Dosen :
AMAR MUFHIDIN, S.T., M.T.
Oleh:
(Meyta Yala Puspita Darsono)
(41119210036)
2019
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur marilah kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang telah
memberikan karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas besar
mengenai “Perencanaan Dan Perhitungan Geometrik Jalan Raya”
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan masih banyak kelemahan dan
kekurangan, baik dari materi pembahasan dan cara penyampaiannya, hal tersebut disebabkan
keterbatasan kemampuan penulis dan sekaligus merupakan hambatan yang penulis rasakan
selama ini. Namun demikian, berkat dorongan dan bantuan semua pihak akhirnya laporan ini
dapat diselesaikan.
Akhir kata, walaupun masih terdapat banyak kelemahan, mudah-mudahan laporan ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................3
1.2 Tujuan Penyusunan...................................................................................................4
1.3 Metode Penyusunan..................................................................................................4
1.4 Sistematika Penulisan...............................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
LANDASAN TEORI................................................................................................................5
2.1. Sejarah Jalan Raya di Indonesia..........................................................................5
2.2. Klasifikasi dan Spesifikasi Jalan Raya....................................................................7
GEOMETRIK JALAN RAYA
2.3. Penampang Melintang Jalan..................................................................................15
BAB III....................................................................................................................................30
DASAR-DASAR PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN............................................30
3.1. Penentuan Centre Line...........................................................................................30
3.2. Perhitungan Koordinat...........................................................................................31
3.3. Alinyemen Horizontal.............................................................................................31
3.4. Alinyemen Vertikal.................................................................................................36
BAB IV...................................................................................................................................38
PERHITUNGAN PERENCANAAN....................................................................................38
GEOMETRIK JALAN RAYA.............................................................................................38
4.1. Perencanaan dan Perhitungan Alinyemen Horizontal........................................38
4.2. Perencanaan dan Perhitungan Alinyemen Vertikal............................................44
BAB I
PENDAHULUAN
Jalan sebagai bagian dari sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting
terutama dalam mendukung kegiatan dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya serta
lingkungan. Jalan dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai
keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah, membentuk dan memperkukuh
kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan dan keamanan nasional, serta membentuk
struktur ruang dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional.
Dalam mewujudkan prasarana transportasi darat yang melalui jalan, harus terbentuk
wujud jalan yang menyebabkan pelaku perjalanan baik orang maupun barang, selamat
sampai di tujuan, dan dalam mendukung kegiatan ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan,
perjalanan harus dapat dilakukan secepat mungkin dengan biaya perjalanan yang adil
sehingga dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Disamping itu, GEOMETRIK
adalah hal yang
JALAN RAYA
ideal untuk pelaku perjalanan, selain dapat dilakukan dengan selamat, cepat dan murah, juga
nyaman, sehingga perjalanan tidak melelahkan.
Jadi dalam penyusunan tugas terstuktur jalan raya ini akan diuraikan apa saja dan
bagaimana persyaratan yang sesuai mengenai perhitungan serta pembuatan jalan raya apakah
sesuai dengan kategori jalan raya yang baik, yang memenuhi persyaratan desain dalam segi
kenyamanan, keamanan dan segi ekonomi. Hal tersebut tentu saja sangat perlu
mempertimbangkan tofografi serta apa saja dasar-dasar perencanaan geometrik jalan raya itu.
Untuk lebih jelasnya mengenai hal-hal yang menyangkut jalan raya tersebut di atas akan
diuraikan pada bab-bab berikutnya.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penyusunan
1.3 Metode Penyusunan
1.4 Sistematika Penyusunan
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Sejarah Jalan Raya di Indonesia GEOMETRIK JALAN RAYA
2.2 Klasifikasi dan Spesifikasi Jalan Raya
2.3 Penampang Melintang Jalan
BAB III DASAR-DASAR PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
3.1 Penentuan Centre Line
3.2 Perhitungan Koordinat
3.3 Alinyemen Horizontal
3.4 Alinyemen Vertikal
BAB IV PERHITUNGAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA
4.1 Perencanaan dan Perhitungan Alinyemen Horizontal
4.2 Perencanaan dan Perhitungan Alinyemen Vertikal
4.3 Perhitungan Volume Galian dan Timbunan Tanah
BAB V PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI
Jalan raya adalah suatu lajur ytanah yang disediakan khusus untuk sarana/prasarana
perhubungan darat yang dibuat sedemikian rupa untuk elayani kelancaran arus lalu lintas.
Kelancaran lalu lintas di jalan raya sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuan pelayanan
yang dapat diberikan oleh setiap bagian jalan raya tersebut, antara lain oleh lebar jalan dan
jumlah jalur.
