Anda di halaman 1dari 6

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam suku dan ras, dari berbagai
keanekaragaman inilah yang menimbulkan munculnya berbagai paham dan keyakinan dalam
linkungan masyarakat. Pada dasarnya setiap keyakinan itu hanyalah adat istiadat yang
diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang kita.
Penduduk Indonesia memeluk agama yang bermacam-macam, akan tetapi mayoritas dari
penduduk bangsa Indonesia menganut agama islam. Setiap wilayah memiliki adat istiadat yang
berbeda, namun tetap berpatokan pada ajaran islam yang syariah. Walaupun demikian, masih
menyempil beberapa adat istiadat yang sebenarnya tidak sesuai dan menyimpang dari ajaran
islam yang terkandung di dalam Al-Quran dan As-Sunah rasul.
Dari problematika yang terjadi di kalangan masyarakat tersebut, maka perlu digunakan suatu
metode baru dalam memahami Islam. Metode yang bersifat cair dan komprehensif, serta dengan
pendekatan dan perspektif baru yang akan memperluas cakupan Islam itu sendiri.
Dengan demikin,tujuan utama dalam pembahasan Islam agama konprehensif yaitu
meinformasikan bahwa sebenarnya Islam adalah satu-satunya agama yang benar-benar dokrin,
kaffa, dan dijamin akan kebenarannya tanpa ada keraguan di dalamnya. Agama Islam merupakan
agama rahmatan lil’alamin yang satu-satunya diridhoi Allah SWT. Atas landasan tersebut, maka
kita sebagai khalifah di bumi harus kembali kepada ajaran agama Islam yang syariah yang sudah
digariskan dan ditetapkan Allah SWT dengan berpedoman kepada Al-Quran dan hadis karena
Islam merupakan agama yang sangat komprehensif yang mengatur segala aspek kehidupan
manusia dan semesta.

1
Bab II
Pembahasan
Resume
Islam Komprehensif

2.1 Islam Agama yang Lengkap


Islam merupakan suatu sistem yang komprehensif dan mencakup seluruh aspek
kehidupan, termasuk di dalamnya masalah ekonomi dan bisnis, baik pada tata kelolanya maupun
pada sistem pertanggungjawabannya, kepada manusia sebagai stake holder dan sekaligus kepada
Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q. S. al-Fath, 48: 28, Q.S. al-An’am, 6: 38,
Q. S. al-Maidah, 5: 3.

2.2 Islam Sebagai Suatu Sistem Hidup (Way of Life)


Alam merupakan amanah Allah SWT agar dipergunakan sebaik-baiknya bagi
kesejahteraan bersama. Pokok-pokok Agama yang berkaitan dengan Aqidah dan akhlak bersifat
konstan, sedang aspek syariah senantiasa mengalami perubahan sesuai kebutuhan dan tingkat
peradaban umat sesuai dengan masa rasul masing-masing.
Syariahnya bersifat komprehensif dan universal; ajaran Islam sebagai rules of the game
meliputi seluruh aspek kehidupan, baik yang bersifat ritual (‘ibadah) yakni menjaga kecintaan
dan ketaatan manusia terhadap Khaliqnya, maupun ibadah sosial (mu’amalah), yakni membina
keharmonisan relasi dengan sesama manusia dan lingkungannya serta alam lainnya, dalam
dimensi duniawi dan ukhrawi. Menyangkut hal-hal yang bersifat tsawabit wa mutaghayyirat –
principles and variables.

2.3 Pandangan Islam Terhadap Harta Dan Ekonomi


1) Manusia bertugas untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan dalam hidup dan
kehidupan di muka bumi, tugas penganbdiannya, yakni beribadah kepada Allah SWT
semata (QS. al-Dzariat, 51: 56), perhatikan pula QS. Hud, 11: 61
2) Untuk melaksanakan tugas tersebut manusia diberi dua nikmat anugrah yaitu Manhaj al-
hayat wa wasilah al-hayat (sistem kehidupan dan sarana kehidupan)

2
3) Menerima tuntunan amaliah untuk menuju tatanan kehidupan yang baik (hayatan
thayyibah)
4) Menolak segala sesutau yang akan melahirkan kekacauan dan kehidupan yang sempit

