Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

Dibuat untuk Memenuhi Tugas Isu-Isu Perencanaan Wilayah dan Kota

Dr. Ernady Syaodih, Ir. MT, IAP


Dr. Ernawati H, Dra. MSP, IAP

Di Buat oleh :

Herman Subagja (20070319006)

PROGRAM STUDI MAGISTER PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1440 H / 2019 M
Problematika Managemen Aset Fasilitas (PSU) Prasarna Sarana dan Utilitas
Umum Perumahan di Kabupaten Karawang
Herman Subagja Suhud
NPM. 20070319006
Magister Perencanaan Wilayah
Universitas Islam Bandung
Tugas Isu-isu perencanaan wilayah dan kota
Dosen : Dr. Ernady Syaodih. Ir. MT., IAP

Abstrak

Sesuai dengan semangat SDG’S yang ke-11 Membangun kota dan pemukiman inklusif, aman, tahan lama dan
berkelanjutan, Fasilitas merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Fasilitas bisa diartikan sebagai
fasilitas bagi kehidupan dan fasilitas yang merupakan bagian dari infrastruktur. Bahasan ini menghasilkan
kesimpulan utama sebagai berikut. Karena fasilitas merupakan komponen penting bagi kehidupan, maka
fasilitas harus bisa dikelola dengan baik selama masa hidupnya agar bisa selalu berfungsi dengan baik, secara
ekonomis, efisien, dan efektif serta sesuai dengan prinsip green. Manajemen Aset Fasilitas siklus terdiri dari
tahapan-tahapan sebagai berikut : perencanaan fasilitas, pengadaan fasilitas, sertifikasi dan inventarisasi
fasilitas, pemakaian fasilitas, pengembangan fasilitas dan penghapusan fasilitas. Manajemen Aset Fasilitas
mengenal dua tatarn manajemen : manajemen fasilitas dan manajemen organisasi pengelola fasilitas.
Fasilitas dalam hal ini (PSU) perumahan/permukiman seperti jalan, saluran drainase, ruang terbuka publik,
taman, sekolah, fasilitas kesehatan, air bersih dan listrik adalah bagian tak terpisahkan dari perencanaan tata
permukiman yang berkualitas. Tatanan dan sebaran PSU merupakan pembentuk struktur ruang permukiman
(Goheen, 1998, Wu & Plantinga, 2003) penentu peningkatan nilai properti lingkungan sebagai aset masyarakat
(Anderson, West, 2006; Irwin, 2007), dan yang sangat penting adalah bahwa ketersediaan dan distribusi PSU
sangat menentukan kualitas lingkungan (Shiesura, 2004, dalam Widodo 2015). Namun demikian, kenyataan
yang ada menunjukkan bahwa di Kabupaten Karawang, sebagaimana sebagiannya Pengembang belum
melakukan serah trima aset dan cenderung lari dari tanggungjawab pengelolaan aset aset PSU tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan karakteristik pola lokalitas penyediaan dan pengelolaan PSU
perumahan, terutama yang dibangun oleh pengembangan, di Kabupaten Karawang, mengevaluasi
implementasi peraturan tentang PSU perumahan, mengidentifikasi tipologi permasalahan penyediaan dan
pengelolaan PSU perumahan yang bersifat lokal, terutama yang dibangun oleh pengembang di Kabupaten
Karawang dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, memberikan masukan untuk rekomendasi kebijakan
terkait pengadaan, pengawasan dan pengendalian PSU yang efektif oleh pemerintah daerah.Penelitian
menggunakan metode studi kasus. Berdasar pembahasan terhadap karakteristik pola perkembangan
perumahan di Kabupaten Karawang, tipologi permasalahan dan faktor-faktor yang ditengarai sebagai
penyebab permasalahan PSU perumahan di wilayah Kabupaten Karawang ada beberapa hal, yaitu : Beberapa
peraturan yang telah ada masih kurang sesuai dengan karakter perkembangan pembangunan perumahan di
Kabupaten Karawang, Permasalahan PSU di atas terjadi baik di level perencanaan, penyediaan, pembangunan,
pengelolaan, penyerahterimaan, pengelolaan hingga pada pemanfataan.
Kata Kunci: Managejemen aset, sarana prasarana, penyediaan perumahan

Manajemen Aset akhir-akhir ini menjadi istilah Penyehatan Bank Nasional pada masa krisis
yang sangat populer. Arti kata Manajemen Aset moneter tahun 1998, dan yang lain (Astuti 2008;
pada dasarnya adalah suatu tindakan pengelolaan GPO 2015; Hidayat 2011; Inge 2003; KepPres
aset, agar aset tersebut bisa memberikan manfaat 34/98; PP 17/99; Setiawan & Ashari 2013;
yang sebesar-besarnya dengan biaya yang sekecil Suprayitno & Soemitro 2018).
mungkin dan aset Kata fasilitas biasa diartikan dalam dua arti
tersebut jangan sampai punah, kecuali memang berbeda. Secara luas kata fasilitas dimaksudkan
sebaiknya harus dimusnahkan atau dihapuskan. sebagai suatu fasilitas fisik atau non fisik yang
Beberapa istilah terkait Manajemen Aset antara diperlukan bagi kehidupan, atau bisa juga
lain adalah Manajemen Portofolio, Manajemen dimaksudkan sebagai benda fisik yang diperlukan
Aset Infrastruktur (MAI), Manajemen Aset Fasilitas bagi berfungsinya infrastruktur dan tertempel
(MAF), Manajemen Properti, Manajemen Sumber pada infrastruktur (GPO 2015; Sapri et al 2013; SRT
Daya Alam, Manajemen Aset pada Badan 2009).
Kebutuhan prasarana, sarana dan utilitas (PSU) Sementara itu di Indonesia, pemenuhan PSU pada
perumahan/permukiman seperti jalan, ruang perumahan/permukiman yang layak huni telah
terbuka publik, taman saluran drainase, air bersih, ditetapkan dalam UU No 1 Tahun 2011. Dalam UU
listrik, fasilitas kesehatan, fasilitas sekolah tersebut dinyatakan bahwa penyelenggaraan
merupakan bagian yang tidak terpisah dari kawasan permukiman bertujuan untuk memenuhi
perencanaan tata permukiman yang berkualitas. hak warga negara atas tempat tinggal yang layak
Goheen (1998) dan Platinga (2003) menyatakan dalam lingkungan yang sehat serta menjamin
tatanan dan sebaran PSU adalah pembentuk kepastian bermukim.
struktur ruang permukiman, sedangkan penentu Selain itu, Permendagri Nomor 9 Tahun 2009 juga
peningkatan nilai properti lingkungan sebagai aset menegaskan fungsi PSU menjadi bagian penting
masyarakat (Anderson, West, 2006; Irwin 2007) dari pembangunan perumahan dan permukiman.
serta ketersediaan dan distribusinya sangat Permendagri ini mewajibkan para pengembang
menentukan kualitas lingkungan (Shiesura, 2004) perumahan untuk menyerahkan prasarana,
serta kualitas hidup masyarakat (Van kamp et all, sarana,
2003, dalam Widodo, 2015).

