Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Rekayasa Lalu
Lintas
Disusun oleh :
197011031
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2020
LEMBAR PENGESAHAN/PENERIMAAN
Oleh
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan syukur penulis panjatan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini, tidak
lupa shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,
kepada keluarganya, kepada sahabatnya dan kita sebagai umatnya yang setia
hingga akhir zaman.
NPM.197011031
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ............................................................................................ 16
B. Saran ...................................................................................................... 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lalu lintas merupakan masalah penting karena lalu lintas adalah
sarana untuk bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Apabila lalu
lintas terganggu atau terjadi kemacetan, maka mobilitas masyarakat juga
akan mengalami gangguan. Gangguan ini dapat menyebabkan pemborosan
bahan bakar, pemborosan waktu dan dapat mengakibatkan polusi udara.
Masalah lalu lintas merupakan masalah yang sangat penting, karena masalah
ini adalah masalah sulit yang harus dipecahkan bersama. Apabila masalah
lalu lintas tidak terpecahkan, maka masyarakat sendiri yang akan
menanggung kerugiannya, dan apabila masalah ini dapat terpecahkan
dengan baik, maka masyarakat sendiri yang akan mengambil manfaatnya.
Masalah ini juga merupakan masalah lama yang sampai saat ini belum
ditemukan solusi yang tepat. Untuk itu perlu adanya kerja sama yang baik
antara pemerintah dengan masyarakat agar masalah ini cepat terselesaikan.
Setiap individu berhak memikirkan masalah ini, karena sekecil apapun
peran yang diberikan oleh individu tersebut tentu akan memberikan
pengaruh yang besar bagi dunia lalu lintas agar menjadi lebih aman dan
nyaman.
Dalam undang - undang No. 14 Tahun 1992, tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, dijelaskan bahwa untuk keselamatan, keamanan, ketertiban,
dan kelancaran lalu lintas serta memudahkan bagi pemakai jalan, maka jalan
wajib dilengkapi dengan rambu-rambu lalu lintas. Di samping itu dalam tata
laksana lalu lintas upaya-upaya dalam menuntun, mengarahkan,
memperingatkan, melarang dan sebagainya atau lalu lintas yang ada dengan
sedemikian rupa agar lalu lintas dapat bergerak dengan aman, lancar dan
nyaman di sepanjang jalur lalu lintas maka dibutuhkan penggunaan rambu-
rambu lalu lintas. Pada kota yang berpenduduk dalam jumlah besar dan
mempunyai kegiatan perkotaan yang sangat luas dan intensif, maka
diperlukan pelayanan transportasi berkapasitas tinggi dan ditata secara
terpadu atau dinamis. Oleh karena itu pada dasarnya transportasi merupakan
1
2
jalan yang terbatas. Keadaan jalan yang macet bukanlah hal yang baru
dialami di Kota-kota besar khususnya di Indonesia. Hal ini diutamakan
karena bertambahnya keinginan masyarakat untuk menggunakan kendaraan-
kendaraan bermotor pribadi untuk memenuhi aktivitas kehidupannya tanpa
melihat jauh dampak yang ditimbulkan. Dengan selalu bertambahnya
pengguna jalan, terutama pada jam-jam tertentu sehigga menuntut adanya
peningkatan kualitas dan kuantitas suatu jalan, untuk itulah perlu adanya
penelitian mengenai kapasitas jalan yang ada sehingga dapat dievaluasi dan
dianalisa untuk mengantisipasi perkembangan jumlah kendaraan dan
perkembangan penduduk.
Jalan yang cukup vital dengan tipe jalan 4 lajur 2 arah, dimana ada
sebagian jalan yang menggunakan pemisah jalan permanen dan ada pula
yang tidak menggunakan pemisah jalan. Dengan kondisi jalan yang
termasuk kawasan pemukiman, pertokoan, sekolahan, rumah sakit, tempat
ibadah, dan sebagainya menyebabkan lalu lintas jalan tersebut mengalami
perkembangan sesuai dengan keadaan sekitar jalan tersebut.
Daerah atau lokasi yang dijadikan objek yaitu pada jalan . Untuk
mengetahui apakah pemisah arah yang ada dijalan itu sangat berpengaruh
terhadap kinerja jalan atau tidak maka perlu adanya peninjauan terhadap
median jalan yang sudah ada. Adapun berdasarkan pada ketentuan Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, dimana diperlukan data-data
pendukung yang didapat melalui survey seperti volume lalu lintas,
hambatan samping, geometrik jalan.