2.3.1 Kedudukan Harta Dalam Islam


 Pemilik mutlak terhadap segala sesuatu yang ada dijagat raya adalah Allah SWT
(perhatiakan QS. al-Hadid, 57: 7; al-Nur, 24: 33).
 Status harta yang dimilki manusia adalah: Pertama, amanah atau titipan (as a trust);
Kedua, perhiasan hidup (QS. Ali Imran, 3: 14; al-’Alaq, 96: 6 – 7); Ketiga, ujian keiman
(QS. al-Anfal, 8: 28); Keempat, bekal ibadah dan melaksanakan muamalah seperti zakat,
infaq, shadaqah (QS. al-Taubah, 8: 41, 60; Ali Imran, 3: 133-134).
 Pemilikan harta dapat dilakukan dengan usaha pencaharian (amal ma’isah) yang halal
(QS. al-Mulk, 67: 15; al-Baqarah, 2: 267).
 Dilarang mencari harta yang dapat melupakan kematian (QS. al-Takatsur, 102: 1-2);
melupakan zikrullah (QS. al-Munafiqun, 63: 9); melupakan shalat dan zakat (QS. al-Nur,
24: 37); memusatkan kekayaan pada sekelompok orang kaya saja (QS.al-Hasyr, 59: 7).
 Dilarang menempuh usaha yang haram, seperti riba (QS. al-Baqarah, 2: 273 – 281),
perjudian dan jual beli barang yang dilarang (QS. al-Maidah, 5: 90-91); mencuri,
merampok, dan penggasaban (QS. al-Maidah, 5: 38); curang dalam takaran dan
timbangan (QS. al-Muthaffifin, 83: 1 – 6); melalui cara-cara yang bathil dan merugikan
(al-Baqarah, 2: 188); suap menyuap / risywah (HR. Imam Ahmad).

2.4 Nilai-Nilai Sistem Perekonomian Islam


1) Perekonomian Masyarakat Luas “Bukan hanya Masyarakat Muslim” Akan Menjadi Baik
Bila Menggunakan Kerangka Kerja atau acuan Norma-Norma Islami
 Umat Islam agar benar-benar menikmati karunia yang diberikan Allah SWT,
agar didayagunakan serta supaya meningkatkan pertumbuhan baik materi maupun
non-materi.
 Berjuang dengan berbagai cara selama cara tersebut mengikuti rambu-rambu yang
telah ditetapkan. Di antara rambu-rambu itu sebagai berikut:
o Halal dan baik
o Tidak menggunakan dengan cara bathil

3
o Tidak berlebihan/ melampaui batas
o Harus suka sama suka
o Tidak dizalimi atau menzalimi
o Menjauhkan dari unsur riba, maisir, gharar
o Tidak melupakan tanggung jawab sosial berupa zakat, infak dan sedekah
o Bekerja keras; (Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang mencari
dunianya dengan cara yang halal, menahan diri dari mengemis, memenuhi
kebutuhan keluarganya dan berbuat kebaikan kepada tetangganya maka ia
akan menemui Tuhan dengan muka atau wajah bersinar bagai bulan
purnama”
o Islam sebagai rahmatan li al-’alamin (QS. al-Anbiya, 21: 107)
o Allah menghendaki kemudahan bagi manusia (QS. al-Baqarah, 2: 185) ,
tidak menyulitkan (QS. al-Maidah, 5: 6) dan menyeimbangkan faktor
dunia dan akhirat (QS. al-Jumu’ah, 62: 10).
2) Keadilan dan Persaudaraan Menyeluruh, perhatikan QS. al-Hujurat, 49: 13 dan al-
Maidah, 5: 8) dengan implikasi:
 Keadilan sosial (umat manuisa adalah satu keluarga yang memiliki derajat yang
sama. Sabda Nabi SAW : “Sesungguhnya Allah tidak melihat wajah dan
kekayaanmu, tetapi pada hati dan perbuatan (yang ikhlas) “ HR. Ibnu Majah.
Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda: “Andaikan Fathimah anak
permpuan Muhammad, mencuri, sungguh aku sendiri yang akan memotong
tangannya.” HR. al-Nasai
 Keadilan Ekonomi, setiap individu mendapat kan haknya sesuai dengan
kontribusi masing-masing pada masyarakat, dan setiap individu harus terbebaskan
dari eksploitasi individu lainnya, dilarang keras seseorang merugikan orang
lainnya. La dhara wa la dhiraran perhatikan QS. al-Syu’ara, 26: 183. yang artinya:
“Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu
merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan”; Sabda Nabi SAW:
“Wahai manusia takutlah akan kezaliman (ketidakadilan) sebab sesungguhnya dia
akan menjadi kegelapan pada hari pembalasan nanti.” HR. Imam Ahmad