pembangunan perumahan dan permukiman. mempermasalahkan perkara PSU ini ke pemerintah,


Permendagri ini mewajibkan para pengembang lembaga mediator, atau ke kepolisian. Hal ini akan
perumahan untuk menyerahkan prasarana, sarana, mengakibatkan reputasi pengembang juga tercoreng
dan utilitas perumahan dan permukiman yang harus dan mengancam keberlanjutan usaha mereka.
dilaksanakan paling lambat satu tahun setelah masa
pemeliharaan. Adapun jenis-jenis prasarana, sarana Kajian Pustaka
dan permukiman sebagaimana yang dimaksud dalam Perumahan
Permendagri ini adalah sebagai berikut: Perumahan merupakan kelompok rumah yang
1. Prasarana perumahan dan permukiman antara membentuk satu kesatuan dan berfungsi sebagai
lain jaringan jalan, saluran pembuangan air tempat tinggal atau lingkungan hunian, dilengkapi
limbah, saluran pembuangan air hujan (drainase) dengan prasarana dan sarana, serta sesuai pada
dan tempat pembuangan sampah. dengan lokasi yang ada, guna mendukung aktivitas
2. Sarana perumahan dan permukiman antara lain masyarakat aktif di dalamnya. Berdasarkan Undang-
sarana perniagaan/perbelanjaan, sarana umum Undang No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
dan pemerintahan, pendidikan, kesehatan, Perumahan, Perumahan merupakan kumpulan
peribadatan, rekreasi dan olah raga, pemakaman, rumah sebagai bagian dari perumahan dalam suatu
pertamanan dan ruang terbuka hijau dan parkir. kawasan baik perkotaan ataupun perdesaan, yang
3. Utilitas perumahan dan permukiman antara lain dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas
jaringan air bersih, jaringan listrik, telpon, gas, umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang
transportasi, pemadam kebakaran dan layak huni.
penerangan jasa umum.
Secara teknis, spesifikasi lahan perumahan ideal
Kenyataannya, berdasarkan data perumahan enurut Departemen PU dalam Pedoman Teknik
dikabupaten Karawang masih banyak masalaha Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak
terkait ketersediaan, kualitas, dan tata kelola PSU Bersusun tahun 1986 adalah;
perumahan. Sebagai contoh masalahnya adalah tidak a. Adanya lokasi yang strategis dan tidak terganggu
terbangunnya PSU seperti yang dijanjikan oleh oleh kegiatan lainnya;
pengembang; areal PSU yang berubah fungsinya b. Memiliki keterjangkauan terhadap pusat-pusat
(atau bahkan dijual kembali oleh pengembang); pelayanan, seperti pelayanan kesehatan,
pembangunan PSU yang tidak terselesaikan hingga c. perdagangan, dan pendidikan;
terbengkalainya PSU yang sudah tersedia dan d. Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat
terbangun. Dan juga banyak ditemui permasalahan mengalirkan air hujan dengan cepat dan tidak
belum diserahkannya sebagian besar PSU yang sudah e. sampai menimbulkan genangan air;
terbangun kepada pemerintah daerah seperti yang f. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih,
diamanatkan dalam Permendagri No 9 Tahun 2009. berupa jaringan distribusi yang siap untuk
Dengan adanya permasalahan di atas, masyarakat g. disalurkan ke masing-masing rumah;
menjadi pihak yang dirugikan. Masalah PSU yang h. Dilengkapi dengan fasilitas pembuangan air
terjadi akan membuat masyarakat mengeluarkan kotor, yang dapat dibuat dengan sistem
biaya tambahan untuk mendapatkan pelayanan yang i. individual yaitu tanki septik dan lapangan
semestinya didapatkan dari lingkungan perumahan rembesan, ataupun tanki septik komunal;
mereka. Masyarakat yang merasa dirugikan dapat
j. Perumahan harus dilayani oleh fasilitas 2. Saluran pembuangan air limbah, air limbah
pembuangan sampah secara teratur agar berasal dari konsumsi rumah tangga. Menurut
k. lingkungan perumahan tetap nyaman; Sastra (2006) dan Mediastika (2013), pengelolaan
l. Dilengkapi dengan fasilitas umum, seperti taman limbah menggunakan septic tank dan sumur
bermain untuk anak, lapangan atau taman, resapan.
m. tempat beribadah, pendidikan dan kesehatan 3. Wadah penampungan sampah harus disediakan
sesuai dengan skala besarnya perumahan oleh pemilik bangunan. Alur penanganan sampah
n. tersebut; diangkut ke TPS, terus ke TPA. Pengelolaan
o. Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon. sampah bersifat mandiri, tetapi tetap
berkoordinasi dengan pemerintah setempat.
Prasarana, Sarana dan Utilitas Sampah dipisahkan antara kelompok organik dan
Dalam Permendagri No 9 Tahun 2009 tentang anorganik.
penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas 4. Saluran air hujan memerlukan perhatian khusus
perumahan dan permukiman di daerah, fasilitas terutama bila RTH sempit. Pembuatan sumur
umum maupun fasilitas sosial masih dikategorikan resapan yang difungsikan sebagai penampung air
dalam prasarana, yang merupakan kelengkapan hujan sehingga dapat menambah cadangan air.
dasar fisik lingkungan yang memungkinkan 5. Jaringan air bersih merupakan penyediaan
lingkungan perumahan dan permukiman dapat pasokan dan sumber air bersih bagi masyarakat.
berfungsi sebagaimana mestinya. Serta, dapat pula Manajemen air bersih berdampak pada
sebagai sarana, yaitu fasilitas penunjang yang kesehatan warga.
berfungsi untuk penyelenggaraan dan
pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan Sarana
budaya. Fasilitas umumdan fasilitas sosial merupakan Bagian aset fisik dalam lingkungan perumahan yang
sebuah prasarana atau sarana penunjang layanan membantu memperlancar aktivitas warga dalam
kegiatan yang ada dalam perumahan. pembangunan dan pengembangan ekonomi. Sarana
meliputi komponen berikut.
Prasarana 1. Sarana perniagaan atau perbelanjaan dibangun
Kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian bertujuan dengan ketentuan
agar tempat tinggal layak, sehat, aman, dan nyaman. 1) bila penghuni 250 jiwa, perlu warung
Peraturan yang dijadikan acuan adalah Undang- penyedia sembako yang berlokasi di tengah
Undang nomor 1 tahun 2011 pasal 1 (21). Pada perumahan, berjarak maksimum 300 m;
umumnya, prasarna permukiman terdiri atas hal-hal 2) jika 2.500 jiwa, berbentuk toko-toko di tengah
berikut. area perumahan dengan radius paling jauh
1. Jaringan jalan menurut Mirsa (2012) mencakup 500 m jika
