Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

OPINI PUBLIK TENTANG TRANSPORTASI ONLINE DAN


KONVENSIONAL

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK I

1. JUNAEDI EFENDI : 16042002


2. CHERLY MANGUNDAP : 16042003
3. SITI MAULID DATUN : 16042026
4. MUH. DARMAWAN S : 16042001

ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LUWUK
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat lllahi Rabbi yang

mana berkat rahmat dan hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan

tugas makalah dengan judul Opini Publik Tentang Transportasi Online

dan Konvensional yang diajukan pada mata kuliah Manajemen Humas

Makalah ini kami susun berkat kerja sama dan bantuan dari

teman-teman sesama mahasiswa dan mengambil rujukan dari

berbagai sumber. Maka dari itu kami mengucapkan banyak

terimakasih pada semua pihak yang ikut berperan aktif dalam

terselesaikannya makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini tentunya masih banyak

kekurangan-kekurangan yang harus di perbaharui maka dari itu, kami

mengharapkan kepada para pembaca terutama kepada dosen

pembimbing untuk memberikan kritik dan saran supaya dalam

pembuatan makalah yang selanjutnya bisa menjadi lebih baik lagi.

Terimakasih.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 LatarBelakang ................................................................................. 1
1.2 RumusanMasalah ........................................................................... 3
1.3 Tujuan ............................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….5
2.1 Pengenalan Transportasi Konvensional dan Online….……………..5
A. Transportasi Konvensional …………………..……………………..5
B. Transportasi Online...…………………………………….…………7
2.2 Solusi mengatasi masalah Transportasi Konvensional dan Online11

BAB III PENUTUP.................................................................................... 15


3.1 Kesimpulan dan Saran ................................................................. 15
Daftar Pustaka ......................................................................................... 17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu

tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang

digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk

memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Di negara

maju, mereka biasanya menggunakan kereta bawah tanah (subway) dan

taksi. Penduduk di sana jarang yang mempunyai kendaraan pribadi

karena mereka sebagian besar menggunakan angkutan umum sebagai

transportasi mereka. Transportasi sendiri dibagi 3 yaitu, transportasi darat,

laut, dan udara. Transportasi udara merupakan transportasi yang

membutuhkan banyak uang untuk memakainya. Selain karena memiliki

teknologi yang lebih canggih, transportasi udara merupakan alat

transportasi tercepat dibandingkan dengan alat transportasi lainnya.

Sarana transportasi sangat penting peranannya terutama untuk

meningkatkan keterjangkauan (accesbility) suatu wilayah. Dengan adanya

transportasi akan membuka isolasi atau daerah-daerah terpencil yang

nantinya ikut berkembang seperti daerah-daerah lainnya.

Perkembangan teknologi transportasi di Indonesia terus berlanjut

sampai Indonesia merdeka. Pemerintah mengembangkan teknologi

transportasi didorong oleh kebutuhan manusia akan transportasi.


Dengan adanya transportasi dapat memberikan kemudahan bagi

masyarakat Indonesia. Secara umum pemerintah Indonesia pada masa itu

meningkatkan teknologi transportasi karena dengan adanya fungsi

transportasi yaitu, pertama memperlancar hubungan, pengangkutan dan

interaksi antar desa, antar kota, antar wilayah, antar pulau, bahkan antar

Negara. Hal ini dilakukan karena keadaan wilayah Indonesia terdiri dari

pulau-pulau yang dipisahkan oleh perairan. Kedua, memperlancar

mobilitas arus perperpindahan penduduk, distribusi barang dan jasa serta

informasi ke seluruh pelosok tanah air.