Agar tedapat kesesuaian antara kepadatan lalu lintas dengan tingkat pelayanan jalan,
maka ditetapkan klasifikasi dan spesifikasi suatu jalan raya. Klasifikasi dan spesifikasi
tersebut sangat berguna dan dapat memberikan kejelasan mengenai tingkat kepadatan lalu
lintas yang perlu dilayani oleh setiap bagian bagian jalan. Kalsifikasi dan spesifikasi jalan
raya dapat dibedakan menurtu fungsi pelayanan menurut kelas jalan, mnurut keadaan
topografi, penggolongan layanan administrasi dan menurut jenis jenis jalan raya.
GEOMETRIK JALAN RAYA
Dalam menghitung besarnya volume lalu lintas untuk keperluan penetapan kelas
jalan, kecuali untuk jalan-jalan yang tergolong dalam kelas IIC dan III, kendaraan yang tak
bermotor tak diperhitungkan dan untuk jalan-jalan kerlas IIA dan I, kendaraan lambat tak
diperhitungkan.
Khusus untuk perencanaan jalan-jalan kelas I, sebagai dasar harus digunakan volume
lalu lintas pada saat-saat sibuk. Sebagai volume waktu sibuk yang digunakan untuk dasar
suatu perencanaan ditetapkan sebesar 15% dari volume harian rata-rata. Volume waktu sibuk
ini selanjutnya disebut volume tiap jam untuk perencanaan atau disingkat VDP, jadi VDP =
15% LHR.
Sedangkan untuk pembagian kelas jalan yang diatur oleh PP NO. 43 Tahun 1993
tentang prasarana dan lalu lintas jalan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari UULLAJ
No. 14/1992. Pembagian kelas tersebut adalah :
- Jalan kelas I
Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran
lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 10000 mm, dan muatan
sumbu terberat yang diijinkan lebih besar dari 10 ton.
- Jalan kelas II
Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran
lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18000 mm dan muatan
sumbu terberat diijinkan 10 ton.
- Jalan kelas IIIA
GEOMETRIK JALAN RAYA
Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran
lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18000 mm dan muatan
sumbu terberat diijinkan 8 ton.
- Jalan kelas IIIB
Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran
lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 12000 mm dan muatan
sumbu terberat diijinkan 8 ton.
- Jalan kelas IIIC
Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran
lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 9000 mm dan muatan
sumbu terberat diijinkan 8 ton.
2.2.3. Topografi/Train
Topografi merupakan faktor penting dalam menentukan lokasi jalan dan pada
umumnya mempengaruhi alignment sebagai standard perencanaan geometrik seperti landai
jalan, jalan pandangan, penampang melintang dll nya. Bukit, lembah, sungai dan danau
sering memberikan pembatasan terhadap lokasi dan perencanaan.
Untuk memperkecil biaya pembangunan jalan, maka standard perencananan
geometrik perlu sekali disesuaikan dengan keadaan topografi, sehingga jenis medan dibagi
menjadi tiga golongan umum berdasarkan besarnya kelerengan melintang dalam arah kurang
lebih tegak lurus sumbu jalan raya.
Adapun pengaruh medan meliputi hal-hal seperti :
1. Tikungan : Jari-jari tikungan dan pelebaran pekerasan diambil sedemikian rupa
sehingga terjamin keamanan jalannya kendaraan-kendaraan dan
pandangan bebas yang cukup luas.
2. Tanjakan : Adanya tanjakan yang cukup curam, dapat mengurangi kecepatan
kendaraan dan kalau tenaga tariknya tidak cukup, maka berat muatan
kendaraan harus dikurangi yang berarti mengurangi kapasitas angkut dan
sangat merugikan. Karena itu diusahakan supaya tanjakan dibuat landai.
3. Penampang Melintang jalan
4. Trase
Klasifikasi medan dan besarnya ke lerengan melintang
Golongan medan Lereng melintang
- Datar (D) 0 sampai 9,9%
GEOMETRIK JALAN RAYA
- Bukit (B) 10 sampai 24,9%
- Gunung (G) 25% keatas.
Jenis jalan raya lainnya tidak memiliki pengendalian jalan masuk, yaitu :
- Jalan utama atau jalan raya utama (major street or major highway).
Jalan raya arteri dengan persimpangan sebidang dan berhubung langsung
dengan daerah pemilikan yang berdekatan, dan menggunakan standar lampu lali lintas
serta disain geometrik lainnya guna memperlancar lalu lintas yang bergerak lurus.
- Jalan atau jalan raya untuk kendaraan yang bergerak lurus (through street or through
highway).
Setiap jalan raya atau bagiannya di mana arus kendaraan diberikan daerah
milik jalan yang istimewa, dan tempat masuk arus kendaraan dari jalan raya yang
memotong ditetapkan oleh hukum untuk memberi jalan kepada kendaraan pada jalan
raya yang bergerak lurus dengan menggunakan rambu henti atau rambu peringatan.