4
3) Keadilan Distribusi Pendapatan, semangat persaudaraan dalam sosio-ekonomi melawan
kesenjangan pendapatan, perhatikan ( QS. al-Hasyr, 59: 7) dengan langkah-langkah:
 Pertama : Menghapuskan monopoli, kecuali pemerintah dalam bidang tertentu,
menjamin hak dan kesempatan semua pihak untuk aktif dalam proses ekonomi,
baik produksi, distribusi, sirkulasi, maupun konsumsi, menjamin basic needs
fulfillment (pemenuhan kebutuhan dasar hidup) setiap anggota masyarakat,
melaksa-nakan amanah al-takaful al-ijtima’i –social economic security insurance,
dimana yang mampu menanggung dan membantu yang tidak mampu.
 Kedua : Islam membenarkan seseorang memilki kekayaan lebih dari yang lain
sepanjang kekayaan tersebut diperoleh secara benar dan yang bersangkutan telah
menunaikan kewajibannya bagi kesejahteraan masyarakat baik berupa zakat atau
amal infak, sedekah yang lain. Dengan tetap yang kaya bersikap tawadhu (rendah
hati) tidak pamer. Dalam hal ini rasulyullah SAW bersabda: “Sesunggauhnya
Allah SWT mencintai hamba yang bertaqwa, kaya lagi menyembunyikan (simbol-
simbol) kekayaannya.” HR. Muslim
4) Kebebasan Individu dalam Kontek Kesejah-teraan Sosial: Ketaatan kepada Allah SWT,
harus mampu melepaskan dari segala bentuk perbudakan sesama manusia.
 Pertama, Siapapun tidak ada yang berhak mencabut kemerdekaan yang
merupakan fithrah bagi manusia, hatta negarapun tidak berhak. Dan berhak
menggunakan kemerdekaan tersebut sepanjang berada dalam kerangka norma-
norma Islam atau dapat dipertanggungjawabkan baik secara sosial maupun
kepada Allah SWT.
 Kedua, Kebebasan individu bersinggungan atau dibatasi oleh kebebasan individu
yang lainnya. Oleh karena itu kebesan seorang muslim harus berpegang kepada
prinsip-prinsip :
o kepentingan masyarakat yang lebih luas harus didahulukan dari
kepentingan individu
o ‘melepaskan kesulitan’ harus diprioritas kan dibanding ‘memberi manfaat’
(daf’u al-mafasid muqadam ‘ala jalbi al-mashalih), meskipun keduanya
sama-sama merupakan tujuan syariah.

5
o Kerugian yang lebih besar tidak dapat diterima untuk menghilangkan yang
lebih kecil. Manfaat yang lebih besar tidak dapat dikorbankan untuk
manfaat yang lebih kecil. Sebaliknya, bahaya yang lebih kecil harus dapat
diterima atau diambil untuk menghindarkan bahaya yang lebih besar,
sedangkan manfaat yang lebih kecil dapat dikorbankan untuk
mendapatkan manfaat yang lebih besar.

Bab III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Dari uraikan pembahasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Islam
sebagai agama yang sangat komprehensif memiliki ruang lingkup yang sangat luas dan mengatur
segala aspek kehidupan manusia di bumi. Ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Quran dapat
dijadikan pedoman utama bagi manusia. Selain itu, Islam juga memiliki pedoman lain sebagai
penjelas isi Al-Quran dan cara implementasinya dalam kehidupan sehari-hari yaitu hadits.
Islam agama yang komprehensif merupakan satu-satunya dasar bagi para khalifah bumi
untuk kembali pada ajarannya yang bersifat mutlak dan murni agar tercapainya kemaslahatan
dan kemasyuran hidup umat manusia. Oleh karena itu, segala aktivitas manusia harus
berlandaskan pada ajaran Islam yang syariah sebagai ketetapan yang sudah digariskan oleh Allah
SWT yang tertuang lengkap di dalam Al-Quran.

3.2 Saran
Dengan adanya media informasi ini, diharapkan para mahasiswa agar lebih mudah
memahami secara mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi yang dikaji dalam
islam komprehensif. Hal ini ditunjukkan untuk membantu mahasiswa dalam menambah
informasi dan pengetahuan tentang islam komprehensif yang perlu diketahui.

Anda mungkin juga menyukai