Salah satu tranportasi yang digunakan ialah transportasi konvensional

yang menjamur di Indonesia. Transportasi konvensional umumnya dimiliki

perusahaan non pemerintah atau perorangan, seperti taksi, bus kota,

angkutan umum, ojek dan lain sebagainya. Pada tahun 80-90an,

transportasi seperti angkutan umum atau sering disebut angkot sangat

diminati masyarakat, karena dahulu perkembangan mode transportasi

beroda dua belum menjamur seperti saat ini, sehingga banyak masyarakat

yang memilih angkot untuk memudahkan perjalanan menuju tujuan

masing-masing. Dan jika memilih transportasi konvensional masih lebih

efisien dikarenakan belum banyaknya kendaraan pribadi yang berlalu

lalang dijalan Indonesia khususnya Jakarta sebagai Ibukota Indonesia,

sehingga tingkat kemacetan masih minim.

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami transformasi dalam

hal transportasi. Perkembangan teknologi yang semakin modern telah


merambah dunia transportasi di Indonesia. Hal ini terlihat dari

bermunculannya model transportasi berbasis online pada kota-kota besar

di Indonesia. Mulai tahun 2014, transportasi online mulai bermunculan

secara luas, walaupun pendirian salah satu transportasi online didirikan

tahun 2010. Membuka peluang baru dan pandangan baru ditengah

masyarakat. Munculnya kendaraan online mampu menarik minat

masyarakat untuk menggunakan transportasi online yang lebih banyak

memberikan kemudahan dan nilai plus.

Tetapi ada satu dampak yang muncul pula, pendapatan transportasi

konvensional yang menurun membuat terjadinya kompetisi dan

permusuhan antara pengemudi dan perusahaan dari transportasi online

dan konvensional.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Transportasi Konvensional dan Online ditengah masyarakat ?

2. Apa dampak positif dan negatif yang ditimbulkan oleh transportasi

online?

3. Masalah apa yang muncul dari kedua mode transportasi tersebut?

4. Bagaimana cara mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan oleh

hadirnya transportasi online?

1.3 Tujuan

Adanya Transportasi Konvensional dan Online sesungguhnya untuk

membantu masyarakat dalam beraktifitas dijalan dengan lebih cepat.

Mencari solusi mengenai kedua mode transportasi yang sedang kurang


bisa bersahabat. Selain itu makalah ini dibuat bertujuan untuk

mendapatkan pengetahuan mengenai pengaruh hadirnya transportasi

online terhadap transportasi konvensional dan berbagai lapisan

masyarakat dan solusi mengatasi hadirnya dampak negatif dari

transportasi online.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengenalan Transportasi Konvensional dan Online

A. Transportasi Konvensional

Transportasi konvensional adalah transportasi umum yang biasa

kita gunakan, yang telah tersedia dijalan konvensional. Di Indonesia ada

beberapa jenis transportasi konvensional seperti bus, taksi, angkutan

umum, bajaj, dan ojek. Sejauh ini transportasi konvensional di Indonesia,

tidak semuanya baik dan nyaman bagi penumpang atau pengguna jasa

transportasi konvensional. Seperti halnya kita lihat angkutan umum yang

berada dijalan- jalan yang membuat kemacetan dan kendaraan yang tidak

membuat penumpang nyaman, banyaknya tindak kriminal yang terjadi

pada transportasi konvensional juga mengurangi ketertarikan masyarakat

untuk menggunakan transportasi konvensional.

Beberapa macam transportasi konvensional :

a. Bus

Layanan bus menggunakan bus di jalan konvensional untuk membawa

penumpang banyak di perjalanan lebih pendek. Bus beroperasi dengan

kapasitas rendah (yaitu dibandingkan dengan trem atau kereta), dan

dapat beroperasi di jalan-jalan konvensional, dengan bus yang relatif

murah berhenti untuk melayani penumpang. Oleh karena itu bus yang

umum digunakan di kota-kota kecil dan kota-kota, di daerah pedesaan

juga dilengkapi layanan shuttle untuk menuju kota-kota besar.


b. Ojek

Di Indonesia, angkutan bermoda sepeda motor lebih dikenal sebagai ojek.