B. Rumusan Masalah
1. Jenis-jenis simpang prioritas
2. Merencanakan simpang tanpa sinyal
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui jenis-jenis simpang prioritas
2. Mempelajari cara menghitung perencanaan simpang tanpa sinyal
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Simpang Tiga
Simpang 3 dapat diklasifikasikan menjadi :
a. 322 : Simpang 3, 2 lajur pada jalan minor,2 lajur
pada jalan mayor
b. 324 : Simpang 3, 2 lajur pada jalan minor, 4 lajur
pada jalan mayor
c. 324M : Simpang 3,2 lajur pada jalan minor, 4 lajur
pada jalan mayor dilengkapi dengan
pembatas jalan
d. 344 : Simpang 3, 4 lajur pada jalan minor, 4 lajur
pada jalan mayor
4
5
2. Simpang Empat
Simpang 4 dapat diklasifikasikan menjadi :
a. 422 : Simpang 4, 2lajur pada jalan minor, 2 lajur pada
jalan mayor
b. 424 : Simpang 4, 2 lajur pada jalan minor, 4 lajur pada
jalan mayor
c. 424M : Simpang 4, 2 lajur pada jalan minor, 4 lajur
pada jalan mayornyang dilengkapi dengan
pembatas jalan
d. 444 : Simpang 4, 4 lajur pada jalan minor, 4 lajur pada
jalan mayor
e. 444M : Simpang 4, 4 lajur pada jalan minor, 4 lajur pada
jalan mayor yang dilengkapi denga pembatas jalan
6
1. Simpang 3
2. Simpang 4
D. Langkah Perhitungan
1. Data Masukan
a. Kondisi Geometrik
i. Jalan utama adalah jalan yang dipertimbangkan terpenting
pada simpang, misalnya jalan dengan klasifikasi fungsionil
tertinggi
ii. Untuk simpang 3-lengan, jalan menerus selalu jalan utama
iii. Pendekat jalan minor diberi notasi A dan C
iv. Pendekat jalan utama diberi notasi B dan D
7
Arus lalu lintas (Q) untuk setiap gerakan (belok kiri QLT, lurus QST, dan belok
kanan QRT) dikonversi dari kendaraan per jam menjadi satuan mobil penumpang
(smp) per jam dengan menggunakan ekivalen kendaraan penumpang (emp) untuk
masing- masing pendekat terlindung dan terlawan. Untuk nilai emp masing –
masing jenis kendaraan, gunakan nilai pada tabel berikut :
8
c. Kondisi Lingkungan
1. Kondisi lingkungan terdiri dari :
i. Kelas Ukuran Kota
2. Kapasitas
a. Lebar pendekat dan tipe simpang
i. Lebar rata-rata pendekat minor dan utama WAC dan WBD
dan Lebar rata-rata pendekat WI
1) Lebar pendekat diukur pada jarak 10 m dari garis
imajiner yang menghubungkan tepi perkerasan dari
jalan berpotongan, yang dianggap mewakili lebar
pendekat efektif untuk masing – masing pendekat
2) Untuk pendekat yang sering digunakan parkir pada
jarak < 20 m dari garis imajiner yang
menghubungkan tepi perkerasan dari jalan
berpotongan, lebar pendekat tersebut harus
dikurangi 2 m
3) Hitung lebar rata-rata pendekat pada jalan minor
dan jalan utama, gunakan persamaan berikut : WAC
= (WA + WC) / 2 ; WBD = (WB + WD) / 2
4) Hitung lebar rata-rata pendekat, gunakan persamaan
berikut : WI = (WA + WC + WB + WD) / jumlah
lengan simpang
5) Lebar rata-rata pendekat (WI), gunakan persamaan
berikut : WI = (a/2 + b + c/2 + d/2) / 4 (pada lengan
B ada median)
6) Jika A hanya untuk ke luar, maka a = 0 WI = (b +
c/2 + d/2) / 3
7) Jika rata-rata pendekat minor dan utama (lebar
masuk) WAC = (a/2 + c/2) / 2 WBD = (b + d/2) /2
j. Kapasitas
3. Perilaku lalu-lintas
a. Derajat kejenuhan
Derajat kejenuhan (DS) dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut :
DS = QTOT / C
dimana :
QTOT = Arus total (smp/jam) C = Kapasitas (smp/jam)
b. Tundaan
14
dimana :
DG = Tundaan geometrik simpang
DS = Derajat kejenuhan
PT = Rasio belok total
berikut :
dimana :
DG = Tundaan geometrik simpang
DTI = Tundaan lalu-lintas simpang
c. Peluang antrian
A. Kesimpulan
Dalam upaya mengatasi masalah lalu lintas dengan melakukan
tindakan dalam usaha untuk menambah kapasitas ruang jalan ataupun
memaksimalkan lebar efektif yang sesuai dengan kapasitas arus lalu lintas
dengan melakukan pelebaran jalan serta pengaturan simpang agar tingkat
kecelakaan dan tundaan bias di minimumkan secara maksimal dan efektif.
Terkadang hal itu tidak bisa dilakukan melihat keadaan lingkungan yang
tidak memungkinkan ataupun bila dipaksakan akan sangat mahal biaya
dan tingginya dampak social yang akan timbul.
B. Saran
Perhatikan saat memasukan data lebih hati - hati agar tidak tertukar. Dan
Jika sudah di akhir hitungan pembulatan bisa dilakukan ke atas
17
DAFTAR PUSTAKA
DwijokoAnsusanto.2016.https://media.neliti.com/media/publications/5994
8-ID-kinerja-simpang-derajat-dengan-tingkat-k.pdf.23April2020
18