tiga hal berikut. 3) bila 30.000 jiwa, perlu pusat perbelanjaan
lingkungan (pertokoan dan pasar), yang
1) Jalan Penghubung Lingkungan Perumahan terletak di tengah area perumahan.
yaitu jalan yang menghubungkan 2. Sarana pelayanan umum dan pemerintahan
antarlingkungan perumahan dengan fasilitas meliputi ketentuan berikut.
layanan di luar lingkungan perumahan. 1) Jika jumlah penghuni 2.500 orang (sekitar 500
2) Jalan Poros Lingkungan yaitu jalan utama kk), diperlukan satu balai pertemuan, lahan
dalam lingkungan perumahan tertentu. parkir umum, kamar mandi, dan pos
3) Jalan Lingkungan merupakan yaitu jalan keamanan.
pembagi dalam suatu lingkungan perumahan. 2) Jika jumlah KK 6.000, warganya 30.000 jiwa;
Proporsi jalan pada lingkungan perumahan dibutuhkan satu kantor kelurahan, pos
adalah keamanan, pos pemadam kebakaran, kantor
- daerah kemudahan I: jalan lingkungan II dan pos pembantu, lahan parkir umum, dan kamar
III 80%, jalan lingkungan I 15%, jalan poros mandi umum, serta gedung serbaguna.
lingkungan 5%; 3) Jika 24.000 kk (warga120.000 jiwa), perlu
- daerah kemudahan II: jalan lingkungan II disediakan satu kantor kecamatan, polisi, pos,
dan III 60%, jalan lingkungan I 30%, jalan telepon, pemadam kebakaran, parkir umum,
poros lingkungan 10%; kamar mandi umum, gardu listrik, dan gedung
- daerah kemudahan III: jalan lingkungan II serbaguna.
dan III 40%, jalan lingkungan I 40%, jalan 3. Sarana berupa sekolah dan kesehatan
poros lingkungan 20%; berdasarkan ketentuan berikut.
1) Bagi 1.000 penghuni, perlu taman Kanak-
Kanak.
2) Bagi setiap 1.600 penduduk, perlu sekolah penjalaran kebakaran, pemadaman kebakaran,
dasar. penyediaan jalur penyelamatan; evakuasi merupakan
3) Bila ada 6.000 penghuni, perlu SLTP. sistem jaringan jalur penyelamatan mencakup jalan
4. Penyediaan fasilitas kesehatan dengan ketentuan ke luar, koridor/selasar umum.
1) jumlah warga 6.000 jiwa, puskesmas
pembantu dan tempat praktik dokter METODE PENELITIAN
diposisikan di tengah permukiman, radius Penelitian ini menggunakan metode studi kasus.
maksimal 1.500 m; Studi kasus merupakan metode yang paling sesuai
2) bila 30.000 jiwa, perlu puskesmas induk untuk penelitian ini mengingat bahwa penelitian ini
dengan lima puskesmas pembantu, jarak merupakan penelitian eksploratif, di mana kasus-
antara puskesmas pembantu ke puskesmas kasus yang bersumber dari pengaduan masyarakat
induk sama rata, maksimal 3.000 m; dijadikan sebagai basis untuk mengeksplorasi
3) bila 10.000 jiwa, perlu rumah bersalin permasalahan seputar penyediaan Fasilitas PSU di
diposisikan di tengah area,radius maksimum kawasan perumahan. Metode studi kasus juga
2.000 m; apotik juga ditempatkan dengan memberikan kesempatan untuk menangkap
radius 1.500m. kompleksitas masalah yang ada dalam penyediaan
5. Sarana peribadatan. Diasumsikan 80% penghuni PSU dan variabel-variabel yang mungkin
beragama Islam, perlu sebuah langgar (bila 500 mempengaruhinya dalam konteks kasus nyata.
kk/2.500 jiwa); bila ada 600 kk (sekitar 3.00 jiwa), Dalam penelitian ini, pemilihan kasus dilakukan
perlu langgar maupun masjid; jika ada 24.000 kk secara purposive yang ditentukan oleh pihak peneliti.
(sekitar 120.000 orang), perlu mesjid selain Pemilihan kasus dilakukan melalui dua tahapan.
sarana ibadah lain. Tahapan pertama, adalah penelaahan data-data dari
6. Sarana rekreasi, olah raga mengikuti ketentuaan: dinas perumahan dan permukiman Kabupaten
1) Gedung serba guna bila penghuni 6.000 Karawang secara acak.
kk/30.000 jiwa; Tahapan kedua, setelah pola-pola atau tipologi
2) Gedung serbaguna dan gelanggang remaja di umum kasus mulai terlihat, dipilih beberapa kasus
kecamatan yang berpenghuni 24.000 yang cukup representatif untuk tiap-tipe untuk dikaji
kk/120.000 jiwa. Ketentuan penyediaan lebih mendalam.
fasilitas olah raga dan lapangan terbuka di Untuk memperoleh data, beberapa metode dapat
setiap RT (50 kk/ 250 jiwa) perlu tempat digunakan, yaitu:
bermain anak;. di setiap RW, perlu taman 1) Pengumpulan data primer:
yang berfungsi sebagai sarana olah raga, Data primer dalam penelitian ini dapat berasal dari:
tempat bermain anak; di setiap kelurahan, a) Dokumen laporan dari Dinas Perumahan dan
diperlukan area terbuka selain lapangan olah Permukiman
raga; di tingkat kecamatan, perlu disediakan b) Interview, dengan responden kunci.
empat bermain anak, lapangan terbuka, 2) Pengumpulan data sekunder:
gedung olah raga yang di dalamnya ada a) Kajian literatur
tempat ganti pakaian dan rest area. b) Kajian dokumentasi instansi terkait (REI
7. Pemakaman dan pertamanan umumnya berupa Kabupaten Karawang, Dinas terkait)
green space area yang meliputi RTH publik dan
privat seperti pekarangan, hutan kota, jalur hijau Analisis data dalam penelitian menggunakan
pinggir jalan (Peraturan Menteri Pekerjaan pendekatan tipologi. Beragam kasus yang diperoleh
Umum No. 5 2008). dikategorikan menurut kesamaan tertentu yang
dimilikinya sehingga diperoleh beberapa tipe dari
Utilitas Umum kasus-kasus tersebut. Dalam pengelompokkan kasus-
Kelengkapan penunjang mencakup a. jaringan listrik, kasus tersebut dilakukan dengan menggunakan data
pasokan sesuai standar 450 VA untuk tiap keluarga dari Dinas dan wawancara stakeholder terkait.
atau tiap individu sebesar 90 VA; b. jaringan telepon Selanjutnya, kasus-kasus tersebut dianalisis dengan
yang meliputi sistem dan delivery layanan membandingkannya dengan kondisi ideal. Kondisi
sambungan yang terintegrasi dengan jaringan ideal ini diperoleh melalui teori, kebijakan, maupun
instalasi listrik. c. jaringan gas, fasilitas ini untuk peraturan yang berlaku.
rumah tangga atau gas kota yang distribusinya Analisis menghasilkan temuan-temuan faktor
menggunakan pipa-pipa; d. transportasi yang terdiri masalah dari kasus-kasus tersebut.
jaringan transportasi darat, air, dan udara berupa
orang, barang, kendaraan, jalan, organisasi
(pengelola); e. jaringan penanganan kebakaran dan
evakuasi yaitu jaringan untuk mengantisipasi
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kawasan Perumahan di Kabupaten Karawang berada