Ojek (atau ojeg) adalah transportasi umum informal di Indonesia yang

berupa sepeda motor atau sepeda, namun lebih lazim berupa sepeda

motor. Disebut informal karena keberadaannya tidak diakui pemerintah

dan tidak ada izin untuk pengoperasiannya. Penumpang biasanya satu

orang namun kadang bisa berdua. Dengan harga yang ditentukan dengan

tawar menawar dengan sopirnya dahulu setelah itu sang sopir akan

mengantar ke tujuan yang diinginkan penumpangnya.

c. Taksi

Taksi adalah jenis kendaraan untuk disewa dengan sopir, yang digunakan

oleh seorang penumpang tunggal atau sekelompok kecil penumpang.

Sebuah taksi mengantarkan penumpang ke lokasi pilihan mereka.

d. Angkutan Kota

Angkutan kota atau angkot adalah transportasi yang dimiliki oleh

perorangan atau kelompok dengan pengelolaan kekeluargaan dan

mempunyai rute tersendiri dan memuat 10-13 orang penumpang.

Banyaknya mode transportasi konvensional, tak menjadikan transportasi

ini banyak peminat. Adapun kekurangan transportasi konvensional yaitu :

a. Kurang canggih

b. Penumpang mencari pelayan transportasi


c. Untuk tarif bisa bervariasi dan kadang tawar menawar dulu baru

sepakat dengan pelayan transportasi dan pelayan transportasi

menyanggupi dulu baru bisa jalan.

d. Promosi pelayan transportasi konvensional ini cukup memakai papan

atau triplek dipinggir jalan membuat pangkalan sendiri, dan biasanya

kalau pelayan transportasi udah terkenal biasanya direkomendasikan

tetangga, tergantung kepercayaan saja.

e. Pembayaran dilakukan langsung sesuai kesepakatan kadang kadang

sisa tidak diambil, karena iklas. Kalau pelayan transportasi sudah dikenal

bisa berhutang dahulu.

f. Penghasilan kurang banyak, karena tidak pasti dapat.

g. Kurang aman dan kurang nyaman.

B. Transportasi Online

Transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia

dari tempat asal ke tempat tujuan. Proses pengangkutan merupakan

gerakan dari tempat asal, dari mana kegiatan angkutan dimulai, ke tempat

tujuan, kemana kegiatan pengangkutan diakhiri. Peranan transportasi

sangat penting untuk saling menghubungkan daerah sumber bahan baku,

daerah produksi, daerah pemasaran dan daerah pemukiman sebagai

tempat tinggal konsumen. Jadi Jasa Transportasi Online adalah Jasa

transportasi yang berbasis online.


Memang tidak bisa dipungkiri, masyarakat terutama di kota besar sedang

menggandrungi transportasi online dengan menggunakan aplikasi

smartphone. Selain bisa menghemat waktu, transportasi online juga bisa

menghemat uang karena banyaknya promo yang ditawarkan. Tidak hanya

itu, transportasi online juga bisa mengurai tingkat kemacetan, terutama di

kota-kota besar. Perubahan gaya hidup inilah yang dimanfaatkan pelaku

usaha untuk memulai persaingan dalam bisnis transportasi online.

Media online menjadi sarana masyarakat dalam urusan transportasi masa

kini. Tak heran pebisnis Indonesia banyak yang membuka jasa

transportasi menggunakan media online. Beberapa contoh sarana

transportasi online di Indonesia yaitu :

a. GoJek

Pada prinsipnya, aplikasi GoJek bekerja dengan mempertemukan

permintaan angkutan ojek dari penumpang dengan jasa tukang ojek yang

beroperasi di sekitar wilayah penumpang tersebut. Cukup dengan

mengunduh aplikasinya dari Google Play Store, maka kita bisa memesan

jasa layanan tersebut. Tarif angkutannya disesuaikan dengan jarak

tempuh yang akan dicapai. Selain jasa angkutan penumpang, ada juga

layanan antar barang (kurir) dan belanja.

b. Grabbike

Grabbike hampir mirip dengan GoJek, hanya saja layanan Grabbike

belum memiliki layanan antar barang atau belanja. Saat ini, Grabbike telah

beroperasi di 3 kota di kawasan Asia Tenggara yang mengalami


persoalan kemacetan, seperti Ho Chi Min City dan Hanoi di Vietnam, serta

di Jakarta.

c. Grabtaxi

Grabtaxi merupakan aplikasi pemesanan taksi dengan induk perusahaan

dari Malaysia. Dengan aplikasi ini, masyarakat bisa memesan taksi untuk

keperluan antar jemput dengan tariff standar yang ditetapkan sesuai argo.

