Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Parkir


Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat
sementara karena ditinggalkan oleh pengemudinya. Menurut Hobbs (1995),
parkir diartikan sebagai suatu kegiatan untuk meletakan atau menyimpan
kendaraan disuatu tempat tertentu yang lamanya tergantung kepada selesainya
keperluan dari pengendara tersebut.
Fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat perhentian
tidak bersifat sementara untuk melakukan kegiatan pada suatu kurun waktu
tertentu. Fasilitas parkir diluar badn jalan (off street parking) adalah fasilitas
parkir kendaraan diluar tepi jalan umum yang dibuat khusus atau penunjang
kegiatan yang dapat berupa tempat parkir menurut Direktorat Jendral
Perhubungan Darat Tahun (1996).

Menurut PP No. 43 tahun 1993 parkir didefinisikan sebagai kendaraan


yang berhenti pada tempat-tempat tertentu baik yang dinyatakan dengan rambu
atau tidak, serta tidak semata-mata untuk kepentingan menaikkan atau
menurunkan orang dan barang. Sedangkan definisi lain tentang parkir adalah
keadaan dimana suatu kendaraan berhenti untuk sementara (menurunkan muatan
atau orang) dan berhenti cukup lama.

Meningkatnya tingkat perjalanan maka meningkat pula kebutuhan akan


ruang parkir, dan dibutuhkan kualitas parkir yang baik dan lahan parkir yang
mampu menampung semua kendaraan. Selain itu, semakin meningkatnya
kepemilikan sebuah kendaraan dapat memicu peningkatan kapasitas parkir.

6
2.2. Istilah-Istilah Parkir
1) Parkir (Parking)-
Tempat pemberhentian kendaraan pada jangka waktu tertentu (sesuai dengan
kebutuhannya) atau dengan kata lain pemberhentian sementara kendaraan
yang sedang tidak digunakan.

2) Tempat Parkir (Parking Inventory)


Jumlah ruang parkir yang tersedia didalam daerah tertentu yang
dikategorikan sebagai ruang parkir di jalan atau di luar jalan, digunakan
untuk umum atau pribadi atau dengan klasifikasi lain.

3) Petak Bangkitan Parkir (Parking Generation)


Jumlah parkir yang harus disediakan untuk melayani usaha atau bisnis
tertentu.

4) Indikator Parkir (Parking Indicator)


Indikator-indikator yang digunakan untuk dapat mengevaluasi kinerja dari
prasarana parkir, yang meliputi:
a. Kapasitas (capacity)
b. Turn over
c. Durasi (duration)
d. Indeks Parkir (parking indeks)

5) Kapasitas (Capacity)
Jumlah kendaraan yang dapat parkir pada suatu lokasi pada waktu tertentu.

6) Ketersediaan Parkir (Parking supply)


Jumlah ruang parkir resmi di dalam suatu daerah tertentu sistem
pembayaran:
a. Per sekali waktu
b. Persatuan waktu

7
c. Persatuan waktu dan kenaikan progresif menurut waktu

7) Parking deficiency
Tingkat dimana permintaan parkir melebihi tempat parkir yang tersedia,
dinyatakan dalam jumlah ruang parkir.

8) Kebutuhan atau permintaan parkir (Parking Demand)


Jumlah pengemudi yang ingin parkir dalam suatu daerah selama periode
waktu tertentu, seringkali dinyatakan sebagai jumlah kendaraan selama jam
kebutuhan parkir untuk hari tertentu.

9) Kelebihan tempat parkir (Parking Surplus)


Tingkat dimana jumlah tempat parkir melebihi kebutuhan parkir, dinyatakan
dalam jumlah ruang parkir.

10) Parkir pribadi (Private parking supply)


Ruang parkir disediakan khusus untuk pegawai atau pelanggan (tamu) pada
pusat bisnis atau pengunjung tempat tertentu dan tidak untuk masyarakat
umum.

11) Parkir Umum (Public parking supply)


Ruang parkir disediakan untuk masyarakat umum baik secara gratis atau tari
tertentu.
12) Space-hour
Ruang parkir tunggal yang dipakai oleh kendaraan selama 1 jam.