- Jalan lokal (local road).
GEOMETRIK JALAN RAYA
Adalah jalan yang terutama digunakan untuk memasuki daerah pemukiman,
perdagangan, atau daerah lain yang berdekatan.
Pengertian setepatnya untuk jenis jalan raya lainnya seperti jalan arteri, belt, bypass
(jalan raya di pinggir kota), radial, dan frontage juga diberikan. Pembahasan yang lebih
terinci mengenai lokasi dan disain secukupnya untuk beberapa jenis jalan raya dapat dilihat
pada bagian lain buku ini. Harap diingat bahwa freeway (jalan bebas hambatan) merupakan
fasilitas jalan raya pada tingkat yang teringgi karena pada jenis jalan lainnya beberapa
keuntungan/kelebihan tertentu tidak ditemui. Beberapa kelebihan ini meliputi hal-hal sebagai
berikut :
- Kapasitas (capacity).
Pada jalan bebas hambatan, tidak adanya persimpangan atau perpotongan
sebidang serta tidak adanya gesekan tepi sebagai akibat pengendalian jalan masuk
menyebabkan kendaraan dapat bergerek tanpa rintangan sepanjang waktu.
- Mengurangi waktu tempuh.
Pada jalan bebas hambatan, waktu yang hilang akibat berhenti dan menunggu
kendaraan lain di sebuah persimpangan dapat dihilangkan. Selain itu sebagian besar
konflik yang dapat mengakibatkan kecelakaan dapat dikurangi, kecuali pada keadaan
yang tidak diperkirakan. Secara normal pengemudi dapat berjalan dengan kecepatan
tinggi dan tetap.
- Lebih aman.
Pada jalan bebas hambatan, pengurangan konflik pada persimpangan jalan dan
sepanjang kedua tepi jalan serta pemagaran tempat pejalan kaki dari daerah milik
jalan dapat mengurangi jumlah kecelakaan secara nyata.
- Permanen.
Pengendalian jalan masuk sepanjang jalan bebas hambatan mencegah
pertumbuhan sektor perdagangan atau aktifitas lainnya di sepanjang tepi jalan. Tanpa
pengendalian jalan masuk, aktifitas-aktifitas ini sering menimbulkan lalu lintas dan
parkir yang tidak diinginkan. Dalam waktu singkat, kapasitas jalan akan menurun dan
kemungkinan akan meningkat.
- Mengurangi biaya operasi, konsumsi bahan bakar, polusi udara, dan kebisingan.
Pengoperasian kendaraan yang lebih halus dan penghentian kendaraan
sesedikit mungkin dapat mengurang konsumsi bahan bakar serta biaya operasilainnya.
Berkurangnya konsumsi bahan bakar selanjutnya akanmengurangi polusi udara.
GEOMETRIK JALAN RAYA
Pengoperasian kendaraan yang lebih halus dengan sesedikit mungkin berhenti juga
sangat mengurangi kebisingan, terutama yang diakibatkan oleh truk.
Lebar lajur kendaraan ditentukan berdasarkan pertimbangan beberapa hal sebagai berikut:
- Lintasan kendaraan yang satu tidak mungkin akan dapatdiikuti oleh lintasan
kendaraan lain dengan tepat.
- Lajur kendaraan tak mungkin tepat samadengan lebar kendaraan maksimum. Untuk
keamanan dan kenyamanan setiap pengemudi membutuhkan ruang gerak antar
kendaraan.
- Lintasan kendaraan tak mungkin dibuat tetap sejajar sumbu lajur lalu lintas, karena
kendaraan selama bergerak akan mengalami gaya-gaya samping seperti tidak ratanya
permukaan, gaya sentrifugal di tikungan dan gaya angin akibat kendaraan lain
menyiap.
Lajur (Lane) adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, dengan atau tanpa
marka jalan, yang memiliki lebar cukup untuk satu kendaraan bermotor sedang berjalan,
selain sepeda motor (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 43 TahunGEOMETRIK
1993). JALAN RAYA
Lebar lajur tergantung dari kecepatan rencana dan kendaraan rencana, di samping fungsi dan
kelas jalan, sebagaimana tabel 2.2.
Jumlah lajur ditetapkan berdasar tingkat kinerja ruas jalan (v-c ratio, MKJI 1994)
Untuk kelancaran sistem drainase permukaan jalan, maka lajur lalu lintas pada alinyemen
lurus harus diberi kemiringan melintang normal sebesar:
• 2 - 3 % untuk jalan dengan perkerasan aspal atau beton.
