Anda di halaman 1dari 18

MASYARAKAT MADANI SEBAGAI TITIK TOLAK MEMBANGUN

INDONESIA TOLERAN, ADIL DAN SEJAHTERA

A. Pengantar
Era sekarang masyarakat mengalami turbulence (goncangan) dalam mencari
arah yang tepat dalam kehidupannya, karena masyarakat sedang dihadapkan
dengan memudarnya nilai-nilai luhur kemanusiaan, berganti dengan nilai-nilai
luhur materialistik. Hal ini menyababkan interaksi yang terjadi dimasyarakat
tidak diwarnai dengan nilai-nilai ketulusan dan ikhlasan, maka hubungan yang
terjadi dimasyarakat bersifat semu, karena berdasar pada kepentingan sesaat
dan kemanfaatan. Kondisi demikian membuat hubungan masyarakat jauh dari
kebersamaan, kepedulian social, persaudaraan serta gotong-royong. Realitas
kehidupan masyarakat di atas perlu segera dicarikan solusi yang tepat, cepat
serta cermat sesuai dengan koridor syariat agar masyarakat tidak terombang-
ambing ke da lam dalam pusaran kehidupan yang sesat.
al-Quran yang di dalamnya terdapat banyak petunjuk dan pedoman dalam
semua aspek kehidupan, meskipun hanya secara garis besar, artinya tidak
sampai kepada teknis pelaksanaan dilapangan 1 . Dengan demikian al-Quran
dapat diinterpretasikan secara fleksibel dalam pengertian dapat dijadikan
pedoman dalam membebaskan masyarakat yang turbulence menuju
masyarakat ideal, sebagaimana yang digambarkan surat Ibrahim ayat 1,
َ ْ َ ْ ‫النور بإ ْذن َربه ْم إ َلى ص َر‬ ُّ َ َ َّ َ ْ ُ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ ٌ َ َ
ُّ َ ‫الظ ُل َم‬
﴾١﴿ ‫يد‬
ِ ‫اط الع ِز ِيز الح ِم‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ات ِإلى‬ِ ‫الر ِكتاب أنزلناه ِإليك ِلتخ ِرج الناس ِمن‬

“Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya
kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang
dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa
lagi Maha Terpuji”
Dalam makalah ini akan membandingkan titik tolak dalam membangun
masyarakat dalam peradapan islam dan peradapan barat. Serta bagaimana

1
. Alim Sahirul. Menguak Keterpaduan Sains dan Teknologi Islam. Titian Ilahi Press. Yogyakarta.
1992. Hal 141

1
mereaktualisasi nilai-nilai yang dibangun oleh masayrakat tersebut dalam
konteks menumbuhkan masyarakat Indonesia yang toleran, bermartabat dan
sejahtera sebagaimana yang dicita-citakan oleh konstitusi Indonesia.
B. Konsepsi Masyarakat2 Ideal antara Islam dan Barat
Islam bukanlah agama yang mengatur hubungan ketuhan semata,
namun Islam juga mengatur tentang kemasyarakatan. Islam
menginginkan individu yang shaleh. Namun lebih dari itu islam juga
menginginkan masyarakat yang shaleh. Dalam membentuk masyarakat
yang shaleh perlu merujuk konsep masyarakat yang cikal-bakalnya
dibangun oleh nabi Muhammad saw pasca hijrah dari Makah ke
Madinah dengan sebutan masyarakat madani. Serta masyarakat yang
dibangun oleh barat (eropa) pada masa renaissance dan aufklarung
khususnya di eropa bagian selatan yang menuntuntut persamaan dalam
semua aspek kehidupan.
Masyarakat yang dibangun oleh Rasulullah saw pasca hijrah merupakan
masyarakat yang plural dan toleran yang disebut dengan masyarakat madani.
Masyarakat madani secara bahasa memiliki dua pengertian: Pertama; Madinah
berarti kota atau masyarakat kota. Karena kata madani adalah turunan dari kata
Arab madina yang juga dalam bahasa Yunani disebut Polis dan Politica yang
kemudian menjadi dasar kata policy dan politic dalam bahasa Inggris. Kedua;
masyarakat berperadaban, karena masyarakat Madinah juga derivat dari kata
tamaddun atau madaniyah yang berarti peradaban yang dalam bahasa Inggris
dikenal dengan civility atau civilization dan kata sifat dari Madinah adalah
madani.
Ahmad Hatta menyatakan bahwa secara terminologi masyarakat madani
adalah komunitas muslim pertama di kota Madinah yang dipimpin langsung
oleh Rasulullah saw dan diikuti oleh keempat Khulafa Al-Rasyidin. Sedangkan
menurut Nasrudin Baidan masyarakat madani adalah penduduk yang terdiri
dari berbagai macam etnis, agama yang menjadikan islam sebagai agama yang
menuntun kehidupan mereka dalam berbagai aspek kehidupan (ubudiyah,