2.3. Kebijakan Parkiran


Beberapa kebijakan parkiran yang diterapkan diberbagai Negara antara lain;
1) Kebijakan tarif parkir yang ditetapkan berdasarkan lokasi dan waktu dan
pusat kegiatan akan meningkatkan tarif parkir yang lebih tinggi demikian
juga semakin lama semakin tinggi. Kebijakan ini diarahkan untuk

8
mengendalikan jumlah pemarkir dipusat kota dan mendorong pemakai
angkutan umum.
2) Kebijakan pembatasan ruang parkir, terutama didaerah pusat kota ataupun
pusat kegiatan. Kebijakan ini biasanya dilakukan pada parkir dipinggir jalan
yang tujuan utamanya untuk melancarkan arus lalu lintas serta pembatasan
ruang parkir di luar jalan yang dilakukan melalui IMB (Ijin Mendirikan
Bangunan).
3) Kebijakan penegakkan hukum yang tegas terhadap pelanggar ketentuan
dilarang parkir dan dilarang berhenti serta memarkir diluar tempat yang telah
ditentukan untuk itu, bentuk penegakan hukum dapat dilakukan melalui
penilangan seperti yang dilakukan oleh pihak kepolisian.

2.4. Pengelolaan Parkir


Salah satu aspek yang terkait langsung dalam proses pengolahan parkir
adalah: penentuan jumlah maksimum keadaan yang dapat ditampung dalam satu
area parkir. Proses jumlah perhitungan jumlah maksimum tersebut memiliki
aturan yang sangat ketat, misalnya dalam masalah panjang, tinggi, lebar, tinggi
parkiran, dan jarak antara lokasi parkir yang harus diperhatikan. Dengan adanya
aturan-aturan tersebut, maka jumlah maksimum kendaraan dalam suatu lokasi
parkir akan menjadi terbatas. Kondisi tersebut membuat proses pengelolaan
parkir menjadi suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan.

2.5. Jenis-Jenis Parkir


Klasifikasi parkir pada umumnya terbagi menjadi dua yaitu diluar jalan
(off street parking) dan parkir pada badan jalan (on street parking) diluar badan
jalan dapat berupa parkir pada kawasan-kawasan tertentu seperti pusat-pusat
perbelanjaan, bisnis maupun perkantoran yang menyediakan fasilitas lahan
parkir untuk umum (Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir,
(Direktorat Jenderal Perhubungan Darat 1998). Ketiadaan fasilitas parkir
(pelataran atau gedung) dikawasan tertentu didalam kota menyebabkan jalan

9
menjadi tempat parkir yang berarti mengurangi lebar efektif jalan dan dengan
sendirinya menurunkan kapasitas ruas jalan yang bersangkutan.
Sehingga hal inilah yang sering disebut sebagai indikasi permasalahan
parkir yang sangat pelik. Berdasarkan cara penempatannya dan dalam
operasional sehari-hari, parkir dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu
parkir pada badan jalan (on street parkirng) dan parkir diluar badan jalan (off
street parking). Permasalahan yang sering terjadi dikawasan perkotaan adalah
kurangnya fasilitas parkir diluar badan jalan, baik berupa taman parkir atau
lahan khusus parkir sehingga mengakibatkan beban parkir terakumulasi dibadan
jalan yang berakibat pada kurangnya kapasitas jalan seperti adanya
kesemrawutan dan kemacetan lalu lintas.

2.6. Kriteria Tata Letak Parkir


Dalam penentuan tata letak parkir, mempunyai beberapa kriteria antara lain:
a) Parkir terletak pada muka tapak yang datar
Tempat parkir diusahakan berada pada permukaan yang datar. Apabila
permukaan tanah asal mempunyai kemiringan, maka perlu dipikirkan
penggunaan grading dengan sistem cut an fill. Lokasi permukaan yang datar
pada area parkir dimaksudkan untuk menjaga keamanan kendaraan agar
parkir dengan aman dan tidak menggelinding.

