TINJAUAN TEORI
Pada bab ini akan menyajikan kerangka teoritis yang akan digunakan
sebagai landasan berpikir atau acuan dalam melakukan penulisan di bab-bab
selanjutnya. Sehingga dapat memberikan gambaran awal dari sumber yang
relevan sesuai dengan pembahasan nantinya.
a. Beberapa katagori elemen bentuk fisik kota (elements of urban physical form)
menurut Shirvani (1985:7-8), yaitu:
1. Sirkulasi dan parkir / circulation and parking
2. Jalur pedestrian / pedestrian ways
3. Kegiatan pendukung / activity support
b. Beberapa teori elemen citra kota (elements of city image) menurut Lynch
(1960:47-48), yaitu Path and Nodes
c. Beberapa teori perancangan ruang kota (theories of urban spatial design)
menurut Roger Trancik (1986:97-124) yaitu teori Figure Ground dan Linkage
A. Sirkulasi
2. Jalan harus dapat memberi petunjuk orientasi bagi para pengendara dan
dapat menciptakan lingkungan yang dapat dibaca. Lebih khusus lagi yaitu :
3. Sektor publik dan swasta merupakan partner untuk mencapai tujuan tersebut
di atas. Beberapa kecenderungan tujuan dalam perencanaan transportasi
meliputi:
B. Parkir
a. Berdasarkan Penempatan
Yang dimaksud dengan fasilitas parkir di lokasi parkir adalah tata guna
lahan yang khusus disediakan sebagai ruang parkir dan mempunyai pintu
pelayanan masuk atau pintu pelayanan keluar sebagai tempat mengambil atau
menyerahkan karcis sehingga dapat mengetahui secara pasti jumlah
kendaraan dan jangka waktu kendaraan parkir yang parkir. Menurut
Pedoman Teknis
b. Berdasarkan Status
1. Parkir Umum
Parkir Umum adalah areal parkir yang menggunakan lahan yang dikuasai
dan pengelolaannya diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
2. Parkir Khusus
3. Parkir Darurat
4. Gedung Parkir
Gedung parkir adalah bangunan yang digunakan sebagai areal parker yang
pengelolannya dikuasai pemerintah daerah atau pihak ketiga yang telah
mendapatkan izin dari Pemerintah Daerah.
5. Areal Parkir
Areal parkir adalah suatu bangunan atau lahan parkir lengkap dengan
fasilitas sarana perparkiran yang diperlukan dan pengelolaannya dikuasai
Pemerintah Daerah.
c. Parkir untuk kendaraan roda tiga, roda empat, atau lebih dan
Pola parkir ini mempunyai daya tampung lebih banyak jika dibandingkan
dengan pola parkir paralel, kemudahan dan kenyamanan pengemudi
melakukan manuver masuk dan keluar ke ruangan parkir lebih besar jika
dibandingkan dengan pola parker sudut 90º.
Arah gerak lalu lintas kendaraan dapat saru arah atau dua arah.
Pejalan kaki dalam berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain
membutuhkan suatu tempat yang dinamakan jalur pedestrian (pedestrian ways).
Berikut ini yang termasuk kedalam jalur pedestrian yaitu jalan penyeberangan
berupa zebra cross, jembatan penyeberangan di atas jalan raya dan jalan pejalan
kaki di bawah jalan raya. Dilihat dari kecepatannya moda jalan kaki
mempunyai kelebihan yaitu kecepatannya rendah, sehingga menguntungkan
karena dapat mengamati lingkungan sekitar dan mengamati obyek secara detail
serta mudah menyadari lingkungan sekitar (Rapoport, 1977 dalam Rukayah
2005:32). Berjalan kaki akan selalu menjadi model transportasi yang penting
ketika model lain tidak memungkinkan diperankan (Spreiregen, 1968:72).
Sedangkan kelemahan dari berjalan kaki adalah memiliki keterbatasan karena
kurang mampu untuk melakukan perjalanan jarak jauh, peka terhadap
gangguan alam serta hambatan lalu lintas. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam perancangan jalur pejalan kaki, yaitu pertama semestinya
pembuatan jalur pejalan kaki terpisah dengan jalur kendaraan umum. Kedua
diperlukan fasilitas zebra cross, skyway dan subway ketika jalur pejalan kaki
digunakan sebagai jalur penyeberangan untuk mengatasi konflik dengan moda
angkutan yang lain. Selanjutnya, jalur pejalan kaki bersifat rekreatif yang
terpisah dari jalur kendaraan bermotor, sehingga pejalan kaki dapat bersantai.