2
. Masyarakat dalam KBBI offlane

2
muamalah, siyasah, dll), mereka tunduk kepada kepemimpinan Rasulullah saw
serta khulafa al-Rasyidin sepeninggal beliau.
Masyarakat Madinah bukanlah suatu masyarakat yang dibangun secara
instan. Namun, sebuah kerangka masyarakat yang dibangun melalui proses
panjang, dalam mengaktualisasikan nilai-nilai al-Quran dan sunah Muhammad
dalam membangun suatu masyarakat. Penerapan nilai-nilai al-Quran dan sunah
dalam masyarakat Madinah merupakan implikasi dari dakwah nabi dan para
sahabat selama tiga belas tahun dikota Mekah, sehingga pada saat
dideklarasikan sebuah negara di Madinah mereka dapat menerima dengan
lapang dada 3 . Hal ini dibuktikan didalam masyarakat madinah ajaran-ajaran
Islam dapat membumi dan menyatu dengan kehidupan individu dan sosial,
sehingga syariat Islam dapat tegak dengan kokoh.
Dari penjelasan di atas bahwa masyarakat madani bukanlah terjemahan dari
masyarakat sipil (civil society). Masyarakat sipil merupakan cita ideal
masyarakat yang maju, modern dan beradap. Dalam realitasnya cita ideal
masyarakat tersebut tidak pernah membumi dalam kehidupan. Buktinya
kehidupan umat manusia tidak pernah damai, kejahatan semakin merajalela.
Negara yang dikatakan super power selalu mengeksploitasi negara miskin atau
berkembang yang memiliki sumber daya alam melimpah, demi kemakmuran
dan kepetingan negara mereka, tanpa memberikan sumbangsih kepada negara
asal yang memadai. Hal itu terjadi karena, masyarakat sipil yang
dikembangkan oleh barat hanya berdasarkan kepada pemikiran manusia yang
serba terbatas, dengan memisahkan nilai-nilai transendental.
C. Karakteristik Masyarakat Idaman Dalam Islam
Masyarakat madani merupakan masyarakat yang seperti halnya masyarakat
yang lain memiliki suatu karakteristik tertentu. Masyarakat madani memiliki
karakteristik yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Karakteristik

3
.

3
4
masyarakat yang pancasilais adalah; bertuhan, kesetaraan (egaliter),
musyawarah, keadilan, terciptalah persatuan dan kesatuan.
Bertuhan merupakan tabiat manusia yang tidak berubah dan sangat
dilindungi oleh konstitusi agama5 dan negara6 . Namun, dalam perjalanannya
banyak manusia yang lupa terhadap perjanjian yang pernah mereka ucapkan
sebelum mereka dilahirkan di alam semesta, sehingga banyak manusia
mempertuhankan sesuatu yang dikhayalkan dan divisualisasikan berupa
benda/pemikiran sebagai perantara mereka untuk beribadah. Islam mampu
memberikan warna dan merubah ketuhanan masyarakat jahiliah dengan tuhan-
islam dengan cara damai tanpa pertumpahan darah sedikit pun.
Dalam masyarakat madinah terdapat berbagai macam keyakinan dan
kepercayaan (islam, nasrani, yahudi, majusi, dll). Islam sebagai agama
mayoritas tidak memaksa minoritas melebur dalam menyembah tuhan yang
sama. Namun, islam memberikan kebebasan dan menghargai berbagai macam
keyakinan agar dapat menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masyarakat madinah tersebut.
Manusia harus mampu memi’rajkan kehdiupannya agar tidak salah dan
terjerumus dalam kehidupan yang membenarkan segala macam cara guna
memperoleh yang diinginkannya. Manusia yang berhubungan baik dengan
tuhannya diharapkan mampu mengikuti perintah tuhan serta
mengimlementasikan sifat-sifat baik Tuhan dalam kehidupan sesuai dengan
kemampuannya.
Konsekuesi dari bertuhan manusia mau-tidak mau harus bersikap egaliter.
Masyarakat Madinah sudah menjalankan dan menginternaslisasikan persamaan
derajat dengan tidak membedakan manusia dari aspek kesukuan, politik,
ekonomi dan lainnya, namun mereka dibedakan atas ketakwaan kepada Allah.
Pengakuan persamaan hak dan kewajiban muncul dari pandangan positif

4
. Adapun sila pancasia adalah sebagai berikut; 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kemanusian
yang adil dan beradap 3. Persatuan Indonesia 4. Permusyawaratan perwakilan dalam
permusyawaratan perwakilan 5. Keadilan social bagi seluruh masyarakat Indonesia.
5
.
6
.

4
tentang fitrah kemanusiaan, dimana manusia dilahirkan dalam keadaan suci
dan harus diwujudkan dalam sikap-sikap yang suci dan baik kepada sesama.
Dalam masyarakat madani semua warga masyarakat memilik hak yang sama
dalam bidang politik, ekonomi, dan hukum. Dalam bidang politik misalnya,
semua masyarakat memperoleh hak yang sama untuk dipilih menjadi
pemimpin Negara yang dilaksanakan dalam pemilihan umum yang terjamin
kerahasiaannya. Dalam memilih pemimpin berdasar kemampuan dan
prestasinya bukan karena faktor keturuan, kusukuan, ras, namun tetap
berdasarkan kepada ketuhanan. Disamping itu setiap manusia dalam ranah
politik memiliki hak yang sama untuk memilih pemimpin berdasarkan
pengetahuan yang dimiliknya.
Dalam bidang ekonomi seluruh masyarakat memiliki hak yang sama untuk
memperoleh penghidupan yang layak bagi kemanusian, dalam artian mereka
mempunyai kesempatan yang sama untuk menjalankan roda usaha sesuai
kemampuan yang dimilikinya tanpa hambatan dari agama dan negara. Dalam
hal ini agama dan negara harus hadir dengan memberikan rambu-rambu dan
batasan-batasan supaya dalam menjalankan roda perekonomian tidak
merugikan pihak lain. Masyarakat madani dalam membangun ekonominya
tidak berdasarkan pada keuntungan semata, namun pembangunan ekonomi
yang berkeadilan sosial dan pemerataan untuk kesejahteraan masyarakat secara
menyeluruh7 .
Karakteristik masyarakat madani selanjutnya ialah musyawarah. Dalam
masyarakat madani musyawarah menjadi landasan utama dalam menyelesaikan
persoalan keumatan dan kemasyarakatan, supaya tidak terjadi perpecahan
didalamnya,
َ
﴾٣٨﴿ ‫نف ُقون‬ ُ ُ َْ َ َ َ َ َ ُ ُ َ َ َ َ َّ ‫اس َت َج ُابوا ل َربه ْم َو َأ َق ُاموا‬ َ ‫َو َّالذ‬
ْ ‫ين‬
ِ ‫الصَلة وأ ْم ُره ْم شورى ب ْين ُه ْم و ِم َّما َرزقناه ْم ي‬ ِِ ِ ِ
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah

7
. Op cit hal 95

5
antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami
berikan kepada mereka (QS. asy-Syuraa: 38).
Musyawarah ialah interaksi positif dalam masyarakat yang saling memberi
hak untuk menyatakan pendapat dan mengakui adanya kewajiban
mendengarkan pendapat. Oleh karena itu, dalam musyawarah harus
diperhatikan adab-adabnya agar musyawarah dapat terlaksana sebagaimana
yang diinginkan adapun adanya sebagai berikut; sehat akal, memiliki
pengetahuan, memiliki kelapangan dada, pengalaman, ketulusan dan takwa 8.
Ketika dalam musyawarah yang berjalan sesuai dengan adab-adab yang ada
masih menyisakan persoalan (ganjalan) yang belum ditemukan titik temu
diantara pelaksana musyawarah, maka diselesaikan melalui meja hijau agar
diputuskan oleh hakim secara adil dengan melihat bukti-bukti yang ada.
Karakteristik berikutnya dari masyrakat madani adalah Adil merupakan
merupakan prinsip utama dalam menegakkan masyarakat yang beradap 9 .
Diutusnya para Rasul sebagaimana ditegaskan dalam al-Quran bertujuan untuk
menegakkan sistem kehidupan manusia yang adil,
ْ ْ َ ْ ُ َّ َ ُ َ َ َ ْ َ َ َ ْ ُ ُ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ ُ ُ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ
‫اس ِبال ِق ْس ِط َوأ َنزل َنا ال َح ِد َيد‬ ‫ات وأنزلنا معهم ال ِكتاب و ِاْليزان ِليقوم الن‬
ِ ‫لقد أرسلنا رسلنا ِبالب ِين‬
َ َ َّ َّ ْ َ ْ ُ َ ُ ُ َ ُ ُ ُ َ َ ُ َّ َ َ ْ َ َ َّ ُ َ َ َ ٌ َ ٌ ْ َ
﴾٢٥﴿ ‫َّللا ق ِو ٌّي َع ِز ٌيز‬ ‫اس وِليعلم َّللا من ينصره ورسله ِبالغي ِب ِإن‬ ِ ‫ِف ِيه بأس ش ِديد ومنا ِفع ِللن‬
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul, dengan membawa bukti-bukti
nyata, dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca
(keadilan) agar manusia dapat melaksanakan keadilan (QS. al-Hadid: 25).
Bagi kita yang tidak berprofesi sebagai hakim tetap harus menegakkan
keadilan yaitu dengan memperjuangkan golongan yang “mustad’afin fil ardhi”
(golongan lemah, teraniaya, dll) supaya mereka mendapatkan hak-hak yang
seharusnya dia dapatkan. Hal ini ditemukan dalam surat an-Nahl ayat 810,
ُُ ْ ْ َ ُْ َ ْ ْ
‫اإل ْح َس ِان َو ِإ َيتاء ِذي ال ُق ْرَبى َو َي ْن َهى َع ِن ال َف ْحشاء َواْلنك ِر َوال َبغ ِي َي ِعظك ْم‬‫و‬َ ‫َّللا َي ْأ ُم ُر ب ْال َع ْدل‬
َ ‫إ َّن‬
ِ ِ ِ ِ
﴾٩٠﴿ ‫ون‬ َ ‫َل َع َّل ُك ْم َت َذ َّك ُر‬

8
. Shihab Quraish. waHal 403
9
. Sofyan Ayi. Etika politik islam. CV Pustaka Setia. Bandung. 2012. Hal 81
10
.

