Anda di halaman 1dari 3

1.

SISTEM EKONOMI ISLAM


a. Prinsip ekonomi non-islam ialah berkorban sekecil-kecilnya untuk mendapat
keuntungan sebesar-besarnya. Sedangkan ekonomi islam yaitu berkorban, tidak kikir,
dan boros dalam menggapai keuntungan yang layak di dunia maupun akhirat.
 System ekonomi kapitalis adalah memberikan kebebasan kepada masyarakatnya
untuk mengatur ekonomi mereka masing-masing sesuai dengan mereka inginkan
dan butuhkan
Sistem Tujuan
Kapitalis memberikan kebebasan kepada Mendapatkan keuntungan
masyarakatnya untuk mengatur ekonomi bagi pemiliknya
mereka masing-masing sesuai dengan
mereka inginkan dan butuhkan

Sosialis Menjadikan pemerintah sebagai pihak Pemerataan kesejahteraan


yang berperan penting dalam rakyat, serta kesetaraan
mengendalikan dan mengatur semua dalam menangani semua
kegiatan ekonomi. Pemerintah memiliki masyarakat, baik miskin
kekuasaan penuh dalam merencana, maupun kaya
mengambil keputusan ekonomi, dan
mengatur semua kebijakan
Islam berkorban, tidak kikir, dan boros dalam Membuat kemakmuran,
menggapai keuntungan yang layak di kesejahteraan, adil secara
dunia maupun akhirat. merata, seimbang dan
secara merdeka yang
terarah, madiri, lestari,
dan membara kemajuan
umat islam

b. Sebagai umat islam tentunya kita diwajibkan untuk berzakat, infaq, dan shodaqoh.
Karena Sebagian dari harta yang kita miliki merupakan hak milik orang lain juga.
Apabila zakat, infaq, shodaqoh dilaksanakan dengan baik makan akan dapat
memperbaiki ekonomi umat islam. Zakat, infaq, dan shodaqoh yang kita berikan
kepada orang yang tepat sasaran dapat membantu perekonomian mereka. Mereka bisa
melanjutkan kehidupannya, bisa membuka usaha dan bisa meningkatkan kesejahteraan
hidupnya

2. Dalam Al-Qur’an Allah menekankan kita betapa pentingnya untuk menuntu ilmu. Tapi
saying disayangkan, di zaman sekarang umat islam termasuknya tertinggal dalam IPTEK
dengan bangsa barat. Itu dikarenakan minat baca dan menuntut ilmu dari umat islam
sekarang masih kurang. Contohnya Indonesia yang masuk dalam negara dengan tingkat
literasi terendah. Padahal mayoritas rakyat Indonesia memeluk agama islam yang
diwajibkan untuk menuntut ilmu. Sebenanya apabila kita mengikuti apa yang telah Allah
perintahkan dalam Al-Quran, tentu kita tidak akan tertinggal dalam IPTEK dengan
bangsa barat. Karena zaman dulu banyak ilmuwan islam, contohnya seperti Ibnu Sina
dan Al-Khawarizmi. Mereka sangat kritis terhadap sesuatu, sehingga mereka terus
berusaha menuntut ilmu untuk mengetahui sebab akibat yang terjadi seperti Al-
Khawarizmi yang bisa menemukan algoritma hingga aljabar
3. Dalam kitab Ihya Ulumuddin Al Ghazali menjelaskan keutamaan orang islam yang
berilmu itu seperti matahari yang menerangi dirinya dan juga orang lain, seperti minyak
kasturi yang memberikan keharuman bagi dirinya dan orang lain. Nabi Muhammad juga
menjelaskan keutamaan orang berilmu Bahwasanya Allah dan malaikat-malaikatNya
serta penghuni langit dan bumi hingga semutpun yang ada di lubang, dan juga ikan di
laut, semuanya memohon rahmat untuk orang yang mengajarkan kebajikan bagi manusia.
Sementara orang yang berilmu pasti juga mempunyai tanggung jawab. Tanggung
jawabnya yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri guna menyempurnkan hidupnya,
tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan, dan tanggung jawab terhadap
perasaan-perasaan batinnya