b) Penempatan parkir tidak terlalu jauh dari pusat kegiatan


Hubungan pencapaian antara tempat parkir dengan bangunan atau tempat
kegiatan diusahakan tidak terlalu jauh. Bila jarak antara tempat parkir
dengan pusat kegiatan cukup jauh, maka diperlukan sirkulasi yang jelas dan
terarah menuju area parkir. Ditinjau dari penggunaannya, tempat parkir
terbagi atas :
1. Parkir kendaraan beroda lebih dari 4 (empat), misalkan bus dan truk.
2. Parkir kendaran beroda 4 (empat), misalkan sedan dan mini bus.
3. Parkir kendaraan beroda 3 (tiga), misalkan bemo dan motor sispan.
4. Parkir kendaraan beroda 2 (dua), misalkan sepeda dan sepeda motor.

10
Ditinjau dari sudut perancangannya (desain) maka kriteria dan prinsip
tempat parkir secara garis besar harus memperlihatkan faktor berikut :
1. Waktu penggunaan dan pemanfaatan tempat parkir.
2. Banyaknya kebutuhan jumlah kendaraan untuk menentukan luas tempat
parkir.
3. Ukuran dan jenis kendaraan yang akan ditampung.
4. Mempunyai keamanan yang baik dan terlindung dari panas pancaran
sinar matahari.
5. Tersedianya sarana penunjang parkir, misal tempat tunggu sopir, tempat
sampah.

c) Bentuk tempat parkir


Bentuk tempat parkir kendaraan mempunyai beberapa jenis, yakni:
1) Parkir tegak lurus (Perpandicular)

Gambar 2.1 Parkir Tegak Lurus (Perpandicular)

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal


Perhubungan Darat, KEMENHUB-RI.

11
2) Parkir sudut (Angel)

Gambar 2.2 Parkir sudut (Angle)

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal


Perhubungan Darat, KEMENHUB-RI.

3) Parkir khusus penderita cacat

Gambar 2.3 Parkir khusus bagi penderita cacat

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal


Perhubungan Darat, KEMENHUB-RI.

12
4) Parkir paralel (Parallel)

Gambar 2.4 Parkir Paralel (Parallel)

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal


Perhubungan Darat, KEMENHUB-RI.

2.7. Karakteristik Parkir


Karakteristik parkir dimaksudkan sebagai sifat-sifat dasar yang
memberikan penilaian terhadap pelayanan parkir dan permasalahan parkir yang
terjadi pada lokasi studi. Berdasarkan karakteristik parkir, akan dapat diketahui
kondisi perparkiran yang terjadi pada lokasi studi seperti mencangkup Volume
parkir, Akumuluasi parkir, Durasi parkir, Indeks parkir, Tingkat Turn Over
parkir, dan Kapasitas parkir. Sedangkan dalam hal pengembangan area parkir
yang lebih efisien menganalisa karakteristik parkir adalah hal yang harus
dilakukan baik secara survey langsung dengan mengamati setiap kendaraan yang
akan parkir dan keluar dari era parkir.

1) Volume Parkir
Volume parkir adalah jumlah kendaraan yang berada dalam tempat
parkir dalam periode waktu tertentu. Volume parkir dapat dihitung dengan
menggunakan kendaraan yang menggunakan areal parkir dalam waktu tertentu.
Jumlah kendaraan yang termasuk dalam beban parkir yaitu jumlah kendaraan
per periode waktu tertentu, waktu yang digunakan kendaraan untuk parkir,

13
dalam menit atau jam, menyatakan lama parkir diperlukan untuk mengetahui
pengguna ruang parkir yang ada dilokasi penelitian. Untuk membantu guna
analisa data survey volume parkir, dapat digunakan persamaan sebagai berikut:

Volume Parkir = Ei – X

2) Akumulasi Parkir
Akumulasi parkir adalah jumlah keseluruhan kendaraan yang parkir
disuatu tempat pada waktu tertentu dan dibagi sesuai dengan jenis maksud
perjalanan. Dimana integrasi dari akumulasi parkir selama periode tertentu
menunjukan beban parkir (jumlah kendaraan parkir) dalam satuan jam
kendaraan per periode waktu tertentu. Data akumulasi dapat disajikan dalam
bentuk tabel dan grafik yang telah dianalisa sehingga dapat tergambar akumulasi
parkir sesuai dengan kategori maksud perjalanan. Nilai akumulasi parkir tidak
sama pada suatu tempat dan dengan waktu tertentu. Pada saat nilai akumulasi
melebihi kapasitas parkir yang telah tersedia.
Perhitungan akumulasi parkir dapat menggunakan persamaan :