Dalam perencanaan lebar lajur didasarkan atas lebar kendaraan rencana ditambah
dengan kebebasan samping antar kendaraan. Kebebasan samping sangat ditentukan oleh
keamanan dan kenyamanan yang diharapkan. Bina Marga menentukan lebar kendaraan
rencana untuk kendaraan kecil 2.10 meter dan 2.60 meter untuk kendaraan rencana besar.
Pada jalan lokal yang kecepatan rendah Bina Marga menentukan lebar jalur lalu lintas
minimal 4.50 meter (2 x 2.25 meter) cukup memadai untuk jalan 2 lajur 2 arah, dan idealnya
adalah 6 meter (2 x 3.00 meter). Untuk jalan arteri yang direncanakan untuk kecepatan tinggi
dan volume tinggi lebar lajur kendaraan minimal 3.50 meter.
Catatan : Untuk kondisi medan yang sulit, V R suatu segmen jalan dapat diturunkan dengan
syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari
2.3.4. Bahu Jalan
Bahu Jalan (Shoulder) adalah bagian jalan yang terletak di tepi jalur lalu lintas.
Bentuk fisik bahu jalan diperkeras dan tidak diperkeras. Sedangkan fungsi bahu jalan,
meliputi:
- Sebagai lajur lalu lintas darurat, tempat berhenti sementara dan atau untuk tempat
parkir kendaraan.
- Sebagai ruang bebas samping bagi lalu lintas.
- Sebagai penyangga sampai untuk kestabilan perkerasan jalur lalu lintas
- Secara konstruksi, memberikan dukungan dari samping pada konstruksi jalur lalu
lintas
- Ruang untuk berhenti sementara kendaraan yang mogok atau sekedar berhenti karena
GEOMETRIK
pengemudi ingin berorientasi mengenai jurusan yang akan ditempuh, JALAN RAYA
atau untuk
istirahat.
- Ruang untuk menghindar pada saat-saat darurat, sehingga dapat mencegah terjadinya
kecelakaan.
- Memberikan kelegaan pada pengemudi, dengan demikian dapat meningkatkan
kapasitas jalan yang bersangkutan.
- Ruang yang bisa dimanfaatkan untuk penempatan alat-alat dan bahan material pada
waktu pengadaan pekerjaan perbaikan atau pemeliharaan jalan.
- Ruang untuk lintasan kendaraan-kendaraan patroli, ambulan pemadam kebakaran,
yang sangat dibutuhkan pada kondisi darurat.
Untuk kelancaran sistem drainase, maka pada bahu jalan diberi kemiringan melintang
normal sebesar 3 - 5 %. Adapun lebar bahu jalan ideal dan minimum dikemukakan pada
tabel 2.3 untuk jalan antar kota dan tabel 2.4 & tabel 2.5 untuk jalan perkotaan.
Tabel Lebar Bahu Jalan Ideal & Minimum Untuk Jalan Antar Kota (meter)
Bahu jalan tidak diperlukan bila jalur lalu lintas telah dilengkapi dengan median, jalur
GEOMETRIK JALAN RAYA
pemisah (separator) atau jalur parkir.
Jenis bahu jalan berdasarkan tipe konstruksinya, bahu jalan dapat dibedakan menjadi :
Bahu jalan yang diperkeras, yaitu bahu jalan yang dibuat dengan mempergunakan
bahan pengikat sehingga lebih kedap air. Bahu jenis ini digunakan jalan-jalan dimana
kendaraan yang akan berhenti dan memakai bagian tersebut besar jumlahnya. Seperti
jalan tol, disepanjang jalan arteri yang melintasi kota dan tikungan-tikungan jalan.
Bahu jalan yang tidak diperkeras, yaitu bahu jalan yang dibuat dibuat dengan bahan
perkerasan jalan tanpa bahan pengikat. Bahu jalan yang tidak diperkeras biasanya
digunakan untuk daerah- daerah yang tidak penting, dimana kendaraan yang berhenti
dan menggunakan bahu jalan tidak begitu banyak.
Dilihat dari letak bahu terhadap arah lalu lintas, maka bahu jalan dapat dibedakan atas :
Bahu kiri/bahu luar (left shoulder/outer shoulder), yaitu bahu jalan yang terletak
di tepi sebelah kiri dari jalur lalu lintas
Bahu kanan/bahu dalam (right shoulder/inner shoulder), yaitu bahu yang
terletak di tepi sebelah kanan dari jalur lalu lintas.
Besarnya lebar bahu jalan sangat dipengaruhi oleh :
- Fungsi Jalan
Jalan Arteri direncanakan untuk kecepatan yang lebih tinggi dari pada jalan lokal,
dengan demikian jalan arteri membutuhkan kekebasan samping, keamanan dan
kenyamanan yang lebih besar, hal ini menuntut lebar bahu yang lebih besar juga.