6
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran”.
Keadilan harus ditegakkan tanpa melihat siapa yang terkena akibatnya.
Keadilan harus ditegakkan meskipun mengenai diri sendiri, keluarga atau
kelompoknya. Bahkan kepada orang yang kita benci sekalipun hurus mampu
berbuat adil11. Dengan tegaknya keadilan akan membawa kemaslahatan bagi
seluruh masyarakat.
D. Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Ideal.
َ َ َ ُ ْ ُ َ َ ُ ْ َ َ ْ ْ َ َ ُ ْ َ ْ َ ُ ُ ْ َ َّ ْ َ ْ ُ َّ ُ َ ْ َ ْ ُ ُ
‫الل َول ْو َآم َن أ ْه ُل‬
ِ ‫وف وتن َهون ع ِن اْلنك ِر وتؤ ِمنون ِب‬ِ ‫اس تأمرون ِباْلعر‬ ِ ‫كنتم خير أم ٍة أخ ِرجت ِللن‬
﴾١١٠﴿ ‫اس ُقون‬
َ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ ُ ْ ُ ْ ْ َّ ً ْ َ َ َ َ ‫ْالك َت‬
ِ ‫اب لكان خيرا ل ُهم ِمن ُه ُم اْلؤ ِمنون وأكث ُره ُم الف‬
ِ ِ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik (QS. al-Imraan: 110).
Keadaan umat islam dewasa ini jauh dari gambaran masyarakat yang dicita-
citakan dalam al-Quran. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan-perbaikan
dengan melakukan reaktualisasi masyarakat madani dengan merajut kembali
rantai kejayaan islam yang terputus. Oleh karena itu perlu menggali dan
menerapkan langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad saw
dan para shahabatnya dalam mewujudkan masyarakat madani. Dimana nabi
Muhammad saw menjadikan al-Quran sebagai sumber dalam membentuk
masyarakat.
al-Quran pada masa itu bukan hanya menjadi bacaan. Namun, lebih dari itu
al-Quran menjadi rujukan dalam membimbing dan membatasi perilaku
individu dan masyarakat. Hal itu dilakukan bukan karena ketiadaan model
peradaban lain yang bisa ditiru. Sebaliknya, pada masa itu, telah berkembang

11
. Lihat surat al-Maidah ayat 8 lihat pula surat al-Maidah: 42, al-An’aam: ayat 152,

7
peradaban lain yang secara materi jauh lebih maju12. Maka langkah-langkah
yang diperlukan dalam merevitalisasi masyarakat adalah;
Pertama; Iqamatul masjid, pada masa Rasulullah saw masjid memiliki
fungsi yang beragam, namun, tetap tidak mininggalkan fungsi utamanya
sebagai tempat untuk beribadah yaitu shalat lima waktu,
ً َ َّ َ َ ُ ْ َ َ َ َّ َ َ َ ْ َّ َ َ
﴾١٨﴿ ‫َّللا أ َحدا‬
ِ ‫لل فَل تدعوا مع‬
ِ ِ ‫اجد‬
ِ ‫وأن اْلس‬
Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah
kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah
(QS. Jin: 10)
َ ‫وة َو َل ْم َي ْخ‬
‫ش‬
َ َّ َ َ َ َّ َ َ َ َ ْ ْ َ ْ َ ٰ َ َ ْ َ ٰ َ
‫الل واليو ِم ال ِخ ِر واقام الصلوة واتى الزك‬ ِ ‫َّللا من امن ِب‬
َ ْ َ َّ
ِ ‫ِان َما يع ُم ُر مس ِجد‬
ُْ ُ َ ُ َ َ ٰ َّ
‫َّللا ۗف َعس ى اولى َك ا ْن َّيك ْو ُن ْوا ِم َن اْل ْه َت ِد ْي َن‬ ‫ِال‬
Sesungguhnya yang (pantas) memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah
orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, mendirikan salat,
menunaikan zakat, serta tidak takut (kepada siapa pun) selain Allah. Mereka
itulah yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat
petunjuk (at-taubah: 18).
Ibadah menurut Ibn Taimiyah adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara
lisan dan perbuatan baik secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan
dalam rangka mencari ridho Allah swt. Jadi makna ibadah adalah bermakna
luas bukan hanya terbatas pad shalat. Rasulullah saw memfungsikan masjidnya
sebagai tempat tarbiyah dan ta’dib (tempat belajar mengajar) dalam rangka
menginternalisasikan kebaikan dalam diri kaum muslimin.
Masjid dalam perkembangan umat islam menjadi tempat-tempat yang
tidak hanya untuk mengajarkan tentang agama semata, namun lebih dari itu
adalah sebagai tempat untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang terkait dengan
keduniaan, sehingga masjid pada waktu itu mampu mencetak gererasi
keemasan islam sepeti Ibn Sina, Ibn Arabi dan lain sebagainya. Tantangan

12
. https://belajarmengaji.files.wordpress.com/2009/07/revitalisasi-masyarakat-madinah.pdf.
Dibaca pada 10 November 2015