Akumulasi Parkir (AP) = Ei (Entry) – Ex (Exit) + X

Keterangan:

AP = Akumulasi Parkir

Ei = Kendaraan yang masuk parkir

Ex = Kendaraan yang keluar parkir

X = Kendaraan yang sudah ada atau yang masih tetap parker

3) Durasi Parkir
Lama waktu parkir atau durasi parkir adalah waktu yang dihabiskan oleh
pemarkir pada ruang parkir. Lamanya parkir dinyatakan dalam jam. Suatu ruang

14
parkir akan mampu melayani lebih banyak kendaraan jika digunakan untuk
parkir kendaraan dalam waktu yang singkat dibandingkan dengan ruang parkir
yang digunakan untuk parkir kendaraan dalam waktu yang lama. Menurut waktu
yang digunakan untuk parkir, maka parkir dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Parkir waktu singkat
Parkir waktu singkat adalah pemarkir yang menggunakan ruang parkir
kurang dari 1 (satu) jam dan untuk keperluan belanja.
b) Parkir waktu sedang
Parkir waktu sedang adalah pemarkir yang menggunakan ruang parkir antara
1 (satu) jam sampai 4 (empat) jam dan untuk keperluan berdagang.
c) Parkir waktu lama
Parkir waktu lama adalah pemarkir yang menggunakan ruang parkir lebih
dari 4 (empat) jam, biasanya keperluan bekerja.
Untuk menghitung Durasi Parkir dapat menggunakan persamaan sederhana
seperti dibawah ini:

4) Indeks Parkir
Indeks parkir adalah ukuran lain untuk menyatakan penggunaan
pelataran parkir yang menyatakan penggunaan pelataran parkir yang dinyatakan
dalam presentase persen (%) ruang yang ditempati oleh kendaraan parkir. Untuk
menentukan kebutuhan parkir dapat diketahui dari waktu puncak parkir dan
indeks parkir. Waktu puncak parkir memberikan gambaran tentang besarnya
permintaan parkir pada waktu apabila diabndingkan dengan kapasitas normal
dapat diketahui seberapa besarkebtuhan yang dapat dipenuhi oleh prasarana
parkir yang tersedia. Denga menggunakan indeks parkir dapat diketahui apakah
permintaan parkir sebanding atau tidak dengan kapasitas yang tersedia, jika nilai
indeks parkir >100% maka berarti ruang parkir lebih besar dari kapasitas. Untuk
menganalisa indeks parkir dapat digunakan persamaan sebagai berikut:

15
Indeks parkir ( IP ) = X 100%

5) Tunr Over
Turn over adalah tingkat angka penggunaan ruang parkir pada periode
tertentu yang diperoleh. Tingkat pergantian parkir akan menunjukan tingkat
penggunaan ruang parkir yang diperoleh dari pembagian antara volume
kendaraan yang parkir selama waktu pengamatan. Untuk menganalisa tingkat
turn over dapat digunakan persamaan sebagai berikut:

TR =

Keterangan:
TR = Turn Over (kendaraan/petak/jam)
n = Jumlah Total volume parkir selama survey
R = Ruang parkir yang tersedia (SRP)

6) Kebutuhan Ruang Parkir


Kebutuhan ruang parkir adalah Akumulasi dikalikan dengan satuan
ruang parkir.