pada kawasan perkotaan yang secara araha ruang
kawasan-kawasan peruntukan perumahan non
swadaya ini di arahakan pada kawasan perkotaan
Karawang yaitu meliputi 10 kecamatan yang telah di
tetapakan dalam RTRW yang terdiri dari Kecamatan
Cilamaya Wetan , Rengasdengklok, Cikampek,
Karawang Barat, Karawang Timur, Teluk jambe Barat,
Teluk Jambe Timur, Klari, Kotabaru, Purwasari,
dengan jumlah kawasan perumahan 274 perumahan

Pertumbuhan Kawasan Perumahan


sejalan dengan pertumbuhan sektor industri dan
gencarnya pembangunan infrastruktur di wilayah
timur jakarta ini membuat perkembangan bisnis
property di Kabupaten Karawang semakin
menggeliat. Khususnya pertumbuhan perumahan
yang semakin meningkat setiap tahunnya. karawang
merupakan wilayah dengan pertumbuhan ekonomi
tertinggi di indonesia, sektor industrinya terus
mengalami pertumbuhan dan upah buruh yang Pencapaian Fasos dan Fasum Perumahan di
tertinggi di indonesia. Belum lagi banyak proyek Kabupaten Karawang
infrastruktur yang sedang dibangun saat ini dan akan sesuai dengan peraturan bupati no 41 tahun 2011
beroperasi dalam waktu dekat. Pembangunan pengembang perumahan diwajibkan untuk
perumahan pertama di karawang dilakukan pada menyerahkan sarana, prasarana dan utilitas
tahun 1974, pada saat itu pembangunan perumahan perumahan dan permukiman kepada pemerintah
belum terlalu banyak, dalam kurun 2-3 tahun hanya daerah. Dari 322 perumahan yang ada di kawasan
bertambah satu perumahan. Namun pada tahun perkotaan kabupaten karawang saat ini baru 26
1990an setiap tahunnya selalu ada pembangunan perumahan yang melakukan Berita Acara Serah
perumahan dan jumlah nya pun semakin meningkat Terima fasos/fasum, 3 perumahan masih dalam
tiap tahunnya. terlihat pada grafik kurun waktu proses pelaporan dan mayoritas perumahan
tahun 2011-2015 merupakan puncak pertumbuhan sebanyak 293 perumahan belum melakukan
perumahan tertinggi namun sebenarnya pada kurun pelaporan Berita Acara Serah Terima fasos/fasum
waktu terakhir 2016-2018 lah yang paling tinggi walaupun banyak diantaranya perumahan sudah ada
karena kurun waktu terakhir hanya terpaut 3 tahun lebih dr 10 tahun. Pada saat Surat Izin Penunjukan
sudah bisa hampir Penggunaan Tanah (SIPPT) dikeluarkan, sudah jelas
Grafik Pertumbuan Perumahan di Kabupaten Karawang Tahun
dikatakan bahwa pengembang wajib membangun
1975-2018 dan melaporkan fasos/fasum bagi pengembang yang
80
membangun property. Namun sampai saat ini masih
70 banyak pengembang (developer) perumahan yang
60 belum melaporkan berita acara serah terima (BAST)
50
40
Fasilitas Sosial dan fasilitas umum (FASOS FASUM).
30 Tidak adanya aturan yang memuat sanksi guna
20 menjerat para pengembang yang tidak memenuhi
10
0 kewajiban fasos/fasum membuat pengembang
terhadap tanggung jawabnya melakuakan berita
acara serah terima fasos fasum kepada pemerinta
daerah yang berperan sebagai pengawas dari
kegiatan pengembang membangun perumahan.