8
dewasa ini adalah bagaimana mengoptimalakan fungsi dan peran masjid dalam
memberdayakan umat dalam bidang rohaniah dan jasminiah?13.
Untuk itu masjid harus dikembalikan pada khittahnya sebagai tempat
pendidikan dan pemberdayaan umat dalam arti yang luas, sehingga masjid
dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan non-formal yaitu jalur pendidikan
diluar pendidikan formal yang dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
inilah salah satu fungsi masjid yang belum dikelola secara maksimal. Oleh
karena itu, pengelola masjid harusnya mampu mengembangkan berbagai
macam kegiatan seperti; taman pendidikan al-Quran (TPQ) biasanya
pendidikan ini di khususkan pada anak-anak dan umat islam yang tidak anak-
anak mereka enggan untuk bergabung belajar membaca al-Quran secara baik
dan benar.
Taman pendidikan al-Quran sering dilaksanakan dua sampai tiga kali
dalam seminggu, memang ini baik, namun, perlu ditingkatkan bukan hanya
sebagai tempat untuk belajar ilm ad-diniyah (ilmu agama), namun bagaimana
para anak-anak yang belajar di masjid juga harus dibekali dengan ilmu yang
lain sesuai dengan kebutuhan masyarakat sebagai seorang khalifah
(matematika, kimia, bahasa, fisika, dan lain sebagainya), disinilah diperlukan
pengelola masjid yang memahami dan mau memikirkan kondisi keumatan.
Masjid dapat pula dikembangkan sebagai tempat untuk meningkatkan
kebugaran fisik para jamaahnya dengan menyelenggarakan olah raga,
peningkatan keterampilan masyarakat di sekitar masjid sesuai dengan kondisi
dan situasi masyarakat sekitar. Dalam hal ini masjid dapat menjalin kerjasama
dengan berbagai pihak yang memiliki kompetensi dalam bidang-bidang
tertentu, supaya masyarakat memiliki value addit dalam meningkatkan
kesejahteraannya.
Fungsi lain dari masjid yang harus dikembangkan adalah saran
pembentukan ukhuwah islamiyah yang efektif, karena di masjid tempat

13
. Menurut sensus penduduk yang dilakukan oleh BPS pada tahun 2010, penduduk Indonesia
yang memeluk Agama Islam tercatat 207.176.162, yaitu 87,18 % dari total penduduk. Masjid di
Indonesia jumlah masjid tercatat 643.84313.

9
berkumpulnya umat baik anak-naka, remaja, dewasa dan orang tua. Masjid
juga dapat difungsikan sebagai tempat peringatan hari-hari besar keagamaan
dalam rangka menyebarkan syiar islam dan pembinaan mental kerohanian
masyarakat. Dalam pelaksanaan kegaiatan ini harus direncanakan sebaik-
baiknya supaya tidak melanggar ketentuan syariat.
Sentralnya peran dan fungsi masjid, maka tidak berlebihan jika masjid
disebut sebagai tempat utama dan terpenting dalam pembinaan dan
pembentukan masyarakat madani, karena masyarakat madani tidak terbentuk
dengan baik, kecuali adanya komitmen terhadap sistem dan tatanan kehidupan
islami. Hal ini tidak akan tumbuh, dengan tersebarnya semangat ukhuwah dan
mahabbah sesama kaum muslimin. Masjid harus mampu menjawab tantangan
dan probematika keumatan, dari masjidlah kejayaan umat islam bermula 14.
Langkah kedua; persaudaran (muakhah) antara kaum muhajirin yang datang
dari Mekah ke Madinah. Seiring dengan hijrahnya Muhajirin ke Madinah
menimbulkan berbagai kesulitan dalam bidang ekonomi dimana mereka tidak
memiliki harta benda, karena harta benda mereka tinggalkan demi
menyelamatkan aqidah dari ancaman musyrikin Mekah 15 , mereka setiba di
Madinah tidak mungkin akan segera mendapatkan pekerjaan, dan mereka tidak
memiliki modal untuk menghidupi diri dan menjalankan usaha perdagangan
yang selama ini mereka geluti. Apalagi di Madinah yang menjadi tumpuan
adalah sektor pertanian dan perindustrian16.
Dalam bidang sosial kaum muhajirin meninggalkan keluarga dan sanak
famili sehingga hubungan mereka terputus dan menimbulkan perasaan
kesepian dan kerinduan pada keluarga yang ditinggalkan di tanah kelahiran.
Dalam bidang kesehatan dengan terjadinya hijrah dari Mekah ke Madinah
yang jaraknya tempuhnya 1350 km dari kota Mekah tentu memiliki kondisi

14
. Amir Muhammad, Masjid Dan Sentra Pembinaan Umat. Dalam Majalah Hadila edisi 60.
Yayasan Solo Peduli.
15
. Pdf Shahih Sirah Nabi. Hal 234
16
. Op cit. Hal 234

10
geografis dan cuaca berbeda dengan kota Mekah, hal ini mengakibatkan
banyaknya para muhajirin yang terserang penyakit flu dan pilek17
Kondisi Muhajirin di atas harus mendapatkan solusi cepat dan jalan keluar
yang tepat18. Masyarakat Madinah (kaum Anshar) menunjukkan sikap empati
yaitu kesetian, kedermawanan serta pengorbanan dengan lebih mengutamakan
kepentingan Muhajirin di atas kepentingan diri meraka sendiri, sebagaimana
digambarkan dalam surat Hasyr: 9
َ‫ُور ِه إَمَ َحا َجةََ ِم َّماَأُوتُوا‬
ِ ‫صد‬ َ َ ‫نَهَا َج ََرَإِلَ إي ِه إَمَ َو‬
ُ َ‫لَيَ ِجدُونَََفِي‬ َ‫اْلي َمانَََمِنَقَ إب ِل ِه إَمَيُحِ بُّونَََ َم إ‬ ََ ‫َوالَّذِينَََتَبَ َّوؤُواَالد‬
ِ ‫َّارَ َو إ‬
﴾َ ٩﴿َََ‫حَنَ إف ِس َِهَفَأ ُ إولَئِكَََهُ َُمَا إل ُم إف ِل ُحون‬
ََّ ُ‫صةََ َو َمنَيُوقَََش‬ َ ‫علَىَأَنفُ ِس ِه إَمَ َولَ إَوَكَانَََ ِب َِه إَمَ َخ‬
َ ‫صا‬ َ َََ‫َويُؤإ ث ُِرون‬
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman
(Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar)
'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka
(Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang
diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-
orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan.
Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang
yang beruntung”.
Hal lain yang dibutuhkan selain sikap empati (kesetian, kedermawan dan
pengorbanan) ialah suatu sistem yang dapat menjamin kebaikan dan
kelayankan hidup bagi Muhajirin, kerena status dan keberadaan mereka yang
membutuhkan nyelesaian segera, sehingga meraka tidak terus bergantung pada
Anshar. Berdasarkan realitas tersebut system maukhah dirumuskan dalam
peraturan resmi. Sistem muakhah ini mengahasilkan hak-hak pada kedua belah
pihak yang menjadi saudara baik dalam bentuk materiil maupun non materiil.
Masyarakat Madinah merupakan masyarakat yang dibangun atas dasar
keimanan dan keteguhan terhadap Islam yang mengakui pertolongan dan
perlindungan merupakan perintah yang datangnya dari Allah, Rasul saw dan
kaum mukminin semuanya 19 . Orang-orang beriman adalah saudara serta