4. Para peserta melakukan telaah dan istinbath hukum sesuai tradisi NU, yang menghasilkan
keputusan, demikian: Sesungguhnya negara kita Indonesia dinamakan Negara Islam
karena pernah dikuasai sepenuhnya oleh orang Islam. Walaupun pernah direbut oleh
kaum penjajah kafir (Belanda), tetapi nama Negara Islam masih selamanya, sebagaimana
keterangan dari kitab Bughyatul Mustarsyidin: “Setiap kawasan di mana orang Muslim
mampu menempati pada suatu masa tertentu, maka kawasan itu menjadi daerah Islam,
yang ditandai dengan berlakunya hukum Islam pada masanya. Sedangkan pada masa
sesudahnya, walaupun kekuasaan Islam terputus oleh penguasaan orang-orang kafir
(Belanda) dan melarang mereka untuk memasukinya kembali dan mengusir mereka. Jika
dalam keadaan seperti itu, maka dinamakan darul harb hanya meru pakan bentuk
formalnya, tetapi bukan hukumnya. Dengan demikian, perlu diketahui bahwa kawasan
Batavia, bahkan seluruh tanah Jawa (nusantara) adalah darul Islam, karena pernah
dikuasai umat Islam, sebelum dikuasai oleh orang-orang k afir Belanda” (diputuskan di
Banjarmasin, 19 Juli 1936).
Keputusan NU tersebut, diberi penjelasan oleh KH Achmad Siddiq, demikian:
“Pendapat NU bahwa Indonesia (ketika masih dijajah Belanda) adalah Darul Islam
sebagaimana diputuskan dalam Muktamar NU di Banjarmasin tahun 1936. Kata Darul
Islam di situ bukanlah sistem politik ketatanegaraan, tetapi sepenuhnya istilah keagamaan
(Islam), yang lebih tepat diterjemahkan wilayah Islam. Motif utama dirumuskannya
pendirian itu adalah bahwa di wilayah Islam, maka kalau ada jenazah yang identitasnya
tidak jelas non-Muslim, maka dia harus diperlakukan sebagai Muslim. Di wilayah Islam,
maka semua penduduk wajib memelihara ketertiban masyarakat, mencegah perampokan,
dan sebagainya. Namun demikian NU menolak ikut milisi Hindia Belanda, karena
menurut Islam membantu penjajah hukumnya haram” (dalam Piagam Kebangsaan, hlm.
52).
Jadi, bagi NU, wilayah Nusantara ini sudah dianggap sebagai daerah Islam, karena
pernah dikuasai dan didiami oleh kaum Muslimin. Karenanya, dalam berbagai sejarah
politik dan masyarakat di Nusantara yang kemudian dijajah Belanda itu (juga Portugis
dan Jepang) sampai merdeka, NU merasa bertanggungjawab untuk terus menjaga wilayah
ini sebagai daerah Islam. Caranya dengan terlibat dalam berbagai perjuangan nasional
mengusir penjajah, perumusan dasar negara dan keberlanjutannya, dan menjaga
ketertiban masyarakat agar tidak terjadi perampokan (kekacauan) dan sejenisnya.
Munas Alim Ulama 1954 mengenai waliyyul amri pada intinya merupakan penyerahan
sebagian kedaulatan atau pelimpahan wewenang (tauliyah) kepada pemerintah Indonesia
mengenai dua hal. Pertama, mengenai wali hakim bagi calon mempelai pengantin yang
tidak mempunyai orang tua atau wali nasab. Wali hakim ini juga sekaligus
mengakomodir model adat matrilineal Minangkabau yang mengambil nasab dari pihak
ibu. Bahwa Waliyyul Amri (presiden) dan perangkatnya ke bawah sah secara agama
untuk menunjuk wali hakim dalam pernikahan yang merupakan sebuah akad suci agama
Islam. Kedua, adalah soal penetapan awal bulan dalam sistem penanggalan berdasarkan
Bulan (Qamariyah), terutama di tiga bulan penting dalam Ibadah umat Islam, yakni
Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Para ulama menyerahkan kedaulatan penetapan awal
bulan kepada pemerintah Indonesia yang sah dan NU hanya mempunyai hak ikhbar atau
pengumuman hasil sidang itsbat kepada umat Islam.

5. Rukun Nikah
 Ada calon Suami (Beragama islam, Jelas bahwa ia laki-laki, Tidakdipaksa, Bukan
mahramnya, Tidak sedang melakukan ibadah haji atau umroh, Tidak beristri
empat)
 Ada calon Istri (Beragama Islam, Jelas ia perempuan, Tidak dipaksa, Bukan
mahramnya, Tidak sedang melakukan ibadah haji atau umroh, Tidak dalam masa
idah, Tidak bersuami, Jelas ada orangnya, Telah mendapatkan ijin wali
 Ada Wali (Laki-laki, Beragam Islam, Sudah baligh, Berakal, Merdeka, Adil,
Tidak sedang melakukan haji atau umrah
 Saksi 2 orang (Laki-laki, Beragama Islam, Baligh, berakal, merdeka, dan adil,
Melihat dan mendengar, Memahami bahasa yang digunakan dalam akad, Tidak
sedang mengerjakan haji atau umrah, Hadir dalam Ijab Qobul
 Ijab Qobul
Syarat Sah Nikah
 Antara suami istri tidak ada hubungan nasab
 Sighat ijab qobul tidak dibatasi waktu
 Adanya persaksian
 Tidak ada paksaan
 Ada kejelasan calon suami istri
 Tidak sedang ihram
 Ada mahar
 Tidak ada kesepakatan untuk menyembunyikan akad nikah salah satu calon
mempelai
 Tidak sedang menderita penyakit kronis
 Adanya wali
Peran suami dalam rumah tangga yaitu sebagai pemimpin rumah tangga, memberikan
nafkah kepada istri, menjaga istri, dan memberikan cinta dan kasih saying kepada istri
Peran istri dalam rumah tangga yaitu taat kepada suami, mengikuti tempat tinggal suami,
dan menjaga diri Ketika suami tidak ada

Anda mungkin juga menyukai