KRP = Vp x SRP

Dimana :

KRP = Kebutuhan Ruang Parkir

Vp = Akumulasi Maksimal

SRP = Satuan Ruang Parkir

16
7) Kebutuhan Ruang Manuver Pada On Street Parking
Berdasarkan pedoman yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat KEMENHUB Pada BAB II Tahun 2008 tentang lampiran
Teknis Penyelenggaraan Parkir yang membahas tentang kebutuhan ruang
manuver kendaraan saat parkir pada badan jalan (On street Parking). Ruang
manuver kendaraan parkir tentunya memberikan space/zona manuver bagi
kendaraan yang ingin parkir pada badan jalan selain itu juga, yang tentunya juga
akan memakai sebagian badan jalan sebagai ruang manuver parkir. Keberadaan
ruang manuver parkir untuk umumnya berupa gedung parkir atau taman parkir
yang berada pada badan jalan. Penyelenggaraan pedoman ini bertujuan untuk
menunjang keselamatan dan kelancaran arus lalu lintas, sehingga kebutuhan
akan ruang manuver parkir pada penetapan lokasi parkir harus dirancang agar
tidak mengganggu kelancaran arus lalu lintas. (Direktorat perhubungan darat,
2008 ).

Gambar 2.5 Kebutuhan Ruang Manuver

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal Perhubungan


Darat, KEMENHUB-RI.

17
Keterangan:

A = Lebar ruang parkir (m)

D = Ruang parkir efektif (m)

M = Ruang manuver kendaraan (m)

J = Lebar pengurangan ruang manuver

W = Lebar Total Jalan

L = Lebar jalan efektif

Dengan demikian dapat diketahui bahwa setiap kendaraan yang parkir


pada badan jalan atau memakai badan jalan (On Street Parking) untuk parkir
kendaraan sudah pasti akan memakai sebagai badan jalan untuk dijadikan
sebagai ruang manuver parkir bagi kendaraan. Guna menunjang kelancaran arus
lalu lintas dan tidak menimbulkan kemacetan pada badan jalan itu sendiri.

2.8. Satuan Ruang Parkir


Satuan ruang parkir adalah ukuran luas efektif untuk meletakan
kendaraan (mobil penampung, bus/truk, atau sepeda motor), termasuk ruang
bebas dan lebar bukaan pintu. SRP digunakan untuk mengukur kapasitas ruang
parkir. Dalam kaitannya dengan keamanan kendaraan terhadap benturan atau
goresan kendaraan lain atau bagian bangunan (pilar, dinding atau kolom) maka
diperlukan ruang bebas arah samping dan arah memanjang. Besaran ruang
bebas arah samping berkisar 2-20 cm, sedangkan arah memanjang berkisar 20-
40 cm. Umumnya ruang bebas arah samping diambil 5 cm dan ruang bebas arah
memanjang sebesar 30 cm dengan rincian bagian depan 10 cm dan bagian
belakang 20 cm sedangkan ukuran bukaan pintu merupakan fungsi karakteristik
pemakai kendaraan yang memanfaatkan fasilitas parkir. Sebagai contoh lebar
bukaan pintu kendaraan dari karyawan kantor pemerintah akan berbeda dengan
lebar bukaan pintu kendaraan dari pengunjung suatu pusat kegiatan pertokoan

18
atau pembelanjaan. Untuk pusat kegiatan pertokoan atau perbelanjaan. Besaran
lebar bukaan pintu umumnya maksimum karena suasana rileks dan adanya
barang bawaan, sehingga ukuran lebar bukaan untuk pintu depan/belakang
adalah sebesar kurang lebih 75 cm. Sehingga untuk menentukan SRP
didasarkan atas pertimbangan tentang:

1) Dimensi Kendaraan Standar

Gambar 2.6 Standar Dimensi Kendaraan Mobil Penumpang

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat

Jenderal Perhubungan Darat, KEMENHUB-RI.

2) Ruang Bebas Kendaraan Parkir


Ruang bebas harus diberikan untuk kendaraan yang parkir baik pada arah lateral
maupun longitudional kendaraan. Ruang bebas yang dimaksudkan untuk
menghindari benturan antar pintu kendaraan yang memarkirkan kendaraan
disebelah kendaraan yang sedang terparkir disebelahnya. Ruang arah
memanjang diberikan didepan kendaraan untuk menghindari benturan terhadap
dinding atau kendaraan yang lewat jalur gang. Jarak arah bebas antar pintu
kendaraan diambil sebesar O = 45 cm.