17
. Umari Akram Dhiyauddin. Masyarakat Madani Tinjauan Historis Kehidupan Nabi. Gema
Inssani Press. Jakarta. 1999. Hal 80
18
. Op cit. Hal 239
19
. Op cit. Hal 90

11
pelindung satu dengan yang lainnya. Seperti yang tercantum dalam surat al-
Hujaraat ayat 10
﴾١٠﴿َََ‫ّللاَلَعَلَّكُ إَمَت ُ إر َح ُمون‬
َََّ َ‫ص ِل ُحواَبَيإنَََأَخ ََو إيكُ إَمَ َواتَّقُوا‬
‫ِإنَّ َماَا إل ُمؤإ ِمنُونَََ ِإ إخ َوةََفَأ َ إ‬
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap
Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.
Masyarakat Madinah yang dipimpin Rasulullah saw tidak hanya menyangkut
hubungan vetikal yaitu beribadah kepada Allah swt, melainkan meraka juga
manjalin hubungan persaudaraan sesame manusia secara horizontal. Nampak
dengan jelas dari uraian di atas masyarakat madani secara faktual telah mampu
melaksanakan ajaran dalam realitas kehidupannya, seperti Allah swt tuangkan
dalam surat al-Imran ayat 102-103,
ِ ‫﴾َ َوا إعت‬١٠٢﴿َََ‫نَ ِإلَََّ َوأَنتُمَ ُّم إس ِل ُمون‬
َِ ‫َص ُمواإََ ِب َح إب‬
ََِ‫لَّللا‬ ََّ ‫يَاَأَيُّ َهاَالَّذِينَََآ َمنُواإََاتَّقُواإََّللاَََ َح‬
ََّ ُ ‫قَتُقَاتِ َِهَ َولَََت َ ُموت‬
‫فَبَيإنَََقُلُوبِكُ إَمَفَأ َ إ‬
َ‫صبَحإ تُمَبِنِ إع َمتِ َِه‬ ََ َّ‫علَ إيكُ إَمَإِ َذإَكُنت ُ إَمَأ َ إعدَاءَفَأَل‬
َ ََِ‫لََتَف ََّرقُوَاإَ َوا َذإكُ ُروَاإَنِ إع َمتَََّللا‬
َ ‫َج ِميعاََ َو‬
َ﴾١٠٣﴿َََ‫ّللاَُلَكُ إَمَآيَاتِ ِهََلَ َعلَّكُ إَمَت َ إهت َ َدُون‬
َ َ‫ن‬ َُ ‫ارَفَأَنقَذَكُمَ ِم إن َهاَ َكذَ ِلكَََيُبَ ِي‬
َِ َّ‫شفَاَ ُح إف َرةََ ِمنَََالن‬ ََ َ‫عل‬
َ َ‫ى‬ َ َ‫ِإ إخ َواناََ َوكُنت ُ إَم‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar
takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan beragama Islam, Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat
Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”.
Langkah ketiga adalah pengembangan sumber daya manusia, harus
menjadi priosritas uatama, karena manusia merupakan ciptaan Allah yang
mempunyai fungsi untuk beribadah kepada Allah dan bertugas untuk menjadi
khalifah allah dimuka bumi yang mempunyai tugas untuk mengelola dan
merawat alam ini tetap lestari. memakmurkan alam semesta yang allah
anugerahkan kepada manusiamanusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang
memiliki kedudukan yang sangat tinggi, bahkan malaikat disuruh oleh Allah