Pencapaian Penyerahan TPU Oleh pengembang di


Kawasan perumahan Kabupaten Karawang.

Sesuai dengan Perbup no 41 tahun 2011 bahwa


pengembang perumahan di wajibkan untuk
menyerahkan laha TPU pada lahan siap bangun yang cukup banyak dalam waktu relatif bersamaan.
sebesar 2% dari luas lahan yang dikuasai. Penyerahan Proses ini dapat disebut sebagai pembukaan
TPU merupakan syarat diterbitkan izin berbeda perumahan baru, yang oleh masyarakat sering
halnya dengan penyerahan fasos fasum yang bukan disebut sebagai, “kompleks perumahan”. Walaupun
syarat izin sehingga waktu penyerahannya berbeda sebenarnya menurut UU No 1 Tahun 2011 belum
dengan penyerahan TPU yang harus diserahkan pada tentu dapat didefinisikan sebagai perumahan, tetapi
pengesahan siteplan awal, hal ini yang menyebabkan kumpulan baru sebagai kumpulan rumah.
bahwa mengapa banyak developer perumahan yang
sudah menyerahkan TPU namun belum 2. Tidak diorganisasikan
menyerahkan Fasos Fasum. Sampai saat ini sudah 98 Pembentukan ini rumah-rumah tumbuh
perumahan yang telah menyerahkan TPU kepada bertahap/incremental oleh pembangunan individual
pemerintah setempat, 99 perumahan masih dalam atau beberapa unit rumah pada lahan yang tidak
proses pelaporan serah terima dan 125 lainnya terlalu luas. Akumulasi berulangkalinya proses
belum menyerahkan TPU. menghasilkan kumpulan unit rumah yang banyak,
150 125 tetapi tidak tidak terjadi/ terbangun relatif
98 99 bersamaan dalam satu proses perencanaan. Dalam
100
waktu yang proses ini menghasilkan kumpulan
50 rumah-rumah yang selama ini kita sebut “kampung”.
Proses ini dapat disebut sebagai pembangunan
0
0 0 0 secara “infill” dan “incremental”.
Proses pembangunan rumah-rumah komersial oleh
pengembang adalah:
a. Terbentuk secara sengaja,
terorganisasi/terencana oleh pihak yang tidak
selalu menjadi calon penghuni.
b. Terjadi dan selesai (dapat dikenali sebagai
kelompok rumah atau unit perumahan) dalam
rentang waktu yang relatif pendek.
c. Dimulai dari proses pemecahan lahan lebih dari 2
bidang (sering hingga puluhan atauratusan
kavling).
Sedangkan pembangunan rumah-rumah swadaya
secara incremental oleh masyarakat memiliki ciri-ciri:
a. Terbentuk tanpa ada pengorganisasian, tetapi
dilakukan oleh para calon penghuni/ penghuni
sendiri.
b. Terjadi dalam rentang waktu yang lama
c. Tidak jelas kapan mulainya (sudah ada sejak dulu)
d. Batas-batas kluster dalam perkampungan lebih
ditata secara sosial, yaitu “pengelompokan rukun
tetangga atau rukun warga”