2.1.3 Aktivitas Pendukung (Activity Support)
(White dalam Shirvani, 1985:40) telah meneliti peran activity support dalam
mempertinggi elemen perancangan fisik lainnya, khususnya ruang terbuka.
Terutama sekali, pentingnya jasa pelayanan makanan, hiburan, dan pendorong
seperti pemandangan dan obyek fisik
Paths merupakan jalur yang ada di kota sebagai rute sirkulasi yang
biasanya digunakan sebagai pergerakan secara umum, seperti: jalan gang
utama, jalan transit, lintasan KA, saluran dsb. Path merupakan identitas yang
baik kalau berakhir pada tujuan yang besar seperti alun-alun, tugu, stasiun serta
ada perwujudan yang kuat, misal: fasade, pohon, dan sebagainya.
Menurut Grigg (1988:25) infrastruktur suatu kota terdiri dari 6 unsur (roads
group, transportation service group, water group, waste management group,
building and outdoor sports group dan energy production and distribution). Dua
unsur pertama di atas terkait dengan transportasi, yaitu kelompok jalan dan
kelompok pelayanan trasportasi.
Adanya jam puncak lalu lintas pagi dan sore serta tingginya persentase
kendaraan pribadi merupakan ciri lalu lintas perkotaan (Alamsyah, 2005:57).
Jenis jalan dibedakan berdasarkan jumlah jalur (carriage way), jumlah lajur
(lane) dan jumlah arah. Suatu jalan dikatakan memiliki 1 jalur bila tidak
bermedian (tak terbagi/ undivided/ UD) dan dikatakan memiliki 2 jalur bila
bermedian tunggal (terbagi/ divided/ D). Menurut Kapasitas Jalan Indonesia
(Bina Marga, 1997) jenis jalan perkotaan dibagi menjadi:
2.2.3 Kapasitas
1. Uninterupted flow
2. Kendaraan yang lewat sejenis (kendaraan penumpang)
3. Lebar lajur minimum:3,50 m
4. Kebebasan samping: 1.80 m
5. Mempunyai desain alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal yang
bagus (datar, v=120 km/jam)
6. Untuk lalu lintas 2 arah 2 lajur dimungkinkan gerakan menyiap
dengan jarak pandang 500 m.
2. Kapasitas rencana (Design Capacity)
Kapasitas rencana adalah jumlah kendaraan atau orang maksimum
yang dapat melintas suatu penampang jalan tertentu selama satu jam
pada kondisi jalan dan lalu lintas yang sedang berlaku tanpa
mengakibatkan kemacetan, kelambatan dan bahaya yang masih dalam
batas-batas yang diinginkan.
1. Kendaraan rencana
2. Kinerja percepatan kendaraan
3. Kemampuan mengerem kendaraan
4. Persamaan jarak mengerem dan reaksi
c. Jalan
1. Klasifikasi jalan menurut fungsi
2. Ciri geometrik jalan
2. Karakteristik Arus Lalu Lintas
a. Variasi arus dalam waktu
1. Variasi arus lalu lintas bulanan
2. Variasi arus lalu lintas harian
3. Variasi arus lalu lintas jam-jaman
4. Variasi arus lalu lintas kurang dari satu jam
5. Volume jam perancangan
6. Volume perancangan menurut arah
7. Variasi arus dalam ruang
8. Variasi arus terhadap jenis kendaraan.
3. Arus Berdasarkan Jenis Fasilitas Jalan
Arus berdasarkan jenis fasilitas jalan dibedakan menjadi 2, yaitu
1. Arus tak terganggu (Uninterupted Flow)
Arus lalu lintas dihasilkan oleh interaksi antar kendaraan dengan
karakteristik system geometric jalan raya, pola arus lalu lintas hanya
dikontrol oleh karakteristik tata guna lahan yang membangkitkan
perjalanan. Tidak ada factor eksternal yang secara periodic menghentikan
sementara arus lalau lintas tersebut.
Jalan bebas hambatan (jalan tol)
LRT di link
2. Arus terganggu (Interupted Flow)
Arus lalu lintas tidak hanya dihasilkan oleh interaksi antar kendaraan
tetapi juga factor eksternal yang secara periodic menghentikan sementara
arus lalau lintas. Contohnya kendaraan diberhentikan secara periodic
disimpang yang diatur oleh lampu lalulitas.
Persimpangan bersinyal
Persimpangan tak bersinyal
Bundaran
LRT di stasiun