Layanan antar jemput bisa lebih cepat karena pemesanan dilakukan

melalui aplikasi yang sudah diunduh di smartphone.

d. Uber

Uber adalah perusahaan jaringan transportasi dari Amerika yang

menggunakan aplikasi di smartphone untuk pemesanan mobil. Bedanya,

armada mobil yang digunakan bukan transportasi public plat kuning,

melainkan mobil pribadi bernomor polisi hitam dengan logo khusus Uber.

Jika menggunakan jasa ini tidak bisa membayar tunai, tapi secara online

atau kartu kredit. Tarif yang ditetapkan adalah Rp 30 ribu sebagai tarif

minimal dan selanjutnya dikenakan tarif perjalanan berdasar waktu dan

jarak yang ditempuh. Jenis mobil yang digunakan adalah Toyota Innova,

Alphard dan Hyundai Sonata.

Menggunakan jasa transportasi berbasis aplikasi online sangat

memudahkan masyarakat dalam bepergian. Berikut ini adalah kelebihan

dan kekurangan penggunaan transportasi berbasis aplikasi online.


1. Kelebihan

a. Lebih terpercaya, para pengemudi ojek ataupun taksi dalam

sebuah perusahaan transportasi online sudah terdaftar. Sebelumnya

mereka sudah mendaftarkan diri dengan berbagai persyaratan tertentu.

Termasuk dengan data diri yang jelas dan surat kelakuan baik dari

kepolisian. Dengan begini, penumpang akan merasa lebih aman

menggunakan pengemudi yang terdaftar.

b. Praktis, jika sebelumnya kamu ingin menggunakan jasa

transportasi, biasanya kamu harus keluar rumah menuju jalan raya untuk

mencari kendaraan yang kosong penumpang. Kamu harus merasakan

panas bahkan hujan tanpa kepastian. Tapi, jika menggunakan aplikasi

maka kamu bisa memesan moda transportasi dari rumah atau tempat

yang nyaman. Ojek atau taksi yang kamu pesan akan menghampirimu.

c. Tarif murah dan pasti, setiap jasa transportasi online memiliki cara

penghitungan tersendiri untuk tarif jasa. Kebanyakan dari mereka memiliki

tarif yang lebih murah dari tarif jasa transportasi konvensional. Ditambah

juga dengan adanya berbagai promo yang bisa menguntungkan

penumpang. Semua tarif yang harus dibayar penumpang sudah tertera

sejak awal, sehingga tidak ada proses tawar menawar dengan

pengendara. Tarif pasti juga disukai oleh beberapa pelanggan.

2. Kekurangan

a. Jaringan bermasalah, karena transportasi ini menggunakan

jaringan internet, maka semua sistem bergantung dengan internet. Jika


jaringan sedang bermasalah, walaupun kamu melihat ada pengendara

jasa transportasi online di depan mata tetap tidak bisa kamu pesan.

b. Pilihan pengendara ditetapkan sistem, saat akan memesan ojek

atau taksi online, dalam aplikasi akan terlihat seberapa banyak

pengendara online disekeliligmu. Namun, saat sudah memesan kamu

tidak bisa memilih sendiri pengendara yang akan menjemputmu karena

system yang akan memilihkan.

c. Tidak bisa berganti tujuan, saat pertama memesan kamu sudah

menentukan akan naik dari mana dan turun dimana. Dengan begitu di

aplikasi akan tertera tarif yang mesti kamu bayar. Maka saat ditengah

jalan harus berganti arah maka kamu tetap harus membayar sesuai tarif

awal yang disetujui.