Sedangkan di antara pembangunan terorganisasikan


oleh pengembangan menjadi unit perumahan
Tipologi Perumahan Komersial di Kabupaten dengan pembangunan incremental secara swadaya
Karawang oleh masyarakat pemakai adalah proses infill oleh
Pembangunan rumah dan perumahan di Kabupaten pengembangan komersial. Beberapa pengembang
Karawang dilakukan oleh perorangan (swadaya), swasta mampu membangun kumpulan rumah-rumah
pengembang real estat (swasta) dan oleh Perumnas komersial dalam jumlah dan area cukup besar dan
sebagai developer milik instansi negara. telah dilengkapi dengan PSU sehingga kumpulan
Melihat sebaran perumahan di Kabupaten Karawang rumah komersial yang mereka bangun dapat disebut
terdiri dari : sebagai “perumahan komersial”. Namun demikian
ditemukan juga pengembang swasta yang
1. Diorganisasikan, membangun kumpulan rumah-rumah tidak terlalu
Yaitu melalui proses pemecahan lahan relatif luas besar dan tidak dilengkapi dengan dua komponen
dan pembangunan kumpulan unit rumah-rumah PSU (hanya prasarana dan sarana) sehingga belum
dapat disebut sebagai perumahan menurut undang-
undang. Pada proses yang terakhir ini, para 2. Terbengkalainya PSU karena ketidakjelasan
pengembang swasata melakukan pembangunan kewenangan pengelolaan.
infill. Karakteristik fisik lingkungan yang terbentuk Contoh permasalahan ini terjadi di perumahan
dari proses infill adalah campuran dari proses skala menengah ke atas. Pengembang
terorganisasikan dan incremental. menjanjikan untuk menyediakan ruang
Dengan proses yang berbeda, kedua proses ini juga pertemuan dan minimarket. Pembangunan ruang
menghasilkan tatanan fisik yang berbeda. pertemuan dan minimarket telah terlaksana.
Perbedaan proses ini juga mengundang strategi Namun, akses warga terhadap ruang pertemuan
intervensi yang berbeda dari pemerintah. tersebut terhambat karena ruangan yang selalu
Secara garis besar proses pembentukan rumah dan terkunci dan kurang terawatnya sarana tersebut.
perumahan dapat digambarkan sebagai berikut: Sementara itu untuk masalah minimarket,
pengembang beralasan bahwa mereka tidak bisa
mengoperasionalisasikannya karena belum
menemukan penyewa yang cocok untuk
minimarketnya. Masalah ini terjadi karena belum
terakomodasinya Permendagri No 9 Tahun 2009
di daerah-daerah. Bahkan beberapa pemda
belum menurunkan Permendagri tersebut ke
Perda. Oleh karena itu, para pengembang
perumahan belum menyerahkan PSU perumahan
yang dibangunnya kepada pemerintah. Apabila
terjadi penyerahterimaan, hal itu baru sebatas
penyerahterimaan kepada penghuni perumahan
akibatnya penghuni perumahan menganggap PSU
yang diserahkan adalah milik warga komunitas
perumahan tersebut. Pengembang pun
beranggapan bahwa apabila belum terjadi
penyerahterimaan, aset PSU yang dibangun oleh
mereka masih menjadi hak pengembang
seluruhnya. Akhirnya pemanfaatan PSU oleh
Skema Proses Pembangunan Rumah dan Pembentukan Perumahan
warga menjadi terganggu.
Tipologi Permasalahan Prasarana, Sarana Dan 3. Penyediaan dan Pembangunan PSU tidak
Utilitas Perumahan Komersial Di Kabupaten sesuai dengan standar (kualitasnya buruk atau
Karawang kuantitasnya kurang).
Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap data Sebagian besar perumahan yang disurvei baik itu
pengaduan dari warga, wawancara warga penghuni skala menengah ke atas maupun menengah ke
perumahan, pengembang/ developer, serta FGD bawah memiliki permasalahan pada kualitas PSU
dengan pemerintah, penghuni dan REI, maka yang tidak sesuai standar.
didapatkan tipologi permasalahan yang terjadi dalam Ketidaksesuaian dengan standar dibagi dalam 3
penyediaan PSU di Kabupaten Karawang adalah kategori, sebagai berikut :
sebagai berikut : a. Ketidaksesuaian standar pada prasarana
terjadi pada perumahan skala menengah ke
1. Konflik Pemanfaatan PSU dengan warga. bawah. Pihak pengembang tidak membangun
Contoh permasalahan ini terjadi pada perumahan prasarana jalan dengan kualitas yang baik.
skala menengah ke atas. Konflik pemanfaatan in Kondisi jalan yang terbangun berupa
terjadi antara pengembang dan warga kampung campuran tanah dan kerikil yang dikeraskan
di lingkungan perumahan. tanpa aspal ataupun konblok. Kondisi
Pengembang membuat jalan utama perumahan prasarana jalan yang baik hanya dibangun
dengan membangun pembatas di sekeliling sampai pintu masuk utama, sementara jalan
perumahan yang berakibat pada tertutupnya menuju ke kavling-kavling perumahan adalah
akses jalan kampung. Padahal lahan yang jalan berbatu. Ketidaksesuaian standar pada
digunakan untuk pembangunan akses jalan prasarana ini membuat ketidaknyaman bagi
utama perumahan tersebut dibeli dari warga penghuni.
kampung. Warga kampung merasa dikelabui oleh b. Ketidaksesuaian standar pada sarana terjadi
pengembang. Permasalahan ini seringkali terjadi pada perumahan skala menengah ke bawah.
di perumahan yang berpagar (gated community). Pihak pengembang tidak membangun sarana
peribadatan mushola dan pertamanan dengan
luasan yang memadai. Selain itu, pihak layak tidak sesuai dengan yang mereka
pengembang juga hanya menyediakan lahan rencanakan berdasarkan tawaran baik melalui
kosong dengan kondisi tidak terawat yang pemerintah maupun tawaran melalui
diasumsikan sebagai area playground dan pengembang.
sekarang diperuntukkan untuk lahan parkir.
Hal tersebut tentu saja menjadikan anak-anak e. Tidak terealisasikannya PSU sesuai janji
penghuni perumahan bermain di jalan pengembang.
kompleks perumahan. Pada permasalahan ini, pengembang
c. Ketidaksesuaian standar pada utilitas terjadi menjanjikan PSU untuk dibangun, tetapi pada
pada perumahan skala menengah ke atas pelaksanaannya tidak sesuai dengan janji.
ditemukan sejak awal proses pembangunan. Sementara selama ini tidak ada jaminan yang
Hal ini diawali dengan lamanya proses memuat rencana PSU yang akan dibangun
pembangunan. Kemudian operasionalisasi selain di IMB. Tidak ada pengecekan di
PSU berupa lampu jalan yang disediakan tidak lapangan secara stimultan oleh pemerintah