19
3) Lebar Bukaan Pintu Kendaraan
Ukuran lebar bukaan pintu kendaraan fungsi karakteristik pemakai kendaraan
yang memanfaatkan fasilitas parkir. Lebar pintu kendaraan karyawan kantor
akan berbeda dengan lebar bukaan pintu kendaraan pengunjung pusat kegiatan
perbelanjaan. Karakteristik pengguna kendaraan yang memanfaatkan fasilitas
parkir dibedakan menjadi tiga yang ditunjukan pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.1 Lebar Bukaan Pintu Kendaraan

Lebar Bukaan Pintu Pengguna fasilitas parkir Golongan

Karyawan/pekerja kantoran
Pintu depan/
Tamu/pengunjung I
Belakang terbuka tahap
(perkantoran, perdagangan,
awal 45 cm
pemerintahan, universitas)

Pengunjung ( Tempat
Pintu depan/ olahraga, pusat

Belakang terbuka tahap hiburan/rekreasi, hotel, II

penuh 75 cm pusat grosir/swalayan,


rumah sakit, dan bioskop)

Pintu depan terbuka


penuh dan ditambah
Penyandang disabilitas III
untuk pergerakan kursi
roda

(Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996)

20
4) Penetuan Satuan Ruang Parkir (SRP)
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas maka penetuan Satuan Ruang
Parkir (SRP) dibagi menjadi tiga jenis kendaraan dan berdasarkan penentuan
SRP untuk mobil penumpang diklasifikasikan menjadi tiga golongan;

Tabel 2.2 Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk mobil penumpang

Jenis kendaraan Satuan Ruang Parkir (m²)

Mobil Penumpang gol 1 2,3 x 5,0

Mobil Penumpang gol 2 2,5 x 5,0

Mobil Penumpang gol 3 3,0 x 5,0

Bus dan Truk 3,4 x 12,5

Sepeda Motor 0,75 x 2,0

(Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996)

Gambar 2.7 Satuan Ruang Parkir (SRP) Roda Empat

Sumber : Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir,

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, KEMENHUB-RI.

21
Keterangan :

B = lebar total kendaraan

L= panjang total kendaraan

O = lebar bukaan pintu

a1, a2 = jarak bebas arah longitudinal

R = jarak bebas arah lateral

Tabel 2.3. Ukuran Satuan Ruang Parkir Mobil Penumpang

B = 170 a1 = 10 Bp = B + O + R

Gol I O = 45 L = 470 Lp = L + a1 + a2

R=5 a2 = 20 Bp = 2,30 Lp = 5,00

B = 170 a1 = 10

Gol II O = 75 L = 470

R=5 a2 = 20 Bp = 2,50 Lp = 5,00

B = 170 a1 = 10

Gol III O = 80 L = 470

R=5 a2 = 20 Bp = 3,00 Lp = 5,00

Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996

22
Gambar 2.8a. Saatuan Ruang Parkir (SRP) untuk kendaraan roda dua

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat

Jenderal Perhubungan Darat, KEMENHUB-RI.

Gambar 2.8b Satuan Ruang Parkir (SRP) Untuk kendaraan roda dua

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal

Perhubungan Darat, KEMENHUB-RI.

Satuan Ruang Parkir ( SRP ) Untuk kendaraan beroda dua (dalam cm) :

B = 0.70 L = 1.75

R = 0.30 Lp = 2.00

A1 = 0.20 Bp = 0.80

23
A2 = 0.05

Keterangan :

B : lebar total kendaraan L : Panjang Total Kendaraan

R : Jarak Bebas Lp : Lebar SRP

a1, a2 : Jarak antar kendaraan Bp : Panjang SRP

Ukuran lebar bukaan pintu kendaraan merupakan fungsi pemakai kendaraan


yang memanfaatkan fasilitas parkir. Untuk berbagai kebutuhan diatas, kebutuhan
luas area kegiatan parkir berbeda satu sama lain tergantung pada pelayanan, tarif
yang diberlakukan, tingkat pendapatan masyarakat, dan lain lain. Berdasarkan hasil
studi Direktorat Jenderal Perhubungan Darat ditetapkan standar kebutuhan parkir
untuk berbagai kebutuhan diatas. Parameter penentuan luas tempat parkir yang
diperlukan pada setiap tempat kegiatan adalah SRP (Satuan Ruang Parkir) yang
mana merupakan ukuran luas efektif untuk meletakkan kendaraan termasuk ruang
bebas dan lebar bukaan pintu. Bila kelompok masyarkat yang menggunakan fasilitas
parkir sebagian besar dari kalangan bawah dapat menggunakan batas bawah dan bila
sebagian besar dari kalangan atas dapat menggunakan batas atas.