2.2 Solusi mengatasi masalah Transportasi Konvensional dan

Online

Transportasi sedang mengalami isu yang membuat pengaruh perubahan

sosial yang signifikan yaitu antara transportasi konvensional dan online.

Pemerintah dinilai semestinya mendorong perusahaan transportasi

berbasis aplikasi (online) dan konvensional untuk berkolaborasi

dibandingkan menerbitkan berbagai aturan yang tidak perlu. Kolaborasi

justru akan menguntungkan semua pihak, termasuk konsumen. Pengamat

Transportasi Azas Tigor Nainggolan menyatakan pemerintah sejatinya

tidak perlu merevisi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 32 Tahun

2016 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan


Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek. “Harusnya jalankan saja seperti

yang ada saat ini,” kata Tigor saat dihubungi wartawan, Jumat (24/3)

malam.

Menurut dia, pengaturan tarif dan kuota transportasi online saat ini tidak

relevan. Sebab, mekanisme yang berjalan di lapangan adalah hukum

pasar. Masyarakat sebagai konsumen transportasi online akan memilih

menggunakan moda yang nyaman dan murah. Pengaturan tarif dan kuota

hanya akan berimbas pada penurunan kualitas pelayanan transportasi.

Kolaborasi antara perusahaan transportasi online dengan konvensional

sejatinya bisa menjadi solusi terhadap situasi saat ini. “Pendapatan

pengemudi transportasi konvensional yang berkolaborasi dengan aplikasi

online justru meningkat,” kata Tigor. Kolaborasi tersebut sejatinya dapat

menggabungkan kelebihan dari masing-masing bisnis. Transportasi online

yang merupakan perusahaan teknologi sangat mumpuni dalam hal inovasi

aplikasi.

Sementara perusahaan transportasi konvensional sangat berpengalaman

dalam bisnis angkutan. Walhasil, kolaborasi tersebut justru akan

menguntungkan semua pihak. Sebagai informasi, saat ini sejumlah

perusahaan transportasi online di Jakarta sudah bekerjasama dengan

transportasi konvensional. Contohnya, Go-Jek dan BlueBird yang

melakukan kerjasama dalam lini bisnis Gocar. Ada pula Taksi Express

yang berduet dengan Uber. Menurut Tigor, pemerintah seharusnya cukup

mengatur standard pelayanan minimum bagi transportasi. Standard inipun


harus berlaku secara nasional, dan tidak boleh diserahkan kepada

pemerintah daerah. “Standard aman di Jakarta dan Semarang harus

sama,” kata Mantan Ketua dewan Transportasi Jakarta ini.

Selama ini, pemerintah justru tak menegakan standard pelayanan tersebut

secara konsisten. Situasi inilah yang menjadi pemicu konsumen lebih

banyak memilih transportasi online yang lebih nyaman. Menteri

Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan sebelumnya menegaskan

pemerintah pada prinsipnya ingin berkeadilan. Pemerintah akan mengatur

transportasi, khususnya jenis taksi baik online maupun konvensional

secara adil agar tidak terjadi perang tarif yang berpotensi memicu konflik.

Keributan persoalan tranportasi online dan konvensional yang menghiasi

pemberitaan di negara ini cukup mengundang kontroversi. Tranportasi

berbasis aplikasi, dengan inovasinya dianggap penyebab taksi

konvensional “mati perlahan” karena kalah bersaing. Banyak orang

mengatakan hilangnya pasar mereka merupakan kesalahan internal di

perusahaan dalam respon keseimbangan baru di industri, seperti yang

ditulis dalam Majalah Tempo edisi 28 Maret 2016. Masalahnya, kalau

dilihat secara jeli bukan pertarungan inovasi teknologi dan non-teknologi

tetapi kesiapan pemerintah dan aturan yang menjadi payung perusahaan

angkutan berbasis aplikasi. Baik tranportasi online maupun konvensional

harus tunduk pada regulasi. Aplikasi online yang lebih murah karena

mengganti salah satu proses, namun perusahaan aplikasi tetap harus

bermitra dengan perusahaan yang memiliki kendaraan dan supir. Aturan


regulasi dari pemerintah belum jelas untuk mitra perusahaan aplikasi

tersebut yang seharusnya membayar tarif yang sama dengan perusahaan

angkutan lainnya.