- Volume lalu lintas
Volume lalu lintas yang tinggi membutuhkan lebar bahu yang lebih besar dibanding
dengan volume lalu lintas yang lebih rendah.
- Kegiatan disekitar jalan
Jalan yang melintasi daerah perkotaan, pasar, sekolah, membutuhkan lebar bahu
yang lebih besar dari pada jalan yang melintasi daerah rural, karena bahu jalan
tersebut akan dipergunakan pula sebagai tempat parkir dan pejalan kaki.
- Ada atau tidaknya trotoar
- Biaya yang tersedia sehubungan dengan biaya pembebasan tanah dan biaya
konstruksi.
Lereng Melintang Bahu Jalan
- Lereng melintang bahu jalan berfungsi untuk mengalirkan air hujan yang jatuh
GEOMETRIK
diatasnya dan meneruskan pengaliran air yang jatuh diatas perkerasan jalan. JALAN RAYA
Kemiringan bahu jalan yang tidak baik dan tidak bisa mengalirkan air hujan dari
perkerasan dan yang jatuh diatasnya, akan mengakibatkan air tergenang
dipermukaan jalan, hal ini akan mengakibatkan penurunan masa layan dari jalan
tesebut. Air yang tergenang di atas permukaan jalan secara konstruksi akan
mempercepat terjadinya kerusakan konstruksi jalan.
Bentuk saluran sampIng umumnya trapesium dan empat persegi panjang. Untuk
daerah perkotaan, dimana daerah pembebasan jalan sangat terbatas, maka saluran samping
dapat dibuat empat persegi panjang dari konstruksi beton dan ditempatkan di bawah trotoar.
Sedangkan didaerah rural dimana pembebasan lahan bukan menjadi masalah, saluran
samping umumnya berbentuk trapesium. Dinding saluran dapat berupa pasangan batu
ataupun tanah asli.
L = PANJANG SALURAN
Untuk memenuhi keperluan-keperluan tersebut, maka median jalan serta batas-batasnya harus
nyata oleh setiap pengemudi baik disiang hari maupun dimalam hari serta segala cuaca dan
keadaan. Lebar median bervariasi antara 1.0 -1.2 m.
2.3.7. Trotoar GEOMETRIK JALAN RAYA
Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dangan jalur lalu lintas yang khusus
diperuntukkan untuk dipergunakan oleh para pejalan kaki (pedestrian). Untuk keamanan
pejalan kaki maka trotoar harus dibuat terpisah dari jalur lalu lintas oleh struktur fisik
berupa kereb. Perlu atau tidaknya disediakan trotoar sangat tergantung pada volume
pedestrian dan volume lalu lintas pemakai jalan tersebut.
Lebar trotoar yang dibutuhkan tergantung pada volume pejalan kaki, tingkat
pelayanan pejalan kaki yang diharapkan dan fungsi jalan. Lebar trotoar biasanya berkisar
antara 1.5 - 3 m.
Penempatan trotoar
Fasilitas pejalan kaki berupa trotoar ditempatkan di:
1. Daerah perkotaan secara umum yang tingkat kepadatan penduduknya tinggi.
2. Jalan yang memiliki rute angkutan umum yang tetap.
3. Daerah yang memiliki aktivitas kontinyu yang tinggi, seperti misalnya jalan-jalan
dipasar dan pusat perkotaaan.
4. Lokasi yang memiliki kebutuhan/permintaan yang tinggi dengan periode yang
pendek, seperti misalnya stasiun-stasiun bis dan kereta api, sekolah, rumah sakit,
lapangan olahraga.
5. Lokasi yang mempunyai permintaan yang tinggi untuk hari-hari tertentu, misalnya
lapangan/gelanggang olahraga, masjid.
2.3.8. Kereb
Kereb adalah penonjolan atau peninggian tepi perkerasan atau bahu jalan, terutama
dimaksudkan untuk keperluan drainase, mencegah keluarnya kendaraan dari tepi perkerasan
dan memberikan ketegasan tepi perkerasan.
Kereb pada umumnya digunakan pada jalan di daerah perkotaan, sedangkan jalan
antar kota kereb hanya digunakan jika jalan tersebut direncanakan untuk kecepatan tinggi
atau melintasi perkampungan. Bagian-bagian dari kereb yang merupakan parameter penting
dan banyak diatur dalam standar ini terdiri atas alas, dinding dalam, muka, penyambung, dan
parit. Perbedaan tipe kereb didasarkan pada tinggi dan perbedaan tinggi dinding dalam,
kelandaian muka, tingkat halangan yang mungkin ditimbulkan oleh komponen vertikal, dan
ada tidaknya lubang masuk (inlet) untuk mengalirkan air.