2.9. Pola Pikir Di Badan Jalan (On Street Parking)


Untuk melakukan suatu kebijakan yang berkaitan dengan parkir, terlebih dahulu
perlu dipikirkan pola parkir yang akan di implementasikan. Ada beberapa pola
parkir yang telah berkembang baik dikota-kota besar maupun dikota kecil. Pola
parkir yang telah berkembang tersebut adalah sebagai berikut:

24
1) Pola Parkir Paralel
a) Pola Parkir Paralel Pada Daerah Latar

Gambar 2.9. Pola Parkir Paralel pada daerah datar

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal

Perhubungan Darat, KEMENHUB-RI

b) Pola Parkir Paralel Pada Daerah Tanjakan

Gambar 2.10 Pola Parkir Paralel pada daerah tanjakan

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal

Perhubungan Darat, KEMENHUB-RI.

25
c) Pola Parkir Paralel Pada Daerah Turunan

Gambar 2.11. Pola Parkir Paralel pada daerah turunan

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat

Jenderal Perhubungan Darat, KEMENHUB-RI.

2) Pola Parkir Menyudut


Metode atau pola parkir ini diterapkan apabila ketersedian ruang sempit yang

bilamana dapat membentuk sudut 30o, 45o, 60o Pola parkir ini memiliki daya
tampung lebih banyak jika dibandingkan dengan pola parkir paralel (parkir sudut 0º).
Kemudahan dan kenyaman pengemudi melakukan manuver masuk dan keluar
keruangan parkir lebih besar dibandingkan dengan parkir sudut 90°.

26
a) Pola Parkir Sudut 30°

Gambar 2.12 Pola Parkir Sudut 30 º

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal

Perhubungan Darat, KEMENHUB-RI.

b) Pola Parkir Sudut 40°

Gambar 2.13 Pola Parkir Sudut 45 º

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal

Perhubungan Darat, KEMENHUB-RI.

27
c) Pola Parkir Sudut 90 º

Gambar 2.14 Pola Parkir Sudut 90 º

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal

Perhubungan Darat, KEMENHUB-RI

3) Larangan Parkir
a) Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah tempat penyeberangan kaki atau
tempat penyeberangan sepeda yang telah ditentukan.

Gambar 2.15 Tata parkir pada Zona Penyeberangan

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir,

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, KEMENHUB-RI.

28
b) Sepanjang 25 meter sebelum dan sesudah tikungan tajam dengan radius
kurang dari 500 meter.

Gambar 2.16 Tata parkir dekat tikungan

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal

Perhubungan Darat, KEMENHUB-RI.

c) Sepanjang 100 meter sebelum dan sesudah perlintasan senidang.

Gambar 2.17 Tata parkir dekat jembatan

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal

Perhubungan Darat, KEMENHUB-RI.

29
d) Sepanjang 100 meter sebelum dan sesudah perlintasan sebidang

Gambar 2.18 Tata parkir pada rel kereta api

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal


Perhubungan Darat, KEMENHUB-RI.

e) Sepanjang 25 meter sebelum dan sesudah persimpangan

Gambar 2.19 Tata parkir pada persimpangan

30
f) Sepanjang 6 Meter sebelum dan sesudah akses bangunan gedung.

Gambar 2.20 Tata parkir dekat akses bangunan

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal

Perhubungan Darat, KEMENHUB-RI.

g) Sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah hydrant/keran pemadam kebakaran


atau sumber sejenisnya.