beroperasi dengan baik (korsleting bila dari seluruh perumahan yang sudah dibangun
dinyalakan), pulsa listrik tidak tersedia, sehingga keaktifan dan inisiatif dari pembeli
beberapa kabel tanam (underground) diubah perumahan sangat diperlukan. Seperti yang
menjadi kabel gantung, ketidakjelasan terjadi di perumahan skala menengah ke atas,
manajemen aset di sana sehingga penghuni permasalahan yang terjadi adalah
mengambil alih pengelolaan asetnya tanpa pengembang tidak menyediakan sarana
prosedur formal. Ketidaksesuaian standar ekonomi berupa minimarket seperti yang
kualitas utilitas yang terjadi di sini tergolong sudah dijanjikan.
cukup membahayakan bagi keselamatan Pemenuhan janji pengembang baru sebatas
penghuni karena menyangkut keamanan pada penyediaan bangunan fisik saja
jaringan kelistrikan. Selama ini belum ada sementara belum ada penyewa/tenant yang
pengawasan atau quality control terhadap beroperasi di perumahan tersebut. Sementara
standar teknis oleh pemerintah terhadap penghuni kesulitan mendapatkan akses
pengembang. Selain membahayakan dan terhadap pemenuhan kebutuhan sehari-hari,
memicu konflik antara penghuni dengan mengingat sarana ekonomi terdekat berjarak
pengembang, ketidaksesuaian standar utilitas cukup jauh dari lokasi perumahan.
seperti ini ditengarai akan mengganggu
proses penyerahterimaan oleh pengembang f. Tidak ada rencana penyediaan.
kepada pemerintah. Masalah ini terjadi pada pembangunan
d. Tidak terbangun/terselesaikan PSU oleh kumpulan rumah yang tidak bisa dikatakan
pengembang. sebagai perumahan karena hanya terdiri dari
Ditemukan beberapa kasus bahwa PSU yang beberapa unit rumah oleh satu pengembang.
dijanjikan dibangun oleh pengembang, tetapi Pada akhirnya menjadi kumpulan rumah-
tidak sampai selesai karena pengembang rumah dengan skala besar karena di
bangkrut. Lahan dan bangunan PSU sekitarnya juga banyak pengembang yang
terbengkalai dan aset pun dalam sengketa. melakukan hal yang sama. Pengembang
Sebagai contoh, terobservasi belum tersebut mendapatkan ijin secara parsial.
tersedianya jalan akses lingkungan, saluran air Karena jumlah rumahnya yang tidak
limbah, dan belum terpasangnya saluran memenuhi kriteria perumahan, mereka tidak
PDAM. Berdasar observasi, masalah ini berkewajiban membangun PSU. Sementara
terutama terjadi pada perumahan skala pemerintah juga tidak memiliki rencana
menengah ke bawah yang disubsidi oleh penyediaan PSU secara umum dan sarana
pemerintah. Ditengarai terjadi secara yang spesifik di lingkungan tersebut.
kesalahpahaman dalam pembagian peran Proses pembangunan rumah inilah yang
dalam pembangunan PSU antara pengembang kemudian disebut dengan pembangunan
dan pemerintah. Permasalahan ini telah rumah infill.
merugikan penghuni perumahan. Pada
beberapa perumahan, penghuninya Kehadiran jenis dan jumlah masalah yang ada dalam
mengambilalih pengadaaan PSUnya dengan satu perumahan dapat menjadi ukuran level
cara swadaya. permasalahan pada perumahan tersebut. Semakin ke
Tentunya hal ini akan memberatkan bagi belakang semakin besar masalah dan akibatnya
penghuni rumah yang sebagain besar adaalh terhadap kualitas ruang permukiman, dan semain
MBR. Pengeluaran biaya mendapatkan rumah berat juga cara pemecahannya. Perumahan yang
hanya mengalami kasus pertama adalah yang paling 5. Belum cukupnya wadah pengaduan masyarakat
ringan. Jika perumahan mengalami kasus satu hingga terhadap permasalahan PSU.
delapan, maka perumahan tersebut 6. Mahalnya harga lahan untuk perumahan
mengembangkan permasalahan terberat terkait PSU. 7. Belum adanya insentif bagi kontributor PSU.
Masalah-masalah tersebut di atas berakibat pada :
1. Tidak meratanya distribusi PSU pada tiap-tiap Berdasar pembahasan terhadap karakteristik pola
kawasan perumahan ataupun kumpulanrumah- perkembangan perumahan di Kabupaten Karawang,
rumah. tipologi permasalahan dan faktor-faktor yang
2. Konflik antara penghuni dan pengembang. ditengarai sebagai penyebab permasahanan PSU
3. Konflik penghuni baru dan penduduk asli. perumahan di wilayah Kabupaten Karawang, dapat
4. Terbengkalainya PSU (karena dalam sengketa). diambil kesimpulan sebagai berikut:
5. Hilangnya lahan-lahan PSU. 1. Beberapa peraturan yang telah ada masih kurang
sesuai dengan karakter perkembangan
Faktor-faktor yang menjadi kendala dalam proses pembangunan perumahan di Kabupaten
penyediaan PSU dalam perumahan Karawang.
1. Belum cukupnya komitmen Pemerintah dalam hal 2. Pembangunan rumah komersial di Kabupaten
penyediaan PSU (Prasarana, Sarana dan Utilitas) Karawang dibagi dalam kedua kelompok
perumahan. Dalam penyediaan PSU perumahan perumahan, yaitu perumahan yang dibangun dari
baru, terintidkasi bahwa selama ini pemerintah awal (membuka lahan baru) dan pembangunan
lebih menyerahkan kepada pengembang. Seperti perumahan infill (mengisi perumahan yang sudah
aturan-aturan (lihat review peraturan di bab 3) ada). Karena terikat oleh peraturan, perumahan
yang telah dibuat oleh Pemda tentang pengadaan baru dibangun oleh pengembang perumahan.
PSU dalam perumahan komersial, semuanya Sementara perumahan infill dibangun oleh
mengarahkan penyediaan PSU seolah menjadi pengembang perorangan atau kelompok
tanggung jawab pengembang saja. Seolah perorangan yang tidak berbadan hukum. Namun
pemerintah hanya sebagai regulator saja, bukan demikian, pengembang berbadan hukum juga
penanggung jawab. Jika dibebankan hanya ada yang membangun kumpulan rumah yang
kepada pengembang, akan sangat keberatan belum bisa didefinisikan sebagai perumahan
mengingat harga lahan di Kabupaten Karawang karena tidak memiliki PSU.
yang sangat tinggi dan terus melambung. Hal ini 3. Terdapat tiga cara terkait proses pembangunan
mengakibatkan pengembang harus ekstra dalam rumah-rumah komersial oleh pengembang :
mencari lahan yang digunakan dalam penyediaan pertama, terbentuk secara sengaja,
perumahan. terorganisasi/terencana oleh pelaku yg tidak