Berdasarkan fungsinya kereb dibedakan menjadi : GEOMETRIK JALAN RAYA
Kereb peninggi (Mountable Curb), adalah kereb yang direncanakan agar dapat didaki
kendaraan, biasanya terdapat di tempat parkir di pinggir jalan/jalur lalu lintas (Parking
on Street). Untuk kemudahan didaki kendaraan maka kereb peninggi harus
mempunyai bentuk lengkung permukaan yang baik. Tingginya berkisar antara 10 - 15
cm.
Kereb penghalang (Barrier Curb), adalah kereb yang direncanakan untuk
menghalangi atau mencegah kendaraan meninggalkan jalur lalu lintas, terutama
dimedian, trotoar, pada jalan-jalan tanpa pagar pengaman. Tingginya berkisar antara
25 - 30 cm.
Kereb berparit (Gutter Curb), adalah kereb yang direncanakan untuk membentuk
system drainase perkerasan jalan. Kereb ini dianjurkan untuk jalan yang memerlukan
system drainase perkerasan yang lebih baik. Pada jalan lurus diletakkan di tepi luar
perkerasan, sedangkan pada tikungan diletakkan pada tepi dalam. Tingginya berkisar
antara 10 - 20 cm.
Kereb penghalang berparit (Barrier gutter Curb), adalah kereb penghalang yang
direncanakan untuk membentuk system drainase perkerasan jalan. Tingginya berkisar
antara 20 - 30 cm.
3. Kereb dibuat tanpa penulangan, seluruh ketentuan yang berlaku untuk persyaratan
struktur tanpa tulangan berlaku untuk spesifikasi ini;
4. Kereb tidak boleh dicor di tempat, kecuali untuk kereb yang dipasang pada suatu
tepian jalan membentuk kurva dengan diameter < 2000 mm.
Konfigurasi kereb bersangkutan dengan tipe, bentuk, dan dimensi kereb harus diatur
secara optimum, sehingga rangkaian kereb dapat berfungsi: GEOMETRIK JALAN RAYA
1. Sebagai pembatas tepian badan jalan agar dapat memudahkan pengemudi untuk
mengidentifikasi jalur lalu lintas.
2. Sebagai pembatas dan fasilitas pejalan kaki untuk melindungi agar perjalan kaki tidak
tertabrak oleh kendaraan yang mengalami lepas kendali.
3. Sebagai bagian dari sistem drainase untuk mengalirkan air permukaan sehingga
perkerasan jalan terbebas dari genangan.
4. Sebagai elemen estetika dari jalan sehingga harmonis dengan lingkungan disekitarnya.
Pengaman tepi bertujuan untuk memberikan ketegasan tepi badan jalan. Jika
terjadi kecelakaan, dapat mecegah kedaraan keluar dari badan jalan. Umumnya
digunakan di sepanjang jalan yang menyusuri jurang, tanah timbunan dengan tikungan
tajam, pada tepi-tepi jalan dengan timbunan lebih besar dari 2,5 m, dan pada jalan-jalan
dengan kecepatan tinggi
Jenis -jenis pengaman tepi :
Pengaman tepi dari besi yang digalvanisir (guard rail).
Pagar pengaman dari besi dipergunakan untuk tujuan melawan tumbukan (impact)
dari kendaraan dan mengembalikan kendaraan ke arah dalam sehingga kendaraan
tetap bergerak dengan kecepatan yang makin melambat sepanjang pagar pengaman
dan diharapkan kendaraan tidak dengan tiba-tiba berhenti atau berguling keluar badan
jalan.
Pengaman tepi dari beton (parapet)
Pengaman tepi dari beton dianjurkan untuk dipergunakan pada jalan dengan
kecepatan rencana diatas 80 km/jam.
Pengaman tepi dari tanah timbun
Pengaman tepi dari tanah timbun digunakan untuk kecepatan rencana < 80 km/jam.
Pengaman tepi dari batu kali
Tipe ini dikaitkan dengan kemudahan mendapatkan bahan dan keindahan (nilai
estetika) dan digunakan pada jalan dengan kecepatan rencana < 60 km/jam.
Pengaman tepi dari balok kayu
GEOMETRIK
Tipe ini dipergunakan pada jalan dengan kecepatan rencana dibawah 40 km/jam JALAN RAYA
dan pada
daerah parkir.
Dalam menentukan centre line kita akan menghadapi beberapa persoalan diantaranya
mengenai bentuk dari permukaan alam yang tidak teratur, turun naik kemudian keadaan tanah
dasar dan lain sebagainya.
GEOMETRIK JALAN RAYA
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan centre line diantaranya
yaitu :
- Garis centre line dibuat sependek mungkin.
- Route rencana jalan dipilih sedatar mungkin mengikuti garis kontur atau transis.