12
untuk bersujud (hormati) kepadanya. Melalui pengetahuan yang karuniakan
Allah kepada Adam, sehingga mampu menghetahui hukum-hukum alam
semesta, dan dengan ditundukanya alam semesta, sehigga manusia dapat
berhubungan dan mengeksplorasinya untuk kesejahteraan umat manusia.
Semua itu merupakan tujuan untuk mensukseskan tugas kekhalifahan manusia
di muka bumi, dalam rangka mengabdikan diri kepada Allah sebagaimana
firman Allah dalam Q.S adz-Dzaariyaat ayat 56, “tidaklah aku menciptakan jin
dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku.
Untuk itu dalam pengembangan sumberdaya manusai tidak seharusnya
direduksi pada aspek ekonomi yaitu peningkatan faktor produksi semata.
Namun lebih dari itu pmbangunan sumberdaya manusia harusnya
memperhatikan potensi-potensi manausia yang lain supaya Dengan demikian
pengembangan sumberdaya manusia tidak seharusnya mereduksi potensi
potensi manusia yang lain. Pengembangan manusia melalui pengetahuan
merupakan suatu hal yang tidak kalah penting, karena pengetahuan merupakan
salah satu syarat dalam pembangunan dunia dengan segala aspeknya.
Perlu diperhatikan dalam pendidikan islam dikenal dengan adab al-dunnya
dan adab al-din yang pertama menghasilkan taskhir (teknologi) dan yang
kedua menghasilkan tazkiyah (penycian jiwa) dan ma’rifah (pengetahuan yang
mengantarakan manusia kepada kebahagiaan ukhrawi). Kedua pengatahuan
tersebut harus dapat berjalan sinergis dan terpadu dalam konteks
pengembangan sumberdaya manusia, agar tercipta manusia seutuhnya untuk
mensukseskan tugas kekhalifahan. Artinya hendaknya setiap ilmuan
mengetahui dasar-dasar pandangan agama terhadap disiplin ilmunya,
sebaliknya seorang ahli ilmu agama hendaknya mengetahui dasar-dasar
pengetahuan umum, sehingga pengamalan ilmu sesuai dengan petunjuk ilahi20.
Langkah keempat ialah hijrah menurut pengertian adalah pindah dari satu
tempat ketampat yang lain. Dalam konteks ini adalah pindahnya nabi
Muhammad saw dari Mekah ke Madinah pada tahun 622H, nabi Muhammad

20
. Tobroni Yusam Ahmad. Fikih Kelautan Perspektif Al-Quran Tentang Pengelolaan Potensi
Laut. Dian Rakyat. Jakarta. 2011. Hal 68-71.

13
terlebih dahulu memerintahkan para sahabatnya untuk melakukan hijrah,
sementara beliau sendiri tidak keluar tanpa izin Allah.
Hijrah yang berarti pindah dalam islam memiliki nilai pahala yang sangat
tinggi, banyak ayat al-Quran yang menjelaskan keutamaan ibadah hijrah dan
memberikan balasan yang sangat besar kepada orang-orang melakukan hijrah
hal ini diterangkan dalam surat an-Nisa’ ayat 100,
َ ً َ ُ ْ َ ْ ُ ْ َ َ َ ً َ َ َ ً َ ً َ َ ُ َْ ْ َ ‫َو َمن ُي َهاج ْر في َسبيل‬
‫َّللا‬
ِ ‫اجرا ِإلى‬
ِ ‫ض مراغما ك ِثيرا وسعة ومن يخرج ِمن بي ِت ِه مه‬ِ ‫َّللا ي ِجد ِفي األر‬
ِ ِ ِ ِ ِ
ً ً َ ُ َ ََ
﴾١٠٠﴿ ‫َّللا غ ُفورا َّر ِحيما‬ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ُ َْْ ُ ْ ْ ُ ُ ُ َ َ
ِ ‫ورس ِول ِه ث َّم يد ِركه اْلوت فقد وقع أج ُره على‬
‫َّللا وكان‬
Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi
ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari
rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian
kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh
telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”.
Hijrah pada bukanlah melarikan diri dari persoalan dan permasalahan yang
menghimpit nabi Muhammad saw. Hijrah merupakan tindakan yang pernuh
perhitungan dan tanggungjawab, yang ada hakekatnya merupakan strategi
perjuangan untuk memperoleh dan menegakkan agama Allah. Hijrah secara
garis dapat digolongkan menjadi dua, pertama hijrah secara fisik yaitu pindah
dari suatu tempat ketempat yang lainnya untuk memperoleh peluang dalam
melaksanakan dakwah, kedua yaitu hijrah dari kemaksiatan menuju jalan yang
diridhoi oleh Allah swt.
Langkah kelima adalah membina daulah islamiyah dengan membuat
konstitusi madinah yang merupakan kontrak sosial dan perjanjian
kemasyarakatan bersendikan pada hukum Allah swt dan sunah Rasulullah
yaitu pemerintahan yang bersendikan pada ajaran Islam. Dalam masyarakat pra
islam dahulu ajaran-ajaran dan simbol keagaman, serta struktur sosial
kemasyarakat yang merupakan warisan nenek moyang mereka tidak dapat
diganggu gugat, sehingga masyarakat setelahnya hanya mengikuti apa yang