Tranportasi online dirasa masyarakat juga lebih efisien, karena hanya

menunggu saja di tempat pemesan tersebut berada. Pemerintah yang

harus tegas dalam memilih regulasi karena nyatanya yang menjadi korban

bukanlah pengusaha. Melainkan sesama pelaku kecil, para sopir yang

cemburu satu sama lain. Pemicunya perbedaan tarif pelat kuning dan

pelat hitam. Regulated price harus dibuat seadil mungkin. Semua

perkembangan teknologi ini harus mengarahkan negara menjaga

keseimbangan dan perubahan yang sehat karena persaingan.

Jumlah penghasilan pengemudi taksi mayoritas menurun jauh dari

biasanya semenjak muncul jasa transportasi berbasis aplikasi. Regulasi

UU.No.22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan pasal 138

ayat 3: “Angkutan umum dan angkutan jalan hanya dilakukan oleh

angkutan bermotor umum” maksudnya angkutan umum hanya boleh dari

angkutan umum yang berplat kuning, bukan dari plat hitam.

Epyardi Asda,anggota DPR sebagai orang yang membuat UU no.22 tahun

2009 mengatakan bahwa pemerintah punya kewajiban menyediakan

transportasi umum, penyelenggaraan itu harus lewat BUMN, BUMD, dan

BH, ini termasuk jelas antara legal dan tidak legal. Untuk kasus Ojek dan

gojek sama-sama dilarang karena gak ada di hukum. Kalau kendaraan

roda dua dijadikan kendaraan umum terlalu beresiko membahayakan


karena jarak tempuhnya. Aturan Grab dan Uber harus memiliki badan

hukum terlebih dahulu dan mengikuti regulasi yang berlaku.Sementara

ojek dan gojek masih dalam status dilarang secara undang-undang.

Intinya masalah persaingan antara transportasi konvensional dan yang

berbasis aplikasi ini sudah tidak ada


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan dan Saran

Setelah membahas mengenai Transportasi Konvensional dan Online, ada

beberapa solusi yaitu dengan berdiskusi antara pemilk perusahaan

transportasi konvensional dan penyedia aplikasi transportasi online.

Pertama mungkin dengan menyamakan tarif, sehingga tidak ada keirian,

harus menaruh tariff dasar yang sama agar tidak terjadi perbadaan harga

yang begitu jauh. Disaat ini masyarakat membutuhkan transportasi yang

murah dan nyaman, sehingga sebaiknya mereka memasang tariff dasar

bersama yang murah. Kemudian konvensional juga dapat beralih untuk

memilki layanan online, atau dengan pool-pool kendaraan yang

masyarakat dapat menjangkaunya dengan mudah. Transportasi

konvensional juga perlu membenahi pelayanan mereka, seperti yang

dilakukan transportasi online, sehingga masyarakat dapat menggunakan

nya dengan nyaman. Sehingga tidak ada perbedaan dan persaingan yang

terlalu menonjol, jika sama-sama menyamakan tujuan, untuk menjadi

transportasi yang layak untuk masyarakat.


Daftar Pustaka

http://lugcool.blogspot.co.id/2015/04/perkembangan-transportasi-di-

indonesia.html

songtusong.blogspot.com/2016/03/jasa-transportasi-online.html

http://yukmampirkesini.blogspot.co.id/2016/05/transportasi-online-di-

indonesia.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Transportasi_umum

http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20170325233255-92-

202770/transportasi-online-dan-konvensional-harus-kolaborasi/

http://mariaaninditanareswari.blogspot.co.id/2016/06/fenomena-

transportasi-konvensional-vs.html

http://www.kompasiana.com/hfribaay/review-kasus-taksi-konvensional-vs-

grab-uber-dan-gojek_57080657b79373f50bcb28a6

Anda mungkin juga menyukai