- Syarat antara sudut belokan pertama dan sudut belokan kedua diusahakan sepanjang –
panjangnya. ( 3,5 cm pada gambar dengan skala 1 : 10.000).
- Besar sudut belok disesuaikan dengan kecepatan rencana.
- Perbandingan galian dan timbunan 1 : 1 s/d 1 : 3.
Walaupun kita tahu bahwa jarak yang tersingkat untuk menghubungkan dua tempat
adalah merupakan garis lurus, tetapi dalam hal ini tidak mungkin untuk membuat centre line
selurus – lurusnya karena banyak menghadapi rintangan – rintangan yang berupa bukit,
lembah, sungai yang sukar dilalui, maka trase jalan dibuat sedemikian rupa dengan
memperhatikan faktor keamanan dan kenyamanan pemakai jalan.
d 1 = ( X 1 −X 0 )2 + ( Y 1 −Y 0 ) 2
√
Perhitungan sudut tangen yaitu dengan mengurangkan azimuth awal dan azimuth
akhir.
Lengkung spiral merupakan peralihan dari bagain lurus ke circle. Panjang lengkung
peralihan (spiral) diperhitungkan dengan mempertimbangkan bahwa perubahan gaya
sentripugal dari nol (pada bagian lurus) sampai sebesar :
3
m. v
K=
R . Ls
3
Vr V.K
Lsmin =0 , 022 −2 ,272
R .C C
dimana :
Ls = panjang spiral (m)
v = kevepatan rencana (km/jam)
R = jari – jari circle (m)
C = perubahan kecepatan(m/det3)
GEOMETRIK JALAN RAYA
dianjurkan harga C= 2 m/det3
k = superelevasi
Jari – jari circle yang diambil harus sedemikian sehingga sesuai dengan kecepatan
rencana yang ditentukan serta tidak mengakibatkan adanya kemiringan tikungan yang
melebihi harga maksimum. Kemiringan tikungan maksimum dibedakan antara jalan untuk
antar kota (maksimum = 0,10) dan untuk jalan kota (maksimum = 0,08). Besarnya jari – jari
lengkung minimum berdasarkan rumus :
Vr 2
R=
127 (e+f m )
dengan miring tikungan maksimum dan koefisien gesekan melintang maksimum.
Dimana :
R = jari – jari lengkung minimum (m)
e = miring tikungan maksimum
fm = koefisien gesekan maksimum
v = kecepatan rencana (km/jam)
Rumus – rumus umum
Data :
PI.Sta = nomor stasiun
d = jarak PI ke PI yang lain (m)
V = (ditetapkan) (km/jam)
= (diukur dari gambar) (derajat)
R = (ditetapkan) (m)
Ls = panjang lengkung spiral (m)
Ts = (R + p) . tg ½ + k (m)
Es = (R + p) . cos ½ - R (m)
Lc = panjang lengkung circle (m)
e = kemiringan melintang
(superelevasi) (m/m)
Ls
2θs= x 360
2. π . R
’ = - 2s GEOMETRIK JALAN RAYA
Lc = 0,01744 . . R
L = Lc + 2.L
Dimana :
Ev = pergeseran vertical (m)
x = jarak horizontal dari setiap titik pada garis
kelandaian terhadap PLV (m)
y = panjang pergeseran vertikal dari titik yang bersangkutan (m)
Lv = jarak horizontal antara PLV dan PTV, disebut panjang lengkung (m)
A = perbedaan aljabar landai jalan (persen)
Dalam perencanaan lengkung vertikal, biasanya elevasi PPV telah ditentukan
terlebih dahulu, kemudian baru dihitung harga – harga sebagai berikut :
- Panjang Lv
- Pergeseran vertikal Ev
- Elevasi dari permukaan rencana jalan tepat dibawah atau di atas PPV
- Elevasi dari titik – titik PLV dan PTV
- Elevasi dari permukaan rencana jalan PLV, PPV dan PTV yang diambil pada
GEOMETRIK JALAN RAYA
setiap nomor – nomor stasiun yang tersebut dalam alinyemen horizontal.