14
telah dilakukan oleh nenek moyang mereka seperti diabadikan dalam al-Quran
surat asy-Syu’araa ayat 74,
َ ُ َ َ َ َ ُ َ
﴾٧٤﴿ ‫قالوا َب ْل َو َج ْدنا َآباءنا كذ ِل َك َي ْف َعلون‬
“Mereka menjawab: (Bukan karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek
moyang kami berbuat demikian”.
Namun, Nabi Muhammad saw mampu melakukan terobosan sejarah yang
besar dengan membuat sebuah kontrak sosial yang disebut dengan piagam
madinah pada masyarakat tersebut, sehingga perilaku mereka tidak terikat lagi
dengan perkataan nenek moyang. Piagam madinah merupakan sebuah kontrak
social pertama yang memberikan kebebasan setiap elemen masyarakat dapat
turut perbartisipasi aktif dalam proses pembentukannya. Piagam madinah
(kontrak sosial) merupakan pra-syarat dalam mewujudkan negara yang
beradap. Piagam madinah merupakan karya kreatif dan inovatif yang
memadukan antara interpretasi teks ajaran-ajaran agama (al-Quran dan sunah)
dengan situasi dan kondisi masyarakat pada zamannya.
Piagam madinah itu, yang berisi pertama, pengakuan bahwa mereka
merupakan satu kesatuan social yang disebut al-ummah. Kedua, meraka tunduk
atau berorientasi pada nilai-nilai luhur yaitu persatuan, keadilan, perdamaian,
kesamaan dan kebebasan (al-khair), Ketiga mekanisme untuk menegakkan
kebaikan (al-ma’ruf) dan mencegah yang buruk (al-munkar). Kebaikan yang
harus ditegakkan yaitu, perlindungan terhadap Negara, jiwa, harta dan benda.
Kebebasan beragama, keamanan, kepastian hukum dan musyawarah. Adapun
kejelekan yang perlu dihindarkan dan dilawan bersama ialah, kekacauan,
kezaliman, anarkisme, pertikaian dan agresi dari luar.
Dalam perjanjian ditetapkan pula, bila terjadi perselisishan harus
diselesaikan melalui musyawarah 21 , bila musyawarah mengalami kebuntuan
maka harus dikembalikan kepada Muhammad sebagai pemutus perkara
tersebut. Pengakuan terhadap Muhammad bukan saja datangng dari kaum
muslimin, namun juga orang-orang yaudi dan orang-orang non-muslim yang

21
. Raharjo Dawam. Hal 153-154

15
lainnya. Masyarakat madani merupakan masyarakat yang terbuka untuk
kelompok lain tanpa memandang perbedaan warna agama, kulit, ras dengan
syarat mereka menerapkan kepribadian islami.
Permasalahnya masyarakat Islam sekarang tidak mampu mengejawantahkan
ajaran-ajaran Islam yang dalam praktek baik dalam ranah individu maupun
social. Mereka lebih menjadikan agama menjadi simbol-simbol. Pada sisi lain
banyak umat Islam terseret pada kutup pemikiran-pemikiran az-zhulumat yang
merupakan simbol dari segala kemaksiatan, kekufuran, kemusyrikan. Hal ini
mengakibatkan ajaran agama hanya sebatas pada tataran ritual dimasjid dan
tempat lainnya, tanpa mereka mampu menciptkan sebuah tatanan kehidupan
islami yang terintegrasi dalam berbagai aspeknya.
Umat Islam merupakan umat yang diberikan kebihan oleh Allah swt
dibandingkan dengan umat yang lainnya. Umat Islam mempunyai aturan yang
sempurna, aturan hidup itu menjadi rahmat bagi semseta alam, aturannya
bersifat universal, yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Islam
memberikan aturan dalam sendi kehidupan mansia, agar manusia selamat
dalam menjalani kehidupan di dunia dan di akhirat. al-Quran dan sunah
menjadi sumber acuan utama bagi umat islam dalam membentuk masyarakat
yang ideal.
Masyarakat madani merupakan masyarakat ideal harapan umat manusia,
bukan masyarakat yang hanya mengeksploitasi simbol-simbol islam, namun
merupakan masyarakat yang mampu mengaktualisasikan nilai-nilai ilam dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maka umat islam dituntut
untuk berperan aktif dalam mewujudkan masyarakat yang dicita-citakan dalam
konteks kekinian.
Masyarakat madani memerlukan pribadi-pribadi yang tulus dan ikhlas.
Keikhlasan terwujud jika masyarakat menaruh kepercayaan kepada Allah. Dari
ketulusan melahirkan sikap yang tidak menganggap diri dan kelompoknya
dalah yang paling benar, sehingga lahir dalam dirinya sikap mau dan mampu
menghargai perbedaan dan keragaman yang ada. Sebab terpecah-belahnya
umat menghambat terbentuknya masyarakat madani. Masyarakat madani

16
terwujud bila masyarakat bahu-membahu dan saling menghormati, bukan
sebaliknya saling mencaci maki dan menjatuhkan satu dengan yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Alim Sahirul. Menguak Keterpaduan Sains dan Teknologi Islam. Titian ilahi
press. Yogyakarta. 1992.
Dawam Raharjo. Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah dan Perubahan
Sosial. LP3ES. Jakarta. 1999.
Baidan Nasruddin. Tafsir Maudhui Solusi Atas Masalah Social Kontemporer.
Pustaka pelajar. Yogyakarta. 2001.
Sofyan Ayi. Etika politik islam. CV Pustaka Setia. Bandung. 2012
Amir Muhammad, Masjid Dan Sentra Pembinaan Umat. Dalam Majalah Hadila
edisi 60. Yayasan Solo Peduli.
Umari Akram Dhiyauddin. Masyarakat Madani Tinjauan Historis Kehidupan
Nabi. Gema Inssani Press. Jakarta. 1999. Hal 80
Tobroni Yusam Ahmad. Fikih Kelautan Perspektif Al-Quran Tentang
Pengelolaan Potensi Laut. Dian Rakyat. Jakarta. 2011

17
https://belajarmengaji.files.wordpress.com/2009/07/revitalisasi-masyarakat-
madinah.pdf. Dibaca pada 27 November 2014
Republika Online. Diakses pada 28 November 2014.

18

Anda mungkin juga menyukai