Gambar 2.21 Tata parkir dekat Hydrant

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal

Perhubungan Darat, KEMENHUB-RI.

31
2.10. Pola parkir Dilahan Tersedia
Berbeda dengan pola parkir pada badan jalan (on street parking) yang mana
jelas memanfaatkan sebagian bahu jalan untuk diperuntukkan menjadi lahan
parkir. Pada pola parkir berikut ini adalah pola parkir yang ditetapkan oleh
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat menggunakan lahan parkir atau area
parkir yang tersedia oleh pihak pengelola yang memang diperuntukkan untuk
menampung jumlah kendaraan dalam kapasitas maksimum. Namum dalam pola
parkirnya dengan pola parkir pada badan jalan (on street parking) tidak jauh
berbeda seperti halnya juga menggunakan pola parkir tegak lurus, pola parkir
menyudut dan pola parkir berhadapan.

1) Pola Parkir Tegak Lurus Berhadapan

Gambar 2.22 Pola parkir tegak lurus berhadapan

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal

Perhubungan Darat, KEMENHUB-RI.

32
2) Pola Parkir Sudut Berhadapan

Gambar 2.23 Pola parkir sudut berhadapan

Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal

Perhubungan Darat, KEMENHUB-RI.

Pada pola parkir sudut berhadapan dalam penerapannya bukan hanya

sudut 45₀ Saja melainkan juga bisa diterapkan pola parkir sudut lainnya seperti

30, 60, dan tentunya 90₀.

2.11. Perncanaan Tempat Parkir


1) Jenis Peruntukan Parkir

Kebutuhan area parkir berbeda antara yang satu dengan lainnya sesuai dengan
peruntukannya. Pada umumnya ada jenis 2 peruntukan parkir yaitu:

a. Kegiatan Parkir Tetap


1) Pusat Perdagangan Parkir
2) Pusat Perkantoran (Swasta/Pemerintah)
3) Pusat Perdagangan Eceran atau Swalayan
4) Pasar

33
5) Sekolah
6) Tempat Rekreasi \
7) Hotel dan Tempat Penginapan
8) Rumah Sakit

b. Kegiatan Parkir Sementara


1) BioskopTempat
2) Pertunjukan
3) Tempat Pertandingan Olahraga
4) Rumah Ibadah

2) Standart Kebutuhan Parkir


Untuk berbagai kebutuhan diatas, kebutuhan luas area kegiatan parkir
berbeda satu sama lain tergantung pada pelayanan, tarif yang diberlakukan,
ketersediaan ruang parkir, tingkat kepemilikan kendaraan, tingkat pendapatan
masyarakat, dan lain-lain. Berdasarkan hasil studi Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat ditetapkan standar kebutuhan parkir untuk berbagai kegiatan
tersebut diatas. Parameter penentuan luas tempat parkir yang diperlukan pada
setiap tempat kegiatan adalah SRP (Satuan Ruang Parkir) yang merupakan
ukuran luas efektif untuk meletakan kendaraan termasuk ruang bebas dan lebar
buka pintu.

34
Tabel 2.4 Nilai SRP berbagai jenis kegiatan

Peruntukan Kebutuhan Ruang Parkir SRP (Mobil Penumpang)

Pusat Perdagangan Parkir

Pertokoan 3,5 – 7,5 Per 100 m2 luas lantai efektif

PasarSwalayan 3,5 – 7,5 Per 100 m2 luas lantai efektif

Pasar 3,5 – 7,5 Per 100m2 luas lantai efektif

Pusat Perkantoran

Pelayanan BukanUmum 1,5 – 3,5 Per 100 m2 luas lantai

PelayananUmum 1,5 – 3,5 Per 100 m2 luas lantai

Sekolah 0,7 – 1,0 Per jumlah siswa/mahasiswa

Hotel / Tempat
0,2 – 1,0 Per jumlah kamar
Penginapan

Rumah Sakit 0,2 – 1,3 Per jumlah tempat tidur

Bioskop / tempat ibadah 1,0 – 0,4 Per jumlah tempat duduk

(Sumber: Direktorat Jendral Perhubungan Darat Tahun 1996)

35

Anda mungkin juga menyukai