
Berdasarkan hirarki administrasi daerah layanannya, jaringan trayek
angkutan laut petikemas antar dua koridor ekonomi dapat diklasifikasi menjadi
lima koneksi, yaitu:
1) Sumatera – Jawa sebanyak 20 trayek,
2) Jawa – Kalimantan sebanyak 29 trayek,
3) Jawa – Sulawesi sebanyak 9 trayek,
4) Jawa – Bali/Nusa Tenggara sebanyak 3 trayek, dan
5) Jawa – Maluku/Papua sebanyak 5 trayek.
Untuk jaringan trayek angkutan laut petikemas antar tiga koridor
ekonomi dapat diklasifikasi menjadi delapan koneksi, yaitu:
1) Sumatera – Jawa – Kalimantan,
2) Sumatera – Jawa – Sulawesi,
3) Sumatera – Jawa – Papua dan Kepulauan Maluku,
4) Jawa – Kalimantan – Sulawesi,
5) Jawa – Kalimantan – Bali dan Nusa Tenggara,
6) Jawa – Kalimantan – Papua dan Kepulauan Maluku,
7) Jawa –Sulawesi – Bali dan Nusa Tenggara,`dan
8) Jawa – Sulawesi – Papua dan Kepulauan Maluku.

12
Berdasarkan hirarki administrasi daerah layanannya, jaringan trayek
angkutan laut petikemas antar empat koridor ekonomi dapat diklasifikasi
menjadi lima koneksi, yaitu:
1) Sumatera – Jawa – Kalimantan - Sulawesi,
2) Sumatera – Jawa – Kalimantan - Papua/Kepulauan Maluku,
3) Sumatera-Jawa-Sulawesi- Papua/Kepulauan Maluku,
4) Jawa-Kalimantan-Sulawesi-Papua/ Kepulauan Maluku,
5) Jawa-Kalimantan-Sulawesi- Papua/ Kepulauan Maluku.
Hirarki administrasi daerah layanan jaringan trayek angkutan laut
petikemas antar lima koridor dapat diklasifikasi menjadi tiga koneksi,
yaitu:
1) Sumatera – Jawa – Kalimantan – Sulawesi – Maluku/Papua,
2) Sumatera – Jawa – Sulawesi – Bali/Nusa Tenggara – Maluku/Papua,
3) Jawa – Kalimantan – Sulawesi – Bali/Nusa Tenggara – Maluku/Papua.
Hirarki administrasi daerah layanan jaringan trayek angkutan laut
petikemas antar enam koridor terdiri atas jaringan trayek dengan koneksi
Sumatera – Jawa – Kalimantan – Sulawesi – Bali/Nusa Tenggara –
Maluku/Papua. Sebanyak 24 pelabuhan yang tercakup dalam jaringan trayek
antar 6 koridor itu, yaitu: 4 pelabuhan di wilayah Sumatera, 6 pelabuhan di
wilayah Jawa, 5 pelabuhan di wilayah Kalimantan, 3 pelabuhan di wilayah
Sulawesi, 3 pelabuhan di wilayah Bali/Nusa Tenggara, dan 3 pelabuhan di
wilayah Maluku/Papua.

4.2 Jaringan Tol Laut


Mengacu pada RPJM 2015-2019 Tol laut adalah konektivitas laut yang
efektif berupa adanya kapal yang melayari secara rutin dan terjadwal dari
barat sampai ke timur Indonesia . Berikut ini adalah jalur tol laut Indonesia
menurut RPJM 2015-2019:

13
Gambar 4.1 Skenario Dasar Tol Laut (Bambang Prihartono, 2015)

4.2.1 Alur Pelayaran Utama


Berdasarkan RPJM 2015-2019 jaringan Tol Laut memiliki 6 alur
Pelayaran utama, yaitu:
1. Alur Pelabuhan Belawan (Medan)
Alur pelabuhan Belawan melayani pengangkutan dan pengiriman
peti kemas untuk sabuk pelayanan Pel. Belawan dan sabuk pelayanan
Lokal disekitarnya
2. Pelabuhan Tanjung Priok (Jakarta)
Alur pelabuhan Tanjung Priok melayani pengangkutan dan
pengiriman peti kemas untuk sabuk pelayanan Pel. Tanjung Priok dan
sabuk pelayanan Lokal disekitarnya.
3. Pelabuhan Tanjung Perak (Surabaya)
Alur pelabuhan Tanjung Perak melayani pengangkutan dan
pengiriman peti kemas untuk sabuk pelayanan Pel. Tanjung Perak dan
sabuk pelayanan Lokal disekitarnya.
4. Pelabuhan Makassar (Makassar)
Alur pelabuhan Makassar melayani pengangkutan dan pengiriman
peti kemas untuk sabuk pelayanan Pel. Makassar dan sabuk pelayanan
Lokal disekitarnya.
5. Pelabuhan Bitung (Bitung)
Alur pelabuhan Bitung melayani pengangkutan dan pengiriman
peti kemas untuk sabuk pelayanan Pel. Bitung dan sabuk pelayanan Lokal
disekitarnya.
6. Pelabuhan Teluk Bintuni (Sorong)
Alur pelabuhan Bituni melayani pengangkutan dan pengiriman peti
kemas untuk sabuk pelayanan Pel. Bituni dan sabuk pelayanan Lokal
disekitarnya.

14
4.2.2 Hierarki Pelabuhan Utama Tol Laut

Ada 3 hierarki pelabuhan utama setelah diberlakukannya Tol Laut menurut


RPJMN 2015-2019:

1. Tj. Priok dan Tj. Perak secara paralel menjadi pengumpul utama arus
barang dari dan ke wilayah barat Indonesia.
2. Makassar berfungsi sebagai pengumpul dan hub utama ke Indonesia
Timur, dengan tujuan Bitung dan Teluk Bintuni secara paralel.
3. Wilayah Barat Kalimantan dilayani Tj. Priok & Tj.Perak; Wilayah Timur
Kalimantan dilayani.

4.2.3 Implementasi Tol Laut


Berdasarkan RPJMN 2015-2019, pengimplementasian tol laut
memberikan dampak yang sangat signifikan, dimana dampak tersebut antara lain:
memperpendek waktu dan jarak pelayaran, dan mengurangi persinggahan
pelabuhan yang dilakukan oleh kapal, yang berimbas pada penurunan biaya yang
dikeluarkan sehingga harga – harga barang menjadi lebih murah.

15
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
1. Transportasi laut saat ini menmiliki peranan penting dalam pengiriman
barang barang ke daerah - daerah, hal ini dikarenakan transportasi laut
memiliki biaya yang lebih murah dan dapat melakukan pengiriman
yang lebih besar dibanding moda transportasi yang lain.
2. Pengimplementasian tol laut memberikan dampak mengurangi jarak
tempuh dan waktu perjalanan untuk setiap pelayaran peti kemas, yang
mengakibatkan penurunan harga – harga barang di daerah – daerah
khususnya daerah pelosok.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil keseluruhan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Perlu dilakukannya peningkatan secara menyeluruh untuk pelabuhan –
pelabuhan lokal sehingga dapat mengimbangi kinerja dari pelabuhan
utama.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ajja, Muqtamar. 2017. “Transportasi Laut”. Diakses 17 November 2018.

http://nautikaperkapalan.blogspot.com/2017/01/transportasi-laut.html

Anonim, 2018. “Mengenal Pengertian, Konsep dan Manfaat Tol Laut”. Diakses
17 November 2018.

https://www.kargo.co.id/artikel/tol-laut/

Dirjen Perhubungan Laut Nomor UM.002/38/18/DJPL-11. Standar Kinerja


Pelayanan Operasional Pelabuhan Laut. Diakses 17 November 2018.

http://www.dephub.go.id/in/ index2.php.

Mappangara, A.S.C., D.K.K 2012. “Kajian Jaringan Trayek Angkutan Laut


Nasional Untuk Muatan Petikemas Dalam Menunjang Konektivitas
Nasional”. Surakarta: Seminar Nasional Teknik Sipil UMS.

Pihartono, Bambang. 2015. “Pengembangan Tol Laut Dalam RPJM 2015-2019


Dan Implementasi 2015”. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional.

Tamin, O.Z. 2008. Perencanaan, Pemodelan, dan Rekayasa Transportasi.


Bandung: Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung.

17

Anda mungkin juga menyukai