Masalah tanah ini juga yang membuat selalu calon penghuni ; kedua, terjadi dan selesai
pemerintah belum mampu merencanakan dan (dapat dikenali sebagai kelompok rumah atau
meenyediakan kasiba (kavling siap bangun) dan unit perumahan) dalam rentang waktu yg relatif
lisiba (lingkungan siap bangun) sebagai bagian pendek ; ketiga, dimulai dari proses pemecahan
dari kerjasama dengan pemgembang swasta. lahan lebih dari 2 bidang (sering hingga puluhan
Selain belum ditemukannya rencana pembukaan atau ratusan kavling). Sedangkan pembangunan
Lisiba dan Kasiba, tidak juga ditemukan rencana rumah-rumah swadaya secara incremental oleh
yang secara eksplisit tentang jumlah dan sbaran masyarakat memiliki ciri-ciri: Terbentuk tanpa
PSU yang harus terbangun pda jangka waktu ada pengorganisasian selain oleh para calon
tertentu, disasarkan pada tren pertumbuhan penghuni/penghuni sendiri, Terjadi dalam
penduduk dan pertumbuhan kawasan rentang waktu yg lama, Tidak jelas kapan
permukiman. mulainya (sudah ada sejak dulu), dan Batas-batas
kluster dalam perkampungan lebih ditata secara
2. Belum detailnya peraturan yang mengatur sosial, yaitu “pengelompokan rukun tetangga
tentang proses perencanaan, penyediaan, atau rukun warga”.
pembangunan, penyerahan, pengelolaan, dan 4. Permasalahan PSU di atas terjadi baik di level
pemanfaatan PSU (Prasarana, Sarana dan Utilitas) perencanaan, penyediaan, pembangunan,
di Kabupaten Karawang. pengelolaan, penyerahterimaan, pengelolaan
3. Belum cukupnya pengawasan/monitoring, hingga pada pemanfataan. Secara umum
pengendalian, dan penertiban terhadap kondisi penyebab dari permasalahan PSU itu adalah
eksisting perencanaan PSU (Prasarana, Sarana belum cukupnya peraturan yang mengatur
dan Utilitas) yang sudah dibuat pengembang. pembangunan PSU mulai dari minimnya
4. Kurangnya informasi masyarakat tentang haknya komitmen dan kontrol dalam kebijakan dan
terhadap layanan PSU. pelaksanaan perencanaan, penyediaan,
pengaturan pembangunan (standar teknis/
konstruksi), penyerahterimaan dari pengembang
ke pemerintah, pengelolaan, dan pemanfaatan.
5. Penyediaan PSU perumahan komersial oleh
pengembang dapat dikatakan belum baik. DAFTAR PUSTAKA
Indikasinya adalah masih banyaknya Anderson, T., dan West., E.S. (2006). Open Space,
permasalahan yang terjadi di lapangan terkait Residential Property Values, and Spatial Context.
dengan standar serta pengaduan dari Regional Science and Urban Economics. Edisi 36.
De Chiara, Joseph, dan Callender, John Hancock, (1987),
masyarakat. Permasalahan dalam PSU ini terjadi
Time – Saver Standards for Building Types Second
di 6 (enam) tipologi perumahan komersil yang
Edition (New York : McGraw – Hill Book Company)
diobservasi dalam penelitian ini. De Chiara, Joseph. Zelnik, Martin, dan Panero, Julius,
Permasalahannya yang terjadi adalah sebagai (1995). Time – Saver Standards for Housing and
berikut : Residential Development. (New York : McGraw –
a. Pada Kelas Menengah Ke Atas, Skala Besar Hill Book Company)
permasalahannya adalah perubahan Goheen, P.G, (1998). Public Space and The Geography of
perencanaan siteplan perumahan oleh The Modern City.Progress in Human Geography.
pengembang tanpa melibatkan penghuni, Edisi 22.
Irwin, E.G. (2002).The Effect of Open Space on Residential
tidak terealisasinya PSU dan kualitas PSU yang
Property Values. Land Economics. November 1,
tidak memadai, serta penyediaan makam.
2002. Vol.78 No.4.
b. b. Pada Kelas Menengah Ke Atas, Skala Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/Kpts/1986
Sedang permasalahannya adalah tidak Tentang Pedoman Teknik
terealisasinya PSU, tidak adanya pengelolaan PembangunanPerumahan Sederhana Tidak
PSU, dan kualitas PSU yang tidak memadai, Bersusun Dan Peraturan Perubahannya
perubahan siteplan PSU jalan. Kirby, K.J. Provision and Wellbeing: an Agenda for Public
c. Pada Kelas Menengah Ke Atas, Skala Kecil Resources Research. Environment and Planning A,
permasalahannya adalah ketidakjelasan 1982, Volume 14.
Mulligan, G.F., (1991) .Equality Measures and Facility
informasi PSU oleh pengembang.
Location. The Journal of the RSAI70. Volume 4.
d. Pada Kelas Menengah Ke Bawah, Skala Besar
Tahun 1991.
permasalahannya adalah tidak adanya Peraturan Menteri Dalam Negeri No 1 Th. 1987 Tentang
pengelolaan PSU dan tidak terealisasinya PSU. Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum
e. Pada Kelas Menengah Ke Bawah, Skala Dan Fasilitas Sosial Perumahan Kepada Pemerintah
Sedang permasalahannya adalah tidak adanya Daerah
pengelolaan PSU karena pengembang yang Peraturan Menteri Dalam Negeri No 9 Tahun 2009 Tentang
sudah tidak ada lagi, tidak ada pengelolaan Penyerahan Prasarana, Sarana, Dan Utilitas
PSU, terjadinya konflik dalam pemanfaatan Perumahan Dan Permukiman Di Daerah
Standar Nasional Indonesia 03-1733-2004 tentang Tata
PSU, kualitas PSU yang tidak baik, tidak
Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di
terealisasinya PSU, konflik pemanfaatan PSU
Perkotaan
makam, dan ketidakjelasan informasi PSU Sri Kurniasih. (2007).Penelitian :Usaha Perbaikan
oleh pengembang. Pada tipologi inilah yang Pemukiman Kumuh di Petukangan Utara –Jakarta
paling banyak dibangun di Kabupaten Selatan.
Karawang. Thomson, CW. (2002). Urban Open Space in The 21st
f. Pada Kelas Menengah Ke Bawah, Skala Kecil Century, Landscape and Urban Planning 60 (2002),
permasalahannya adalah tidak terealisasinya 59-72.
PSU yang sangat esensial. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011Tentang Perumahan
Dan Perumahan.
UN-Habitat, (2015). Habitat III Issues Paper: Open Space,
New York, 2015.
Van Kamp, I. et all. (2003). Urban Environmental Quality
and Human Well-being Towards a Conceptual
Framework and Demarcation of Concepts;
Literature Study. Landscape and Urban Planning.
Edisi 65.
Wu, J., Platinga, A.J. (2003). The Influence of Public Open
Space on Urban Spatial Structure. Journal of
Environmental Economics and Management. Edisi
46.

Anda mungkin juga menyukai