BAB IV
PERHITUNGAN PERENCANAAN
2. Lengkungan Peralihan
1. Berdasarkan Waktu Tempuh Maksimum di lengkungan Peralihan
VR
Ls= T
3,6
40
Ls= 3=33,3 m GEOMETRIK JALAN RAYA
3,6
60
Ls= 3=50 m
3,6
403 40 . 0,10
Ls=0,022 - 2,727 =38,64
33,3 x 3 3
603 60 .0,10
Ls=0,022 - 2,727 =89,58
133,38 x 3 3
(e m−en )V R
Ls=
3,6 r e
(0,10−0,02) 40
Ls= =25,39 m
3,6 (0,035)
(0,10−0,02) 60
Ls= =38,09 m
3,6( 0,035)
3. Jenis Tikungan
Input Nilai :
Rmin = 48,45 m dan 113,38 m
Ls = 33,3 m dan 50 m
e = 10 % = 0,10
P > 0,25 Spiral-Spiral
l s2
p=
24 . Rc
33 ,32
p= =0,95(s−s)
24 .( 48,45)
5 02
p= =0,91(s−s)
24 .(113,38)
4. Tikungan Pertama
Diketahui :
Vr = 40 km/jam GEOMETRIK JALAN RAYA
Sudut β = 20 °
e max =10 %=0,10
Rc=48,45
Kemiringan 2%
Penyelesaian:
l s2 16,9 12
Xs=ls 1−
( 40. R c 2 )
=16,91
(1−
40 ( 48,45 ))2
=16,85
l s2 16,9 12
Ys=
( 6 ( 48,45 ))(
=
)
6 ( 48,45 )
=0,98
5. Tikungan kedua
Diketahui :
Vr = 60 km/jam
Sudut β = 40 °
e max =10 %=0,10
Rc= 113,38
Kemiringan 2%
Penyelesaian:
l s2 79,1 52
Xs=ls 1−
(
40. R c 2 )
=16,91 1−
(
40 ( 113,38 )
2
=78,18
)
l s2 79,152
Ys=
( )(
6 ( Rc )
=
6 ( 113,38 ) )
=9,20
0,105 ( 40 )
Z= =0,60
√ 48,45
0,105 ( 60 )
Z= =0,59
√ 113,38
7. Penomoran Jalan (Stasioning)
Diketahui :
D1 = 0+200
D2 = 0+600
D3 = 0+200
A = 0+000
T1 = 17,01
T2 = 81,52
Ls = 16,91
Ls = 79,15
Sta TS = Sta titik A +(0+200)-T1
= (0+000)+(0+200)-17,01
= 0+182,99
Sta CS = Sta TS + Ls
= (0+182,99) + 16,91
= 0+199,9
Sta SC = Sta CS
= 0 + 199,9
Sta ST = Sta SC + Ls
= 0 + 199,9 + 16,91
= 0 + 216,81
Sta TS = Sta ST + (D2-T1-T2)
= (0+ 216,81) + (0+600)-17,01-81,52) GEOMETRIK JALAN RAYA
= 0+718,28
Sta CS = Sta TS + Ls
= (0+718,28) + 79,51
= 0+797,79
Sta SC = Sta CS
= 0 + 797,79
Sta ST = Sta SC + Ls
= (0 + 797,79)+ 79,51
= 0 + 877,2
93
92
91
90
89
88
0 200 800 1000
Alinyemen Vertikal
- g2 = 0,87 %
- g3 = -0,18 %
- g2 = 0,43 %
- g3 = -1,55 %
Perbedaan Kelandaian
A = (g3- g2)
= (-1,55-0,43)
= -1,98 % (Cembung)
Jarak Pandang
V r2
Jh = 0,278 x Vr x T +
254 x fm
602
= 0,278 x 60 x 2,5 +
254 x 0,33
= 84,64 m
A x Lv 1,98 x 99
Ev = = =0,24 m
800 800
1 1
X= x Lv= x 99=24,75 m
4 4
A x X 2 1,98 x 24,752
Y= = =0,06 m
200 x Lv 200 x 99
1
STA PLV = STA PV2 - Lv
2 GEOMETRIK JALAN RAYA
1
= (0+800) - 99
2
= 0+750,5
1
STA A = Sta PV2 - Lv
4
1
= (0+800) - 99
4
= 0+775,25
STA PPV = STA PV2
= 0+800
1
STA B = STA PV2 + Lv
4
1
= (0+800) + 99
4
= 0+824,75
1
STA PTV = STA PV2 + Lv
2
1
= (0+800) + 99
2
= 0+ 849,5
1
STA PLV = Elev.PV2 - Lv x g 2
2
1
= 93,1− 99 x 0,0043
2
= 92,88
1
STA A = Elev.PV2 - Lv x g 2− y
4
1
= 93,1− 99 x 0,0043−0,06
4
= 92,93
STA PPV = Elev.PV2 + Ev
= 95,25 + 0.06
= 93,34 GEOMETRIK JALAN RAYA
1
STA B = Elev.PV2 + Lv x g 3− y
4
1
= 93,1+ 99 x 0,0155−0,06
4
= 93,42
1
STA PTV = Elev.PV2 + Lv x g 3
2
1
= 93,1+ 99 x 0,0155
2
= 93,86
GEOMETRIK JALAN RAYA
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
GEOMETRIK JALAN RAYA
Daftar Pustaka
Supratman Agus; 2002; Geometrik Jalan Raya, Materi Perkuliahan SPL.541 pada Program
Studi Teknik Sipil, UPI.